Makalah Kelompok 4_ Ekologi_ekosistem

43
1 MAKALAH EKOLOGI TERESTRIAL EKOSISTEM Oleh : Ninditan Fitria Primasari ( 121810401001 ) Lidia Maziyyatun Nikmah ( 131810401035 ) Maulana Makhmud ( 131810401044 ) JURUSAN BIOLOGI

description

Ekologi

Transcript of Makalah Kelompok 4_ Ekologi_ekosistem

3

MAKALAH EKOLOGI TERESTRIALEKOSISTEM

Oleh :Ninditan Fitria Primasari ( 121810401001 )Lidia Maziyyatun Nikmah( 131810401035 )Maulana Makhmud( 131810401044 )

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER2014KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Ekologi Teresterial yang berjudul Ekosistem. Terima- kasih penulis sampaikan kepada Bapak pembina kuliah Ekologi Terestereial yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat membuat makalah ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada para pembaca yang telah berkenan membaca makalah ini. Harapan penulis adalah agar makalah ini dapat memberi tuntunan dan bacaan bagi pembaca, baik praktisi maupun mahasiswa dalam memahami ekosistem dalam ekologi. Penulis menyadari, isi maupun cara penyampaian makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca. Demikian makalah ini penulis susun, apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.

6, Maret 2015

Penulis

Daftar Isi

Cover1KATA PENGANTAR2BAB I. PENDAHULUAN41.1 Latar belakang41.2Rumusan Masalah41.3Tujuan51.4 Manfaat5BAB II. PEMBAHASAN62.1Pengertian Ekosistem62.2 Komponen-komponen Ekosistem72.3 Keseimbangan dalam Ekosistem102.4 Energi dalam Ekosistem102.4.1 Hukum Termodinamika112.4.2 Rantai Makanan122.4.3 Jaring Makanan132.4.4 Tingkat Trofik132.4.5 Struktur Trofik dan Piramida Ekologi142.5 Siklus Materi (Siklus Biogeokimia)152.6 Produktivitas Ekosistem192.7 Stabilitas Ekosistem222.8 Proses-proses penting dalam Ekosistem232.9 Tipe-tipe ekosistem242.9.1 Ekosistem Darat ( Terestrial )24BAB III. PENUTUP27 3.1Kesimpulan.27DAFTAR PUSTAKA28

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangIstilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau kajian (Soemarwoto, 1983).Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan timbal balik antar organisme hidup dengan lingkungannya. Salah satu kajian dari ekologi adalah ekosistem tempat organism itu hidup. Ekosistem (satuan fungsi dasar dalam ekologi) adalah suatu sistem yang didalamnya terkandung komunitas hayati dan saling mempengaruhi antara komponen biotik dan abiotik (Odum,1998).Isilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahhi ekologi berkebangsan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun 1935 yang menyatakan bahwa ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat struktur dan fungsi. Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup mereka bergantung pada organisme yang lain dan lingkungannya. Hubungan organisme satu dengan yang lainnya dan dengan semua komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat timbal balik. Hubungan yang demikian itu alamiah artinya hubungan yang terjadi secara otomatis pada sistem alam atau sistem ekologi yang dikenal dengan ekoistem (Resosoedarmo, 1986).

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari ekosistem?2. Apa saja komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem?3. Bagaimana keseimbangan yang terjadi dalam ekosistem?4. Apa saja energi yang ada dalam ekosistem?5. Bagaimana siklus materi yang terjadi dalam ekosistem ?5. Bagaimana produktivitas dalam ekosistem?6. Bagaimana stabilitas yang terjadi dalam ekosistem ?7. Apa saja proses-proses penting yang terjadi dalam ekosistem ?8. Apa saja tipe-tipe ekosistem dan macam-macam ekosistem darat (terestrial) ?1.3Tujuan1. Mengetahui pengertian dari ekosistem.2. Mengetahui komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem.3. Mengetahui keseimbangan yang terjadi dalam ekosistem.4. Mengetahui energi yang ada dalam ekosistem.5. Mengetahui siklus materi yang terjadi dalam ekosistem.5. Mengetahui produktivitas dalam ekosistem.6. Mengetahui stabilitas yang terjadi dalam ekosistem.7. Mengetahui proses-proses penting yang terjadi dalam ekosistem.8. Mengetahui tipe-tipe ekosistem dan macam-macam ekosistem darat (terestrial).1.4 Manfaat1 Sebagai tambahan informasi kepada mahasiswa mengenai ekosistem baik komponen, siklus-siklus yang terjadi dalam ekosistem serta macam-macam ekosistem.

