Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua adalah suatu proses natural/alami yang terjadi pada manusia . Secara umum proses penuaan ini menyangkut 2 komponen utama yaitu komponen biologis dan komponen psikologis. Perubahan pada kedua komponen ditambah dengan sikap masyarakat terhadapnya akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Jika mereka dihargai, dicintai dan dihormati keluarganya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, kontribusi mereka di komunitas tempat mereka hidup diakui dan dihargai maka lansia menjadi sangat aktif dan hidup mandiri (Watson Roger, 2003). Menurut perkiraan dari United States Bureau of Census 1993, populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 – 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan menempati urutan keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika (Depkes RI, 2001). Fenomena ini akan berdampak pada semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan 1

Transcript of Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

Page 1: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi tua adalah suatu proses natural/alami yang terjadi pada manusia .

Secara umum proses penuaan ini menyangkut 2 komponen utama yaitu

komponen biologis dan komponen psikologis. Perubahan pada kedua

komponen ditambah dengan sikap masyarakat terhadapnya akan

mempengaruhi kualitas hidup lansia. Jika mereka dihargai, dicintai dan

dihormati keluarganya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, kontribusi

mereka di komunitas tempat mereka hidup diakui dan dihargai maka lansia

menjadi sangat aktif dan hidup mandiri (Watson Roger, 2003).

Menurut perkiraan dari United States Bureau of Census 1993, populasi

usia lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 – 2023 akan naik 414

%, suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan

menempati urutan keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina,

India, dan Amerika (Depkes RI, 2001). Fenomena ini akan berdampak pada

semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis,

psikologis dan sosiokultural. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah

mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang

kemunduran fisik dan mental. Dilihat dari perspektif keperawatan dikatakan

ada empat besar penderitaan geriatrik yaitu immobilisasi, ketidakstabilan,

inkontinensia, dan gangguan intelektual. Sifat umum dari empat besar tersebut

adalah 1) mempunyai masalah yang kompleks, 2) tidak ada pengobatan yang

sederhana, 3) hancurnya kemandirian, dan 4) membutuhkan bantuan orang

lain yang berkaitan erat dengan keperawatan (Isaac, 1981).

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada

urutan ke empat penyakit di dunia. Sekitar 20 % wanita dan 12 % pria dalam

suatu waktu kehidupannya pernah mengalami depresi (Amir N, 2005).

Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia. Kondisi ini sering

berhubungan dengan kondisi sosial, kejadian hidup seperti kehilangan, masuk

1

Page 2: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

rumah sakit, menderita sakit atau merasa ditolak oleh teman dan keluarganya

serta masalah fisik yang dialaminya. Cash, H (1998) dalam Hawari (2001)

mengemukakan bahwa 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi dalam

kehidupannya, selanjutnya 5-15 % para pasien-pasien depresi melakukan

bunuh diri setiap tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka di dapatlah rumusan masalah

sebagai berikut:

a. Apa pengertian depresi?

b. Apa saja aspek depresi?

c. Bagaimana proses terjadinya depresi?

d. Apa saja faktor penyebab dan faktor resiko depresi?

e. Bagaimana gejala depresi pada lansia?

f. Bagaimana penanganan depresi pada lansia?

g. Bagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

a. Mengetahui pengertian dari depresi

b. Mengetahui aspek depresi

c. Mengetahui proses terjadinya depresi

d. Mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko dari depresi

e. Mengetahui gejala depresi pada lansia

f. Mengetahui penanganan depresi pada lansia

g. Mengetahui penatalaksanaan depresi pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini hendaknya bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang

depresi pada lansia sehingga bisa menerapkannya dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien di rumah sakit.

2

Page 3: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Depresi

Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir

sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang

mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri,

terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan

dalam mengambil keputusan.

Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk

gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi

juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak

bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk

merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal,

tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita

depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri

menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau

gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada,

hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).

Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba

lamban (retardasi psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional

untuk belajar, mengingat, merencanakan, mencipta, dan sebagainya)

terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal kesadaran yaitu menurunnya

aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan perilaku orang yang depresi

berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang

mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan

gaya gerak lambat (A. Supratiknya, 1995 : 67).

Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan

perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak

berguna, gagal, kehilangan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi

juga disertai dengan komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan

darah dan nadi menurun. Dengan kondisi yang demikian, depresi dapat

3

Page 4: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam

hidupnya.

Depresi pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan

proses penuaan yang terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering

terjadi perubahan fisik dan mental yang mengarah ke penurunan fungsi.

Proses menjadi tua menghadapkan lanjut usia pada salah satu tugas yang

paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Hurlock (1992 : 387 )

mengemukakan beberapa masalah yang umumnya unik pada lanjut usia,

yaitu :

a. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada

orang lain.

b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk

melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.

c. Menentukan kondisi fisik yang sesuai dengan perubahan status

ekonominya.

d. Mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal atau cacat.

e. Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin

bertambah.

f. Belajar untuk memperlakukan anak – anak yang sudah besar sebagai

orang dewasa.

g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus

direncanakan untuk orang dewasa.

h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang

berusia lanjut dan memiliki kemampuan untuk menggantikan kegiatan

lama yang berat dengan yang lebih cocok.

i. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat “buaya

darat”, dan kriminalitas karena tidak sanggup lagi mempertahankan

diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia

adalah suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan psikologis yang

berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan

perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, insomnia,

4

Page 5: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan depresi dapat diketahui dari

gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran sikap dan

tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.

2.2 Aspek Depresi

Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki

beberapa aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.

a. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu :

Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ; perasaan ini

menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang

dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat

hingga kesedihan yang terus - menerus.

Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin

berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas,

hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri

sendiri.

Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan

atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap

kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial,

seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.

Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan

atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya

disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini

dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian

atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.

Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini

banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita.

Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-

tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis

tetapi tidak dapat menangis.

Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita

tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon,

5

Page 6: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk

merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita

tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.

b. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu :

Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana

penderita memandang dirinya. Biasanya mereka menganggap

rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan

prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik,

popularitas, dan sumber keuangannya.

Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada

wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak menarik.

Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang

terburuk dan menolak uasaha terapi yang dilakukan.

Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul

dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai

penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya

untuk segala kekurangannya.

Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan

karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain

ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil

keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah

keputusan.

c. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional ; meliputi

pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan,

dan keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita,

penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya

suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.

d. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik meliputi

kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan

kelelahan yang sangat.

Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu

mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis,

6

Page 7: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

membenci diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan

kehilangan motivasi. Selain itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat

badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari

orang lain.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah

gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif,

motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi.

Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau

patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya

keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan

hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan

secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri,

pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan secara

motivasional meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang

usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai

gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom dan hipotalamus.

2.3 Proses Terjadinya Depresi

Dalam kehidupan individu, ada periode - periode kritis yang berpengaruh

terhadap perkembangan individu selanjutnya. Kurangnya perhatian dan kasih

sayang dari figur yang penting bagi individu pada periode kritis akan

mempengaruhi kecenderungan depresi pada masa yang akan datang. Pada saat

individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurangnya kasih sayang dan

perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi yang lebih tinggi

dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan demikian.

Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan

lingkungannya. Depresi dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari

dalam maupun dari luar individu. Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 :

165), keadaan depresi didominasi oleh perasaan kehilangan, rasa bersalah dan

ada perasaan ambivalen antara cinta dan benci. Ambivalensi dari depresi ada

dua, yaitu :

7

Page 8: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

a. Marah dan benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi

tentang dirinya yang ditinggalkan atau ditolak.

b. Rasa bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal

merespon secara tepat dan sesuai terhadap objek cinta yang hilang.

Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa

depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak.

Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga

lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua,

ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan

oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap.

Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan

dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan

tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan,

individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri.

Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi

bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek

cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.

Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk

pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan

cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan

memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang

memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 :

187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang

dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.

Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena

salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :

a. Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan

pekerjaan dapat membatasi (reinforcement) yang diterima individu.

Individu yang menyandarkan diri pada satu atau dua reinforcement

8

Page 9: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya

reinforcement.

b. Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha

menghindar di lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi

timbul karena individu ingin menghindari kecemasan. Jika individu

menarik diri dari stimulus yang menyebabkan kecemasan, maka akan

kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul

depresi.

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi

karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu

tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama,

seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan

individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup

kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.

2.4 Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Depresi

a. Faktor penyebab

Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang

menimbulkan depresi, yaitu :

- Faktor individu yang meliputi :

1. Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara

biologis, penyakit fisik tertentu.

2). Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara

psikologis. Pada kepribadian introvert akan berusaha

mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan keyakinannya,

sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan

dirinya dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang

lain.

- Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu

Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan

depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan

afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya

9

Page 10: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan

meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman

terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.

- Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya,

dan faktor lingkungan fisik.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

beberapa faktor yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah

proses menua secara biologis, penyakit fisik, kepribadian,

kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.

b. Faktor resiko

Menurut Amir N (2005), faktor resiko depresi adalah jenis kelamin

(wanita lebih cepat depresi dibandingkan laki-laki), usia rata-rata awitan

antara 20-40 tahun), status perkawinan terutama individu yang bercerai

atau berpisah, geografis (penduduk dikota lebih sering depresi daripada

penduduk di desa), riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi

(kemungkinan lebih sering terjadi depresi), kepribadian : mudah cemas,

hipersensitif, dan lebih tergantung orang lain, dukungan sosial yaitu

seseorang yang tidak terintegrasi ke dalam masyarakat, stresor sosial :

peristiwa-peristiwa baik akut maupun kronik, tidak bekerja terutama

individu yang tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur.

Depkes RI (2001) menyatakan ada beberapa keadaan yang

beresiko menimbulkan depresi yaitu kehilangan/meninggal orang (objek)

yang dicintai, sikap psimistik, kecendrungan berasumsi negatif terhadap

suatu pengalaman yang mengecewakan, kehilangan integritas pribadi,

berpenyakit degeneratif kronik, tanpa dukungan sosial yang kuat.

2.5 Gejala Depresi pada Lansia

Untuk menangani depresi pada lansia, kita harus mengetahui terlebih

dahulu gejala-gejala depresi pada lansia. Gejala depresi pada lansia adalah

sebagai berikut:

- Bad mood hampir sepanjang hari

- Insomnia atau hipersomnia

10

Page 11: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

- Hilangnya minat dan rasa senang dalam aktifitas mereka

- Berat badan merosot atau bertambah drastic

- Kelelahan dan tidak mmiliki tenaga

- Agitasi atau retardasi psikomotor

- Sulit untuk berkonsentrasi

- Menurunnya harga diri

- Adanya perasaan bersalah pada diri mereka

- Perasaan pesimis dalam memandang masa depan

- Adanya perubahan pada pola tidur

- Berkurangnya nafsu makan

- Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan

- Pikiran yang berulang tentang kematian

- Adanya tindakan percobaan bunuh diri

2.6 Penanganan Depresi pada Lansia

Bila ditangani dengan baik dan cepat, para lansia yang terkena depresi ini

tetap dapat sembuh dan bisa kembali seperti sedia kala. Penanganan depresi

pada lansia ini ada 2 jenis:

1. Penyembuhan dari dalam diri lansia itu sendiri

Ini adalah penanganan yang terpenting karena penyembuhan ini

berasal dari kemauan dan pengertian dari dirinya sendiri. Biasanya,

proses penyembuhannya akan lebih cepat berhasil. Caranya bisa

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

- Mengadakan pertemuan atau aktivitas berkumpul dengan

banyak orang sehingga dapat melakukan pertukaran informasi

dengan orang lain sehingga dapat membangkitkan semangat

hidup.

