Makalah Kasus 1 Kelompok 8
-
Upload
tarsiah-ningsih -
Category
Documents
-
view
218 -
download
3
description
Transcript of Makalah Kasus 1 Kelompok 8
MAKALAH MODUL NEUROLOGI
KASUS 1
Kelompok 8
1. Andreas Karta Paran (03013016)
2. Cintantya Prakasita (03013046)
3. Fernando Ferino (03013078)
4. Melly Sartika (03013122)
5. Raihana Haifa Sopa (03013160)
6. Tarsiah Ningsih (03013186)
7. Ahmad Althof MA (03013216)
8. Rizkya Amelia (03013244)
9. Febrianty R (03013074)
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta
2015
I. KASUS
1
Seorang laki laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran
disertai kejang-kejang. Saksi mata mengatakan bahwa pasien mengalami kecelakaan
lalu lintas, pasienmengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan mobil. Tabrakan
cukup keras sehingga terlempar cukup jauh, helm terlepas dan kepala membentur
jalan. Pasien tidak sadar, kemudian segera dibawa ke RS, dalam perjalanan pasien
sempat kejang-kejang beberapa menit disertai muntah.
Setelah kejangnya diatasi di UGD, didapatkan keadaan umum sakit berat. Pasien
selalu menutup mata dan hanya membuka mata bila diberikan rangsang nyeri. Bila
diberi rangsang nyeri dia menghindar dan merintih kesakitan.
Tensi 140/80 mmHg, suhu 37,5 C, nadi 60x/menit, respirasi 28x/menit. Pupil
anisokhor reflex cahaya +/+ ekstremitas kiri kurang aktif dan reflex Babinski -/+.
Dari telinga kanan pasien keluar darah. Pada pemeriksaan terdapat luka robekdi
kepala bagian temporalkanan sepanjang 5cm. Pemeriksaan lab dalam batas normal
dan hasil foto thorax normal.
Detelah pasien sadar, didapatkan pasien lupa kejadian beberapa saat sebelum
kecelakaan lalu lintas..
Kata kunci : kecelakaan lalu lintas, luka robek di kepala bagian temporal kanan,
penurunan kesadaran, kejang, telinga kakan pasien keluar darah.
II. KLARIFIKASI ISTILAH
Penurunan kesadaran : sebuah kondisi dimana seseorang tidak terjaga/ tidak
bangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respon yang normal
terhadap stimulus.
Kejang : merupakan serangan mendadak atau kekambuhan penyakit, dimana
merupakan kejadian paroksismal yang disebabkan lepas muatan hipersinkron
dari neuron system saraf pusat.
Kecelakaan lalu lintas : kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan
dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. dapat mengakibatkan luka-
luka atau kematian.
III. PENETAPAN MASALAH
Penurunan kesadaran
Prehipertensi, respirasi meningkat, pupil anisokhor
2
Telinga kanan keluar darah
Refleks Babinski -/+
Luka robek di bagian temporal kanan
Amnesia retrograde
Kejang, muntah
GCS E2 V2 M4
IV. LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami:
Pemeriksaan dan etiologi penurunan kesadaran
Definisi,etiologic pathogenesis dan gejala cedera kepala
Klasifikasi ICD 10
Derajat penyakit
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
Sequelle
V. PEMBAHASAN
Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak (meningen), dan kerusakan jaringan otak itu
sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis. Cedera kepala dapat berupa
cedera kepala tertutup atau cedera kepala terbuka (penetrasi).
Cedera kepala tertutup berarti adanya hantaman keras pada kepala dari
pukulan sebuah benda, tetapi benda tersebut tidak mengakibatkan fraktur pada
tulang tengkorak.
3
Cedera kepala terbuka (penetrasi), berarti adanya pukulan dari suatu benda
yang menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan masuk ke otak. Hal
tersebut biasanya terjadi pada kecelakaan mobil dan adanya pecahan kaca
depan yang mengenai kepala, dan dapat juga terjadi pada tembakan dikepala.
Cedera kepala termasuk :
Concussion, dimana terdapat goncangan pada otak di dalam cavitas cranii.
Luka kulit kepala
Fraktur tulang tengkorak
Cedera kepala dapat menyebabkan perdarahan pada:
Jaringan dalam otak
Lapisan yang melindungi otak (meningen)
Etiologi Cedera Kepala
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu
jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam Benda tumpul biasanya berkaitan
dengan kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, dan
pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam
(bacok) dan tembakan. Menurut penelitian Evans di Amerika (1996), penyebab
cedera kepala terbanyak adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30% akibat
terjatuh, 10% kecelakaan dalam pekerjaan,10% kecelakaaan waktu rekreasi,dan 5%
akibat diserang atau di pukul. Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius
adalah kecelakaan sepeda motor. Hal ini disebabkan sebagian besar (>85%)
pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm yang tidak memenuhi standar.
Pada saat penderita terjatuh helm sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah,
akhirnya terjadi benturan langsung kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan
melukai kepala.