BAB II. PEMBAHASAN

2.1Pengertian EkosistemBeberapa penulis menggunakan istilah yang berbeda dalam mengartikan istilah ekosistem, namun dengan maksud yang sama. Misalnya pada tahun 1877 seorang ahli ekologi bangsa Jerman bernama Karl Mobiustelah menulis tentang komunitas organisme dalam batu karang, dan menggunakan istilah yang bermakna sama dengan ekosistem yaitu biocoenosis. Pada tahun 1887 seorang ahli ekologi dari Amerika bernama S.A. Forbes, menggunakan istilah microcosm. Seorang ahli berkebangsaan Rusia bernama V.V. Dokuchaev dan G. F. Morozov (1846-1903) menggunakan istilah biokoenosis dalam menyebut ekosistem. Friederichs (1930) menggunakan istilah holocoen, Thienemann (1939) menggunakan istilah biosystem, Vernadsky (1944) menggunakan istilah bionert body dalam menyebut istilah ekologi (Odum, 1993).Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut: Istilah ekosistem pertama kali dikemukakan oleh A.G. Transley pada tahun 1935, berkebangsaan Inggris. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah berhubungan denga keanekaragaman spesies (species diversitty). Adapun kata fungsi yang dimaksud oleh Transley adalah brhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen-komponen ekosistem (Setiadi, 1983). Menurut Woodbury (1945) dalam ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks yang di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya menjadi mata rantai siklus materi dan aliran energi (Setiadi, 1983). Ekosistem yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya mencakup organisme dan lingkungan (biotik dan abiotik), dan diantara keduanya saling berpengaruh (Odum, 1993). Ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling berpengaruh (UU Lingkungan Hidup, 1997 dalam Indriyanto, 2006). Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemartowo, 1983). Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan komponen abiotik yang saling berpengaruh. Ekosistem memiliki ukuran yang beraneka ragam besarnya bergantung kepada tingkat organisasinya (Resosoedarmo, 1986).2.2 Komponen-komponen EkosistemBerdasarkan atas segi struktur dasar ekosistem, maka komponen ekosistem (Gopal, 1979; Setiadi, 1983) terdiri atas 2 jenis :1. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tetumbuhan, dan mikroba.2. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, dara, tanah, dan energi.Berdasarkan segi trofik atau nutris, maka kompoenn biotik dalam ekosistem (Odum, 1993; Gopal, 1979; Resosoedarmo, 1986; Irwan, 1992) terdiri atas 2 jenis sebagai berikut :1. Komponen autrotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik yang berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari. Pada komponen autrotrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks.2. Komponen heterotrofik: organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Sebagian anggota komponen heterotrofik ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana. Dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.Odum (1993) mengemukakan bahwa semua ekosistem apabila ditinjau dari segi struktur dasarnya terdiri dari 4 komponen. Resosoedarmo (1986) juga menyatakan bahwa ekosistem ditinjau dari segi penyusunnya terdiri dari 4 komponen, yaitu komponen abiotik, komponen biotik yang mencakup produsen, konsumen, dan pengurai. Masing-masingdari 4 komponen ersebut diuraikan sebagai berikut :1. Komponen abiotik (benda mati atau non hayati): komponen fisika dan kimia yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan. Menurut Setiadi (1983), komponen biotik dari suatu ekosistem dapat meliputi senyawa dari elemen inorganik misalnya tanah, air, kalsium, oksigen, karbonat, fosfat, dan berbagai ikatan senyawa organik. Selain itu, juga ada faktor-faktor fisik yang terlibat misalnya uap air, angin, dan radiasi matahari (Indriyanto, 2006).2. Komponen produsen: organisme autrotrofik yang pada umumnya berupa tumbuhan hijau. Produsen menggunakan energi radiasi matahari dalam proses fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi CO2 dan H2O menghasilkan energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat (Indriyanto, 2006).3. Komponen konsumen: organisme heterotrofik atau makhluk hidup yang bergantung pada produsen sebagai makanan untuk memperoleh energi. Konsumen dapat digolongkan ke dalam : konsumen pertama, konsumen kedua, konsumen ketiga dan mikrokonsumen (Resosoedarmo, 1986; Setiadi, 1983). a. Konsumen pertama adalah golongan herbivora, yaitu binatang yang memakan tumbuhan hijau. Contoh : serangga, rodentia, kelinci, kijang, sapi, kerbau, kambing, zooplankton, crustaceae, dan mollusca.b. Konsumen kedua adalah golongan karnivora kecil dan omnivora. Karnivora kecil, yaitu binatang yang berukuran tubuh lebih kecil dari karnivora besar dan memakan binatang lain yang masih hidup, contoh : anjing, kucing, rubah, anjing hutan, burung prenjak, burung jalak, dan burung gagak. Omnivora, yaitu organisme yang memakan herbivora dan tumbuhan hijau, contoh : manusia dan burung gereja.c. Konsumen ketiga adalah golongan karnivora besar (karnivora tingkat tinggi). Karivora besar,, yaitu binatang yang memakan atau memangsa karnivora kecil, herbivora, maupun omnivora, contoh : singa, harimau, serigala, dan burung rajawali.d. Mikrokonsumen adalah organisme yang hidupnya sebagai parasit, scavenger, dan saproba. Parasit tumbuhan maupun binatang hidupnya bergantung pada sumber makanan dari inangnya. Sedangkan scavenger dan saproba hidup dengan memakan bangkai binatang dan tumbuhan yang telah mati.4. Komponen pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung kepada bahan organik dari organisme yang telah mati (binatang, tumbuhan, dan manusia yang telah mati). Mikroorganisme pengurai tersebut pada umumnya terdiri dari bakteri dan jamur. Dentritivor, yaitu organisme pemakan partikel-partikel organik atau detritus. Contohnya cacing tanah, lipang, dan siput. Berdasarkan tahap dalam proses penguraian bahan organik dari organisme mati, maka organisme pengurai terbagi atas dekomposer dan transformer (Setiadi, 1983). Dekomposer, yaitu mikroorganisme yang menyerang bangkai hewan dan sisa tumbuhan mati, kemudian memecah bahan organik kompleks menjadi lebih sederhana, proses dekomposisi tersebut disebut humufiksasi yang menghasilkan humus. Contohnya jamur dan bakteri. Transformer, yaitu mikroorganisme yang meneruskan proses dekomposisi dengan mengubah ikatan organik sederhana menjadi bahan anorganik yang siap dimanfaatkan lagi oleh produsen (tumbuhan), dan proses dekomposisi itu disebut mineralisasi yang menghasilkan zat hara (Indriyanto, 2006).2.3 Keseimbangan dalam EkosistemEkosistem memiliki keteraturan sebagai perwujudan dari kemampuan ekosistem untuk memelihara diri sendiri, mengatur diri sendirinya mengadakan keseimbangan kembali. Keseimbangan yang terdapat dalam ekosistem disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Resosoedarmo, 1986).Homeostatis berasal dari kata homeo yang artinya sama, da statis yang artinya berdiri (Odum, 1993). Homeostatis adalah kestabilan yang dinamis, karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam ekosistem akan tetap mengarahpada keseimbangan baru. Faktor-faktor yang terlibat dalam mekaisme keseimbangan ekosistem antara lain mencakup mekasnisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara, pertumbuhan orgaisme dan populasi, proses produksi, serta dekomposisi bahan-bahan organik (Indriyato, 2006)..Daya tahan ekosistem yang besar menunjukkan bahwa ekosistem mampu meghadapi gangguan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akibat gangguan itu dapat ditolerir bahkan ekosistem mampu pulih kembali dan menuju kepada kondisi keseimbangan. Berkaitan dengan daya tahan ekosistem seperti tersebut, di dalam ekologi terdapat istilah yang dikenal dengan daya lenting. Daya leting (resiliece) menunjukkan kemampuan ekosistem untuk pulih setelah tekena gangguan. Makin cepat kondisi ekosistem pulih berarti makin pendek masa pulihnya, makin banyak gangguan yang dapat ditanggulangi, sehingga berarti juga makin besar atau makin tinggi daya lentingnya. Kendatipun suatu ekosistem itu mempunyai daya lenting (daya tahan) yang besar, tetapi pada umumya batas mekanisme keseimbangan dinamis (homeostatis) masih dapat diterobos oleh kegiatan manusia (Resosoedarmo, 1986).2.4 Energi dalam EkosistemEnergi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja (Odum,1993). Energi yang dimiliki oleh setiap organisme hidup adalah energi kimia yang diperoleh dari makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak, dan sebagainya. Energi tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen, yaitu tumbuhan hijau dengan mengubah energi matahari ke dalam bentuk energi potensial. Energi potensial adalah energi yang tersimpan dan dapat digunakan untuk melakukan kerja, contohnya protein, karbohidrat, dan lemak. Energi kinetik adalah energi yang terlepaskan atau energi yang dibebaskan oleh organisme berupa energi gerak (Indriyanto, 2006).

