Makalah Han
-
Upload
syaifuddin-zuhdi -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Makalah Han
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencaan merupakan sesuatu yang sering didengar oleh telinga kita. Hal
ini memiliki pengertian bahwa kegiatan merencanakan dapat ditemukan dalam
semua aspek kehidupa sehari-hari, baik di masyarakat maupun instansi-instansi.
Seseorang atau pihak yang tidak merencanakan segala sesuatu yang akan
diperbuatnya dianggap tidak sistematis sebab dengan adanya perencanaan
seseorang atau pihak yang berkaitan telah menyusun dan menetapkan sejumlah
langkah ke depan dalam pikirannya, yang harus menuju pada pencapaian suatu
hasil tertentu.
Setiap negara memiliki suatu perencanaan baik sebagai upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam konstitusinya, baik negara negara maju maupun
yang sedang berkembang. Meskipun demikian, setiap negara memiliki
perencanaan yang berbeda dalam penyelenggaraannya yang dipengaruhi oleh
sistem politik, latar belakang budaya atau tingkat penguasaan teknologinya.
Tidak semua perencanaan administrasi Negara mengalami perjalanan yang
bebas hambatan,terkadang ada pula yang mengalami kegagalan perencanaan
yang biasanya terjadi bukan karena perencanaan itu sendiri, melainkan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor personal atau faktor alam.
Dalam konteks Indonesia, negara memiliki tugas menjamin
keberlangsungan kehidupan rakyatnya. Selain itu dalam alinea keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan u
ntuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Selain itu, sebagai penjabaran tujuan
ini pada pasal 33 ayat (2) diatur bahwa Cabangcabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.1 Berdasarkan
ketentuan yang digariskan oleh UUD 1945 di atas, negara wajib melakukan
suatu perencanaan yang baik untuk mencapai tujuan tersebut.
1 Undang-Undang Dasar 1945
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 2
Negara memberikan kewenangan mewujudkan tujuan-tujuan yang ada
dalam UUD 1945 kepada lembaga eksekutif (Presiden dan jajaran kabinetnya
termasuk juga pimpinan daerah). Berdasarkan kewenangan ini pemerintah pusat
maupun daerah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
masyarakat umum. Seperti kebijakan tentang pangan, pertanian, ekonomi,
tranportasi, papan hunian, dan sektor-sektor lain. Namun, dalam kurun waktu
belakangan ini kebijakan pemerintah dirasa kurang menyentuh tujuan yang
digariskan dalam UUD 1945 dan sering kali rakyat yang dirugikan.
Sebagai contoh ringan adalah proyek pembangunan jalan raya dimana
dalam jangka waktu singkat aspal jalan telah mengalami kerusakan atau
pembangunan gorong-gorong untuk menangulangi bencana banjir, akan tetapi
setelah beberapa minggu gorong-gorong tersebut telah rusak. Kasus terakhir
adalah bencana alam di Wasior yang menelan banyak menimbulkan korban jiwa
dan harta. Beberapa kasus di atas menimbulkan pertanyaan bagi penulis, apakah
kasus-kasus tersebut merupakan cerminan dari lemahnya perencanaan dalam
mengambil kebijakan publik?Bagaimana pemerintah melakukan prosedur
perencanaan tersebut?Apakah perencanaan tersebut telah sesuai dengan hukum
yang berlaku dan pro terhadap kepentingan rakyat? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas penulis mencoba melakukan analis terhadap
Proses Perencanaan Kebijakan Publik Perspektif Hukum Administrasi Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari perencanaan hukum administrasi Negara?
2. Bagaimanakah perencanaan hukum administrasi negara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari perencanaan hukum administrasi Negara;
2. Untuk mengetahui bagaimanakah hukum administrasi Negara.
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perencanaan memiliki beberapa definisi. Menurut Prof. Bukhari Zainun,
perencanaan adalah persiapan bagi setiap perbuatan dan juga merupakan proses
peletakan dasar bagi setiap perbuatan yang akan dilaksanakan. Jadi pelaksanaan
pada dasarnya terdapat pada setiap perbuatan manusia yang sadar, secara ilmiah
bergerak terus menerus.2
Selanjutnya, menurut Drs. Sarwoto, perencanaan adalah suatu gejala
yang umum dan mutlak diperlukan, terutama bagi usaha-uasaha yang
mempunyai lapangan yang luas. Selain dari itu urgensinya esensiil, serta
merupakan fungsi utamayang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan.