- Kontak sosial dilakukan dengan cara menulis surat, mengirim

email, menulis pesan lewat media elektronik atau media

publikasi tertulis.

- Mengisi waktu dengan aktivitas ringan seperti seperti

menonton televisi, menyiram bunga, olahraga, mendengarkan

11

Page 12: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

radio, atau hobi lainnya untuk mengisi waktu dan

menghilangkan kebosanan sehingga dapat menimbulkan

perasaan senang.

- Menanamkan pikiran untuk berani beradaptasi dengan

perubahan yang ada. Menggap masa tua adalah kesempatan

untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya ketika masih muda

tidak dapat dilakukan karena kesibukan pekerjaan dan lain

sebagainya.

- Selalu berusaha untuk berpikir positif, karena segala hal yang

dilakukan akan menjadi lebih menyenangkan dan

membahagiakan jika segala sesuatunya dilihat dari sisi

positifnya. Dengan begitu, pada akhirnya dapat memberikan

kepuasan bagi dirinya sendiri.

2. Penyembuhan dari keluarga dekat hingga keluarga yang jauh, tetangga,

teman, dan lingkungan sekitar.Dukungan dari orang-orang terdekat

juga sangat penting untuk penyembuhan depresi pada lansia. Caranya

yaitu:

- Menjenguk lansia sesekali agar ia tidak merasa dilupakan.

- Luangkan waktu untuk menikmati kebersamaan dengan mereka

agar mereka bahagia.

- Temani mereka dalam aktivitasnya agar mereka tidak bosan.

- Rawatlah mereka dengan ketulusan dan sepenuh hati untuk

menumbuhkan semangatnya kembali.

- Berikanlah yang terbaik untuk mereka.

Deteksi dini perlu dilakukan untuk mewaspadai depresi, terutama pada

lansia dengan penyakit degeneratif, lansia yang menjalani perawatan lama di

rumah sakit, lansia dengan keluhan somatik kronis, lansia dengan imobilisasi

berkepanjangan serta lansia dengan isolasi sosial.

Penanganan depresi lebih dini akan lebih baik serta menghasilkan gejala

perbaikan yang lebih cepat. Depresi yang lambat ditangani akan menjadi lebih

parah, menetap serta meminbulkan resiko kekambuhan. Depresi yang dapat

12

Page 13: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

ditangani dengan baik juga dapat menghilangkan keinginan pasien untuk

melukai dirinya sendiri termasuk upaya bunuh diri.

2.7 Penatalaksaan Depresi pada Lansia

Penatalaksanaan yang adekuat menggunakan kombinasi terapi psikologis

dan farmakologis disertai pendekatan multidisiplin yang menyeluruh. Terapi

diberikan dengan memperhatikan aspek individual harapan-harapan pasien,

martabat (dignity) dan otonomi/kemandirian pasien. Problem fisik yang ada

bersama-sama dengan penyakit mental harus diobati.

1. Terapi biologik :

- Pemberian obat antidepresan

Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective

Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine); Zoloft

(setraine), Cipram (citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis

NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis Tricylic antidepresan:

Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine). Reversible

Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.

(Tianeptine).

- Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy

Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock

therapy untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap,

obat antidepresan dan psikoterapi. ECT bekerja untuk

menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan

efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien

menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah kehilangan

kesadaran sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk

mengurangi resiko bunuh diri pada pasien tertentu.

2. Terapi psikososial (psikoterapi)

Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah

psikoedukatif, yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola

berpikir, mekanisme koping yang tidak efektif, hambatan relasi

interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi masalah

13

Page 14: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga, kendala terkait

faktor kultural, perubahan peran sosial.