Patofisiologi
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma mendadak, langsung atau tidak
langsung pada kepala yang menimbulkan tiga mekanisme yang berpengaruh yaitu
: akselerasi (benda bergerak membentur kepala yang diam misalnya terkena
lemparan batu), deselerasi (kepala bergerak membentur benda yang diam misalnya
4
kepala membentur tanah) dan deformitas adalah kerusakan pada bagian tubuh
akibat trauma misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau
pemotongan otak. ( Tarwoto dan Wartonah, 2007: 123).
Pada cidera kepala terjadi perdarahan kecil- kecil pada permukaan otak yang
tersebar melalui substansi otak daerah tersebut dan bila area contusio besar akan
menimbulkan efek massa yang dapat menyebabkan peningkatan Tekanan
Intracranial/ TIK (Carolyn dan Barbara, 1996: 227).
Peningkatan TIK menyebabkan aliran darah ke otak menurun dan terjadi
berhentinya aliran darah ke otak/ iskemik Bila terjadi iskemik komplet dan lebih
dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Pada iskemik serebral, pusat vasomotor terstimulasi dan tekanan sistemik
meningkat untuk mempertahankan aliran darah yang disertai dengan lambatnya
denyutan nadi dan pernafasan yang tidak teratur Dampak dari peningkatan
intracranial yang lain diantaranya : penurunan kesadaran yang menyebabkan
gangguan aktivitas dan gangguan persepsi sensori. Dampak terhadap medulla
oblongata yang merupakan pusat pengatur pernafasan terjadi gangguan pola
nafas.
- Mekanisme cedera kepala ada 3:
1. akselerasi -> benda bergerak pada orang
2. deselerasi -> jika kepala yang bergerak benda diam
devormitas -> perubahan / kerusakkan pada bagian tubuh akibat trauma
Klasifikasi
1. Menurut jenis cedera
a. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan
laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak
b. Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasien dengan geger otak
ringan dengan cedera serebral yang luas.
2. Menurut berat ringannya berdasarkan GCS
Menilai respon membuka mata (E)
(4): spontan
(3): dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
5
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1): tidak ada respon
Menilai respon Verbal atau respon Bicara (V)
(5): orientasi baik
(4): bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang)
disorientasi tempat dan waktu
(3): kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh..., bapak...”)
(2): suara tanpa arti (mengerang)
(1): tidak ada respon
Menilai respon motorik (M)
(6): mengikuti perintah
(5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4): withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3): flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)
(2): extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)
(1): tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
E...V...M... Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
6
a. Cedera kepala ringan
GCS 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30
menit
Tidak ada fraktur tengkorak
Tidak ada kontusia serebral, hematoma
b. Cedera kepala sedang
GCS 9 – 12
Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30m < dari 24 jam
Dapat mengalami fraktur tengkorak
Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial
c. Cedera kepala berat
GCS 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intra kranial.
Compos Mentis (GCS: 15-14)
Apatis (GCS: 13-12)
Somnolen(11-10)
Delirium (GCS: 9-7)
Soporo coma (GCS: 6-4)
Coma (GCS: 3)
Menguji tingkat kesadaran
1. Secara kualitatif
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
7
5. Sopor, yaitu penurunan kesadaran lebih rendah dari somnolen, hingga
pasien tampak seperti sedang tidur lelap, tetapi masih dapat
dibangunkan dengan rangsangan yang lebih kuat.
6. Soporo coma, yaitu pasien tidak dapat dibangunkan walaupun dengan
rangsang kuat, tetapi masih ada refleks yang dapat dibangkitkan.
7. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Menurut patologis:
1. Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut, yaitu
terjadi segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat bersifat
(fokal) local maupun difus.
- Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada bagian
tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relatif tidak terganggu.
- Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi
menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.
2. Cedera kepala sekunder adalah kelainan atau kerusakan yang terjadi
setelah terjadinya trauma/benturan dan merupakan akibat dari peristiwa
yang terjadi pada kerusakan primer.
Gangguan yang Menyertai Cedera Kepala
1. Pada gangguan otak.
a. Comotio serebral/gegar serebral
Tidak sadar kurang dari 10 menit
Muntah – muntah, pusing
Tidak ada tanda – tanda defisit neurologik
b. Contusio serebri
Tidak sadar lebih dari 10 menit, bila area yang terkena luas, dapat
berlangsung lebih dari 2 – 3 hari setelah cedera.
Muntah, amnesia retrograd.
2. Perdarahan epidural/epidural hematom
Menyebabkan suatu akumulasi darah pada ruang antara durameter dan
tulang tengkorak yang sebabkan oleh robeknya arterimeningeal media
didaerah perictal temporal akibatnya :
8
Peningkatan TIK yang menimbulkan gangguan nafas, bradikardi dan
penurunan TTU.
Herniasi otak yang dapat menimbulkan :
a. Peningkatan sirkulasi arteri pada formatio retikularis media
oblongata yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran
b. Penekanan syaraf kranial III (N. okulomotorius) yang dapat
menimbulkan dilatasi pupil.
3. Hematom subdural
Akumulasi bekuan darah antara durameter dan arachnoid yang disebabkan
oleh robekan vena yang terjadi diruang subdural.