Jadi perencanaan merupakan persiapan yang teratur dari setiap usaha untuk
mewujudkan tujuan, kebijakan, prosedur, program dan progres.3 Sedangkan
Pasal 1 nomor 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.4
Menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum dipandang sebagai alat
rekayasa sosial. Pandangan ini kemudian dijadikan titik temu antara perencanaan
dengan hukum. Sebab keduanya bersifat menetapkan suatu kerangka sebagai
dasar atau pegangan suatu tindakan dimasa yang akan datang.5 Sebagai sarana
rekayasa, hukum dan perencanaan berperan merencanakan suatu keadaan sosial
tertentu yang akan diupayakan pencapaiannya dalam jangka waktu tertentu
pula.6
2 Inu Kencana Syafi’i dkk. Ilmu Administrasi Publik. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Hlm. 773 Ibid, Hlm. 774 Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional LN Tahun 2004 Nomor 1045 SF. Marbun dkk., Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta:UII Press,2001), hlm.2996 Ibid., 230
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 4
Perencanaan dalam suatu organisasi – termasuk organisasi pemerintah –
menjadi sesuatu yang penting. Sebab pada fase ini sebuah organisasi
menentukan tujuan dan cara-cara atau strategi-strategi untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut secara maksimal. Di dalam proses perencanaan juga
ditentukan tentang dasar hukum yang menjadi rujukan serta adanya prediksi
dampak pelaksanaan perencanaan dan cara penanggulangannya.
Menurut Klaus Obermayer perencanaan dalam Hukum Administrasi
Negara adalah suatu tindakan-tindakan yang memperjuangkan dapat
terselenggaranya suatu keadaan teratur secara tertentu. Perencanaan administrasi
negara merupakan perbuatan penetapan melalui proses pengambilan keputusan
mengenai kegiatan publik atau negara dan akan dilaksanakan untuk jangka
waktu tertentu di masa depan secara terarah sesuai tujuan yang ditetapkan
bersama. Karena perencanaan publik tersebut bersifat kegiatan masyarakat
umum secara keseluruhan, dipimpin oleh pemerintah dalam arti luas sebagai
administrator publik.7 Menurut Hayek, setiap perencanaan harus didahului atau
didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku.8
B. Perencanaan Hukum Administrasi Negara
Perencanaan pembangunan dalam administrasi negara pada umumnya
harus memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan beberapa unsur pokok,
yaitu:
1. Tujuan akhir yang dikehendaki;
2. Sasaran-sasaran dan priorotas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan
pemilihan dari berbagai alternatif);
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut;
4. Masalah-maslah yang dihadapi;
5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan, serta pengalokasiannya;
6. Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakannya;
7. Program-program kerja yang akan dilaksanakan;
7 Inu Kencana Syafi’i dkk Op Cit, hlm. 788 SF. Marbun dkk., Op.Cit. hlm.232
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 5
8. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya;
9. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.9
C. Macam-macam Sistem Perencanaan Administrasi Negara
Jenis sistem perencanaan dapat dilihat dari berbagai pendekatan:
1. Perencanaan menurut jangkauan jangka waktu;
perencanaan menurut jangkauan waktu biasanya dikenal sebagai perencanaan
jangka panjang, jangka menengah dan atau jangka pendek. Ada pula negara
yang membaginya dengan jangka panjang dan jangka pendek saja.
Di Indonesia sendiri perencanaan menurutjangka waktu dikelompokkan dalam:
(1). Rencana jangka panjang dengan jangka waktu 25 tahun;
(2). Rencana jangka menengah atau sedang dengan waktu 5 tahun; dan
(3). Rencana jangka pendek yaitu rencana tahunan.10
2. Perencanaan menurut dimensi pendakatan dan koordinasi;
Pengelompokan perencanaan berdasarkan dimensi pendakatan dan koordinasi
meliputi:
(1). Perencanaan makro; ialah perencanaan pembangunan nasional dalam skala
makro atau menyeluruh. Dalam perencanaan makro ini ditelaah berapa pesat
pertumbuhan ekonomi dapat dan akan direncanakan, berapa besar tabungan
masyarakat dan pemerintah akan tumbuh, bagaimana proyeksinya dan hal-hal
lainnya secara makro dan menyeluruh.
