Makalah Kesling Sbs

26
Makalah Kelompok SICKBUILDING SYNDROME DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 MUHAMMAD ABADI FACHRI LATIF MUH. MAULIDIN SYAMSUL BAHRI MUKMIN JAMUDDIN 2009 1

Transcript of Makalah Kesling Sbs

Page 1: Makalah Kesling Sbs

Makalah Kelompok

SICKBUILDING SYNDROME

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

MUHAMMAD ABADI FACHRI LATIF MUH. MAULIDIN SYAMSUL BAHRI MUKMIN JAMUDDIN

2009

1

Page 2: Makalah Kesling Sbs

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dari

segala nikmat yang telah diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Kesehatan Lingkungan Pemukiman yang berjudul SICK BUILDING SYNDROME, yang

mana makalah ini merupakan bagian dari segala proses pembelajaran kami di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia, khususnya pada mata kuliah

Kesehatan Lingkungan Pemukiman.

Selanjutnya kami sebagai tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-

teman yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini baik dari kelas LI atau L2.

Kami sadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan, untuk

itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki

makalah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat diri pribadi

dan bagi siapa saja yang membacanya terutama untuk mencapai derajat kesehatan yang

baik di kalangan mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Makassar, 6 April 2009

TimPenulis

DAFTAR ISI

2

Page 3: Makalah Kesling Sbs

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………… 1

B. PERUMUSAN MASALAH……………………………… 3

C. TUJUAN………………………………………………….. 3

BAB II : PEMBAHASAN

A. KELUHAN PENYAKIT YANG DIRASAKAN

KARYAWAN

1. Masa Kerja dan Lama Tinggal di Ruangan ber –AC… 4

2. Sumber Pencemar Udara Ruangan…………………… 4

3. Gangguan Kesehatan Karyawan……………………… 5

B. KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA DALAM

RUANGAN HUBUNGANNYA DENGAN SBS…………. 6

C. PENGARUH KUALITAS FISIK DAN

KUALITAS MIKROBIOLOGI TERHADAP

GANGGUAN KESEHATAN……………………………... 10

D. SOLUSI ………………………………………………………... 10

BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN……………………………………………… 12

SARAN………………………………………………………. 13

DAFTAR KEPUSTAKAAN

.

BAB I

3

Page 4: Makalah Kesling Sbs

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) telah menentukan beberapa "features" yang

umumnya terdapat pada Sick Building Syndrome yaitu biasanya bangunan tersebut

dilengkapi dengan sistem Air Conditioning, menggunakan bahan finishing textiel di

dalam gedung, gordijn, karpet, dan dinding luar tertutup rapat (air tight). Kemungkinan

terjadinya Sick Building Syndrome dapat juga disebabkan oleh air borne pollutant,

seperti chemical pollutants, debu dari luar dan dalam ruangan serta kontaminasi

mikroorganisme, odours yang digunakan dalam ruangan, fresh air supply yang kurang

memadai, Sebagai pekerja kantoran, setiap orang pasti banyak menghabiskan

waktu dalam ruangan di sebuah gedung perkantoran bertingkat, berkarpet,

berdinding kaca serta full AC. Sepintas udara di ruangan kantor yang sejuk

memang terlihat bersih. Padahal, justru dalam ruangan seperti inilah kesehatan

orang kantoran justru sering terganggu kelembaban nisbi yang terlalu rendah dan hal-

halyang bersifat psikologis

Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti

ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun

AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme

untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan

menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut

sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).

Banyaknya aktivitas di gedung meningkatkan jumlah polutan dalam ruangan.

Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap

manusia semakin tinggi, namun hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat.

Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan secara

kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2 di

dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan partikulat dapat

dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar pollen di

dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah

bakteri dan spora di gedung dengan AC kemungkinan akan lebih sedikit daripada

gedung tanpa AC, walaupun sampai saat ini hal tersebut masih diperdebatkan.