klorofilSinar matahari merupakan sumber energi di dalam ekosistem yang oleh tumbuhan hijau dapat diubah menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa karbohidrat (glukosa) melalui proses fotosintesis. Reaksi fotosintesis adalah sebagai berikut :

Cahaya6CO2 + 12 H2O C6H12O6 + 6 O2 + 6H2O

Senyawa karbohidrat merupakan makanan bagi hewan pemakan tumbuhan. Istilah makanan disini adalah materi yang mengandung energi yang dapat digunakan oleh organisme. Aliran energi dalam ekosistem terlihat pada rantai makanan dan juga jaring-jaring makanan (Soemarwoto, 1980). 2.4.1 Hukum TermodinamikaEnergi di alam bebas atau di ekosistem ini tunduk pada hukum termodinamika I dan hukum termodinamika II (Odum,1993).a. Hukum Termodinamika IEnergi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain, tetapi tidak pernah dapat diciptakan atau dimusnahkan. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi dapat diubah-ubah bentuknya, dan semua energi yang memasuki organisme, populasi, atau ekosistem dapat dianggap sebagai energiyang tersimpan atau terlepaskan. Jadi, organisme dapat dianggap sebagai salah satu komponen pengubah energi dalam sistem ekologi (Indriyanto, 2006).b. Hukum Termodinamika IISetiap terjadi perubahan bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat menjadi bentuk energi yang terpencar, dan di dalam proses transformasi energi yang tidak dapat digunakan. Hukum ini menerangkan bahwa meskipun energi tidak pernah hilang dari sistem alam, tetapi energi tersebut sebagian akan terus berubah menjadi bentuk energi yang kurang bermanfaat. Aliran energi dalam ekosistem akan selalu seirama dengan siklus materi. Kedua proses tersebut (aliran energi dan siklus materi) berjalan melalui rantaimakanan dan jaring makanan (Odum, 1993).2.4.2 Rantai MakananRantai makanan adalah transfer atau pemindahan energi dari sumbernya melalui serangkaian organisme yang dimakan dan yang dimakan (Odum, 1993). Dalam ekosistem, hanya tumbuhan hijau yang mampu menangkap energi radiasi matahri dan mengubahnya kedalam bentuk energi kimia dalam tubuhnya, misalnya karbohidrat, protein, dan lemak. Energi makanan yang dibuat oleh tumbuhan hijau itu sebagian lagi merupakan sumber daya yang dimanfaatkan oleh herbivora. Herbivora dimangsa oleh karnivora, dan karnivora dimangsa oleh karnivora lainnya, demikian seterusnya terjadilah proses pemindahan energi dan materi dari satu organisme ke organisme yang lain dan ke lingkungannya. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa satu kehidupan dapat menyokong kehidupan yang lainnya. Dengan kata lain, dari satu organisme ke organisme yang lain akan terbentuk suatu rantai yang disebut dengan rantai makanan (Resosoedarmo, 1986).Pada prinsipnya, rantai makanan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai berikut :1. Rantai pemangsa, yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen (tumbuhan) ke binatang kecil, kemudian ke binatang yang besar, dan berakhir pada binatang paling besar.2. Rantai parasit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme besar ke organisme kecil.3. Rantai saprofit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme mati (bahan organik) ke mikroorganisme atau jasad renik (Indriyato, 2006).2.4.3 Jaring MakananJaring makanan, yaitu gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum, 1993). Ketiga kelompok rantai makanan saling berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap rantai makanan yang ada di ekosistem disambungkan dan membentuk rantai makanan yang lebih kompleks, maka terbentuk jaring makanan. Jaring makanan dalam ekosistem dapat menggambarkan kestabilan ekosistem tersebut (Indriyato, 2006).2.4.4 Tingkat TrofikMenurut Heddy (1986), tingkat trofik menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dianggap termasuk dalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo, 1986; Odum, 1993).Berdasarkan pemahaman tingkat trofik, maka organisme dalam ekosistem dikelompokkan sebagai berikut :1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang bersatu sebagai produsen. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik pertama.2. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang bersatu sebagai herbivora (komsumem primer).3. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai herbivora kecil (konsumer sekunder).4. Tingkat trofik keempat, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora besar (karnivora tingkat tinggi).5. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai perombak (dekomposer dan transformer) atau semua mikroorganisme (Indriyanto, 2006).2.4.5 Struktur Trofik dan Piramida EkologiStruktur trofik dapat diukur dan dideskripsikan dengan istilah biomassa (standing crop) per satuan luas atau dengan pernyataan jumlah energi yang terikat per satuan luas per satuan waktu pada tiap tingkat trofik secara berurutan. Makin panjang rantai makanan, energi yang tersedia bagi kelompok organisme yang terakhir makin kecil (sedikit) (Indriyanto, 2006). Odum (1993) dan Resosoedarmo (1986) menyatakan bahwa piramida ekologi dapat menggambarkan (secara grafik) struktur trofik dan fungsi trofik. Struktur dan fungsi trofik dapat terlihat pada masing-masing tipe piramida, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi (Odum, 1993).Masing-masing tipe piramida dijelaskan sebagai berikut :1. Piramida jumlah, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan jumlah individu organisme tiap tahap tingkatan trofik. Dalam piramida jumlah, yang dilukiskan adalah jumlah individu organisme yang ada pada tiap tingkat trofik. Umumnya karnivora lebih besar dan kuat daripada produsen dan herbivora, karnivora sekunder lebih besar dan kuat daripada karnivora primer, dan seterusnya. Oleh karena itu, jika ukuran atau kekuatan organisme makin bertambah pada tiap tingkat trofik, maka jumlah organisme pada tiap tingkat trofik secara berurutan makin kurang kecuali untuk tingkat pengurai.2. Piramida biomassa, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkat trofik. Piramida biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan terjadi perbedaan bentuk. Pada ekosistem daratan, piramida biomassanya tegak dan memili jumlah organisme produsen yang lebih banyak dibandingkan jumlah organisme konsumen pada tiap tingkat trofik, dan siklus hidup organisme produsen umumnya lebih panjang, maka biomassa semua produsen pada tahap waktu selalu lebih besar, sedangkan biomassa konsumen makin kecil menuju ke puncak piramida. Adpun pada ekosistem perairan memiliki piramida biomassa terbalik karena biomassa konsumen selalu lebih besar daripada biomassa produsen.3. Piramida energi, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan tingkat energi pada tiap tahap tingkat trofik. Kehilangan energi yang terjadi dapat dipahami dengan Hukum Termodinamika II bahwa setiap ada pengubahan energi akan menimbulkan hilangnya energi yang dipakai. Akibat hilangnya energi ini maka total jumlah energi pada tiap tingkat trofik lebih rendah dari tingkat trofik sebelumnya dan umumnya jauh lebih rendah. Energi pada herbivora lebih rendah daripada produsen (tumbuhan), energi pada karnivora lebih rendah daripada herbivora dan seterusnya, sehingga bentuk piramida energi adalah piramida tegak.Diantara ketiga piramida, piramida energi adalah piramida yang terbaik karena dapat memberikan gambaran menyeluruh berkaitan dengan sifat-sifat fungsional suatu ekosistem