(2), perencanaan sektoral; sektor adalah kelompok program yang bisa dihimpun
sebagai suatu keluarga, yang merupakan wadah dari kegiatan-kegiatan yang
menunjang pencapaian suatu kelompok tujuan atau sasaran tertentu.
Perencanaan sektor adalah kegiatan atau kelompok kegiatan. Misalnya kegiatan-
kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan dihimpun dalam program
pendidikan dan pelatihan, yang merupakan nsur dari sektor aparatur negara dan
pengawasan.
9 Ginanjar Kartasasmita, Administrasi Pembangunan; Perkambangan Pemikiran Dan Praktiknya Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1997), Hlm. 4910 Ibid. Hlm. 109
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 6
(3). Prencanaan regional; merupaka perencanaan yang menitik beratkan pada
lokasi atau aspek dimana kegiatan dilakukan.
(4). Perencanaan mikro; merupakan perencanaan skala rinci dalam perencanaan
tahunan, yang merupakan penjabaran rencana-rencana baik makro, sektoral,
maupun regional ke dalam proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan dengan
berbagai dokimen perencanaan dan penganggarannya.11
3. Perencanaan menurut proses atau hierarki penyusunan.
Dilihat dari proses atau hierarki penyusunan, perencanaan dibagi menjadi dua:
(1). Perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning); model ini dianggap
sebagai pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih
didasarkan pada kebutuhan nyata. Pandangan ini timbul karena perencanaan dari
bawah keatas ini dimulai prosesnya dengan mengenali kebutuhan ditigkat
masyarakat yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan dan mendapat
dampak dari kegiatan pembangunan yang direncanakan.
(2). Perencanaa dari atas ke bawah; merupakan pendekatan perencanaan yang
menerapkan cara penjabaran rincana induk ke dalam rencana inci. Pada tahap
awal pembangunan, terutama di indonesia, pendekatan perencanaan ini lebih
dominan, terutama karena masih serba terbatasnya sumber daya pembangunan
yang tersedia.12
D. Sumber Hukum Perencaan Hukum Administrasi Negara di Indonesia
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam definisi, bahwa suatu
perencanaan yang dilakuakan oleh pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan
publik dalam konteks Hukum Administrasi Negara harus didasarkan terlebih
dahulu pada aturan Perundang-Undangan yang berlaku sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, yang berbunyi
Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai
berikut :
11 Ibid. Hlm. 11212 Ibid. Hlm. 115
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 7
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
Perencanaan juga didasarkan pada kebijakan-kebijakan pemerintah
tedahulu yang masih relevan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa
Indonesia.
E. Prinsip Perencanaan
Dalam mengambil suatu kebijakan untuk melaksanakan tugas dan
wewenangnya, pemerintah wajib memperhatikan prinsip dasar dari perencaan.
Tujuan-tujuan tersebut antara lain:
1. Melindungi anggota masyarakat dari campur tangan tidak sah atau
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparatur negara secara hukum.
Sehingga jika terjadi penyelewengan atas dasar perencanaan yang telah
ditetapkan maka dapat diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara;
2. Menetapkan batasan-batasan yang mengatur perluasan campur tangan
administasi negara terhadap hak-hak individu anggota masyarakat. Hal ini untuk
menentukan sejauh mana kebijakan dapat dilaksanakan, tanpa mengurangi tau
menghilangkan hak-hak tertentu masyarakat;
3. Perluasan aktivitas administrasi harus diimbangi dengan pengurangan atau
penghapusan kekebalan terhadap hukum yang dimilikinya. Maksudnya jika
adminstratur negara melakukan tindakan yang menyebabkan kerugian bagi
masyarakat atau melawan hukum, ia dapat dikenai sanksi hukum;
4. Prinsip pengawasan yang dilakukan secara heirarkhis ketatanegaraan atau
antar lembaga negara. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan program kerja tidak
menyimpang dari perencanaan dan tidak merugikan rakyat.
F. Perencanaan Tingkat Pusat
Pelaksanaan perencaaan pembangunan nasional di Indonesia saat ini
didasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 8
Peraturan Presiden ini muncul sebagai pelaksana dari Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dalam Undang-Undang ini, perencanaan nasional dibagi benjadi dua
perencanaan jangka pangjang dengan jangka waktu 20 tahun dan perencanaan
jangka menengah dengan jangka waktu lima tahun. Adapun tahapan
perencanaan pembangunan nasional dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun
2004, sebagai berikut:
Pasal 8
Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi:
a. penyusunan rencana;
b. penetapan rencana;
c. pengendalian pelaksanaan rencana; dan
d. evaluasi pelaksanaan rencana.