4

Page 5: Makalah Kesling Sbs

Berdasarkan riset yang dilakukan Institut Nasional Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (NIOSH) AS pada tahun 1997, sebanyak (52%) penyakit

pernapasan yang terkait dengan sick building syndrome bersumber dari kurangnya

ventilasi dalam gedung serta dan kinerja AC gedung yang buruk. Perlu diketahui

bahwa suhu AC di dalam gedung bertingkat biasanya kelewat dingin, yaitu

berkisar antara 20-23 derajat celsius. Nah, rekayasa suhu udara inilah yang

membuat bakteri-bakteri merugikan seperti Chlamydia, Escheriachia dan

Legionella spleluasa bergerilya di saluran pernapasan. Sisanya, 17% disebabkan

pencemaran zat kimia yang ada di dalam gedung. Seperti mesin foto kopi,

pengharum ruangan, larutan pembersih, atau bahan kain pelapis dinding.

Sistem ventilasi adalah masalah pergerakan udara dimana udara dalam

ruangan selalu mengalir sehingga udara yang buruk selalu berganti dengan udara

yang bersih. Dengan udara yang selalu bergerak diharapkan kondisi udara di

dalam ruangan akan bertambah baik, meliputi kenyamanan dan kualitasnya.

Ventilasi yang dimaksud disini adalah proses pemasukan udara (bersih) dan

pengeluaran udara yang berkualitas buruk atau kurang baik dari dalam ruangan.

Ventilasi dapat berjalan secara alami (natural) ataupun mekanikal (buatan) dengan

menggunakan bantuan alat. Dengan ventilasi alami, pemasukan dan pengeluaran

udara berjalan secara alamiah tanpa mengunakan alat. Sehingga banyak

tergantung pada kekuatan angin dan perbedaan tekanan udara serta temperatur di

luar dan di dalam ruangan. Angin yang menerpa bangunan akan mengakibatkan

tekanan positif (+) pada bidang penerima angin datang, dan mengakibatkan

tekanan negatif (-) pada bidang yang berlawanan dan pada bidang samping. Hal

ini menyebabkan udara masuk ke dalam bangunan melalui lubang-lubang

ventilasi dari berbagai tekanan positif ke arah tekanan negatif. Aliran udara dalam

ruang juga dapat terjadi\ karena perbedaan temperatur udara yang mengakibatkan

perbedaan tekanan secara vertikal. Kedua pola ini dapat diatur dala perancangan

ruang-ruang yang harus saling mendukung dan tidak saling berlawanan. Besarnya

tekanan angin pada bangunan tergantung pada banyak faktor, yaitu kecepatan

angin itu sendiri, ukuran dan bentuk geometri dari bangunan dan sudut datangnya

5

Page 6: Makalah Kesling Sbs

angin. Lubang ventilasi dan penempatannya harus dirancang demikian agar dapat

memenuhi kebutuhan pengaturan udara dalam ruang.

B. PERUMUSAN MASALAHPermasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh kualitas

udara di ruangan ber –AC serta mikroorganisme udara terhadap gangguan

kesehatan karyawan di Perkantoran yaitu sebagai berikut:

1. Apakah macam keluhan penyakit yang dirasakan karyawan di ruangan ber-

AC?

2. Bagaimana kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber –AC dan adakah

hubungan antara sistem ventilasi dalam ruangan dengan pertumbuhan dan

perkembangbiakan mikroorganisme?

3. Apakah ada pengaruh antara kualitas udara di ruangan ber - AC terhadap

gangguan kesehatan?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifikasi macam keluhan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan

ber –AC

2. Mengetahui perbandingan kualitas udara yang mengguanakan pengontrol

Udara (Air Conditioning) maupun yang tidak.

3. Mengidentifikasi kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan dan gangguan

paparan di ruangan kerja ber-AC pada gedung bertingkat dengan gangguan

kesehatan serta untuk menghubungkan sistim sirkulasi udara dengan

tumbuhnya mikroorganisme di dalam ruang yang udaranya dikondisikan dan

ruang dengan ventilasi alam.

