makalah kelompok 1

42
Tugas Farmasi Fisika Dosen : Dina Rahmawanty, S.Farm., Apt LARUTAN DAN KELARUTAN Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit Kelompok 1 1. Ririn Bertini Wineini (J1E109022) 2. Zainal Muttaqin Djatmojo (J1E109207) 3. Nella Faradilla (J1E111204) 4. Fitri Ramadhana (J1E112004) 5. Nur Humairoh (J1E112011) 6. Fairuz Yaumil Afra (J1E112019) 7. Laila Khairani (J1E112027) 8. Muhammad Riduan (J1E112035) 9. Nadia Pinkyana S. (J1E112043) 10. Muhammad Zaini (J1E112050) 11. Kurnia Syafitri (J1E112060) 12. Maisha Faradilla (J1E112066) 13. Nur Ermilati Rusda (J1E112071) 14. Siti Ainunjariah (J1E112076)

Transcript of makalah kelompok 1

Page 1: makalah kelompok 1

Tugas Farmasi Fisika

Dosen : Dina Rahmawanty, S.Farm., Apt

LARUTAN DAN KELARUTAN

Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit

Kelompok 1

1. Ririn Bertini Wineini (J1E109022)

2. Zainal Muttaqin Djatmojo (J1E109207)

3. Nella Faradilla (J1E111204)

4. Fitri Ramadhana (J1E112004)

5. Nur Humairoh (J1E112011)

6. Fairuz Yaumil Afra (J1E112019)

7. Laila Khairani (J1E112027)

8. Muhammad Riduan (J1E112035)

9. Nadia Pinkyana S. (J1E112043)

10. Muhammad Zaini (J1E112050)

11. Kurnia Syafitri (J1E112060)

12. Maisha Faradilla (J1E112066)

13. Nur Ermilati Rusda (J1E112071)

14. Siti Ainunjariah (J1E112076)

15. Aulia Rahmah (J1E112083)

16. Rizky Nur Amaliah (J1E112202)

17. Ratih Purnama Putri (J1E112207)

18. Khairun Nisa (J1E112213)

Program Studi Farmasi

FMIPA UNLAM

2013

Page 2: makalah kelompok 1

A. Larutan, Zat Terlarut, dan Zat Pelarut

Larutan mempunyai peranan penting dalam kehidupan maupun di bidang

industri. Makanan yang disebarkan ke seluruh tubuh, diubah dulu menjadi zat

dalam bentuk larutan. Mineral dari tanah diserap tumbuh-tumbuhan dalam bentuk

larutan. Reaksi-reaksi kimia di laboratorium atau di pabrik-pabrik industri kimia

juga umumnya dalam bentuk larutan. Larutan dapat berwujud cair seperti larutan

gula, berwujud gas seperti udara, dan berwujud padat yang diberi nama alloy

contohnya perunggu. Bergantung pada jenis zat terlarutnya, larutan ada yang

bersifat elektrolit dan nonelektrolit (Sumarsono, 2013).

Berbagai zat di laboratorium sebelum direaksikan, biasanya sudah dibuat

dalam bentuk larutannya. Larutan termasuk ke dalam campuran homogen yang

komponennya terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang biasa digunakan

adalah air, sedangkan zat terlarut terdiri dari berbagai senyawa baik senyawa ion

maupun senyawa kovalen. Contoh senyawa ion yaitu KCl, NaOH, NaCl. Contoh

senyawa kovalen yaitu C6H12O6, NH3, HCl, dan C2H5OH (Sumarsono, 2013).

Berdasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang

homogen dan heterogen. Seperti telah di kemukakan bahwa campuran homogen

adalah campuran yang membentuk satu fase, yaitu yang mempunyai sifat dan

komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain di dekatnya.

Campuran homogen lebih umum di sebut larutan, contohnya air gula dan alkohol

dalam air. Seterusnya, campuran heterogen adalah campuran yang mengandung

dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi yang akan di bahas dalam

koloid (Syukri, 1999).

Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang besar

jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain

disebut zat terlarut (solute). Contohnya 1 gram gula di campur dengan 1000 ml

air membentuk larutan gula dalam air. Berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut,

larutan dapat dibagi tujuh macam :

Zat Terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara (Nitrogen + Oksigen)

Gas Cair Oksigen dalam air

Gas Padat Hidrogen dalam serbuk platina

Page 3: makalah kelompok 1

Cair Cair Alkohol dalam air

Cair Padat Raksa dalam amalgan padat

Padat Padat Emas dalam perak

Padat Cair Gula dalam air

(Syukri, 1999).

Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam larutan,

tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat membentuk larutan dalam pelarut

berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang

berwujud gas akan membentuk campuran heterogen. Berdasarkan pelarut, larutan

dapat dibagi tiga, yaitu:

1. Larutan gas

2. Larutan cair

3. Larutan padat.

(Syukri, 1999).

Dalam larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh suatu komponen

terhadap yang lain, karena partikelnya sangat berjauhan. Dalam larutan cair,

antara partikel komponen larutan terdapat interaksi yang relatif kuat. Partikel zat

terlarut bergerak bersama pelarut ke segala arah dalam bejana. Oleh sebab itu, dua

jenis zat terlarut dapat bertabrakan dan menimbulkan reaksi. Reaksi kimia dapat

terjadi dalam larutan cair. Banyak zat kimia dapat direaksikan dengan zat lain

setelah dalam bentuk larutan. Dalam hal ini pelarut berfungsi sebagai medium

reaksi. Oleh sebab itu, mempelajari larutan cair sangat penting dalam ilmu kimia.

Dalam larutan padat, pelarut tidak dapat sebagai medium karena partikelnya tidak

bergerak, kecuali bila dicairkan. Emas murni bersifat lunak dan mudah

dibengkokkan, tetapi bila dilarutkan logam lain, seperti platina atau lembaga, akan

menjadi lebih keras dan kuat. Demikian juga besi yang mengandung karbon akan

menjadi baja yang keras (Syukri, 1999).

Interaksi suatu zat dengan pelarutnya ada empat kemungkinan, yang akan

diuraikan berikut ini.

Page 4: makalah kelompok 1

1. Zat terlarut bereaksi dengan pelarut

Ada zat yang dapat beraksi secara permanen dengan pelarut, sehingga

terbentuk zat baru yang tidak dapat dipisahkan lagi secara fisik, contohnya oksida

asam dan oksida basa dalam air yang masing-masing membentuk asam dan basa.

Karena bereaksi, maka kelarutan zat seperti ini cukup besar. Larutan yang

terbentuk adalah zat hasil reaksi.

2. Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut

Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut bila partikel zat tersebut bersifat

ion atau polar dan pelarutnya juga bersifat polar. Jika zat berupa ion, maka terjadi

gaya ion-dipol antara ion zat terlarut dengan pelarut. Gaya ini lebih besar dari

gaya dipol-dipol antara molekul pelarut. Akhirnya terjadi solvasi, yaitu

pengurungan partikel zat terlarut oleh molekul pelarut. Jika pelarutnya air disebut

hidrasi, contohnya NaCl dalam air. Jika zat terlarut berupa molekul polar maka

terdapat gaya dipol-dipol antara zat dengan pelarut, contohnya glukosa dalam air.

3. Zat terlarut berinteraksi lemah dengan pelarut

Suatu zat dapat larut dalam cairan walaupun daya tarik antara partikel zat

dengan pelarut sangat lemah. Hal ini dapat terjadi bila molekul kedua zat bersifat

non polar. Antara molekul zat terlarut dan pelarut hanya terdapat gaya London

yang relatif lemah. Akibatnya, proses pelarutan lebih lama dibandingkan solvasi.

Jika kedua zat (zat terlarut dan pelarut) berwujud cair, kedudukan satu molekul

pelarut dapat digantikan oleh molekul zat terlarut. Alhasil, kedua zat dapat saling

melarutkan dan dapat dibuat dalam semua komposisi. Kedua zat ini disebut dapat

bercampur (miscrible), Contohnya benzena dalam CCl4.

4. Zat yang tidak larut dalam pelarut

Sebetulnya tidak ada zat yang mutlak tidak larut dalam suatu cairan, yang

ada hanya kelarutan sangat kecil sehingga dianggap tidak larut. Jika kelarutan zat

kurang dari 0,1 g dalam 1000 g pelarut disebut tidak larut, misalnya kaca dan

plastik dalam air. Walaupun secara umum senyawa ion larut dalam air, tetapi ada

yang termasuk sukar (tidak) larut.

(Syukri, 1999).

Zat terlarut (solute) apakah itu gas,cairan atau padatan terbagi dalam dua

kelompok utama nonelektrolit dan elektrolit nonelektrolit adalah zat yang tidak

Page 5: makalah kelompok 1

menghasilkan ion apabila dilarutkan dalam air, oleh karena itu tidak membawa

aliran listrik melalui larutan tersebut. Contoh larutan nonelektrolit adalah sukrosa,

gliserin, naftalena dan urea. Sifat koligatif larutan nonelektrolit kurang teratur.

Suatu larutan nonelektrolit 0,1molar menghasilkan efek koligatif yang kira-kira

sama dengan larutan nonelektrolit lain dengan konsentarasi sama. Elektrolit

adalah zat yang memebentuk ion dalam larutan, menghantarkan muatan listrik dan

memeperlihatkan kelaianan yang nyata dari sifat koligatif, yaitu larutan ini

menghasilkan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih yang diperkirakan

lebih besar daripada zat nonelektrolit dengan konsentarasi sama. Contoh larutan

elektrolit adalah asam hidroklorida, natrium sulfat, efedrin, fenobarbital (Purba,

2006).

Sifat-sifat larutan seperti rasa dan warna, bergantung pada jenis zat

terlarut. Larutan gula mempunyai rasa manis, sementara larutan cuka mempunyai

rasa asam. Tingkat atau keasaman larutan tergantung pada konsentrasi atau

kepekatannya. Larutan gula yang pekat tentu lebih manis daripada larutan gula

yang encer, demikian juga halnya dengan rasa larutan cuka, semakin pekat

larutan, akan semakin asam rasanya (Purba, 2006).

Selain sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat

larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Artinya,

larutan zat yang berbeda akan mempunyai sifat yang sama, asalkan konsentrasi

partikel terlarutnya sama. Sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat

terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif.

Istilah koligatif berasal dari bahasa latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat

kolegatif hanya bergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel zat

terlarut di dalam larutan (Sudarmo, 2004).

Perlu dipahami bahwa zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak

selalu menghasilkan jumlah partikel yang sama di dalam larutan. Adakalanya

beberapa molekul atau partikel zat terlarut mengelompok, sehingga jumlah

partikel menjadi lebih sedikit dari yang diperkirakan. Di lain pihak, khususnya

untuk larutan elektrolit jumlah partikel di dalam larutan akan lebih banyak

(Sudarmo, 2004).

Page 6: makalah kelompok 1

B. Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit

Larutan elektrolit adalah zat terlarut yang mengalami ionisasi sehingga di

dalam larutan terdapat ion-ion yang dapat menghantarkan listrik. Larutan ini dapat

berupa asam, basa dan garam. Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke

dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion

merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa

atau berupa senyawa kimia lainnya. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai

elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah.

Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar, sebagian

besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion

NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat

menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dan lelehan atau bentuk liquid dan

aquades, sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat

berfungsi sebagai elektrolit (Santoso, 2008).

Larutan elektrolit dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Larutan elektrolit kuat (a = 1)

Adalah larutan yang memiliki jumlah ion yang sangat banya sehingga daya

hantar listriknya kuat.

2. Larutan elektrolit lemah (0 < a < 1)

Adalah larutan yang jumlah ion-ion di dalam larutannya sedikit sehingga

daya hantar listriknya lemah.

3. Larutan non elektrolit (α = 0)

Adalah larutan yang di dalamnya tidak terdapat ion-ion sehingga tidak dapat

menghantarkan listrik.

(Santoso, 2008)

Contoh larutan elektrolit :

1. H2SO4 = Asam Sulfat

2. NaCl = Natrium Klorida

3. KOH = Kalium Hidroksida

4. CH3COOH = Cuka (Asam Asetat)

5. HCl = Asam Klorida

Page 7: makalah kelompok 1

Contoh larutan non elektrolit :

1. NH3 = Amoniak

2. CO (NH2)2 = Urea

3. C12H2O11 = Sukrosa

4. C2H5OH = Alkohol (Etanol)

5. CH3OH = Alkohol (Metanol)

(Santoso, 2008)

Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus

listrik. Senyawa non-elektrolit adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air

tidak dapat terionisasi. Umumnya senyawa senyawa non elekrolit berupa senyawa

karbon yang berikatan kovalen non polar, misalnya gula, urea, glukosa, dan

minyak. Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non

elektrolit. Sedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di

dalam air tidak terurai dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk

molekuler (Santoso, 2008).

Adapun larutan non elektrolit terdiri atas zat-zat non elektrolit yang tidak

dilarutkan ke dalam air tidak terurai menjadi ion ( tidak terionisasi ). Dalam

larutan, mereka tetap berupa molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah

sebabnya larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Pembuktian

sifat larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan listrik ini dapat

diperlihatkan melalui eksperimen. Contoh larutan non elektrolit : Larutan Gula

(C12H22O11), Etanol (C2H5OH), Urea (CO(NH)2), Glukosa (C6H12O6), dan lain-lain

(Santoso, 2008).