dan dapat menunjukkan efisiensi ekologi atau keproduktifan ekosistem. Piramida energi tidak dipengaruhi oleh ukuran organisme dan kecepatan metabolisme pada tiap organisme, sehingga apabila semua sumber energi diperhitungkan, maka bentuk piramida selalu tegak sesuai dengan Hukum Termodinamika II (Resosoedarmo, 1986; Setiadi, 1983).2.5 Siklus Materi (Siklus Biogeokimia)Proses pertumbuhan dan hidup dari organisme memerlukan kira-kira 40 unsur. Hydrogen, karbon, dan oksigen merupakan penyusun utama tubuh mahluk hidup. Nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, dan magnesium merupakan unsur-unsur yang banyak diperlukan oleh organisme hidup sehingga disebut unsur makro. Seng, kobalt, molybdenum, besi, klor, natrium, mangan, dan boron diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi unsur-unsur ini terlibat dalam reaksi-reaksi penting dalam tubuh organisme dan dikategorikan sebagai unsur mikro (Suwasono, 1994).Terdapat beberapa siklus yang terjadi didalam ekosistem, antara lain yaitua. Siklus KarbonKarbon merupakan bahan dasar penyusun senyawa organik. Di dalam organisme hidup terdapat 18% karbon. Kemampuan saling mengikat pada atom-atom karbon (C) merupakan dasar bagi keragaman molekul dan ukuran molekul yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Selain terdapat dalam bahan organik, karbon juga ditemukan dalam senyawa anorganik, yaitu gas karbondioksida (CO2) dan batuan karbonat (batu kapur dan koral) dalam bentuk calsium karbonat (CaCO3). Organisme autotrof (tumbuhan) menangkap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat, protein, lipid, dan senyawa organik lainnya. Bahan organik yang dihasilkan tumbuhan ini merupakan sumber karbon bagi hewan dan konsumen lainnya. Pada setiap tingkatan trofik rantai makanan, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil pernapasan (respirasi). Produsen, herbivora, dan karnivora selalu bernapas dan menghasilkan gas karbondioksida. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer. Meskipun konsentarasi CO2 di atmosfer hanya sekitar 0,03%, namun karbon mengalami siklus yang cepat, sebab tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas CO2. Walaupun begitu, sejumlah karbon dipindahkan dari siklus itu dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena karbon terkumpul di dalam kayu dan bahan organik lain yang tahan lama, termasuk batu bara dan minyak bumi. Perombakan oleh detritivor akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2. Selain itu pembakaran kayu dan bahan bakar fosil juga ikut berperan, karena api dapat mengoksidasi bahan organik atau kayu menjadi CO2 dengan lebih cepat. b. Siklus FosforKeberadaan fosfor pada organisme hidup sangat kecil, tetapi peranannya sangat diperlukan. Atom fosfor hanya ditemukan dalam bentuk senyawa fosfat (PO4-3). Fosfat diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Fosfor banyak dikandung oleh asam nukleat, yaitu bahan yang menyimpan dan mentranslasikan sandi genetik. Atom fosfor juga merupakan dasar bagi ATP (Adenosine TriPhospat) berenergi tinggi yang digunakan untuk respirasi seluler dan fotosintesis. Selain itu merupakan salah satu mineral penyusun tulang dan gigi. Fosfor merupakan komponen yang sangat langka dalam organisme tak hidup. Produktivitas ekosistem darat dapat ditingkatkan jika fosfor dalam tanah ditingkatkan. Peristiwa pelapukan batuan oleh fosfat akan menambah kandungan fosfat di dalam tanah. Contohnya adalah akibat hujan asam Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam bentuk biologis, fosfor dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organik. Setelah itu, fosfor ditambahkan kembali ke tanah melalui ekskresi fosfat oleh hewan dan bekteri penguarai detritus. Humus dan partikel tanah mengikat fosfat sedemikian rupa, sehingga siklus fosfor terlokalisir dalam ekosistem. Namun, fosfor dapat dengan mudah terbawa aliran air yang pada akhirnya terkumpul di laut. Erosi yang terjadi akan mempercepat pengurasan fosfat di samping pelapukan batuan yang sejalan dengan hilangnya fosfat. Fosfat yang berada di lautan secara perlahan terkumpul dalam endapan yang kemudian tergabung dalam batuan. Ketika permukaan air laut mengalami penurunan atau dasar laut mengalami kenaikan, batuan yang mengandung fosfor ini menjadi bagian dari ekosistem darat. Dengan demikian, fosfat mengalami siklus di antara tanah, tumbuh an, dan konsumen dalam waktu tertentu. c. Siklus NitrogenAtmosfer mengandung lebih kurang 80% atom nitrogen dalam bentuk gas nitrogen (N2). Di dalam organisme, nitrogen ditemukan dalam semua asam amino yang merupakan penyusun protein. Bagi tumbuhan, nitrogen tersedia dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) yang masuk ke dalam tanah melalui air hujan dan pengendapan debu-debu halus atau butiran lainnya. Beberapa tumbuhan, seperti seperti Bromeliaceaeepifit yang ditemukan di hutan hujan tropis, memiliki akar udara yang dapat mengambil NH4+ dan NO3- secara langsung dari atmosfer. Jalur lain penambahan nitrogen dalam ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen (nitrogen fixation). Fiksasi nitrogen merupakan proses perubahan gas nitrogen (N2) menjadi mineral yang digunakan untuk mensintesis senyawa organik seperti asam amino. Nitrogen difiksasi oleh bakteri Rhizobium, Azotobacter, dan Clostridium yang hidup bebas dalam tanah. Selain dari sumber alami, sekarang ini fiksasi nitrogen dibuat secara industri yang digunakan sebagai pupuk. Pupuk bernitrogen ini memberikan sumbangan utama dalam siklus nitrogen di suatu ekosistem akibat kegiatan pertanian. Meskipun tumbuhan dapat menggunakan amonium secara langsung, tetapi sebagian besar amonium dalam tanah digunakan oleh bakteri aerob tertentu sebagai sumber energi. Aktivitas ini mengubah ammonium menjadi nitrat (NO3 kemudian menjadi nitrit (NO2-). Proses ini disebut nitrifikasi. Perombakan dan penguraian nitrogen organik kembali menjadi amonium yang disebut amonifi kasi dilakukan oleh bakteri dan jamur pengurai. Proses-proses tersebut akan mendaur ulang sejumlah besar nitrogen di dalam tanah. d. Siklus AirAir merupakan komponen penting bagi kehidupan. Selain itu, aliran air dalam ekosistem berperan mentransfer zat-zat dalam siklus biogeokimia. Siklus air digerakkan oleh energi matahari melalui penguapan (evaporasi) dan terjadinya hujan (presipitasi). Di lautan, jumlah air yang menguap lebih besar dari curah hujan. Kelebihan uap air ini dipindahkan oleh angin ke daratan. Di atas daratan, persipitasi melebihi evaporasi. Aliran air permukaan dan air tanah dari darat menyeimbangkan aliran uap air dari lautan ke darat. Siklus air memiliki sifat khas dibandingkan siklus biogeokimia yang lain. Sebagian besar siklus ini terjadi melalui proses fisik, bukan kimia. Dalam proses-proses tersebut air berbentuk H 2O, sedangkan di dalam fotosintesis terjadi perubahan air secara kimiawi.e. Siklus Sulfur dan BelerangSulfur (belerang) banyak terdapat di dalam kerak bumi dan dapat diambil tumbuhan dalam bentuk sulfat. Sulfur di atmosfer berupa gas SO2atau oksida sulfur yang terbentuk dari sisa pembakaran bahan bakar fosil (BBM) dan lelehan dari belerang dari tambang belerang. Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara bersenyawa dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh ke tanah akan menjadi bentuk ion-ion sulfat. Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein dalam tubuhnya