4. Hematoma subarachnoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang arachnoid yaitu antara lapisan arahnoid
piameter seringkali terjadi karena adanya robekan vena yang ada didaerah
tersebut.
5. Hematoma intrakranial
Pengumpulan darah 25 ml atau lebih pada parakim otak penyebabnya
seringkali karena adanya impresi fractur, gerakan aselarasi dan deselerasi yang
tiba – tiba.
6. Fractur tengkorak
Susunan tulang tengkorak dan lapisan kulit kepala membantu menghilangkan
tenaga benturan kepala sehingga sedikit kekuatan yang ditransmisikan ke
dalam jaringan otak.
Morfologi cedera
Berdasarkan morfologi cedera kepala dibagi atas:
a. Fraktur kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan dapat
terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. Fraktur dasar
tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan CT Scan untuk memperjelas garis
frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan
petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci.
Tanda-tanda tersebut antara lain :
- Ekimosis periorbital ( Raccoon eye sign)
- Ekimosis retro aurikuler (Battle`sign )
- Kebocoran CSS ( rhonorrea, ottorhea) dan
- Parese nervus facialis ( N VII )
b. Lesi intrakranial
9
Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus, walaupun kedua jenis
lesi sering terjadi bersamaan.
Termasuk lesi lesi local ;
- Perdarahan Epidural
- Perdarahan Subdural
- Kontusio (perdarahan intra cerebral)
Cedera otak difus umumnya menunjukkan gambaran CT Scan yang
normal, namun keadaan klinis neurologis penderita sangat buruk bahkan
dapat dalam keadaan koma. Berdasarkan pada dalamnya koma dan
lamanya koma, maka cedera otak difus dikelompokkan menurut kontusio
ringan, kontusio klasik, dan Cedera Aksona Difus ( CAD).
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang biasa timbul pada kasus cedera kepala di antaranya :
a. Hilangnya kesadaran.
b. Perdarahan dibelakang membrane timpani
c. Ekimosis pada periorbital
d. Mual dan muntah.
e. Pusing kepala.
f. Terdapat hematom.
g. Bila fraktur mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorhea) bila fraktur tulang temporal.
Pemeriksaan penunjang
a. CT Scan
Adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran,
mengidentifikasi adanya hemoragi, pergeseran jaringan otak.
b. Angiografi Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran cairan otak akibat
oedema, perdarahan, trauma.
c. EEG (Electro Encephalografi)
Memperlihatkan keberadaan/perkembangan gelombang patologis
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Mengidentifikasi perfusi jaringan otak, misalnya daerah infark, hemoragik.
e. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak.
f. Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)
Untuk menentukan apakah penderita trauma kepala sudah pulih daya ingatnya.
Penatalaksanaan
10
a. Penatalaksanaan umum cedera kepala:
- Monitor respirasi : bebaskan jalan nafas, monitor keadaan ventilasi, periksa
analisa gas darah, berikan oksigan jika perlu
- Monitor tekanan intrakranial
- Atasi syok bila ada
- Kontrol tanda vital
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Operasi
Operasi dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intrasereberal, debridemen
luka,dan prosedur shunting, jenis operasi tersebut adalah :
- Craniotomy adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan
untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. Ada tiga tipe
craniotomy menurut letak insisi yaitu: craniotomy supratentorial (diatas
tentorium), infratentorial (dibawah tentorium) dan craniotomy transfenoidal
(melalui sinus mulut dan hidung)
- Craniektomy adalah eksisi pada suatu bagian tengkorak
- Cranioplasty adalah perbaikan deffek kranial dengan menggunakan plat
logam atau plastik
- Lubang burr / Burr holes adalah suatu tindakan pembuatan lubang pada
tulang kepala yang bertujuan untuk diagnostik diantaranya untuk
mengetahui ada tidaknya perdarahan ekstra aksial, pembengkakan cereberal,
cedera dan mengetahui ukuran serta posisi ventrikel sebelum tindakan
definitif craniotomy dilakukan. dan eksplorasi.
VI. KESIMPULAN
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada
jaringan otak yang terjadi secara langsung amaupun efek sekunder dari trauma yang
terjadi. Penyebab cedera kepala, seperti: kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan benturan
langsung pada kepala. Beradarkan glasscow coma scale (GCS) cedera kepala terbagi
menjadi 3: cedera kepala ringan (14-15), cedera kepala sedang (9-13), cedera kepala
berat (<8).
Kemudian manifestasi klinis dari cedera kepala : hilangnya kesadaran, terdapat
hematom, mual dan muntah. Pemeriksaan penunjang : CT scan, angiografi serebral,
EEG, MRI, sinar X. Komplikasi (akibat) dari cedera kepala : peningkatan TIK,
iskemia, perdarahan otak, demam dan menggigil dan hidrosefalus.
11
VII. REFERENSI :
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2009; 133-140.
Arief, M, Suprohaitta, Wahyu, J.K, Wiewik S. Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 2. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.2000.
Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara. Jakarta.
2011; 47-53.
Marshall SB. Neuroscience and critical care, pathophysiology and
management. Philadelphia: WB Sounders, 1990: 169-213
Ginsberg L. Neurologi. Ed 8th. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007
12