C. Macam - macam Besaran Konsentrasi

Konsentrasi larutan dapat dinyatakan baik dalam bentuk jumlah zat terlarut

dalam volume larutan tertentu atau dalam bentuk jumlah zat terlarut dalam berat

pelarut atau larutan tertentu. Beberapa besaran konsentrasi antara lain, yaitu :

a. Molarita adalah mol (berat gram molekul) zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Biasanya menggunakan simbol M, C. Semua larutan dengan molarita sama

mengandung jumlah molekul zat terlarut yang sama dengan volume larutan

tertentu. Apabila suatu larutan berisi lebih dari satu zat terlarut, akan

terdapat konsentrasi molar yang berbeda-beda dari berbagai zat terlarut.

Page 8: makalah kelompok 1

b. Normalita adalah berat gram ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Biasanya menggunakan simbol N. Larutan molar dan larutan normal

populer dalam kimia karena dapat dipakai pada volume yang sesuai : suatu

volume larutan yang cukup, dengan berat zat terlarut yang diketahui, dapat

diperoleh dengan mudah dengan menggunakan buret atau pipet. Molarita

dan normalita mempunyai kerugian karena harganya berubah dengan

berubahnya temperatur disebabkan oleh pemuaian atau penciutan cairan,

dan tidak boleh dipakai apabila seseorang ingin mempelajari sifat-sifat

larutan dari berbagai temperatur.

c. Molalita adalah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Biasanya

menggunakan simbol m. Konsentrasi molalita lebih sering dipakai daripada

molarita dan normalita dalam pelajaran teori. Mengubah molalita ke

molarita atau normalita bisa dilakukan jika volume larutan terakhir diamati

atau jika kerapatannya ditentukan. Larutan molalita dibuat dengan

menambahkan pelarut dengan berat tertentu ke dalam sejumlah zat terlarut

yang telah ditimbang seksama. Volume pelarut dapat dihitung dari berat

jenis, kemudian volume pelarut dapat diukur dengan berat dan bukan

ditimbang.

d. Fraksi mol adalah perbandingan mol satu konstituen (misalnya zat terlarut)

dari larutan terhadap mol total dari seluruh konstituen (zat terlarut dan

pelarut). Biasanya menggunakan simbol X, N. Fraksi mol sering digunakan

dalam percobaaan yang menyangkut perumpamaan teoritis karena fraksi

mol memberikan perhitungan perbandingan mol relatif dari setiap

konstituen dalam larutan. Fraksi mol dinyatakan sebagai :

X1 = n1 (1)

n1 + n2

X2 = n2 (2)

n1 + n2

untuk suatu sistem yang terdiri dari dua konstituen. X1 adalah fraksi mol

dari konstituen 1 (notasi 1 biasanya digunakan untuk tanda pelarut) , X2

adalah fraksi mol dari kostituen 2 (biasanya zat terlarut), dan n1 dan n2

adalah jumlah mol konstituen dalam larutan. Jumlah fraksi mol zat terlarut

Page 9: makalah kelompok 1

dan pelarut harus sama dengan 1. Dalam larutan yang berisi 0,01 mol zat

terlarut dan 0,04 mol pelarut, fraksi mol zat terlarut X2 = 0,01/ (0.04 + 0,01)

= 0,20. Karena fraksi mol dari kedua konstituen harus sama dengan 1, fraksi

mol pelarut adalah 0,8.

e. Persen mol adalah mol dari satu konstituen dalam 100 mol larutan. Persen

mol diperoleh dengan mengalikan fraksi mol kali 100. Sebagia contoh fraksi

mol terlarut adalah 0,20 dan fraksi mol pelarut adalah 0,80. Maka persen

mol zat terlarut adalah 20% dan persen mol dari pelarut adalah 80%.

f. Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Biasanya menggunakan simbol % b/b.

g. Persen volume adalah jumlah mililiter zat terlarut dalam 100 mol larutan.

Biasanya menggunakan simbol % v/v.

h. Persen berat dalam volume adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 mol

larutan. Biasaya menggunakan simbol % b/v.

i. Miligram persen adalah jumlah miligram zat terlarut dalam 100 mol larutan.

(Martin, 2009).

D. Hukum Raoult

Raoult adalah seorang ahli kimia dari Perancis, ia mengamati bahwa pada

larutan ideal yang dalam keadaan seimbang antara larutan dan uapnya, maka

perbandingan antara tekanan uap salah satu komponennya ( misal A) PA/PA

o sebanding dengan fraksi mol komponen (XA) yang menguap dalam larutan

pada suhu yang sama (Hiskia, 1996).

Raoult menemukan bahwa dalam larutan bahwa dalam larutan ideal, tekanan

uap parsial dari setiap konstituen yang dapat menguap adalah sama dengan

tekanan uap kinstituen murni dikalikan dengan fraksi molnya dalam larutan. Jika

dalam larutan terdapat tambahan komponen yang mudah menguap, masing-

masing akan menghasilkan tekanan parsial di atas larutan, yang dapat dihitung

dari rumus Raoult. Tekanan total adalah jumlah tekanan parsial dari semua

konstituen (Hiskia, 1996).

Tekanan uap suatu larutan adalah suatu sifat yang sangat penting karena

bertindak sebagai besaran kuantitatif dari escaping tendency. Misalkan suatu

Page 10: makalah kelompok 1

larutan yang terdiri dari komponen A dan B menguap, maka tekanan uap A (PA)

dinyatakan sebagai :

PA = PA

o. XA ………………………………(1)

PA adalah tekanan uap di atas larutan

XA adalah fraksi mol komponen A

PAo adalah tekanan uap A murni

(Martin dkk, 1990).

Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada

kondisi ini, maka tekanan uap total (P) akan berharga

P = PA + PB = XA. PA

o + XB. PB

o…………………………………….(2)

dan bila digambarkan maka diagram tekanan uap terhadap fraksi mol adalah

seperti diperlihatkan pada gambar 1. Harga tekanan total larutan ideal pada

berbagai variasi komponen diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan PB dan

PA. Salah contoh larutan ideal adalah larutan benzena- toluena.

Contoh:

Larutan terdiri dari 0,35 fraksi mol benzena dan 0,65 fraksi mol toluena.

Tekanan uap benzena murni 75 mmHg dan tekanan uap toluena murni pada suhu

itu 22 mmHg. Hitung tekanan uap masing- masing komponen dan tekanan total

larutan tersebut.

Jawab:

Pbenzena = 0,35 x 75 mmHg = 26,25 mmHg

Ptoluena = 0,65 x 22 mmHg = 14,30 mmHg

Tekanan total larutan = 26,25 mmHg + 14,30 mmHg = 40,55 mmHg

(Martin dkk, 1990).