2.6 Produktivitas EkosistemSumber daya energi yang utama untuk semua tingkat trofik adalah radiasi matahari. Suatu permukaan yang tidak terlindungi dan mendapat radiasi sinar matahari secara langsung, maka permukaan itu akan menerima energi dari radiasi matahari dengan kecepatan 1,94 g-kalori/cm2/menit, akan tetapi pada umumnya radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi hanya 46%, hal itu disebabkan adanya penyerapan dan pemantulan sebagian energi oleh atmosfer, asap, partikel-partikel debu, dan awan (Kendeigh, 1980).Manfaat utama dari energi matahari yang bisa sampai permukaan bumi adalah untuk kepentingan tumbuhan hijau yang dalam proses kehidupan tumbuhan dikenal dengan fotosintesis dan respirasi. Dalsm proses fotosintesis, organisme-organisme yang berfotosintesis (autotrof) hanya memanfaatkan 50% dari radiasi matahari yang diterima dan efisiensi pemanfaatsn energi yang diserap oleh autotrof hingga mencapai produktivitas primer bersih hanya lebih kurang 1% (Odum, 1993).Kecepatan energi radiasi matahari yang diubah oleh tumbuhan hijau menjadi energi kimia dikenal sebagai produktivitas primer (Vickery, 1984; Chapman, 1997).Produktivitas primer adalah kecepatan energi radiasi matahari yang disimpan melalui aktivitas fotosintesis dan kemosintesis oleh organisme produsen dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan. Produktivitas digolongkan menjadi dua, yaitu produktivitas primer kotor dan produktivitas primer bersih (Odum, 1993).1. Produktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total fotosintesis, mencakup banyaknya bahan organik yang digunakan dalam respirasi atau pernafasan selama perode pengukuran. Produktivitas primer kotor disebut juga fotosintesis total atau asimilasi total.2. Produktivitas primer bersih, yaitu kecepatan penyimpanan bahan organik dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan bahan organik yamg sebagian telah dipakai untuk respirasi tumbuhan selama proses pemgukuran. Produktivitas primer bersih disebut juga fotosimtesis yang kelihatan atau asimilasi bersih.Produktivitas primer bersih memiliki kegunaan yang sama penting untuk memahami sebuah ekosistem karena hal itu dapat menggambarkan energi yang tersedia bagi seluruh komponen dalam rantai maupun jaringan makanan. Ekosistem yang memiliki produktivitas primer bersih rendah, akan menyokong organisme heterotrof yang jumlahnya sedikit dibandingkan dengan ekosistem yang memiliki produktivitas primer bersih tinggi (Indriyanto, 2006).Produktivitas komunitas bersih, yaitu kecepatan penyimpanan bahan organik pada penghasil-penghasil primer yang telah ditinggalkan oleh pemakan. Produktivitas sekunder, yaitu kecepatan penyimpanan energi pada organisme hidup tingkat konsumen. Energi yang tersimpan pada tingkat trofik yang lebih tinggi akan semakin kecil atau menurun. Total arus ebergi pada tingkatan heterotrof sebaiknya dusebut asimilasi dan bukan produksi karena organisme heterotrof mengambil bahan organik dari organisme autotrof dan mengasimilasikannya ke dalam jaringan tubuh mereka, maka kosep produktivitas kotor dan bersih tidak digunakan pada tingkatan heterotrof. Dengan demikian, penigkatan biomassa pada hetrotrof-heterotrof merupakan laju asimilasi dan bukan produksi (Odum, 1993).