BAB II

6

Page 7: Makalah Kesling Sbs

PEMBAHASAN

A. KELUHAN PENYAKIT YANG DIRASAKAN KARYAWAN

1. Masa Kerja dan Lama Tinggal di Ruangan ber –AC

Karyawan yang bekerja kurang dari lima tahun sebesar 78,65 % dan sisanya

(21,35 %) telah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Lama tinggal dalam ruangan ber

-AC rata-rata tiap harinya sangat bervariasi yaitu antara 6-8 jam sebesar 67,42 %,

antara 2-5 jam sebesar 31,46 % sedangkan sisanya 1,12 % berada di ruangan ber -

AC selama kurang dari 2 jam

Kualitas udara dalam ruangan ber -AC sangat ditentukan oleh sistem

sirkulasi dan aktivitas yang dilaksanakan. Pencemaran udara dalam ruangan dapat

terjadi karena berbagai aktivitas seperti merokok, penggunaaan alat atau bahan

pembersih ruangan, mesin fotokopi yang menghasilkan asap dan debu dalam

ruangan. Seseorang yang terpapar dengan polutan ters ebut dalam waktu yang lama

akan mengalami keluhan yang lebih besar dibandingkan dengan yang terpapar

kurang dari 2 jam/hari.

2. Sumber Pencemar Udara Ruangan

Dari 89 karyawan, yang merasakan gangguan akibat asap sebesar 31,46 %

dan karyawan yang merasakan gangguan akibat bau-bauan yang tidak sedap yaitu

sebesar 69,66 %. Gangguan akibat asap yang dirasakan karyawan berasal dari asap

rokok, sedangkan gangguan bau yang dirasakan karyawan berasal dari bau tempat

sampah yang berasal dari kantin, bau minyak wangi dan pengharum ruangan yang

terlalu menyengat.

Aditama (2002), menyatakan bahwa pencemaran udara dapat berasal dari

dalam gedung dengan sumber pencemaran diantaranya : aktivitas dalam ruangan,

frekuensi keluar masuk ruangan yang tinggiehingga memungkinkan masuknya

polutan dari luar kedalam ruangan, penggunaan pengharum ruangan, asap rokok,

penggunaan pestisida dan pembersih ruangan, mesin fotokopi, sirkulasi udara yang

kurang lancer, suhu dan kelembaban udara yang tidak nyaman.

3. Gangguan Kesehatan Karyawan

7

Page 8: Makalah Kesling Sbs

Lima gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan karyawan berdasarkan

data yang diperoleh menurut frekuensi dan waktu terjadinya gangguan adalah

sebagai berikut:

1. Gangguan kesehatan berupa mata gatal sebanyak 66 karyawan. Gangguan

yang terjadi berdasarkan fre kuensinya adalah 45 karyawan menyatakan

kadang-kadang sedangkan 21 karyawan menyatakan jarang. Gangguan

berdasarkan waktu terjadinya dalah siang hari sebanyak 32 karyawan,

pagi hari sebanyak 21 karyawan, sedangkan sore hari sebanyak 13

karyawan.

2. Gangguan kesehatan berupa kulit kering sebanyak 64 karyawan.

Gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 28 karyawan

mengatakan sering, 25 karyawan mengatakan kadang - kadang dan 11

karyawan mengatakan jarang. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya

adalah se panjang hari kerja sebanyak 23 karyawan, sore hari dan pagi

hari masing -masingsebanyak 20 karyawan, sedangkan pagi hari

sebanyak 1 karyawan. Gangguan kesehatan berupa sakit kepala sebanyak

59 karyawan. gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 29

aryawan menyatakan kadang-kadang, 28 karyawan menyatakan jarang,

dan 2 karyawan menyatakan sering. Gangguan berdasarkan waktu

terjadinya adalah siang hari sebanyak 28 karyawan, sore hari sebanyak 15

karyawan, pagi hari 14 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 2

karyawan.