Hukum Raoult “tekanan uap pelarut (PA) pada permukaan larutan

besarnya sama dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (PA0) dengan fraksi

pelarut tersebut didalam larutan (XA).”

PA = XA . PA0

Page 11: makalah kelompok 1

Jika diasumsikan bahwa sistem hanya mengandung 2 komponen (A dan B), maka

tekanan uap total (P) dari sistem tersebut dapat dicapai dengan manggunakan

hukum Dalton yaitu :

P= PA+ PB

P= XA . PA0+ XB. PB0

(Martin dkk, 1990).

Semprotan aerosol telah dipakai untuk mengemas berbagai obat sejak awal

tahun 1950-an. Suatu aerosol berisi obat yang dipekatkan dalam pelarut atau

pembawa cairan dan suatu campuran propelan (pendoorong) dengan sifat uap

yang cocok. Trikloromonofluorometana dan diklorodifluorometana digunakan

dalam berbagai perbanfingan untuk menghasilkan tekanan uap dan kerapatan yang

cocok pada temperatur kamar. Walaupun masih digunakan dengan obat,

hidrokarbon berhalogen ini tidak lagi digunakan dalam aerosol kosmetik dan telah

diganti dengan nitrogen dan hidrokarbon tidak tersubstitusi (Martin dkk, 1990).

Apabila sistem biner bersifat ideal maka akan mengikuti hukum Raoult pada

seluruh kisaran komposisi, sehingga akan memiliki perubahan volum, ΔVcamp

dan perubahan entalpi, ΔHcamp yang berharga nol, sedangkan perubahan entropi,

ΔScamp dan perubahan energi bebas Gibbs, ΔGcamp didefinisikan seperti

Persamaan (1) dan (2) (Atkins, PW, 1994:169).

ΔScamp = - nR Σ xi ln xi ………………………….(1)

ΔGcamp = nRT Σ xi ln xi ….……………………….(2)

Bila sistem mengikuti hukum Raoult maka ΔVcamp dan ΔHcamp berharga nol,

tetapi hal ini tidak berlaku kebalikannya, bila suatu sistem memiliki ΔVcamp dan

ΔHcamp berharga nol

tidak selalu mengikuti hukum Raoult, artinya, larutan dapat bersifat ideal atau

tidak ideal (Martin dkk, 1990).

E. Hukum Henry

Kurva tekanan uap untuk aseton dan kloroform sebagai zat terlarut diamati

berada di bawah tekanan uap campuran ideal pasangan ini. Molekul zat terlarut,

yang berada dalam jumlah yang relatif sedikit dalam dua daerah dari diagram,

secara sempurna dikelilingi oleh molekul pelarut dan karena itu berada dalam

lingkungan yang sama. Oleh karena itu tekanan parsial atau kecendrungan

Page 12: makalah kelompok 1

melepaskan diri dari kloroform pada konsentrasi rendah dalam setiap hal

sebanding dengan fraksi molnya, tetapi seperti dapat dilihat dalam gambar 7-2,

tetapan perbandingan tidak sama dengan tekanan uap zat murni. Hubungkan

tekanan uap komposisi dari zat terlarut tidak dapat dinyatakan dengan hukum

roult, tetapi oleh suatu persamaan yang dikenal sebagai hukum Henry:

pzat terlarut = kzat terlarut Xzat terlarut

Di mana k untuk kloroform lebih kecil daripada po CHCl3. Hukum Henry

dipergunakan untuk zat terlarut dan hukum roult untuk pelarut dalam larutan

encer dari pasangan cairan nyata. Sudah tentu, hukum roult juga digunakan untuk

seluruh skala konsentrasi (terhadap pelarut dan zat terlarut) apabila konstituen

cukup layak membentuk larutan ideal. Pada setiap keadaaan, apabila tekanan uap

parsial dari kedua konstituen berbanding lurus deangan fraksi mol untuk seluruh

skala, larutan dikatakan ideal; hukum henry menjadi identik deangan hukum roult,

dan k menjadi sama denagn po. Hukum Henry digunakan untuk mempelajari

kelarutan gas dan akan dibicarakan dalam bab 12 (Martin dkk, 1990).

Makna hukum Henry untuk ahli farmasi terletak pada kenyataan bahwa

kelarutan gas naik sebanding dengan tekanan gas dalam larutan. Sebaliknya,

kelarutan gas turun sehingga kadang-kadang gas melepaskan diri dengan paksa

apabila tekanan di atas larutan dihilangkan. Gejala ini secara umum dikenal dalam

larutan effervescent apabila sumbat wadah dicabut (Martin dkk,1990).

F. Sifat koligatif Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil

perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas.

Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil

perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut

Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor Van't

Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan:

i = sifat koligatif larutan elktrolit dengan konsentrasi m

sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan konsentrasi m

(Sumarsono, 2013).

Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu

semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa

Page 13: makalah kelompok 1

elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari

0,001 m, harga i dianggap sama dengan jumlah ion. Contohnya dalam tabel

berikut:

Larutan 0,1 m 0,05 m 0,01 m 0,005 m Jumlah ion

NaCl 1,87 1,89 1,93 1,94 2

KCl 1,86 1,88 1,94 1,96 2

K2SO4 2,46 2,57 2,77 2,86 3

H2SO4 2,22 2,32 2,59 2,72 3

HCl 1,91 1,92 1,97 1,99 2

Tabel 3. Harga i untuk beberapa larutan elektrolit

Empat macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:

a. Penurunan tekanan uap, DP = i.P0.XA

b. Kenaikan titik didih, Dtb = i.kb.m

c. Penurunan titik beku, Dtf = i.kf.m

d. Tekanan osmose, π = i.n.R.T = i.M.R.T

v

(Sumarsono, 2013).

G. Sifat koligatif Larutan Nonelektrolit

Sifat koligatif terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat

koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan titik

beku, dan kenaikan titik didih. Sifat koligatif larutan nonelektrolit kurang teratur.

Harga sifat koligatif larutan kira - kira sama untuk konsentrasi yang setara dari

berbagai zat nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat

kimiawi dari konstituen. Suatu larutan nonelektrolit 0,1 molar menghasilkan efek

koligatif yang kira - kira sama dengan larutan nonelektrolit lain dengan

konsentrasi sama. Dalam menetapkan sifat koligatif dari larutan zat padat dalam

cairan, dianggap zat padat tidak menguap dan tekanan uap di atas larutan

seluruhnya berasal dari pelarut (Martin, 2009).