Produktivitas dapat diukur selama beberapa periode waktu tertentu. Beberapa metode yang sesungguh yang dapat digunakan untuk mengukur produktivitas, yaitu :1. Metode panenMetode panen merupakan cara mengukur produktivitas dengan memanen seluruh organ vegetasi secara periodik menurut periode waktu yang dipilih. Hasil pane di oven pada suhu 80C hingga bobtnya konstan, dan bobot inilah yang disebut bobot kering oven (g/m2/tahun).2. Mengukur oksigenMetode ini biasa digunakan untuk mengukur vegetasi perairan. Metode ini menggunaka botol terang dan gelap yaitu botol tembus pandang dan botol gelap. Kedua botol diisi air dari danau pada kedalaman tertentu, kemudian ditutp dan dipertahankan pada kedalaman selama waktu tertentu. Setelah itu dibawa ke lab untuk penentuan kadar O2 yang ada pada air tersebut. Penrunan kadar O2 pada botol gelap disebabka oleh kegiatan respirasi, sedangkan peningkatan O2 pada botol terang disebabkan oleh kegiatan fotosintesis. Jumlah penigkatan dan penurunan O2 pada botol terang dan gelap menyatakan produktivitas kotor, sehinggan selisih antara O2 botol terang dan gelap merupakan produktivitas bersih.3. Metode karbon dioksidaMetode karbon dioksida dilakukan dengan memanfaatkan gas selama fotosintesis atau pembebasannya pada saat respirasi yang diukur dengan analisis gas infra merah atau dengan memasukkan gas melalui air Ba(OH)2 dan menitrasikannya. 4. Metode klorofilHubungan antara klorofil total terhadap laju fotosintesis dikenal sebagai rasio asimilasi atau laju produksi per gram klorofil. Jadi, rasio asimilasi merupakan perbandingan antara bobot O2 yang dihasilkan per jam (g/jam) dibagi dengan bobot klorofil (g) (Odum, 1993).