Psikoterapi yang dapat ditempuh dengan sesi pembicaraan dengan

psikiater dan psikolog dapat membantu pasien melihat bahwa perasaan

yang dialaminya juga dapat terjadi pada orang lain namun karena

menderita depresi ia mengalami kondisi yang berlebihan atas perasaannya

sendiri.Seluruh instrunien yang terdapat pada diri perawat merupakan alat

praktek yang memiliki efek terapi apabila digunakan secara tepat.

Mata dengan pandangan yang penuh perhatian, mimik muka dan

ekspresi wajah simpati, sikap yang tepat merupakan alat perawat untuk

membantu klien untuk mengembalikan rasa percaya diri serta perasaan

diperhatikan dan dihargai sebagai manusia yang bermartabat. Penerimaan

yang tulus dari perawat tanpa ada sentimen apapun berdasarkan latar

belakang merupakan kepuasan tersendiri yang akan diterima oleh klien

jika mendapatkan pelayanan dari perawat.

Dengan telinga perawat bisa mendengarkan segala keluh kesah

pada klien yang mengalami depresi. Sebagaimana diuraikan sebelumnya

bahwa depresi timbul akibat adanya dorongan negatif dari super-ego yang

diresepsi dan lambat laun akan tertimbun dialam bawah sadar. Sehingga

depresi adalah sebentuk penderitaan emosional. Kekecewaan ataupun

ketidakpuasan secara emosional yang direpresi tidak secara otomatis akan

hilang, melainkan sewaktu-waktu akan muncul (return of the repressed).

Oleh karena itu sebagai toksin (racun) penyebab depresi yang ada

pada diri lansia perlu digali dan dikeluarkan, salah satu medianya dengan

percakapan. Psikoterapi malah sering didefenisikan dengan penyembuhan

melalui percakapan. Menurut para ahli psikoterapi percakapan efektif

untuk menyembuhkan kepribadian yang terluka, jika dirancang dan

didesain secara tepat, kontinyu, dilaksanakan dengan perhatian yang tulus,

dimulai dengan hubungan baik, serta mampu menumbuhkan harapan

klien. Dalam percakapan tentu perlu ada yang mendengarkan. percakapan

antara perawat dengan klien bukanlah sekedar pemberian nasehat (advice

14

Page 15: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

giving) dimana perawat memiliki otoritas yang dominan untuk

menceramahi klien, dan klien harus menurut.

Dalam tehnik percakapan ini perawat lebih banyak menjadi

pendengar yang efektif. Saat klien telah mampu mengungkapkan

perasaannya maka berilah kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan

aman, dan nyaman untuk bercerita. Dengan bercerita dan perawat

mendengar dengan penuh minat, maka klien telah mulai bekerja

mengeluarkan segala kecemasan, serta perasaan-perasaan yang menekan

jiwanya. jika dilakukan secara terencana dan. kontinyu, maka

kernungkinan besar toksin (racun) depresi pada klien akan terangkat

seluruhnya sampai bersih.