3. Gangguan kesehatan berupa mata pedih sebanyak 52 karyawan.

Gangguan yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 27 karyawan

mengatakan kadang-kadang, 13 karyawan mengatakan sering, dan 12

karyawan mengatakan jarang. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya

adalah sore hari sebanyak 15 karyawan, pagi hari dan sepanjang hari

kerja masing –masing sebanyak 12 karyawan, sedangkan siang hari

sebanyak 13 karyawan.

8

Page 9: Makalah Kesling Sbs

4. Gangguan kesehatan berupa bersin sebanyak 51 karyawan. Gangguan

yang terjadi berdasarkan frekuensinya adalah 25 karyawan mengatakan

kadang-kadang, 19 karyawan mengatakan jarang, dan 7 karyawan

mengatakan sering. Gangguan berdasarkan waktu terjadinya adalah siang

hari sebanyak 19 karyawan, pagi hari sebanyak 14 karyawan, sore hari s

ebanyak 10 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 8 karyawan.

Gangguan kesehatan yang paling sedikit dirasakan karyawan adalah mual

sebanyak 19 karyawan dengan frekuensi terjadinya gangguan adalah 15

karyawan menyatakan jarang dan 4 karya

B. KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA DALAM RUANGAN

Kualitas Mikrobiologi Udara Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri

atas makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup

terutama adalah jamur dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada

umumnya terjadi melalui sistem ventilas i. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang

berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari

manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan

yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu i nfeksi, alergi, dan

iritasi.. Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (humidifier)

yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai

ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Tan Malaka,

1998).

Total koloni kuman pada lantai I adalah 1675 CFU/m3 udara sedangkan

lantai II adalah 1387,5 CFU/m 3 udara. Jika dibandingkan dengan Standar Baku

Mutu Kep.MenKesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998 dimana angka

kuman adalah kurang dari 700 koloni/m3 udara, maka kedua ruangan berada di

atas standar. Hasil pengukuran total koloni bakteri pada lantai I (6,87 CFU/menit)

lebih tinggi dibandingkan lantai II (3,21 CFU/menit) dan sebagian besar berjenis

gram negatif batang. Hasil pengukuran totalkoloni jamur pada lantai II adalah

1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika dibandingkan

dengan standar NH&MRC dimana total koloni jamur adalah 150 CFU/m 3 udara,

maka kedua ruangan tersebut masih berada di bawah standar. Pada usap AC

9

Page 10: Makalah Kesling Sbs

ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar yang bersifat

biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen, antara lain jamur, metazoa,

bakteri, maupun virus. Penyakit yang disebabkannya seringkali diklasifikasikan

sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (air-borne diseases) (Soemirat,

2002).

Pencemaran udara yang terjadi di dalam ruang karena pengaruh benda-

benda dan bahan-bahan di dalam ruangan serta perilaku aktifitas pengguna

ruangan seperti memasak, merokok, penerangan dsb. Bahan sintetis masa kini

yang sering digunakan sebagai bahan finishing interior dan mikroorganisme yang

terbawa oleh debu di dalam ruang berperan besar menyebabkan beberapa

gangguan kesehatan terutama alergi dan asma, yang sebenarnya berasal dari

pencemaran debu biogenik, yaitu debu/partikulat yang mengandung

mikroorganisme, baik itu tungau (sering disebut dust mites) maupun jamur (mold)

dan bakteri (Legionella pneumophilla).

Tabel I. Surnber Kontaminan Pencemar Udara Dalam Ruang

10

Page 11: Makalah Kesling Sbs

Mikroorganisme yang berada di dalam ruang dapat bertambah banyak

karena adanya faktor yang mendukung pertumbuhannya, yaitu kelembaban udara,

yang berkaitan erat dengan musim yang terjadi pada saat itu. Kelembaban ruang

yang berkisar antara 25 - 75% sangat mempengaruhi pertumbuhan spora jamur.

Jenisjenis bakteri yang pathogen pada manusia yang banyak terdapat di dalam

ruangan adalah jenis Legionella. Bakteri berasal dari soil borne yang kemudian

masuk ruangan saat penggalian atau saat pembangunan.