2.7 Stabilitas EkosistemEkosistem memiliki sifat sibernetika yang berarti mengebudi atau penguasaan, dengan arti bahwa fungsi pengendalian sifat internal dan menyebar. Di alam, ada beberapa spesies atau komponen yang dapat melakukan fungsi tertentu. Hal ini memungkinkan terjadinya stabilitas, derajat stabilitas yang dapat dicapai sangat bervariasi, tergantung pada hambatan-hambatan lingkungan dan efisiensi dari pengendalian di alam.Persistensi adalah kemampuan untuk menjaga kestabilan tanpa ada gangguan dan resisten adalah kemampuan untuk bertahan dari gangguan (Whitten, 1999).Berikut ini adalah arti dari stabilitas, yaitu: 1. Konstan (constancy). Kurang adanya perubahan dalam beberapa parameter dariekosistem seperti jumlah jenis, bentuk kehidupan dalam komunitas, kenampakan fisik lingkungan. 2. Menetap (persistence). Panjangnya waktu sehingga ekosistem konstan atau mampu memelihara kondisi khusus di dalam ikatan tertentu. 3. Kelembaman (inertia). Kemampuan ekosistem untuk tetap konstan atau untuk tahan dalam menghadapi faktor-faktor pengganggu seperti angin, api, penyakit, serangan herbivora dll. 4. Keuletan (resilience). Stabilitas yang elastik. 5. Kelenturan (elasticity). Kecepatan suatu ekosistem untuk kembali pada kondisi orisinalnya setelah terjadi gangguan 6. Ayunan (amplitude). Luasnya suatu ekosistem dapat dirubah dan masih kembali dengan cepat pada kondisi orisinilnya. 7. Stabilitas sildis (cyclic stability). Property suatu ekosistem untuk berubah melalui rangkaian kondisi yang membawa kembali pada kondisi orisinilnya. 8. Stabilitas lintasan cepat (trajectory stability). Kecenderungan ekosistem untuk kembali pada kondisi final tunggal, setelah gangguan telah merubah kondisi awal menjadi kondisi baru yang beragam. Contohnya pada pemusatan ekologis yang mengikuti suksesi yang retrogesif.2.8 Proses-proses penting dalam EkosistemAda empat proses penting dalam proses pemasukan energi dan nutrisi ke dalam Ekosistem, yaitu fotosintesis, herbivora, karnifora dan dekomposisi. Hebivora dan karnivora hanya melayani proses pemindahan nurtisi dan energi. Sedangkan dua proses dasar lainnya yaitu fotosintesis dan dekomposisi merupakan faktor penting karena fotosintesis merupakan proses pengikatan energi dan penyusunan ke dalam jaringan tumbuhan aktif, sedangkan dekomposisi merupakan proses terahir penghilangan energi dan pengurangan materi organik menjadi bahan organik.1. FotosintesisEnergi memasuki ekosistem sebagai cahaya tampak dan dan disimpan dalam tumbuhan selama proses fotosintesis. Dari proses ini terjadi perubahan biokemis yang meliputi serangkaian panas yang dilepaskan ke lingkungan. Kehilangan panas ini diikuti oleh kehilangan karbondioksida, air dan senyawa senyawa nitrogen yang mengalami siklus dalam ekosistem, meskipun beberapa energi hilang, namun beberapa energi disimpan dalam sistem.2. DekomposisiProses dekomposisi sebagai reduksi bahan organik menjadi senyawa anorganik, misalnya karbondioksida, air, dan oksigen dari senyawa yang telah disintesis, dimanfaatkan kembali. Proses dekomposisi meliputi fragmentasi, pencampuran, perubahan struktur fisika, penguraian, konsentrasi dan aktifitas enzim yang dilakukan oleh berbagai macam organisme. Organisme yang melakukan proses ini disebut organisme pengurai atau( dekomposer ).