Tugas perawat adalah mernbantu klien memahami realitas apa

yang sesungguhnya dialami, sehingga klien bisa keluar dari kondisi yang

membuatnya depresi. perawat dalam proses pertolongan agar sangat

berhati-hati jangan sampai timbul proses pemberian nasehat yang justru

menimbulkan kesan menghakimi, sebab penghakiman adalah cairan cuka

yang disiranikan pada luka emosional klien. Sikap yang terkesan

menasehati ataupun dengan sengaja menasehati merupakan bakteri/ racun

baru yang akan memperbesar tumor depresi klien. Nasehat yang terlalu

dini/ dominan serta tidak pada tempatnya tidak akan berdampak pada

penyembuhan, sebab sebelum klien butuh nasehat sebagai salah satu

ramuan obat, maka klien perlu mengeluarkan segala bentuk tekanan

emosionalnya. Bercerita, berkeluh kesah, mendesah, mengadu, curhat,

ataupun menangis bahkan berontak adalah merupakan cara alamiah untuk

mengernbalikan keseimbangan dan kestabilan emosional klien serta akan

melepaskan energi-energi negatif yang menggantung dan menyesakkan

jiwanya. Karenanya perawat yang memainkan peran sebagai konselor/

terapis jangan buru-buru mengeluarkan kata-kata seperti: "oma mesti sabar

menghadapi kenyataan ini" atau "oma, jangan menangis tidak baik" atau

"tidak baik berkeluh kesah" dan sebagainya. Kata-kata seperti itu hanya

akan menyumbat upaya klien mengobati dirinya. Jika klien berkeluh

kesah, menangis, mengadu, curhat, maka berilah kesempatan, karena klien

15

Page 16: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

pada saat sedang melepaskan toksin/ racun dalam jiwanya, yang

diharapkan adalah dukungan dan perhatian dari konselor. Jika klien

meminta saran dan tanggapan, maka berikanlah saran dan tanggapan

dengan selogis dan serealistis mungkin, jawaban tidak harus kepastian,

tapi usahakan klien diajak berpikir untuk, menemukan solusi yang paling

tepat. Klien perlu dirangsang untuk berpikir secara positif dan realisitis

dalam menghadapi situasi sulit. Menasehati ataupun mendikte bukanlah

cara yang bijak sekalipun nasehat itu cocok untuk dilakukan oleh klien,

sebab akan membuat klien malas berpikir dan tidak pernah belajar untuk

memecahkan masalahnya sendiri. Klien perlu juga diberdayakan, sebab

klien memiliki potensi yang cukup untuk menolong dirinya, perawat perlu

mengingatkan dan memunculkan kembali potensi-potensi tersebut,

kuatkan klien dan kembalikan kepercayaan dirinya untuk melawan

depresi.

3. Perubahan gaya hidup

Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan berjalan kaki

setup pagi atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta mengurangi

stress karena kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga dapat

diperkenalkan pada kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan

pikirannya: Setidaknya ada dua alasan penting mengapa olah raga perlu

untuk penderita depresi.

Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran sistem syaraf sentral.

Denyut nadi meningkat dan membangkitkan semua sistem. Hal ini

berlawanan dengan penurunan kesadaran syaraf sentral akibat adanya

depresi.

Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin

adalah molekul organik yang seperti halnya norepinephrine dan serotonin,

berfungsi sebagai kurir kimiawi. Kadang endorphin dianggap, sebagai

candu (opium) alami yang berfungsi untuk meningkatkan proses biologic

untuk mengatasi depresi. Karenanya perawat diharapkan bisa

mengidentifikasi olah-raga yang disenangi oleh klien yang terindikasi

depresi dan mendesainnya menjadi sebuah program yang kontinyu dan

16

Page 17: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

rutin. Perawat dapat bekerjasama dan berkonsultasi dengan tenaga medis

mengenai berbagai bentuk gerak yang efektif yang bisa menstimulus detak

jantung.

Diet sehat untuk mengurangi asupan gizi yang menambah kadar

stress juga perlu dilakukan. Memperhatikan jenis makanan yang akan

disajikan kepada lanjut usia yang mengalami depresi. Depresi

berhubungan dengan tingkat kesadaran yang rendah. Kesadaran mengacu

pada proses psikologis yang meliputi hal-hal seperti misalnya kemampuan

untuk memusatkan perhatian seseorang dan kemampuan untuk bekerja

secara efektif. Makanan berat secara otomatis akan memicu tindakan

bagian syaraf parasimpatik yakni cabang dari sistem syaraf otonom yang

menurunkan kesadaran. Darah dialirkan ke proses pencernaan untuk

membantu seseorang mencerna makanan yang dimakan. Sewaktu darah

meninggalkan otak dan tangan serta kaki, tubuh akan merasa lemas dan

mengantuk, karena itu makanan berat cenderung memicu depresi. Karena

itu dianjurkan untuk makan makanan ringan, ketika lapar diantara jam-jam

makan, akan tetapi sebaiknya menghindari makanan yang mengandung

kadar gala yang tinggi. Sementara kudapan yang rendah kalori dan

berprotein tinggi akan membuat seseorang tetap segar, memuaskan rasa

lapar, dan tidak mengganggu kesadaran optimal seseorang.

