Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta. Panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancaila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan Filsafat adalah suatu usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas persoalan – persoalan yang menyangkut universe (umum) dan kehidupan manusia. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga, dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga bagi golongan muda maupun tua tetap meyakini pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia 1

description

kwn

Transcript of Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

Page 1: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pancasila adalah  ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri

dari dua kata dari Sanskerta. Panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau

asas. Pancaila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan

bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan Filsafat adalah suatu

usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban

atas persoalan – persoalan yang menyangkut universe (umum) dan

kehidupan manusia.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus diketahui

oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,

menjaga, dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan

khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan

negara Indonesia ini. Sehingga bagi golongan muda maupun tua tetap

meyakini pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan

guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai Dasar Filsafat

Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasidan

manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan

tegaknyakekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara

Pancasila.Bahkan pernahdiperdebatkan kembali kebenaran dan

ketepatannya sebagai Dasar dan Filsafat NegaraRepublik Indonesia.Bagi

bangsa Indonesia tidak ada keraguan sedikitpun mengenaikebenaran dan

ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar Negara.

1

Page 2: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani

“philein” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau

“filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S.

Poerwadarminta mengartikan kata filsafat sebagai pengetahuan dan

pendidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum, dan

sebagainya dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ataupun mengenai

kebenaran dan arti adanya sesuatu.

Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca

yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Jadi secara harfiah,

“Pancasila” dapat diartikan sebagai “lima dasar”.

Pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa berikut:

1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima

dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang

penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar

yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan

baik.

2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan

ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa

Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta

sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-

temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat.

Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas

lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi

kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan

2

Page 3: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

1

2

3

4

5

budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok

pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.

a. Filsafat Pancasila

Menurut Ruslan Abdulgani, pancasila merupakan filsafat Negara yang

lahir sebagai collective ideology (cita-cita bersama) seluruh bangsa

Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil

perenunggujiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding

fathers kita, kemuian dituangkan dalam suatu system yang tepat.

b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila

Sebagai filsafat, pancasila memiliki karakteritistik system filsafat

tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain:

1. Sila-sila pancasila merupakan satu-kesatuan system yang bulat dan

utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak

bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, itu

bukan pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu

dapat digambarkan sebagai berikut :

3

Page 4: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

1

2

3

1

2

3

1

2 1

2

3

4

5

1

5

5

5

5

4

4

4

3

3

2

Dalam susunan yang lain dapat juga digambarkan sebagai berikut :

Atau dapat digambarkan sebagai berikut :

Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa :

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5

Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan

menjiwai sila 3, 4, 5

Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan

menjiwai sila 4, 5

Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan

menjiwai sila 5

Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4

3. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsure

asli/permanen/primer Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri,

yang unsure-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.

4. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia

Indonesia dan masyarakatnya sebagai suatu kenyataan hidup

4

Page 5: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Prinsip-prinsip pancasila

Jika ditinjau dari kausa Aristoteles, pancasila dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kausa materialis, maksunya sebab yang berhubungan dengan

materi/bahan. Dalam hal ini pancasila digali dari nilai-nilai social

budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri

2. Kausa formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan

bentuknya. Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD 1945

memenuhi syarat formal (kebenaran formal).

3. Kausa efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam

menyusun dan merumuskan pancasila sebagai dasar Negara

Indonesia merdeka

4. Kausa finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu

tujuan diusulkannya pancasla sebagai dasar Negara Indonesia

Merdeka

d. Hakikat Nilai-Nilai Pancasila

Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang

pikirkan merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai

merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih

memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari

keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi).Langkah-

langkah awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang

merupakan potensi pokok human being.Nilai tidaklah tampak dalam

dunia pengalaman.Dia nyata dalam jiwa manusia.

Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan

etika. Estetika cenderung kepada studi dan justifikasi yang

menyangkut tentang manusia memikirkan keindahan, atau apa yang

mereka senangi. Misalnya mempersoalkan atau menceritakan si rambut

5

Page 6: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

panjang, pria pemakai anting-anting, nyanyian-nyanyian bising dan

bentuk-bentuk seni lain. Sedangkan etika cenderung kepada studi dan

justifikasi tentang aturan atau bagaimana manusia

berperilaku.Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan

yang mempertentangkan antara benar salah, baik-buruk. Pada dasarnya

studi tentang etika merupakan pelajaran tentang moral yang secara

langsung merupakan pemahaman tentang apa itu benar dan salah.

Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus

untuk memegang dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi,

nilai dan moral bangsa.Secara epistemologikal bangsa Indonesia punya

keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini

sebagai suatu hasil sublimasi dan kritalisasi dari sistem nilai budaya

bangsa dan agama yang kesemuanya bergerak vertikal dan horizontal

serta dinamis dalam kehidupan masyarakat.Selanjutnya untuk

mensinkronkan dasar filosofia-ideologi menjadi wujud jati diri bangsa

yang nyata dan konsekuen secara aksiologikal bangsa dan negara

Indonesia berkehendak untuk mengerti, menghayati, membudayakan

dan melaksanakan Pancasila.

Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonegoro untuk

menggali nilai-nilai abstrak, hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata

kemudian dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya yang berujud

konsep pengamalan yang bersifat subyektif dan obyektif. Pengamalan

secara obyektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan

atau kemasyarakatan, yang penjelasannya berupa suatu perangkat

ketentuan hukum yang secara hierarkhis berupa pasal-pasal UUD,

Ketetapan MPR, Undang-undang Organik dan peraturan-peraturan

pelaksanaan lainnya.Pengamalan secara subyektif adalah pengamalan

yang dilakukan oleh manusia individual, baik sebagai pribadi maupun

sebagai warga masyarakat ataupun sebagai pemegang kekuasaan, yang

penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap dalam hidup sehari-hari.

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan suatu nilai-nilai

yang bersifat sistematis, fundamental dan menyeluruh. Sila-sila

6

Page 7: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh, hirarkis, dan

sistematis. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara republic

Indonesia mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan

kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-

nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Pemikiran filsafat kenegaraan berasal dari pandangan bahwa Negara

merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi

kemasyarakatan yang merupakan masyarakat hukum.

Nilai-nilai pancasila adalah bersifat objektif dan subjektif. Artinya

esensi nilai-nilai pancasila bersifat universal yaitu ketuhanan,

kemanusiaan,persatuan,kerakyatan dan keadilan

1. Nilai-nilai pancasila bersifat objektif

Rumusan sila-sila pancasila memiliki makna yang mendalam

menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak

Inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam

kehidupan bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan,

kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan

Pancasila menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok

kaidah yang fundamental Negara sehingga merupakan suatu

sumber hukum positif Indonesia

2. Nilai-nilai pancasila bersifat subjekif

Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia. Nilai-nilai

tersebut sebagai hasil pemikiran dan penelitian kritis

Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia

sehingga merupakan jati diri bangsa

Nilai-nilai pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai

kerohanian yaitu nilai kebenaran,keadilan, kebaikan,

kebijaksanaan,etis estetis dan nilau religious yang manifestasinya

sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber

pada kepribadian bangsa

7

Page 8: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat

memiliki dasar onkologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis

sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya

materialisme, pragmatisme, komunisme, idealis dan lain paham filsafat

di dunia

1. KAJIAN ONTOLOGI

Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan

sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila sila

Pancasila.Menurut Notonagoro hakekat dasar ontologis Pancasila

adalah manusia.karena manusia merupakan subyek hukum pokok

dari sila sila Pancasila.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berkeuhanan Yang Maha

Esa, berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan indonesia,

berkerakyatan yaang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia pada hakekatnya adalah manusia.

Jadi secara ontologis hakekat dasar keberadaan dari sila sila

Pancasila adalah manusia.Notonagoro lebih lanjut mengemukakan

bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila sila Pancasila secara

ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan

kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.Juga sebagai makluk

individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai

makluk pribadi dan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa.Oleh

karena itu, maka secara hierarkhis sila pertama Ketuhanan Yang

Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila sila Pancasila.

Seluruh nilai nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan

jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap

aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan

pada nilai nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan

negara, tugas dan kewajiban negara dan warga negara, sistem

hukum negara, moral negara dan segala aspek penyelenggaraan

negara lainnya.

8

Page 9: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

2. KAJIAN EPISTEMOLOGI

Kajian epistimologi filsafat pancasila dimaksudkan sebagai

upaya untuk mencari hakekat pancasila sebagai suatu sistem

pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena epistimologi

merupakan bidang filsafat yang membahas hakekat ilmu

pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistimologi Pancasila

tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.Oleh karena itu

dasar epistimologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep

dasarnya tentang hakekat manusia.

Epistimologi Pancasila sebagai suatu obyek kajian

pengetahuan pada hakekatnya meliputi masalah sumber

pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila.Tentang

sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami

bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia

sendiri.Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles, bahwa nilai-

nilai tersebut sebagai kausa materialis Pancasila.

Sebagai suatu paham epistimologi, maka Pancasila

mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada

hakekatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka

moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya

untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup

manusia. Itulah sebabnya Pancasila secara epistimologis harus

menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan

sains dan teknologi dewasa ini.

3. KAJIAN AKSIOLOGI

Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas

tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang

Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat

memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan

suatu kesatuan. Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti

bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai

9

Page 10: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak

yang dapat juga diartikan sebagai “keberhargaan”(worth) atau

“kebaikan”(goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan

kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.

Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila itu termasuk

nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai

material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang

tergolong nilai kerokhanian itu juga mengandung nilai-nilai lain

secara lengkap dan harmonis seperti nilai material, nilai vital, nilai

kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai

moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat

sisttematik-hierarkhis, dimana sila pertama yaitu ketuhanan Yang

Maha Esa menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung

nilai-nilai Pancasila (subcriber of values Pancasila). Bangsa

Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang

berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial.

Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang

menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang

bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila

sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam

sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau

pengakuan, penerimaan atau penghargaan itu telah menggejala

dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan menusia dan bangsa

Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus adalah

pengembannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia

Indonesia.

2.2 Susunan Rumusan Pancasila

Sebagai dasar filsafat negara, tentu saja keberadaan kelima sila

pancasila tidak terpisahkan, melainkan membentuk suatu sistem filsafat.

Sila-sila tersebut membentuk suatu kesatuan yang saling berhubungan,

10

Page 11: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

saling bekerja sama dalam mewujudkan satu tujuan bersama (sebagai tujuan

sistem) yaitu melandasi kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara.

Setiap sila merupakan suatu asas peradaban yang memiliki fungsinya

masing-masing dalam satu keseluruhan. Setiap sila merupakan bagian

mutlak yang tidak dapat dihilangkan, bila dihilangkan satu saja akan tidak

berartilah keseluruhan sila lainnya, serta kedudukan dan fungsinya.

Tata urutan sila-sila dari Pancasila tidak disusun secara sembarangan,

tanpa ada dasarnya, namun tersusun secara hierarkis, yang didasarkan atas

tingkat keleluasaan isi pengertian dari sila-silanya. Misalnya, kemanusiaan

mencakup lingkup yang tak terbatas untuk segala jenis manusia, segala

bagian yang menjadi bawahannya, antara lain : jenis manusia Indonesia,

manusia Jepang, tua, muda, besar, kecil, serta mencakup segala bagian yang

menjadi bawahannya (perasaan, pemikiran dan tindakan). Dengan demikian

apabila dilihat dari kenyataannya, sila dari Pancasila yang memiliki

jangkuan pengertian yang luas adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yang

mencakup keberadaan diri-Nya sebagai Yang Maha Ada, serta segala

sesuatu yang berada dalam Kuasa-Nya dan berada sebagai ciptaan-Nya.

Selanjutnya disusul tingkatan luas pengertian yang semakin sempit, secara

berturut-turut: Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan yang paling sempit adalah Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan sebagai konsekuensinya, Sila I

mendasari sila-sila berikutnya. Sila II didasari sila I dan mendasari sila I,

sila II, sila III dan sila IV. Dengan demikian, pemahaman terhadap suatu sila

harus didasarkan pada sila-sila yang berada diatasnya, sedangkan sila-sila

yang berada di bawahnya merupakan realisasi dari sila-sila diatasnya.

Dalam susunan kesatuan hierarchis berbentuk piramidini, sila

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah yang paling luas. Oleh karena itu,

merupakan basis (dasar) dari keempat sila lainnya.

Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam

sistem ini, merupakan tujuan (menurut Pembukaan UUD 1945) yang

hendak dicapai oleh keempat sila yang adil dan beradab, persatuan

11

Page 12: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam

pemusyawaratan/perwakilan.

Sebagai sistem, Pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut

a. Merupakan kesatuan dari bagian-bagian. Bagian-bagian dimaksud

adalah sila-sila Pancasila yang menyatu secara bulat dan utuh

b. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Sila

pertama, memiliki fungsi keimanan dan ketaqwaan. Sila kedua,

berfungsi dalam tugas-tugas kemanusiaan. Sila ketiga,berfungsi

penegakan persatuan dan kesatuan. Fungsi sila keempat adalah

mempertemukan kebersamaan dalam perbedaan. Fungsi sila kelima

adalah kesejahteraan yang berkeadilan

c. Saling berhubungan dan ketergantungan. Sila yang satu dan yang

lain saling meliputi, melandasi, dan saling menjiwai, serta saling

diliputi, dilindasi, dan dijiwai, kecuali sila pertama Ketuhanan

Yang Maha Esa hanya meliputi, melandasi, dan menjiwai, tanpa

diliputi, dilandasi (dijiwai) oleh sila-sila Pancasila lainnya

d. Keseluruhan, dimaksudkan untuk pencapaian tujuan tertentu, yang

merupakan tujuan sistem, yaitu suatu kehidupan sejahtera yang

berkeadilan, meliputi sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia

e. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks, yaitu dalam suatu

kesatuan yang tidak terpisahkan dalam satu wadah Pancasila

2.3 Kegunaan Filsafat dan Filsafat Pancasila

Ajaran filsafat dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti

halnya logika, estetika, dan etika.

1. Logika

Logika akan mengajarkan kita agar lebih dapat berfikir rasional, teratur,

dan sistematik sehingga mudah mengambil kesimpulan yag benar.

Kesimpulan tidak akan salah apabila kita mendasarkan diri pada aturan

yang benar dan telah ditentukan secara pasti.

2. Estetika

12

Page 13: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

Estetika mengajarkan kegunaan nilai seni yang sangat berharga

3. Bagian filsafat yang mempelajari tingkah laku dan perilaku manusia

yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu mempelajari etika sangat

berguna, termasuk didalamnya megajarkan moral, kesusilaan, sopan

santun, norma yang baik.

Bagi bangsa indonesia, filsafat pancasila sangat berguna, selain manusia

sebagai indidu juga sebagai warga masyarakat dalam mendunkung cita-

cita atau tujuan nasional karena filsafat pancasila adalah landasan

dasarnya.

13

Page 14: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat Pancasila dapat adalah refleksi kritis dan rasional tentang

Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan

untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan

menyeluruh. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan suatu nilai-

nilai yang bersifat sistematis, fundamental dan menyeluruh. Sila-sila

pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh, hirarkis, dan

sistematis. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara republic Indonesia

mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,

kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar

onkologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda

dengan sistem filsafat yang lainnya dimana filsafat dan filsafat pancasila

memiliki kegunaan dan dapat diiplementasikan dalam keidupan sehari-hari

yang meliputi logika ,estetika dan etika.

14

Page 15: Makalah Kewarganegaraan Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Herdiawanto,H dan Jumanta H.2010.Cerdas,Kritis dan Aktif

Berwarganegara.Jakarta : Erlangga

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma

Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma

Poespowardojo, S. 1991. Filsafat Pancasila : Sebuan Pendekatan Sosio Budaya.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Setijo, P. 2010. Pendidikan Pancasila : Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.

Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana

Wahana, P. 2000. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Canesius

15