Hasil pengamatan mikroorganisme udara yang dibiakkan pada cawan petri

menunjukkan bahwa jumlah koloni mikroorganisme pada ruang yang

menggunakan AC lebih sedikit dibandingkan mikroorganisme dari ruangan yang

tidak menggunakan AC (tabel 3). Batas jumlah koloni yang digunakan sebagai

standar kualitatif banyak-sedikit adalah 20 koloni dalam satu cawan petri, sesuai

dengan ketentuan yang umum digunakan oleh WHO untuk mikroorganisme udara

(Godish, 1991).

Tabel 3. Jumlah Koloni Mikroorganisme Udara Pada Lokasi Penelitian

Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa mikroorganisme udara pada ruang yang

menggunakan AC lebih sedikit dibanding yang tidak ber AC, yaitu antara 3 -15 koloni (<

11

Page 12: Makalah Kesling Sbs

20 koloni) per cawan petri. Sedangkan pada ruang yang tidak menggunakan AC jumlah

koloni percawan petri adalah 24 - 43 koloni (> 20 koloni). Untuk memudahkan analisa

maka jumlah koloni dikelompokkan menjadi kategorik dengan batas pembagian 20

koloni sesuai dengan ketentuan yang umum dipakai

Untuk pertumbuhan optimal, mikroorganisme memerlukan lingkungan yang

memadai. Pada ruangan yang tidak menggunakan pengontrol udara maka pengaruh udara

luar sangat berperan, seperti temperature dan kelembaban. Maka temperatur dan

kelembaban ruang tergantung pada temperature dan kelembaban udara luar. Pada musim

hujan temperatur udara relatif rendah dan kelembaban sangat tinggi, sehingga merupakan

media sangat baik untuk tumbuhnya mikroorganisme. Tetapi pada ruang yang

menggunakan air conditioning (AC) temperatur dan kelembaban diatur dengan alat

tersebut, sehingga kondisi udara menjadi media yang kurang menguntungkan untuk

pertumbuhan mikroorganisme. Oleh sebab itu jumlah dan jenis mikroorganisme yang

teridentifikasi pada cawan petri tidak banyak. Berbeda halnya dengan sampel yang

diambil dari ruang non-AC, jumlah dan jenis mikroorganisme bervariasi. Lingkungan

(termasuk di dalamnya mahluk hidup) adalah suatu sistem yang saling terkait dan

mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini antara temperatur dan kelembaban adalah

variabel yang sangat berkaitan erat dan keduanya saling mempengaruhi. Sehingga dalam

analisa ditinjau kemungkinan adanya interaksi antara kedua variabel ini. Hasil analisa

semua variable yang termasuk kriteria inklusi dan kemungkinan adanya interaksi antar

variabel tersebut ditampilkan pada tabel 4.

Table 4. Hasil analisa statistik antara jumlah koloni mikroorganisme udara

dengan digunakannya sistem ventilasi dalam ruang (AC dan non-

AC)

12

Page 13: Makalah Kesling Sbs

Dari tabel tersebut diketahui variabel yang mempunyai pengaruh terbesar

terhadap keberadaan mikroorganisme udara adalah system sirkulasi. Artinya

dengan sirkulasi yang baik dimana udara dapat bergerak atau bertukar maka

mikroorganisme akan berkurang jumlahnya.Sebaliknya jika sirkulasi buruk

dimana udara relatif tidak bergerak atau ada pergerakan tetapi sedikit dan tidak

mampu mengganti udara berkualitas buruk dengan udara bersih/segar maka

kemungkinan akan mengandung mikroorganisme lebih besar, dengan probabilitas

mencapai 9613 kali sesuai tabel 4 di atas. Angka ini berarti pada ruangan yang

menggunakan AC ataupun ventilasi alami, jika sirkulasi udara buruk maka

mikroorganisme akan tetap dapat tumbuh, asalkan temperatur dan kelembaban

memenuhi syarat. Dalam hal ini temperature tinggi (jumlah koloni banyak) dan

13

Page 14: Makalah Kesling Sbs

temperature rendah (jumlah koloni sedikit). Sebagai urutan tingkat faktor peran

dalam pertumbuhan mikroorganisme dalam ruang sebagai berikut:

1. sirkulasi udara (baik -buruk) (resiko relatif = 9613,15)

2. temperature (resiko relatif = 37,56)

3. sistem ventilasi (ada -tidak ada AC) (resiko relatif = 16,01)

4. kelembaban udara (resiko relatif = 4,78)

E. PENGARUH KUALITAS FISIK DAN KUALITAS MIKROBIOLOGI

TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN

Hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik terlihat bahwa

ada dua variabel yang signifikan terhadap terjadinya gangguan kesehatan, yaitu:

1. Jamur berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan berupa iritasi

hidung, artinya semakin banyak jumlah koloni jamur dalam ruangan

mempunyai resiko 16,463 kali lebih besar untuk dapat terjadinya iritasi

hidung.

2. Kuman berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan berupa mual,

artinya semakin banyak jumlah koloni kuman dalam ruangan mempunyai

resiko 1,008 kali lebih besar untuk dapat terjadinya mual.

Variabel lainnya yang tidak signifikan, belum tentu tidak memberikan

pengaruh terhadap gangguan kesehatan yang timbul. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu : banyaknya factor yang berpotensi mempengaruhi kualitas

udara lingkungan kerja, gangguan kesehatan yang terjadi tidak bersifat spesifik dan

dapat merupakan gejala-gejala dari penyakit lain, penyebab terjadinya gangguan

kesehatan tersebut dipengaruhi banyak faktor lain. Tan Malaka (1998) menyatakan

bahwa intensitas pengaruh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan

kerja tergantung lokas dan proses yang ada. Walaupun tidak semua dominan, namun

faktor - faktor tersebut selalu ada dalam lingkungan kerja.

SOLUSI

Dari berbagai permasalahan diatas, maka solusi yang tepat untuk memecahkan

permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

14

Page 15: Makalah Kesling Sbs

1. Memberdayakan seluruh manajer dan pekerja/karyawan untuk

meningkatkan kebersihan lingkungan kerja melalui penataan

ruangan kerja, penataan arsip dan berkas dalam lemari sesudah

bekerja, dan kebersihan peralatan kerja termasuk budaya

membersihkan ruangan setiap hari dan perangkat AC secara

berkala.

2. Dalam membangun gedung perlu memperhatikan penggunaan finishing

material (terutama interior) yang mudah dibersihkan dari debu dan

polutan.

3. Mengatur letak lubang ventilasi yang tepat termasuk pintu dan jendela

atau lainnya, yaitu dari arah datangnya angin yang segar sehingga dapat

meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.

4. Untuk mendapatkan kualitas udara yang baik dan nyaman, pengaturan

tata letak (block plan) bangunan perlu mempertimbangkan arah angin

segar dengan kandungan polutan udara yang minim.

5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang jenis mikroorganisme

patogen yang ada di ruangan mengingat jumlah koloni kuman yang

melebihi standar baku mutu dan banyaknya karyawan yang

mengalami gangguan kesehatan, sehingga dapat ditetap kan

standar baku mutu kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan.

15

Page 16: Makalah Kesling Sbs

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap, kualitas mikrobiologi

udara dan gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC,

hubungan antara sistem ventilasi dalam ruangan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan

mikroorganisme, dan pengaruh antara kualitas udara di ruangan ber - AC terhadap

gangguan kesehatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sumber pencemar udara ruangan yang dirasakan oleh karyawan berupa

asap dan bau-bauan yang tidak sedap. Sumber pencemar asap tersebut

berasal dari asap rokok, sedangkan sumber pencemar bau-bauan berasal

dari bau sampah dari kantin, bau minyak wangi dan pengharum ruangan

yang terlalu menyengat.

2. Gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan berurutan dari yang

terbanyak adalah iritasi kulit (75,28 %), iritasi mata (74,36 %), iritasi

hidung (73,03 %), gangguan saraf (66,29 %), gangguan saluran pernafasan

(46,07 %), mual (21,35 %).

3. Kelembaban udara dan kecepatan aliran udara di lokasi penelitian

melebihi Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261/

MENKES/SK/II/1998, sedangkan untuk suhu udara ruangan masih berada

pada suhu nyaman kerja yang berarti tidak melebihi Standar Baku Mutu

Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 261 /MENKES/SK/II/1998.

4. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) secara statistik antara

jumlah koloni mikroorganisme pada ruangan ber-AC dan ruangan tidak

ber-AC (ventilasi alami) dengan kemungkinan adanya mikroorganisme

pada ruangan tanpa AC adalah 1 0,8x lebih besar dari pada ruangan yang

menggunakan AC.

16

Page 17: Makalah Kesling Sbs

5. Sirkulasi udara berperan terhadap jumlah koloni mikroorganisme. Lokasi

yang mempunyai sirkulasi udara buruk kemungkinan untuk mengandung

mikroorganisme udara sebesar 2,98x lebih tinggi dibandingkan lokasi

dengan sirkulasiudara baik, pada ruang tanpa AC maupun ruang ber-AC

6. Menurut urutan besarnya pengaruh terhadap jumlah koloni

mikroorganisme udara pada ruang ber AC dan tanpa AC adalah sirkluasi

udara, temperatur udara, sistem ventilasi (ber- AC/ tanpa AC) dan

kelembaban. Dari estimasi model menunjukkan bahwa ruangan yang

menggunakan AC mempunyai probabilitas untuk tidak terdapat

mikroorganisme udara sebesar 96%.

SARAN

Dari berbagai permasalahan diatas, maka saran yang dapat kami beikan

untuk seyogyanya dapat menyelesaikan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan kualitas udara yang baik dan nyaman, pengaturan tata letak

(block plan) bangunan perlu mempertimbangkan arah angin segar dengan

kandungan polutan udara yang minim.

2. Mengatur letak lubang ventilasi yang tepat termasuk pintu dan jendela atau

lainnya, yaitu dari arah datangnya angin yang segar sehingga dapat

meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.

3. Diusahakan agar tiap titik (sudut) di dalam ruangan selalu ada pergerakan atau

sirkulasi udara, kalau perlu dengan alat bantu seperti fan, air conditioning,

ventilasi dan lain-lain

4. Memasukkan sinar matahari pagi ke dalam ruangan satu atau dua jam secara

periodik, karena sinar ultra violet di kenal sebagai antiseptik, dapat membunuh

mikroorganisme

5. Membersihkan secara periodik filter pada sistem HV AC untuk mencegah

masuknya dan bersarangnya mikroorganisme dan polutan yang lain di dalam

ruangan

6. Memberdayakan seluruh manajer dan pekerja/karyawan untuk

meningkatkan kebersihan lingkungan kerja melalui penataan ruangan

kerja, penataan arsip dan berkas dalam lemari sesudah bekerja, dan

17

Page 18: Makalah Kesling Sbs

kebersihan peralatan kerja termasuk budaya membersihkan ruangan setiap

hari dan perangkat AC secara berkala.

7. Monitoring kesehatan dengan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk

mengetahui sejak dini gangguan ke sehatan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Corie I.P, dkk : 2004; Pengaruh Kualitas Udara. Dosen di Bagian Kesehatan

Lingkungan FKM UNAIR. www.google.com

Yatim Faizal : 2004; Artikel; Sickbuilding Syndrome, building realeted, illeness,

and Legionellosis: “Penyakit akibat tempat Kerja yang Kurang Mnedukung”.

Media Litbang Kesehatan Vol.XII NO.3 2002 www.google.com

Moerdjoko, 2004: Kaitan Sistem Ventllasi Bangunan Dengan Keberadaan

Mikroorganisme udara, Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Jurusan Arsitektur; Universitas Trisakti. www.google.com”

http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals//

18