Apabila zat terlarut yang tidak menguap dicampurkan dengan pelarut yang

mudah menguap, uap di atas larutan hanya akan diberikan oleh pelarut saja. Zat

terlarut mengurangi kecenderungan melepaskan diri dari pelarut, dan berdasarkan

hukum Raoult, tekanan uap larutan yang terisi zat terlarut tidak menguap akan

Page 14: makalah kelompok 1

mengalami penurunan sebanding dengan bilangan relatif dari molekul zat terlarut

(di sini tidak dipakai konsentrasi berat). Titik beku, titik didih dan tekanan

osmotik suatu larutan juga bergantung pada perbandingan relatif dari molekul zat

terlarut dan pelarut. Semua ini disebut sifat koligatif (Greek : dikumpulkan

bersama - sama) karena semua ini terutama bergantung pada jumlah dan bukan

pada sifat konstituen (Martin, 2009).

Penurunan tekanan uap. Menurut hukum Raoult, tekanan uap p1, dari pelarut

di atas larutan encer sama dengan tekanan uap dari pelarut murni p10, dikalikan

dengan fraksi mol X1 pelarut dalam larutan. Karena zat terlarut yang akan

dibicarakan di sini dianggap tidak menguap, tekanan uap pelarut p1 sama dengan

tekanan total larutan p. Lebih mudah menyatakan tekanan uap larutan dalam

bentuk konsentrasi zat terlarut dibandingkan dengan fraksi mol pelarut (Martin,

2009).

Penentuan tekanan uap larutan. Tekanan uap larutan dapat ditentukan secara

langsung dengan alat manometer, dan penurunan tekanan uap kemudian diperoleh

dengan pengurangan tekanan uap larutan dari tekanan uap pelarut murni. Tetapi

untuk larutan encer, penurunan tekanan uap adalah begitu kecil sehingga bisa

menimbulkan kesalahan serius dalam pengukuran. Manometer diferensial yang

teliti telah dibuat dan disediakan untuk pengukuran perbedaan tekanan uap yang

kecil. Metode isopiestik, osmometer, dan metode termoelektrik juga merupakan

metode yang digunakan untuk menentukan tekana uap (Martin, 2009).

Kenaikan titik didih. Titik didih normal adalah temperatur dimana tekanan

uap cairan menjadi sama dengan tekanan luar yaitu 760 mmHg. Titik didih larutan

yang mengandung zat terlarut yang tidak menguap adalah lebih tinggi daripada

pelarut murninya, dengan melihat kenyataan bahwa zat terlarut menurunkan

tekanan uap pelarut (Martin, 2009).

Penentuan kenaikan titik didih. Kenaikan titik didih ditentukan secara

percobaan dengan menempatkan sejumlah zat terlarut dan pelarut yang sudah

ditimbang di dalam tabung gelas yang sudah dilengkapi dengan termometer dan

refluks condenser. Dalam peralatan titik didih Cottrell, uap dan pelarut yang

mendidih dipompakan dengan gaya ebulisi melalui tabung gelas dan menyebar ke

Page 15: makalah kelompok 1

seluruh termometer sehingga diperoleh temperatur kesetimbangan yang invarian.

Titik didih pelarut murni ditentukan dalam peralatan yang sama (Martin, 2009).

Penurunan titik beku. Titik beku atau titik leleh dari senyawa murni adalah

temperatur di mana fase padat dan fase cair berada dalam keseimbangan pada

tekanan 1 atm. Keseimbangan di sini berarti kecenderungan zat padat berubah

menjadi wujud cair sama dengan kecenderungan terjadinya proses sebaliknya,

karena cairan dan padatan keduanya mempunyai kecenderungan melepaskan diri

yang sama. Penurunan titik beku pelarut adalah hanya fungsi dari jumlah partikel

dalam larutan, dan untuk alasan ini, maka dapat digolongkan dalam sifat koligatif.

Penurunan titik beku, seperti kenaikan titik didih, adalah akibat langsung dari

penurunan tekanan uap pelarut. Harga Kf air adalah 1,86. Harga ini ditentukan

secara percobaan dengan mengukur ∆Tf / m pada berbagai konsentrasi molal dan

mengekstrapolasi pada konsentrasi 0 (Martin, 2009).

Penentuan penurunan titik beku. Beberapa metode tersedia untuk penentuan

penurunan titik beku. Yang termasuk ini adalah metode Beckmann dan metode

keseimbangan (Martin, 2009).

Tekanan osmosis. Jika larutan dibatasi dalam suatu membrane permeabel

terhadap molekul pelarut, terjadilah suatu gejala osmosis, dan pembatas yang

hanya melewatkan salah satu molekul komponen (biasanya air) dikenal dengan

membran semipermeabel. Kecenderungan melepaskan diri (escaping tendency)

dapat diukur dalam bentuk tekanan uap atau yang lebih tepat adalah sifat

koligatif , yaitu tekanan osmosis. Sudah nyata pula osmosis dapat juga terjadi

apabila suatu larutan peka dipisahkan dari larutan yang kurang pekat dengan suatu

membran semipermeabel (Martin, 2009).

Osmosis dalam beberapa hal diketahui menyangkut hal lewatnya pelarut

melalui membran dengan proses destilasi, atau dengan melarutkan dalam bahan

membran dimana zat terlarut tidak larut di situ. Dalam hal lain, membrane dapat

berlaku sebagai suatu saringan yang mempunyai ukuran pori - pori yang cukup

besar untuk melarutkan pelarut tetapi zat terlarut tidak. Gejala osmosis benar –

benar bergantung pada kenyataan bahwa potensial kimia dari suatu molekul

pelarut dalam larutan lebih kecil daripada yang ada pada pelarut murni. Karena

Page 16: makalah kelompok 1

itu pelarut lewat dengan spontan menuju larutan sampai potensial kimia pelarut

dan larutan sama. Maka sistem berada dalam kesetimbangan (Martin, 2009).

Pengukuran tekanan osmosis. Pengukuran tekanan osmosis yang lebih tepat

dari larutan yang tidak diencerkan, diperoleh dengan menentukan tekanan

berlebih pada tepi larutan yang tepat mencegah lewatnya pelarut melalui

membran. Tekanan osmosa didefinisikan sebagai tekana berlebih, atau tekanan

yang lebih besar daripada tekanan di atas pelarut murni, yang harus diberikan

pada larutan untuk mencegah lewatnya pelarut melalui membran yang

semipermeabel sempurna (Martin, 2009).

H. Larutan Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Untuk menguji daya hantar listrik larutan digunakan alat uji elektrolit yang

dapat dirangkai sendiri dari lampu, kabel, elektrode karbon, dan batu baterai.

Gambar. Alat penguji daya hantar listrik larutan

1. Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik,

seperti larutan garam dapur, natrium hidroksida, hidrogen klorida, amonia,

dan cuka.

2. Larutan nonelektrolit yaitu larutan yang tidak menghantarkan arus listrik,

seperti air suling, larutan gula, dan alkohol.

(Sumarsono, 2013).