2.9 Tipe-tipe ekosistemSecara umum ada dua macam ekosistem, yaitu ekosistem alami yang mencakup ekosistem darat ( Terestrial ) dan ekosistem air ( Akuatik ) dan ekosistem buatan. Ekosistem darat, yaitu ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Ekosistem darat dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan (Roesosoedarm, 1986).2.9.1 Ekosistem Darat ( Terestrial )Ekosistem tropik merupakan salah satu contoh dari ekosistem terestrial. Hutan ini dapat dibedakan atas adanya perbedaan tinggi terhadap permukaan laut (altitude), yaitu ada hutan dataran, hutan bukit hutan montana, hutan sub alpin, dan hutan alpin. Dengan demikian, komponen ekosistem dari masing-masing hutan tersebut tidak sama. Berikut ini merupakan macam-macam Ekosistem Terestrial yaitu:1. Hutan hujan TropikaHutan tropis merupakan Ekosistem darat dengan iklim paling sempurna. Terletak diantara 200 LU sampai 200 LS, dan terletak ditiga daerah utama yaitu (1) Amerika Tengah dan selatan, (2) Afrika, (3) Asia tenggara. Distribusinya paling jelas sering dijumpai di Lembah Amazon, Amerika selatan, Lembah Kongo, Afrika, dan Asia Teenggara di Indonesia. India Barat dan Muangthai. Pohon-pohon umumnya mempunya tiga lapisan: (1) pohon-pohon yang sangat menjulang tinggi, (2) Lapisan tajuk, yang membentuk permadani hijau dengan tinggi berkesinambungan antara 25-30 m, (3) sratum tumbuhan bawah yang memiliki pembuka tajuk.2. Hutan gugur daun ugahariEkosistem ini terdapat didaerah amerika bagian timur, dieropa dan di asia timur. Di negara eropa, hutan gugur daunugahari ini dipengaruhin oleh manusia, sedangkan di amerika utara bagian indian hanya sedikit sekali sehungga di amerika hutan ini masih asli. Dihutan ini perbedaan antara musim dingi dan musim panas sangat besar. Lapisan-lapisan herba dan semak cenderung berkembang baik, demikian pula dengan hewan-hewannya (Odum, 1996).3. TaigaTaiga merupakan bioma yang didominasi oleh tumbuhan konifer ( bangsa Coniferales ) khususnya Spruce dan Fir. Taiga ini terbentang dalam zona lebar yang melintang sepanjang bagian utara Amerika, Eropa dan Asia ke selatan di gunung-gunung tinggi yang di tumbuhi oleh hutan tusum atau pinus (Resosoedarmo, dkk, 1985).4. TundraTundra merupakan ekosistem yang hanya sedikit sekali pepohonan, karena daerah ini tertutup es. Terletak di kedua kutup bumi utara dan selatan (McNaughton dan Wolf,1998).Faktor pembatas dari ekosistem ini adalah temperatur yang rendah dan musim pertumbuhan yang singkat kurang lebih 60 hari, sehingga bioma ini jarang terdapat pohon-pohon yang lebat dan tinggi ( Odum, 1996)5. Hutan sabanaMerupakan padang rumput yang mengalami musim kemarau sangat panjang dan kering, ditumbuhi oleh pohon-pohon dengan jarak berjauhan dan diantaranya rerumputan yang tinggi (Soemarwoto, 1980).Di indonesia sabana ini terletak di Nusa Tenggara Timur dan Irian Yaya. Vegetasi pohon yang ada di hutan sabana ini berukuran kecil dan pendek-pendek, yaitu suku Mimosaeae, Myrtaceae. Hutan sabana yang baluran Jawa Timur terdapat satwa liar yang berupa banteng, kijang dan rusa.

6. Padang RumputPadang rumput merupakan daerah yang hanya didominasi oleh rerumputan tanpa ada tumbuhan berkayu, sehingga yang terlihat hanya hamparan rumput yang luas. Biasanya rerumputan yang berkuasa diwilayah ini adalah suku Poaceae dan Cyperaceae.Terdapat dua macam padang rumput yaitu padang rumput iklim basah dan padang rumput iklim kering.Padang rumput didaerah tropis biasanya berada dalam bentuk sabana yang terdiri atas pepohonanyang tersebar berjauhan diatas padang rumput (Ewusie, 1990).

BAB III. PENUTUP3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang diutarakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekosistem merupakan gabungan dari komunitas yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan lingkungannya. Dan matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Aliran energi pada suatu ekosistem berjalan satu arah. Energi ekosistem berasal dari energi matahari yang digunakan produsen untuk berfotosintesis. Sehingga, energi tersebut diubah menjadi energi kimia dan kemudian diteruskan ke konsumen dalam bentuk senyawa-senyawa organik dalam makanannya, dan dibuang dalam bentuk panas. Semakin pendek rantai makanan, maka semakin dekat jarak antara organisme pada permulaan rantai dan organisme pada ujung rantai, sehingga semakin besar energi yang dapat disimpan dalam tubuh organisme di ujung rantai makanan. Makin banyak rantai makanan dan makin besar kemungkinan terbentuknya gabungan dalam jaring makanan, akan menunjukkan kestabilan ekosistem makin tinggi. Piramida ekologi merupakan susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan dan jaring makanan dalam ekosistem. Secara umum ada dua macam ekosistem, yaitu ekosistem alami yang mencakup ekosistem darat ( Terestrial ) dan ekosistem air ( Akuatik ) dan ekosistem buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh UsmanTanuwidjaja. Penerbit Institut Teknologi Bandung.Gopal, G. W. Dan F. J. Deneke. 1978. Urban Forestry. Canada: John Willey andSons Inc.Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.Irwan, Z. D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem,Komunitas, Lingkungan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.McNaughton, S.J., L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum (terjemahan), Edisi kedua.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Odum, E. HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari Buku Fundamental of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Roesosoedarmo, S., K. Kartawinata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosda Karya.Setiadi, Y. 1983. Pengertian Dasar tentang Konsep Ekosistem. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.Whitten,T.,R.E. Soeriaatmadja, S.A Afiff. 1999. Danau dan sungai. DalamKartikasari S.N. (Ed) Ekologi Jawa dab Bali. Jakarta : Prenhalindo.http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/31250/b1f9589ee31b40fdf8e7cd7dd43410a4.diaksestanggal5Maret2015