makalah kasus 3 (mp9)

17
BAB I PENDAHULUAN 1

description

makalah 3 mp9..

Transcript of makalah kasus 3 (mp9)

Page 1: makalah kasus 3 (mp9)

BAB I

PENDAHULUAN

1

Page 2: makalah kasus 3 (mp9)

BAB II

LAPORAN KASUS

Dr. Savitri adalah dokter yang baru mulai bekerja sebagai dokter perusahaan di sebuah

perusahaan manufaktur pulp dan kertas yang besar didaerah Rangkasbitung, Banten,

menggantikan dokter tua yang sudah pensiun. Manajemen perusahaan menugaskannya untuk

mengelola dan memperbaiki seluruh masalah – masalah kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahaan ini guna memenuhi persyaratan ISO 9001 – 2008. Adapu gambar perspektif

sebuah bangunan ruang produksi yang berisi mesin-mesin produksi dengan 21 pekerja,

berhubungan ruangan terbuka diluar yang merupakan gudang penyimpanan bahan bakar

dalam 2 tangker besar, ditempat ini bekerja 7 pekerja.

Di perusahaan ini pekerja masuk jam 8.00 pagi, istirahat makan siang jam 12.00-13.00, pulang

jam 17.00. di ruang produksi dalam bangunan saat ini diperkirakan terjadi sedikit kebocoran gas

sulfur dioksida (NAB rata-rata jam kerja 2 ppm) dan sulfur florida (NAB rata-rata jam kerja 5 ppm).

Dari hasil environmental monitoring dalam 1 minggu hari kerja, sbb :

Hari Sulfur dioksida Sulfur floridaSenin Jam 10.00

Jam 12.00Jam 15.00

0,12 bds1,10 bds1,25 bds

2,22 bds3,10 bds3,75 bds

Selasa Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00

0,22 bds1,00 bds1,15 bds

1,12 bds2,10 bds2,27 bds

Rabu Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00

0,52 bds1,10 bds1,28 bds

1,12 bds3,10 bds3,25 bds

Kamis Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00

0,02 bds1,00 bds1,85 bds

2,12 bds3,10 bds3,25 bds

Jumat Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00

0,18 bds1,38 bds1,75 bds

2,12 bds3,10 bds3,25 bds

2

Page 3: makalah kasus 3 (mp9)

BAB III

PEMBAHASAAN

Bahaya kerja adalah setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja.(1)

Bahaya kerja terdiri dari :

1. Bahaya Kimiawi

Bahaya kimiawi meliputi konsentarasi uap, gas, atau aerosol dalam bentuk debu atau

fume yang berlebihan di lingkungan kerja. Para pekerja dapat terpajan oleh bahaya

kimiawi ini dengan cara inhalasi, absorbsi melalui kulit, atau dengan cara mengiritasi

kulit.

2. Bahaya Fisik

Bahaya fisik mencakup kebisingan, vibrasi, suhu lingkungan kerja, yang terlalu

ekstrem ( terlalu panas / dingin ), radiasi, dan tekanan udara.

3. Bahaya Biologis

Serangga, jamur, bakteri, virus, riketsia, klamidia, merupakan bahaya biologis yang

terdapat di lingkungan kerja. Para pekerja yang menangani atau memproses sediaan

biologis tumbuhan atau hewan, pengolah bahan makanan, pengangkut sampah dengan

sanitasi perorangan / lingkungan yang buruk, dan kebersihan lingkungan kerja yang

tidak memadai, dapat terpajan oleh bahaya biologis ini.

4. Bahaya Ergonomis

Bahaya ergonomis, seperti desain peralatan kerja mesin, dan tempat kerja yang buruk,

aktivitas mengangkat beban, jangkauan yang berlebihan, penerangan yang tidak

memadai, vibrasi, gerakan yang berulang – ulang secara berlebihan dengan / tanpa

posisi kerja yang janggal, dapat mengakibatkan timbulnya gangguan musculoskeletal

pada pekerja.

5. Bahaya Psikologis

Komunikasi yang tidak adekuat, konflik antar personal, konflik dengan tujuan akhir

perusahaan, terhambatnya pengembangan pribadi, kurangnya kekuasaan dan / atau

sumber daya untuk penyelesain masalah pekerjaan, beban tugas yang terlalu padat

3

Page 4: makalah kasus 3 (mp9)

atau sangat kurang, kerja lembur atau shift malam, lingkungan tempat kerja yang

kurang memadai dan menjadi bahaya psikologis di tempat kerja.

Berkaitan dengan masalah kasus yang dibahas yakni adanya aktifitas konstruksi, operasi,

pemeliharaan, transport, penyimpanan bahan baku/bahan jadi memungkinkan timbulnya

pemaparan bahaya kerja. Kemungkinan bahaya kerja yang dapat terjadi pada perusahaan ini,

yaitu :

1. Bahaya Kimia

Kemungkinan pada perusahaan manufaktur pulp dan kertas tersebut ada bahan kimia

berlebihan yang dapat mengakibatkan iritasi kulit pekerja pabrik, gas tertentu

mengandung bahan kimia berbahaya seperti aerosol dalam bentuk debu dengan cara

inhalasi sehingga menggangu saluran pernafasan dan bahan kimia tertentu yang

masuk melalui pori-pori tubuh pekerja dengan cara absorbsi melalui kulit.

2. Bahaya Fisik

Kemungkinan pada perusahaan manufaktur pulp dan kertas tersebut ada mesin-mesin

produksi yang membuat vibrasi atau kebisingan yang mengganggu fungsi

pendengaran serta suhu yang ekstrem yaitu terlalu panas yang dapat mengganggu

kenyamanan pekerja.

3. Bahaya Biologis

Kemungkinan yang dapat terjadi adalah penumpukan bekas-bekas kertas juga dapat

mngundang datangnya serangga yang mengganggu lingkungan produksi dan

kenyamanan pekerja serta bekas-bekas pulp menyebabkan tumbuhnya jamur atau

bakteri yang mengganggu kesehatan para pekerja.

4. Bahaya Psikologis

Kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya konflik antara para pekerja karena

yang kita ketahui setiap manusia terlahir dengan berbeda karakter serta adanya

perbedaan jabatan yang terkadang membuat perbedaan tingkat pekerja secara

subyektif.

Manajemen bahaya kerja adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh

organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan menanggulangi bahaya di

tempatnya guna mengurangi resiko akibat bahaya tersebut. Tahapan manajemen bahaya kerja

antara lain:(2)

4

Page 5: makalah kasus 3 (mp9)

1. Identifikasi bahaya kerja

Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk mendeteksi

adanya ancaman bahaya di tempat kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan informasi tentang adanya kemungkinan ancaman bahaya di tempat kerja

seperti penelitian tata laksana penyimpanan zat kimia, penelitian proses, mesin dan

peralatan kerja, serta inspeksi tempat kerja. Tahap pertama identifikasi bahaya kerja

dapat dimulai dengan mengadakan pendekatan dan diskusi dengan para pekerja yang

berhubungan langsung dengan mesin, peralatan, komponen fisik dan tata laksana

pekerjaan di tempat kerja.

2. Evaluasi bahaya kerja

Evaluasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat menetapkan

seberapa besar resiko bahaya yang di temukan di tempat kerja. Dimulai dengan

pengukuran objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh para pekerja. Tahap

berikutnya dapat diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang

ditemukan, besarnya kemungkinan dan frekuensi terjadinya gangguan kesehatan atau

kecelakaan kerja serta derajat pajanan bahaya kerja yang terjadi.

3. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja

Tahap ini dilakukan untuk merangkum hasil peninjauan semua faktor yang

mengakibatkan bahaya kerja pada manusia. Dengan mempertimbangkan kriteria

resiko masing-masing bahaya kerja, dapat ditetapkan prioritas resiko bahaya kerja

sebagai berikut :

a. Risiko ringan

Kemungkinan kecil untuk terjadi serta akibat yang ditimbulkannya ringan maka

bahaya kerja diabaikan.

b. Risiko sedang

Kemungkinan kecil untuk terjadi tetapi akibat yang ditimbulkannya cukup berat,

atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan manajemen risiko khusus.

c. Risiko berat

Sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus dilaksanakan

penanggulangan sesegera mungkin

4. Pengendalian risiko bahaya kerja

Pengendalian risiko bahaya kerja terdiri dari tiga macam, yaitu pengendalian

administratif, teknik dan alat pelindung diri.

5

Page 6: makalah kasus 3 (mp9)

Tahap yang paling penting dari identifikasi bahaya kerja adalah pelaksanaan inspeksi

tempat kerja (walk-through survey). Pada tahap ini seorang pemeriksa harus membekali

dirinya dengan pengetahuan tentang kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja

perusahaan serta pengetahuan tentang proses kerja masing-masing kelompok kerja.

Pemeriksa akan mempersiapkan daftar pengontrolan (check list), untuk memastikan

tidak terlewatnya tiap kemungkinan terjadinya bahaya kerja.

Biodata Perusahaan Nama Perusahaan : Alamat : Lokasi Tempat Kerja : Penanggung Jawab Tempat Kerja :

Unsur Yang di Inspeksi Catatan yang perlu Memuaskan / tidak

Jumlah Pekerja yang terpajan (L/W) Lama waktu kerja Ketranpilan yang dibutuhkan

Bahaya Kerja Kimiawi/Biologis Catatan yang perlu Memuaskan / tidak

Bahan berbahaya yang digunakan Bahan Baku Selulosa Gugus aktif alkohol Derajat polimerisasi Pemisahan serat secara mekanis Pemisahan selulosa dengan bahan kimia Pewarna

Umum Catatan yang perlu Memuaskan / tidak

Prosedur Kerja Tertulis Kebersihan dan sikap menejemen Fasilitias Kesejahteraan pekerja Kamar mandi/ pancuran air kamar ganti dan fasilitias cuci/setrika kebijakan merokok kebijakan promosi kesehatan Pemeriksaan kesehatan Rehabilitasi dan kebijakan terhadap pekerja yang cacat Nama pemeriksa

6

Page 7: makalah kasus 3 (mp9)

Kemungkinan denah pabrik:

Keterangan :

Gudang barang jadi (2 pekerja)

Kantor Administrasi dan Klinik Pabrik (5 pekerja)

Gudang bahan baku (1 pekerja)

Ruang produksi (13 pekerja)

Tempat 2 tangki besar (7 pekerja)

Nilai ambang batas atau sering disingkat NAB adalah standar suatu bahan kimia

mencemari lingkungan sehingga tidak menyebabkan gangguan kesehatan maupun kematian

pada tenaga kerja selama 8 jam perhari atau 40 jam perminggu. NAB biasanya digunakan

sebagai standar dan pembanding paparan bahan kimia yang telah ditentukan dengan bahan

kimia yang ada di lingkungan. Kegunaan NAB yang lain yaitu sebagai pedoman perencanaan

dan desain teknologi pengendalian bahan kimia di lingkungan kerja, untuk melakukan

substitusi (penggantian) bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang lebih aman, serta

untuk membantu menentukan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh suatu bahan kimia

tertentu (PAK). Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/ 1997, ada tiga

kategori NAB bahan Kimia di lingkungan kerja :(3)

1. NAB rata-rata selama jam kerja

7

Page 8: makalah kasus 3 (mp9)

Merupakan kadar rata-rata bahan kimia di tempat kerja selama 8 jam sehari atau 40

jam seminggu dimana hampir semua tenaga kerja terpajan secara berulang-ulang

tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan ataupun kematian.

2. NAB batas pemaparan singkat

Atau disebut PSD (Pemajanan Singkat yang Diperkenankan) yaitu kadar rata-rata

bahan kimia di lingkungan kerja dimana hampir semua tenaga kerja terpajan secara

terus-menerus dalam waktu singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari

4 kali dalam sehari tanpa mengakibatkan iritasi dan kerusakan atau perubahan

jaringan kronis.

3. NAB tertinggi

Atau disebut juga KTD (Kadar Tertinggi yang Diperkenankan) yaitu kadar rata-rata

bahan kimia di udara lingkungan kerja setiap saat yang tidak boleh dilampaui selama

melakukan kerja.

Adapun Nilai ambang batas zat kimia di udara tempat kerja, Cara menghitung NAB :

a. NAB campuran

Yaitu campuran dari dua bahan kimia atau lebih. Formula yang digunakan adalah

NAB camp = (C1 + C2 + …… + Cn ) / [ (C1/NAB(1) ) + (C2/NAB(2) ) + ….. +

(C1/NAB(1) ) ] (2)

Keterangan :

C1           = kadar zat kimia ke-1

C2           = kadar zat kimia ke-2

Cn           = kadar zat kimia ke-n

NAB(1) = NAB zat kimia (1)

NAB(2) = NAB zat kimia (2)

NAB(n) = NAB zat kimia (n)

b. NAB campuran dengan efek saling menambah

Formula yang digunakan adalah :

NAB camp = 1 / [(fa/NAB (a)) + (fb/NAB (b)) + ......... + (fn/NAB (n))] (3)

Keterangan :

fa            = persen zat kimia pertama pada sumber kontaminan;

fb            = persen zat kimia kedua pada sumber kontaminan;

8

Page 9: makalah kasus 3 (mp9)

fn            = persen zat kimia ke-n pada sumber kontaminan;

NAB (a) = NAB zat kimia pertama;

NAB (b) = NAB zat kimia kedua;

NAB (n) = NAB zat kimia ke-n.

Untuk melindungi para pekerja terhadap paparan gas tersebut, dilakukan upaya

pengendalian darurat, yakni:

A. CONTAINMENT à mencegah pajanan

Desain tempat kerja

Peralatan safety (biosafety cabinet, peralatan centrifugal)

Cara kerja

Dekontaminasi

Penanganan limbah dan spill management

B. BIOSAFETY PROGRAM MANAGEMENT à support dari pimpinan puncak

Program support, biosafety spesialist, institutional biosafety

committee, biosafety manual, OH program, Info & Educt

C. COMPLIANCE ASSESSMENT

Audit, annual review, Incident & accident statistics

Penanggunglangan bahaya sbb :

Mengenal bahaya – bahaya yang ada di tempat kerja

Menghindari kontak langsung dengan sumber penular

Menjaga kebersihan diri

Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai

9

Page 10: makalah kasus 3 (mp9)

Maka untuk melindungi para pekerja yang bekerja di tempat ini, dr. Savitri berupaya

membuat analisa bahaya kerja ( Hazard analysis), dengan metode “Failure Mode and

Effects Analysis” (PHA) berikut ini :

Hazard Possible

causes

Possible

consequences

Prevention

measures

Asap dan

debu

kebakaran

Kebakaran

tangki bensin

Gangguan

pernapasan dan

penglihatan

Ventilasi yang

baik, masker,

pintu darurat,

kaca mata

Api yang

menjalar

Kebakaran

tangki bensin

Luka bakar Alat pemadam

kebakaran

Mesin yang

meledak

akibat

panas

Kebakaran

tangki bensin

Luka bakar Alat pemadam

kebakaran,

pemutusan

aliran listrik

Ruang

produksi

yang

terbakar

Kebakaran

tangki bensin

Luka bakar,

tertimpa

reruntuhan

Alat pemadam

kebakaran,

pintu darurat

Kertas hasil

produksi

yang

terbakar

Kebakaran

tangki bensin

Luka bakar Alat pemadam

kebakaran,

pintu darurat

Suhu panas

ekstrim

Kebakaran

tangki bensin

Heat stroke,

dehidrasi

Akses cepat ke

tempat yang

aman

Bahan

kimia yang

terbakar

Kebakaran

tangki bensin

Luka bakar,

radiasi akibat

paparan bahan

Jarak aman

antara pekerja

dan

10

Page 11: makalah kasus 3 (mp9)

kimia penempatan

bahan kimia

Ruang

gerak

sempit dan

sulit

Terbatasnya

ruang gerak

dan jarak

pandang

akibat

kebakaran

tangki bensin

Claustrophobia,

putus asa

Penataan

ruang

produksi yang

dibuat

sedemikian

rupa untuk

mempermudah

pekerja

menemukan

jalan keluar

BAB IV

11

Page 12: makalah kasus 3 (mp9)

PENUTUP dan KESIMPULAN

BAB V

12

Page 13: makalah kasus 3 (mp9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Harrianto, Ridwan.Buku ajar kesehatan kerja.2010.Jakarta:EGC

2. Harrianto, Ridwan.Buku ajar kesehatan kerja.2010.Jakarta:EGC

3. Harrianto, Ridwan.Buku ajar kesehatan kerja.2010.Jakarta:EGC

13