Bila larutan elektrolit dialiri arus listrik, ion-ion dalam larutan akan bergerak

menuju elektrode dengan muatan yang berlawanan. Melalui cara ini arus listrik

akan mengalir dan ion bertindak sebagai penghantar, akibatnya larutan elektrolit

dapat menghantarkan arus listrik. Gula pasir, urea, dan alkohol jika dilarutkan

dalam air tidak terurai menjadi ion-ion. Dalam larutan itu, zat-zat tersebut tetap

Page 17: makalah kelompok 1

berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan listrik, maka larutan-

larutan tersebut tidak menghantarkan arus listrik atau nonelektrolit (Sumarsono,

2013).

Berdasarkan penjelasan ini maka penyebab larutan dapat menghantarkan

listrik adalah karena adanya ion-ion positif dan ion negatif yang berasal dari

senyawa elektrolit yang terurai dalam larutan. Penguraian senyawa elektrolit

menjadi ion-ionnya disebut reaksi ionisasi. Contohnya NaCl dalam air terurai

menjadi Na+ dan Cl-. Cara penulisan reaksi ionisasinya adalah sebagai berikut:

H2O (l)

NaCl(s) Na+ (aq) + Cl- (aq)

kristal NaCl padat ion-ion dalam air

(Sumarsono, 2013).

Berdasarkan hal ini larutan digolongkan menjadi dua kelompok yaitu

larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

1. Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang daya hantar listriknya kuat,

contohnya larutan NaCl, NaOH, HCl, dan H2SO4.

2. Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang daya hantar listriknya lemah,

contohnya larutan CH3COOH dan NH3

(Sumarsono, 2013).

Jika HCl dilarutkan dalam air, hampir seluruh molekul HCl akan terurai

membentuk ion H+ dan ion Cl–. HCl terionisasi sempurna, artinya, jika 1 mol HCl

dilarutkan akan dihasilkan 1 mol ion H+ dan 1 mol ion Cl–. Larutan CH3COOH

tidak terionisasi sempurna tetapi hanya sebagian. Pada CH3COOH sekitar 0,4%

molekul yang terionisasi, artinya jika 1 mol CH3COOH

dilarutkan dalam air, jumlah ion H+ dan ion CH3COO- masing-masing hanya 0,004

mol (Sumarsono, 2013).

Senyawa yang seluruhnya atau hampir seluruhnya di dalam air terurai

menjadi ion-ion sehingga memiliki daya hantar listrik yang baik disebut elektrolit

kuat. Senyawa yang termasuk elektrolit kuat mempunyai daya hantar listrik yang

relatif baik walaupun memiliki konsentrasi yang kecil. Sebaliknya senyawa yang

sebagian kecil terurai menjadi ion disebut elektrolit lemah. Senyawa yang

termasuk elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif jelek walaupun

Page 18: makalah kelompok 1

memiliki konsentrasi tinggi (pekat). Beberapa contoh elektrolit kuat dan elektrolit

lemah seperti yang tertera pada Tabel.

Elektrolit kuat Elektrolit lemah

HCl CH3COOH

H2SO4 NH3

NaCl NH4OH

NaOH H2S

(Azizah, 2010)

Dengan menggunakan rangkaian seperti pada Gambar ini, suatu larutan

termasuk elektrolit kuat atau lemah dapat diketahui. Larutan yang memberikan

nyala bohlam terang termasuk elektrolit kuat sedangkan elektrolit lemah nyala

bohlamnya redup atau hanya menimbulkan gelembung-gelumbung udara pada

elektroda. Jika tidak ada reaksi atau perubahan apa-apa ketika kedua elektroda

dicelupkan, maka larutan tersebut termasuk larutan nonelektrolit. Misalnya HCl,

CH3COOH dan NH3, apabila diuji daya hantar listrik menggunakan konsentrasi

larutan yang sama misalnya 1 M. Maka dapat diketahui ternyata HCl memiliki

daya hantar listrik yang lebih baik dibanding dua senyawa lainnya. Hal ini dapat

dilihat dari lampu bohlam yang menyala lebih terang. Menggunakan teori

Arhenius dapat disimpulkan bahwa jumlah ion yang terbentuk dari HCl lebih

banyak dibanding dua senyawa lainnya. Artinya di dalam air sebagian besar HCl

terurai menjadi ion H+ dan ion Cl‾ sedangkan CH3COOH dan NH3 hanya sebagian

kecil yang terurai ion H+ dan ion CH3COO‾ dan NH4+ dan OH‾ atau sebagian

besarnya masih tetap dalam bentuk molekul kovalen (Azizah, 2010).

Tabel. Perbedaan elektrolit kuat dan elektrolit lemah

Elektrolit kuat Elektrolit lemah

Dalam air akan terionisasi sempurna. Dalam air hanya terionisasi sebagian.

Zat terlarut berada dalam bentuk ion

ion dan tidak ada molekul zat terlarut

yang netral.

Zat terlarut sebagian besar berbentuk

molekul netral dan hanya sedikit yang

berbentuk ion.

Jumlah ion dalam larutan relative

banyak.

Jumlah ion dalam larutan relative

sedikit.

Daya hantar listrik kuat. Daya hantar listrik lemah.

Page 19: makalah kelompok 1

(Azizah, 2010).

I. Persamaan Debye Hückel

Pada dasarnya persamaan Debye Hückel berasal dari prinsip bahwa

elektrolit kuat terionisasi sempurna dalam larutan encer dan bahwa penyimpanan

lauratn elektrolit dari sifat ideal adalah disebabkan karena pengaruh sifat

elektrostatis dari ion – ion yang muatannya berlawanan. Persamaan ini

menghubungkan koefisien keaktifan ion tertentu atau koefisien keaktifan ion rata

– rata dari suatu elektrolit dengan valensi ion, kekuatan ion dari larutan dan

karakteristika pelarut. Penurunan secara matematik dari persamaan ini tidak

dibahas di sini tetapi dapat ditemui dalam Thermodynamics Lewis dan Randall

yang direvisi Pitzer dan Brewer. Persamaan ini digunakan untuk menghitung

koefisien keaktifan obat dimana harga ini tidak dapat di peroleh dari percobaan

dan tidak ada dalam literature (Martin, 1990).

Menurut teori Debye Hückel, koefisien keaktifan γi dari suatu ion dengan

valensi zi diberikan dalam persamaan

Log γi = -Azi 2√µ … (41)

(Martin, 1990).

Persamaan (41) memberikan hasil yang memuaskan untuk pengukuran

koefisien keaktifan dari jenis ion yang mempunyai kekuatan ion µ sampai sekitar

0,02. Untuk air pada 25o C, A, suatu faktor yang hanya tergantung pada

temperatur dan tetapan dielektrik dari medium, mempunyai harga kira-kira sama

dengan 0,51. Harga A untuk beberapa pelarut yang penting dalam bidang farmasi

dapat dilihat pada tabel 8-2 (Martin, 1990).