17

Page 18: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

BAB III

ASKEP DEPRESI

Ny A 60 thn kini tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu.

Ny A masuk ke pantisosial dengan kamauan sendiri ia ingin melupakan trauma

masa lalunya. Yaitu kira-kira 5 tahun yang lalu rumah Ny A mengalami

kebakaran akibat kelalaiannya dalam menggunakan kompor. Saat itu Ny A sedang

memasak nasi akan tetapi ia lupa sehingga terjadilah kebakaran di rumah nya.

Akibat kebakaran itu anak ke 3 klien (12 tahun) meninggal dunia di karenakan

saat kebakaran terjadi anak Ny A sedang tertidur pulas.

Ny A memiliki 3 orang anak yaitu D (33 tahun), E (26 tahun) dan F (12

tahun yang meninggal 5 tahun yang lalu). kini anak pertama dan kedua Ny A

sudah berumah tangga. Suami Ny A kini tinggal bersama anak pertama nya di

padang. keluhan yang di rasakan Ny A ia kini merasakan nyeri pada sendi,

pandangan agak kabur, dan semenjak kejadian 5 tahun yang lalu itu Ny A juga

mengeluhkan susah tidur dan terkadang ia terbangun di malam hari dan Saat

terbangun, Ny. A biasanya langsung teringat pada peristiwa kematian anaknya

dan ia tidak dapat kembali tidur

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

a. Nama : Ny.A

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Umur : 55 tahun

d. Agama : Islam

e. Status Perkawinan : Kawin

f. Pendidikan Terakhir : SD

g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

h. Alamat rumah : Pariaman

18

Page 19: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Klien mengeluhkan kalau ia kini merasakan nyeri pada sendi,

pandangan agak kabur, dan semenjak kejadian 5 tahun yang lalu itu. Ny

A juga mengeluhkan susah tidur dan terkadang ia terbangun di malam

hari.

b. Riwayat penyakit sekarang

klien merasakan nyeri sendi dan pandangan kabur

c. Riwayat penyakit terdahulu

klien tidak memiliki riwayat penyakit yang serius

d. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada penyakit keturunan

3.1.3 Kebiasaan Sehari-Hari

A. Biologis

a. Pola Makan

Klien makan 3 x sehari, porsi hanya habis separuh, menu seimbang, diet

buah 2 x seminggu.

b. Pola Minum

Klien minum hanya 1 hingga 2 mug (kira-kira 1 L) sehari. Selain itu klien

juga rutin minum segelas air teh setiap pagi di tambah dengan biskiut

kelapa untuk menemani minum teh

c. Pola Tidur

Klien tidur kira-kira 5 jam sehari dan Ny. A mengatakan susah tidur pada

malam hari. Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari

sekitar pukul 01.00. Saat terbangun, Ny. A biasanya langsung teringat

pada peristiwa kematian anaknya sehingga Ny. A tidak dapat tidur

kembali sampai pagi dan Ny.A juga menyatakan kalau ia juga sulit untuk

tidur di siang hari. Saat pengkajian, pengkaji melihat ada lingkaran hitam

di bawah mata Ny. A, wajah tampak lesu dan kelelahan. Saat menjawab

19

Page 20: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

pertanyaan pengkaji, Ny. A tampak tidak konsentrasi dan sering tidak ada

kontak mata dengan pengkaji. Klien mengatakan bahwa ia sering merasa

malas karena kurang tidur.

d. Pola Eliminasi

BAB : Frekuensi BAB 1x seminggu, konsistensi keras, warna coklat tua..

BAK : Frekuensi BAK 3-4 x sehari, jumlah sedikit, warna kuning jernih

e. Aktifitas sehari-hari

Waktu subuh klien shalat subuh berjamah di mesjid, kemudian mandi.

Setelah itu klien biasanya menyapu rumah sesuai jadwal piket. Kira-kira

jam 08.00 klien makan. Setelah makan klien bercengkrama dengan teman-

temannya.Selain itu kadangkala klien juga menonton TV dikamar perawat

pengawas. mengaji dikamarnya. Ketika bangun itu, klien sering termenung

kemudian menagis sendirian. Pada siang hari, kalau klien sendirian di

kamar.

B. Psikologis

Ny. A selalu mengingat kejadian yang menyebabkan anaknya meninggal,

sehingga Ny. A sering melamun dan menangis hampir tiap malam. Pada saaat

pengkajian Ny. A mengatakan sangat bersalah atas kejadian yang menimpa

anaknya karena lalai dalam menggunakan kompor. Ny. A bercerita kenapa

beliau lupa mematikan kompor, pada saat itu Ny A lupa kalau ia sedang

memasak nasi ketika kejadian itu terjadi Ny A berada di warung depan rumah

nya. ketika ia kembali dari warung ia melihat api yang berpusat di belakang

rumah nya dan api mulai menyebar hingga mengahabiskan rumahnya. pada

saat itu Ny A baru ingat kalau anak nya yg ke 3 sedang berada di kamar

dalam keadaan tidur akan tetapi anak Ny A tidak dapat diselamatkan di

karenakan rumah Ny A berada di daerah padat penduduk sehingga para

penyelamat kesulitan dalam mengevakuasi anak Ny A. setelah di evakuasi

anak Ny A di bawa ke RS namun pada akhirnya anak Ny A tidak dapat

diselamatkan. Pada saat pengkajian Ny. M terlihat lesu, kontak mata dengan

20

Page 21: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

pengkaji kurang, dan sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri

sendiri.

C. Sosial

a. Dukungan Keluarga

Keluarga sering mengunjungi Ny. A kepanti baik suami maupun anak-

anaknya , cucu- cucunya pun sering menelpon untuk menanyakan keadaan

Ny. A

b. Hubungan Antar Keluarga

Masih terjalin hubungan komunikasi dengan keluarga lain

c. Hubungan Dengan Orang Lain

Pasien mampu untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain

D. Spiritual

a. Pelaksanaan Ibadah

Shalat wajib 5 waktu berjamah di mesjid, membaca alquran, berzikir

b. Keyakinan tentang kesehatan

Menurut klien sehat adalah mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Sakit adalah tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari

E. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda Vital

Keadaan umum : lemah, kurang bersemangat

Kesadaran : compos mentis

Suhu : 37,1 0 C

Nadi : 72 x / menit

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Pernapasan : 18 x /menit

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 48 kg

21

Page 22: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

b. Kebersihan perorangan

1. Kepala :

Rambut : rambut beruban, berminyak, mudah rontok

Mata : simetris, sklera agak merah,konjungtiva anemis, ada

lingkaran hitam dibawah mata, pandangan agak kabur

Hidung : simetris, tidak ada sekret dan perdarahan

Mulut: bibir kering, tidak ada lesi gigi tidak lengkap, ada caries

gigi

Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik

2. Leher : tidak ada pembengkakan

3. Muskuloskeletal : nyeri pada persendian

22

Page 23: Makalah Depresi Kasus Lansia Kelompok 12

BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Depresi pada lanjut usia adalah suatu keadaan dimana individu mengalami

gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir,

fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan

kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan

depresi dapat diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu

kewajaran sikap dan tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang

mendalam.

Aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara

emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih,

retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri

dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya,

hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk

menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan

gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang

penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang

dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari

penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala

yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom

dan hipotalamus.

Depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai

tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan

objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal

ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik,

sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami

gangguan depresi.

23