Pasal 9
(1) Penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:
a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. musyawarah perencanaan pembangunan; dan
c. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
(2) Penyusunan RPJM Nasional/Daerah dan RKP/RKPD dilakukan melalui
urutan kegiatan:
a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. penyiapan rancangan rencana kerja;
c. musyawarah perencanaan pembangunan; dan
d. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Berdasarkan Undang-Undang di atas Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 menjelaskan bahwa RPJMN merupakan
dokumen perencanaan pembangunan nasional dengan jangka waktu lima tahun
berfungsi sebagai pedoman bagi kementrikan/lembaga dalam menyusun rencana
strategisnya, bahan penyususun dan perbaikan RPJM daerah dalam upaya
menjapai RPJM nasional dengan memperhatikan tugas pemerintah daerah,
sebagai pedoman pemerintah dalam menyusun rencana kerja Pemerintah.13
13 Badan pembangunan nasional, BUKU RPJMN 2010-2014, dapat dilihat di http://www.bappenas.go.id/node/0/2518/buku-rpjmn-2010-2014/ diakses tanggal 01 Desember 2011
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 9
G. Perencanaan Pembangunan Daerah
Pasal 150
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional.
(2) Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun oleh pemerintahan daerah provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
(3) Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
disusun secara berjangka meliputi:
(4) a. Rencana pembangunan jangka panjang daerah disingkat dengan RPJP
daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh tahun yang memuat visi, misi, dan
arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional;
b. Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya disebut
RPJM daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada
RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional;
c. RPJM daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b memuat arah kebijakan
keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program
satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
d. Rencana kerja pembangunan daerah, selanjutnya disebut RKPD, merupakan
penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana
kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan
mengacu kepada rencana kerja Pemerintah;
e. RPJP daerah dan RJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan b
ditetapkan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Pasal 151
(1) Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang
selanjutnya disebut Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 10
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
(2) Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan dalam
bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
Pasal 152
(1) Perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. penyelenggaraan pemerintahan daerah;
b. organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah;
c. kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah;
d. keuangan daerah;
e. potensi sumber daya daerah;
f. produk hukum daerah;
g. kependudukan;
h. informasi dasar kewilayahan; dan
i. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(3) Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, untuk tercapainya
daya guna dan hasil guna, pemanfaatan data dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikelola dalam sistem informasi daerah yang
terintegrasi secara nasional.
Pasal 153
Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152
disusun untuk menjamin " keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pasal 154
Tahapan, tata -cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan
rencana pembangunan daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
yang berpedoman pada perundang-undangan.
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan dalam konteks Hukum Administrasi Publik adalah
serangkaian kegiatan meliputi identifikasi permasalahan, penentuan landasan
hukum, penyusunan rancangan-rancangan program, dan jangka waktu
pelaksanaan yang dilakukan secara sistematis sebagai proses awal dalam
pengambilan keputusan mengenai kegiatan publik atau negara.
Perencanaan pembanguna di Indonesia diatur dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Daerah yang dilakukan dalam
jangka waktu lima tahun dengan cara sistemik yang didasarkan pada Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-
2014, atau Peraturan-peraturan Daerah.
B. Saran
Keterbatasan penulis mengakses referensi menjadikan karya tulis ini
memiliki banyak kekurangan. Sehingga diperlukan kajian mendala sebagai
pengembangan oleh peneliti atau penulis yang lain.
H u k u m A d m i n i s t r a s i N e g a r a | 12
Daftar Pustaka
Kansil, C.S.T dan Christine S. T. Kansil.2005.Modul Hukum Administrasi
Negara.Jakarta:Pradnya Paramita
Kartasasmita, Ginanjar..1997.Administrasi Pembangunan; Perkambangan Pemikiran
Dan Praktiknya Di Indonesia.Jakarta: Pustaka LP3ES
Marbun, SF. dkk., 2001.Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi
Negara,.Yogyakarta:UII Press
Syafi’i, Inu Kencana dkk. 1999.Ilmu Administrasi Publik.Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014