Bentuk persamaan Debye Hückel untuk elektrolit biner yang mengandung

ion dengan valensi z+ dan z_, berada dalam encer (µ< 0,02), adalah

Log γ± = -Az+z_√µ ….. (42)

(Martin, 1990).

Simbol z+ dan z_ adalah valensi atau muatan ion, untuk suatu elektrolit

yang koefisien keaktifan ion rata-ratanya dicari, dan tanda aljabarnya diabaikan.

Koefisien dalam persamaan (42) adalah γx, koefisien keaktifan rasional (yaitu, γ±

pada skala fraksi mol), tetapi dalam larutan encer di mana persamaan Debye

Page 20: makalah kelompok 1

Hückel digunakan γx dapat dianggap sama untuk koefisien keaktifan praktis, γm

dan γc pada skala molal dan molar, tanpa kesalahan yang berarti (Martin, 1990).

Tabel 8-2. Harga A untuk Pelarut-pelarut pada 25o C

Pelarut Tetapan Dielektrolit Є A (hitung)*

Aseton 20,70 3,76

Etanol 24,30 2,96

Air 78,54 0,509

* A (yang dihitung) = 1,824 x 10 6 di mana Є adalah tetapan dielektrik dan T

(Є x T) 3/2

adalah temperatur absolut dalam derajat Kelvin (Martin, 1990).

J. Koefisien Untuk Menyatakan Sifat Koligatif

Keaktifan lebih berperan dalam hubungannya dengan kesetimbangan dan

perhitungan elektrokimia. Penggunaan keaktifan untuk menghitung sifat koligatif

elektrolit lemah benar – benar tidak mudah karena memerlukan juga pengetahuan

tentang derajat disosiasi (Martin, 2009).

Harga L. Pernyataan van’t Hoff ∆Tf = i Kf m mungkin memberikan

persamaan tunggal untuk menghitung sifat koligatif dari nonelektrolit, elektrolit

lemah, dan elektrolit kuat. Ini dapat dimodifikasi dengan lebih tajam untuk

kemudahan dalam larutan encer dengan mensubtitusikan konsentrasi molar c dan

dengan menuliskan iKf sebagai L, sehingga

∆Tf = Lc…………………………….(1)

(Martin, 2009).

Harga L bervariasi dengan konsentrasi larutan. Pada konsentrasi obat yang

isotonis dengan cairan tubuh, L = i Kf di sini disebut dengan Liso, harganya kira –

kira 1,9 untuk nonelektrolit, 2,0 untuk elektrolit lemah, 3,4 untuk elektrolit uni-

univalen, dan lebih tinggi lagi untuk elektrolit dengan valensi yang tinggi.

Koefisien osmosis. Metode lain untuk mengoreksi penyimpangan elektrolit sifat

koligatif ideal telah disarankan. Satu diantaranya adalah berdasarkan pada

kenyataan bahwa apabila larutan menjadi lebih encer, i mendekati v yaitu jumlah

ion dimana elektrolit terdisosiasi, dan pada pengenceran tidak terhingga, i = v,

atau i/v = 1. Dalam larutan yang lebih pekat i/v menjadi lebih kecil (kadang –

kadang lebih besar) dari satu (Martin, 2009).

Page 21: makalah kelompok 1

Perbandingan i/v dinyatakan sebagai g dan jika dinyatakan dalam dasar

molal, dikenal sebagai “koefisien osmosa praktis” (practical osmotic coefficient).

Dalam hal elektrolit lemah, koefisien osmosis praktis dipakai untuk pengukuran

derajat disosiasi. Untuk elektrolit kuat, g sama dengan satu untuk disosiasi

sempurna, dan penyimpangan harga g dari satu, misalnya 1-g, dalam larutan yang

agak pekat menunjukkan atraksi antara ion. Karena g = 1/v atau i = gv dalam

larutan encer, persamaan krioskopi dituliskan

∆Tf = gvKfm………………………..(2)

(Martin, 2009).

Osmolalita (osmolality). Osmolalita mengukur jumlah total partikel yang

larut dalam satu kilogram air, yaitu osmol per kilogram air, dan tergantung pada

sifat elektrolit zat terlarut. Suatu jenis ion yang larut dalam air akan terdisosiasi

menjadi bentuk ion atau partikel. Ion – ion ini akan cenderung bergabung satu

sama lain, disebabkan oleh interaksi ion, dan jumlah partikel yang nyata dalam

larutan yang diukur secara osmometer atau salah satu metode koligatif lain, akan

tergantung pada besarnya interaksi ini (Martin, 2009).

Pembahasan osmolalita dan osmolanita dalam farmasi klinis. Dalam etiket

larutan obat suntik di rumah sakit sering digunakan osmolanita daripada

osmolalita. Tetapi osmolanita tidak dapat dihitung dan harus dihitung dari

penentuan percobaan osmolanita tidak dapat dihitung dan harus dihitung dari

penentuan percobaan osmolalita suatu larutan. Konversi dibuat dengan

menggunakan hubungan:

Osmolarita = (osmolalita yang diukur) x (kerapatan larutan dalam g/mol –

konsentrasi zat terlarut anhidrat dalam g/mol)…………… (3)

(Martin, 2009).

Darah secara keseluruhan, plasma dan serum adalah cairan kompleks yang

mengandung protein, glukosa, zat nitrogen nonprotein, ion natrium, kalium,

kalsium, magnesium, klorida, dan bikarbonat. Sifat koligatif seperti penurunan

titik beku ada hubungannya dengan osmolalita melalui persamaan:

∆Tf = Kf i m………………………………………….(4)

Dimana i = gv dan i m = gvm adalah osmolalita.

Page 22: makalah kelompok 1

(Martin, 2009).

Miliosmolalita untuk darah didapat dari berbagai pekerja yang

menggunakan peralatan osmometer, tekanan uap, dan penurunan titik beku

berkisar antara 250 – 350 mOs/kg. Perbedaan 50 mOs/kg atau lebih dari harga

yang telah ditentukan untuk cairan tubuh menunjukkan adanya kelainan seperti

kerusakan hati, shock pendarahan, uremia, dan keracunan lainnya (Martin, 2009).

K. Pengaruh Kelarutan Obat

Obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya

menunjang upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Banyak

bentuk sedian farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan padat dan

cair, terdapat sediaan yang mengandung bahan aktif yang kelarutannya kecil

dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar manjur secara

terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek

terapeutik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi

yang tidak sempurna atau tidak menentu (Ansel, 1985).

Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh

sifat-sifat fisikokimia produk obat. Untuk obat-obat yang mempunyai kelarutan

kecil dalam air, laju pelarutan seringkali merupakan tahap yang paling lambat,

oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap

bioavailabilitas obat (Shargel, 2005).

