BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Dr. Savitri adalah dokter yang baru mulai bekerja sebagai dokter perusahaan di sebuah
perusahaan manufaktur pulp dan kertas yang besar didaerah Rangkasbitung, Banten,
menggantikan dokter tua yang sudah pensiun. Manajemen perusahaan menugaskannya untuk
mengelola dan memperbaiki seluruh masalah – masalah kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan ini guna memenuhi persyaratan ISO 9001 – 2008. Adapu gambar perspektif
sebuah bangunan ruang produksi yang berisi mesin-mesin produksi dengan 21 pekerja,
berhubungan ruangan terbuka diluar yang merupakan gudang penyimpanan bahan bakar
dalam 2 tangker besar, ditempat ini bekerja 7 pekerja.
Di perusahaan ini pekerja masuk jam 8.00 pagi, istirahat makan siang jam 12.00-13.00, pulang
jam 17.00. di ruang produksi dalam bangunan saat ini diperkirakan terjadi sedikit kebocoran gas
sulfur dioksida (NAB rata-rata jam kerja 2 ppm) dan sulfur florida (NAB rata-rata jam kerja 5 ppm).
Dari hasil environmental monitoring dalam 1 minggu hari kerja, sbb :
Hari Sulfur dioksida Sulfur floridaSenin Jam 10.00
Jam 12.00Jam 15.00
0,12 bds1,10 bds1,25 bds
2,22 bds3,10 bds3,75 bds
Selasa Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00
0,22 bds1,00 bds1,15 bds
1,12 bds2,10 bds2,27 bds
Rabu Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00
0,52 bds1,10 bds1,28 bds
1,12 bds3,10 bds3,25 bds
Kamis Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00
0,02 bds1,00 bds1,85 bds
2,12 bds3,10 bds3,25 bds
Jumat Jam 10.00Jam 12.00Jam 15.00
0,18 bds1,38 bds1,75 bds
2,12 bds3,10 bds3,25 bds
2
BAB III
PEMBAHASAAN
Bahaya kerja adalah setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja.(1)
Bahaya kerja terdiri dari :
1. Bahaya Kimiawi
Bahaya kimiawi meliputi konsentarasi uap, gas, atau aerosol dalam bentuk debu atau
fume yang berlebihan di lingkungan kerja. Para pekerja dapat terpajan oleh bahaya
kimiawi ini dengan cara inhalasi, absorbsi melalui kulit, atau dengan cara mengiritasi
kulit.
2. Bahaya Fisik
Bahaya fisik mencakup kebisingan, vibrasi, suhu lingkungan kerja, yang terlalu
ekstrem ( terlalu panas / dingin ), radiasi, dan tekanan udara.
3. Bahaya Biologis
Serangga, jamur, bakteri, virus, riketsia, klamidia, merupakan bahaya biologis yang
terdapat di lingkungan kerja. Para pekerja yang menangani atau memproses sediaan
biologis tumbuhan atau hewan, pengolah bahan makanan, pengangkut sampah dengan
sanitasi perorangan / lingkungan yang buruk, dan kebersihan lingkungan kerja yang
tidak memadai, dapat terpajan oleh bahaya biologis ini.
4. Bahaya Ergonomis
Bahaya ergonomis, seperti desain peralatan kerja mesin, dan tempat kerja yang buruk,
aktivitas mengangkat beban, jangkauan yang berlebihan, penerangan yang tidak
memadai, vibrasi, gerakan yang berulang – ulang secara berlebihan dengan / tanpa
posisi kerja yang janggal, dapat mengakibatkan timbulnya gangguan musculoskeletal
pada pekerja.
5. Bahaya Psikologis
Komunikasi yang tidak adekuat, konflik antar personal, konflik dengan tujuan akhir
perusahaan, terhambatnya pengembangan pribadi, kurangnya kekuasaan dan / atau
sumber daya untuk penyelesain masalah pekerjaan, beban tugas yang terlalu padat
3
atau sangat kurang, kerja lembur atau shift malam, lingkungan tempat kerja yang
kurang memadai dan menjadi bahaya psikologis di tempat kerja.
Berkaitan dengan masalah kasus yang dibahas yakni adanya aktifitas konstruksi, operasi,
pemeliharaan, transport, penyimpanan bahan baku/bahan jadi memungkinkan timbulnya
pemaparan bahaya kerja. Kemungkinan bahaya kerja yang dapat terjadi pada perusahaan ini,
yaitu :
1. Bahaya Kimia
Kemungkinan pada perusahaan manufaktur pulp dan kertas tersebut ada bahan kimia
berlebihan yang dapat mengakibatkan iritasi kulit pekerja pabrik, gas tertentu
mengandung bahan kimia berbahaya seperti aerosol dalam bentuk debu dengan cara
inhalasi sehingga menggangu saluran pernafasan dan bahan kimia tertentu yang
masuk melalui pori-pori tubuh pekerja dengan cara absorbsi melalui kulit.
2. Bahaya Fisik
Kemungkinan pada perusahaan manufaktur pulp dan kertas tersebut ada mesin-mesin
produksi yang membuat vibrasi atau kebisingan yang mengganggu fungsi
pendengaran serta suhu yang ekstrem yaitu terlalu panas yang dapat mengganggu
kenyamanan pekerja.
3. Bahaya Biologis
Kemungkinan yang dapat terjadi adalah penumpukan bekas-bekas kertas juga dapat
mngundang datangnya serangga yang mengganggu lingkungan produksi dan
kenyamanan pekerja serta bekas-bekas pulp menyebabkan tumbuhnya jamur atau
bakteri yang mengganggu kesehatan para pekerja.
4. Bahaya Psikologis
Kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya konflik antara para pekerja karena
yang kita ketahui setiap manusia terlahir dengan berbeda karakter serta adanya
perbedaan jabatan yang terkadang membuat perbedaan tingkat pekerja secara
subyektif.
Manajemen bahaya kerja adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh
organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan menanggulangi bahaya di
tempatnya guna mengurangi resiko akibat bahaya tersebut. Tahapan manajemen bahaya kerja
antara lain:(2)
4
1. Identifikasi bahaya kerja
Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk mendeteksi
adanya ancaman bahaya di tempat kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang adanya kemungkinan ancaman bahaya di tempat kerja
seperti penelitian tata laksana penyimpanan zat kimia, penelitian proses, mesin dan
peralatan kerja, serta inspeksi tempat kerja. Tahap pertama identifikasi bahaya kerja
dapat dimulai dengan mengadakan pendekatan dan diskusi dengan para pekerja yang
berhubungan langsung dengan mesin, peralatan, komponen fisik dan tata laksana
pekerjaan di tempat kerja.
2. Evaluasi bahaya kerja
Evaluasi bahaya kerja adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat menetapkan
seberapa besar resiko bahaya yang di temukan di tempat kerja. Dimulai dengan
pengukuran objektif dosis bahaya kerja yang diterima oleh para pekerja. Tahap
berikutnya dapat diperkirakan akibat yang ditimbulkan oleh bahaya kerja yang
ditemukan, besarnya kemungkinan dan frekuensi terjadinya gangguan kesehatan atau
kecelakaan kerja serta derajat pajanan bahaya kerja yang terjadi.
3. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja
Tahap ini dilakukan untuk merangkum hasil peninjauan semua faktor yang
mengakibatkan bahaya kerja pada manusia. Dengan mempertimbangkan kriteria
resiko masing-masing bahaya kerja, dapat ditetapkan prioritas resiko bahaya kerja
sebagai berikut :
a. Risiko ringan
Kemungkinan kecil untuk terjadi serta akibat yang ditimbulkannya ringan maka
bahaya kerja diabaikan.
b. Risiko sedang
Kemungkinan kecil untuk terjadi tetapi akibat yang ditimbulkannya cukup berat,
atau sebaliknya, maka perlu pelaksanaan manajemen risiko khusus.
c. Risiko berat
Sangat mungkin terjadi dan akan berakibat sangat buruk, maka harus dilaksanakan
penanggulangan sesegera mungkin
4. Pengendalian risiko bahaya kerja
Pengendalian risiko bahaya kerja terdiri dari tiga macam, yaitu pengendalian
administratif, teknik dan alat pelindung diri.
5
Tahap yang paling penting dari identifikasi bahaya kerja adalah pelaksanaan inspeksi
tempat kerja (walk-through survey). Pada tahap ini seorang pemeriksa harus membekali
dirinya dengan pengetahuan tentang kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
perusahaan serta pengetahuan tentang proses kerja masing-masing kelompok kerja.
Pemeriksa akan mempersiapkan daftar pengontrolan (check list), untuk memastikan
tidak terlewatnya tiap kemungkinan terjadinya bahaya kerja.
Biodata Perusahaan Nama Perusahaan : Alamat : Lokasi Tempat Kerja : Penanggung Jawab Tempat Kerja :
Unsur Yang di Inspeksi Catatan yang perlu Memuaskan / tidak
Jumlah Pekerja yang terpajan (L/W) Lama waktu kerja Ketranpilan yang dibutuhkan
Bahaya Kerja Kimiawi/Biologis Catatan yang perlu Memuaskan / tidak
Bahan berbahaya yang digunakan Bahan Baku Selulosa Gugus aktif alkohol Derajat polimerisasi Pemisahan serat secara mekanis Pemisahan selulosa dengan bahan kimia Pewarna
Umum Catatan yang perlu Memuaskan / tidak
Prosedur Kerja Tertulis Kebersihan dan sikap menejemen Fasilitias Kesejahteraan pekerja Kamar mandi/ pancuran air kamar ganti dan fasilitias cuci/setrika kebijakan merokok kebijakan promosi kesehatan Pemeriksaan kesehatan Rehabilitasi dan kebijakan terhadap pekerja yang cacat Nama pemeriksa
6
Kemungkinan denah pabrik:
Keterangan :
Gudang barang jadi (2 pekerja)
Kantor Administrasi dan Klinik Pabrik (5 pekerja)
Gudang bahan baku (1 pekerja)
Ruang produksi (13 pekerja)
Tempat 2 tangki besar (7 pekerja)
Nilai ambang batas atau sering disingkat NAB adalah standar suatu bahan kimia
mencemari lingkungan sehingga tidak menyebabkan gangguan kesehatan maupun kematian
pada tenaga kerja selama 8 jam perhari atau 40 jam perminggu. NAB biasanya digunakan
sebagai standar dan pembanding paparan bahan kimia yang telah ditentukan dengan bahan
kimia yang ada di lingkungan. Kegunaan NAB yang lain yaitu sebagai pedoman perencanaan
dan desain teknologi pengendalian bahan kimia di lingkungan kerja, untuk melakukan
substitusi (penggantian) bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang lebih aman, serta
untuk membantu menentukan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh suatu bahan kimia
tertentu (PAK). Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/ 1997, ada tiga
kategori NAB bahan Kimia di lingkungan kerja :(3)
1. NAB rata-rata selama jam kerja
7
Merupakan kadar rata-rata bahan kimia di tempat kerja selama 8 jam sehari atau 40
jam seminggu dimana hampir semua tenaga kerja terpajan secara berulang-ulang
tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan ataupun kematian.
2. NAB batas pemaparan singkat
Atau disebut PSD (Pemajanan Singkat yang Diperkenankan) yaitu kadar rata-rata
bahan kimia di lingkungan kerja dimana hampir semua tenaga kerja terpajan secara
terus-menerus dalam waktu singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari
4 kali dalam sehari tanpa mengakibatkan iritasi dan kerusakan atau perubahan
jaringan kronis.
3. NAB tertinggi
Atau disebut juga KTD (Kadar Tertinggi yang Diperkenankan) yaitu kadar rata-rata
bahan kimia di udara lingkungan kerja setiap saat yang tidak boleh dilampaui selama
melakukan kerja.
Adapun Nilai ambang batas zat kimia di udara tempat kerja, Cara menghitung NAB :
a. NAB campuran
Yaitu campuran dari dua bahan kimia atau lebih. Formula yang digunakan adalah
NAB camp = (C1 + C2 + …… + Cn ) / [ (C1/NAB(1) ) + (C2/NAB(2) ) + ….. +
(C1/NAB(1) ) ] (2)
Keterangan :
C1 = kadar zat kimia ke-1
C2 = kadar zat kimia ke-2
Cn = kadar zat kimia ke-n
NAB(1) = NAB zat kimia (1)
NAB(2) = NAB zat kimia (2)
NAB(n) = NAB zat kimia (n)
b. NAB campuran dengan efek saling menambah
Formula yang digunakan adalah :
NAB camp = 1 / [(fa/NAB (a)) + (fb/NAB (b)) + ......... + (fn/NAB (n))] (3)
Keterangan :
fa = persen zat kimia pertama pada sumber kontaminan;
fb = persen zat kimia kedua pada sumber kontaminan;
8
fn = persen zat kimia ke-n pada sumber kontaminan;
NAB (a) = NAB zat kimia pertama;
NAB (b) = NAB zat kimia kedua;
NAB (n) = NAB zat kimia ke-n.
Untuk melindungi para pekerja terhadap paparan gas tersebut, dilakukan upaya
pengendalian darurat, yakni:
A. CONTAINMENT à mencegah pajanan
Desain tempat kerja
Peralatan safety (biosafety cabinet, peralatan centrifugal)
Cara kerja
Dekontaminasi
Penanganan limbah dan spill management
B. BIOSAFETY PROGRAM MANAGEMENT à support dari pimpinan puncak
Program support, biosafety spesialist, institutional biosafety
committee, biosafety manual, OH program, Info & Educt
C. COMPLIANCE ASSESSMENT
Audit, annual review, Incident & accident statistics
Penanggunglangan bahaya sbb :
Mengenal bahaya – bahaya yang ada di tempat kerja
Menghindari kontak langsung dengan sumber penular
Menjaga kebersihan diri
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
9
Maka untuk melindungi para pekerja yang bekerja di tempat ini, dr. Savitri berupaya
membuat analisa bahaya kerja ( Hazard analysis), dengan metode “Failure Mode and
Effects Analysis” (PHA) berikut ini :
Hazard Possible
causes
Possible
consequences
Prevention
measures
Asap dan
debu
kebakaran
Kebakaran
tangki bensin
Gangguan
pernapasan dan
penglihatan
Ventilasi yang
baik, masker,
pintu darurat,
kaca mata
Api yang
menjalar
Kebakaran
tangki bensin
Luka bakar Alat pemadam
kebakaran
Mesin yang
meledak
akibat
panas
Kebakaran
tangki bensin
Luka bakar Alat pemadam
kebakaran,
pemutusan
aliran listrik
Ruang
produksi
yang
terbakar
Kebakaran
tangki bensin
Luka bakar,
tertimpa
reruntuhan
Alat pemadam
kebakaran,
pintu darurat
Kertas hasil
produksi
yang
terbakar
Kebakaran
tangki bensin
Luka bakar Alat pemadam
kebakaran,
pintu darurat
Suhu panas
ekstrim
Kebakaran
tangki bensin
Heat stroke,
dehidrasi
Akses cepat ke
tempat yang
aman
Bahan
kimia yang
terbakar
Kebakaran
tangki bensin
Luka bakar,
radiasi akibat
paparan bahan
Jarak aman
antara pekerja
dan
10
kimia penempatan
bahan kimia
Ruang
gerak
sempit dan
sulit
Terbatasnya
ruang gerak
dan jarak
pandang
akibat
kebakaran
tangki bensin
Claustrophobia,
putus asa
Penataan
ruang
produksi yang
dibuat
sedemikian
rupa untuk
mempermudah
pekerja
menemukan
jalan keluar
BAB IV
11
PENUTUP dan KESIMPULAN
BAB V
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrianto, Ridwan.Buku ajar kesehatan kerja.2010.Jakarta:EGC
2. Harrianto, Ridwan.Buku ajar kesehatan kerja.2010.Jakarta:EGC
3. Harrianto, Ridwan.Buku ajar kesehatan kerja.2010.Jakarta:EGC
13