Kenyataan tersebut mengakibatkan perlu dilakukan beberapa usaha untuk

meningkatkan kecepatan pelarutan bagi obat-obat yang mempunyai sifat kelarutan

yang kurang baik di dalam air. Banyak bahan obat yang memiliki kelarutan dalam

air yang rendah atau dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam

cairan organik. Suatu peningkatan konsentrasi jenuh (perbaikan kelarutan) dapat

dilakukan melalui pembentukan garam, pemasukan grup hidrofil atau dengan

bahan pembentukan misel. Metode tersebut dapat digunakan secara individual

maupun secara kombinasi (Martin, 1993).

Absorpsi obat sukar larut atau praktis tidak larut dalam air yang digunakan

per oral sangat dipengaruhi oleh laju pelarutan. Ada beberapa faktor yang dapat

berpengaruh terhadap proses absorpsi, antara lain kelarutan obat. Obat-obat yang

mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju pelarutan sering kali merupakan tahap

Page 23: makalah kelompok 1

yang paling lambat, oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu

kecepatan terhadap bioavailabilitas obat. Absorpsi obat dapat terjadi dan dapat

ditentukan dengan beberapa cara yaitu metode in vitro, metode in situ dan metode

in vivo. Absorpsi in situ melalui usus halus didasarkan atas penentuan kecepatan

hilangnya obat dari umen usus halus. Metode ini digunakan untuk mempelajari

berbagai faktor yang berpengaruh terhadap permeabilitas dinding usus.

Pengembangan lebih lanjut dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya

mengoptimalkan kecepatan absorpsinya untuk obat-obat yang sangat sulit atau

praktis tidak dapat terabsorpsi (Karim, 2008).

Salah satu cara yang diterapkan oleh industri farmasi saat ini untuk

meningkatkan kelarutan suatu obat yang bersifat lipofilik atau hidrofobik adalah

dengan membuat sediaan emulsi (Jufri, 2004)

Page 24: makalah kelompok 1

KESIMPULAN

Larutan dapat berwujud cair seperti larutan gula, berwujud gas seperti udara,

dan berwujud padat yang diberi nama alloy contohnya perunggu. Bergantung

pada jenis zat terlarutnya, larutan ada yang bersifat elektrolit dan nonelektrolit.

Larutan elektrolit adalah zat terlarut yang mengalami ionisasi sehingga di

dalam larutan terdapat ion-ion yang dapat menghantarkan listrik. Larutan ini

dapat berupa asam, basa dan garam. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang

tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Besaran - besaran konsentrasi antara lain, molarita, normalita, molalita, fraksi

mol, persen mol, persen berat, persen volume, persen berat dalam volume,

milligram.

Hukum Raoult “tekanan uap pelarut (PA) pada permukaan larutan besarnya

sama dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (PA0) dengan fraksi pelarut

tersebut didalam larutan (XA).” PA = XA . PA0

Hubungan tekanan uap komposisi dari zat terlarut tidak dapat dinyatakan

dengan hukum roult, tetapi oleh suatu persamaan yang dikenal sebagai hukum

Henry. pzat terlarut = kzat terlarut Xzat terlarut

Empat macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:

a. Penurunan tekanan uap, DP = i.P0.XA

b. Kenaikan titik didih, Dtb = i.kb.m

c. Penurunan titik beku, Dtf = i.kf.m

d. Tekanan osmose, π = i.n.R.T = i.M.R.T

v

Sifat koligatif larutan nonelektrolit kurang teratur. Harga sifat koligatif larutan

kira - kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai zat nonelektrolit

dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat kimiawi dari konstituen.

Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang daya hantar listriknya kuat,

contohnya larutan NaCl, NaOH, HCl, dan H2SO4. Larutan elektrolit lemah

yaitu larutan yang daya hantar listriknya lemah, contohnya larutan CH3COOH

dan NH3.

Page 25: makalah kelompok 1

Teori Debye Hückel, koefisien keaktifan γi dari suatu ion dengan valensi zi

diberikan dalam persamaan : Log γi = -Azi 2√µ

Persamaan tunggal untuk menghitung sifat koligatif dari nonelektrolit,

elektrolit lemah, dan elektrolit kuat dapat dituliskan dengan iKf sebagai L,

sehingga : ∆Tf = Lc

Dalam hal elektrolit lemah, koefisien osmosis praktis dipakai untuk

pengukuran derajat disosiasi. Karena g = 1/v atau i = gv dalam larutan encer,

persamaan krioskopi dituliskan ∆Tf = gvKfm

Miliosmolalita untuk darah didapat dari berbagai pekerja yang menggunakan

peralatan osmometer, tekanan uap, dan penurunan titik beku berkisar antara

250 – 350 mOs/kg.

Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar manjur secara terapi

sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek

terapeutik.

Page 26: makalah kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, K. 2008. Pengaruh penambahan tween 80 dan poli-etilen glikol 400 terhadap absorpsi piroksikam melalui lumen usus in situ Vol 19 No 1.

Ansel. 1985. Pengantar Bentuk Sedian Farmasi. Jakarta. UI Press.

Atkins, PW. 1994. Physical Chemistry, 5th.ed. Oxford . Oxford University Press.

Azizah, 2010. Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit.http://www.chem-is-try.org/.../larutan-elektrolit-dan-nonelektrolitDiakses tanggal 3 September 2013.

Henny, R dkk. 2008. Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol pada Uji Disolusi. Jurnal Nusa Kimia Volume 8 (1): 1-6.

Hiskia, A. 1996. Kimia Larutan. Bandung. Citra Aditya Bakti.

Mahdi, J. 2004. Formulasi Gameksan Dalam Bebntuk Mikroemulsi Majalah Farmasi. Vol 1 No 3.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisik. Jakarta. Universitas Indonesia.

Martin, A dkk. 2009. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Bagian 1. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press) halaman 290.

Moechtar. 1990. FarmasiFisik. Yogyakarta. UGM-Press.

Purba, M. 2006. Kimia. Jakarta. Erlangga.

Santoso, A. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta. Wahyu Media.

Shargel & Yu. 2005. Kimia Analisis. Jakarta. UI Press.

Siswandono, BS. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya. Airlangga University Press.

Siswandono, B.S. 1998. Prinsip-prinsip Rancangan Obat. Surabaya. Airlangga University Press.

Sudarmo, U. 2004. Kimia. Jakarta. Erlangga.

Sumarsono, 2013.http://Siapbelajar.com/wp-content/upload/2013/04/3_Kimia-Kelas-10.pdfDiakses tanggal 3 September 2013.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.

Widyaningsih, L. 2009. Pengaruh Penambahan KosolvenPropilenGlikol terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi. Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah.