Makalah Hadits

12
1 A. Pendahuluan Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam adalah teladan yang senantiasa dicontoh para sahabat. Setiap perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam . menjadi referensi kehidupan sahabat-sahabat tersebut. Oleh sebab itu, hampir setiap gerak-gerik Rasul diketahui dan diriwayatkan oleh sahabat-sahabatnya itu. Dengan demikian, bagi mereka Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam adalah sumber ilmu pengetahuan. Dorongan menuntut ilmu yang diberikan Nabi kepada para sahabatnya menjadikan mereka selalu komitmen untuk menimba ilmu dari diri beliau pada setiap kesempatan. Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rosulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam , berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada Alqur`an dan Hadits serta mengajarkannya kepada orang lain. Pesan pesan Rosul Shallallahu‟alaihi Wasallam . sangat mendalam pengaruhnya kepada para sahabat, sehingga segala perhatian yang tercurah semata-mata untuk melaksanakan dan memelihara pesan- pesannya. Kecintaan mereka kepada rosulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam . Di buktikan dengan melaksanakan segala yang di contohkannya . Sejarah hadits pada masa sahabat yakni pada masa Khulafa Al- Rasyidin ( Abu Bakar, Umar Ibn Khattab , Utsman bin Affan ,dan Ali ibn Abi Thalib), pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran Alqur an, maka periwayatan hadits belum begitu berkembang, dan kelihatan berusaha membatasinya. Para sahabat Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam sangat berhati- hati dalam menerima dan meriwayatkan hadits, ini para sahabat lakukan untuk menjaga keaslian ajaran ajaran islam. Pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan mulai lah muncul hadits mau`du yang di keluarkan oleh orang orang yang ingin merusak islam. Hingga pada zaman sekarang ini juga muncul para orientalis dan musuh islam yang mengkritisi para sahabat Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam yang banyak meriwayatkan hadits.

Transcript of Makalah Hadits

Page 1: Makalah Hadits

1

A. Pendahuluan

Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam adalah teladan yang senantiasa dicontoh para

sahabat. Setiap perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam .

menjadi referensi kehidupan sahabat-sahabat tersebut. Oleh sebab itu, hampir setiap

gerak-gerik Rasul diketahui dan diriwayatkan oleh sahabat-sahabatnya itu. Dengan

demikian, bagi mereka Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam adalah sumber ilmu

pengetahuan. Dorongan menuntut ilmu yang diberikan Nabi kepada para sahabatnya

menjadikan mereka selalu komitmen untuk menimba ilmu dari diri beliau pada setiap

kesempatan.

Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rosulullah Shallallahu‟alaihi

Wasallam , berpesan kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada Alqur`an dan

Hadits serta mengajarkannya kepada orang lain. Pesan pesan Rosul Shallallahu‟alaihi

Wasallam . sangat mendalam pengaruhnya kepada para sahabat, sehingga segala

perhatian yang tercurah semata-mata untuk melaksanakan dan memelihara pesan-

pesannya. Kecintaan mereka kepada rosulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam . Di

buktikan dengan melaksanakan segala yang di contohkannya .

Sejarah hadits pada masa sahabat yakni pada masa Khulafa Al- Rasyidin ( Abu

Bakar, Umar Ibn Khattab , Utsman bin Affan ,dan Ali ibn Abi Thalib), pada masa ini

perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran Alquran,

maka periwayatan hadits belum begitu berkembang, dan kelihatan berusaha

membatasinya.

Para sahabat Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam sangat berhati- hati dalam

menerima dan meriwayatkan hadits, ini para sahabat lakukan untuk menjaga keaslian

ajaran – ajaran islam. Pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan mulai lah muncul

hadits mau`du yang di keluarkan oleh orang – orang yang ingin merusak islam.

Hingga pada zaman sekarang ini juga muncul para orientalis dan musuh islam yang

mengkritisi para sahabat Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam yang banyak

meriwayatkan hadits.

Page 2: Makalah Hadits

2

Dalam makalah ini penulis menyusun dari beberapa sumber rnengenai hadits

pada zaman sahabat, yang mudah-mudahan dapat memberikan pengetahuan bagi

penyusun makalah dan teman-teman semua.

B. Definisi Hadits, Sunnah dan Atsar

a. Hadits

Hadits menurut Etimologi adalah: Jadid, lawan dari qodim: yang baru. Hadits

menurut terminologi adalah : Segala ucapan, perkataan, dan keadaan Nabi. Yang

dimaksud keadaan adalah segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah, seperti

kelahirannya, tempatnya dan yang bersangkut paut dengannya.

Hadits adalah “segala sesuatu yang disadarkan pada Nabi SAW baik berupa

perkataan, pekerjaan, ketetapan, maupun sifat beliau yang adakalanya itu

disunnahkan/dijelaskan pada umat Islam ataupun khusus untuk Nabi”1

b. Sunnah

Sunnah menurut Etimologi adalah: Jalan yang dijalani, yang terpuji ataupun jelek.

Sunnah menurut Terminologi adalah: Segala yang dinukil dari Nabi SAW, baik

berupa perkataan, perbuatan, takrir, pengajaran, sifat, kelakuan, dan perjalanan hidup

beliau sebelum diutus atau sesudahnya.

c. Atsar

Atsar menurut Terminologi adalah: Hadits, Sunnah, dan Khabar yang

disandarkan kepada Sahabat dan Tabiin. Oleh karenanya, para ahli hadits lantas

memandang Atsar yang diidintikkan dengan Hadits Sahabat (mauquf) atau Tabiin

(maqtu‟)2. Al Imam Al-Nawawi menerangkan bahwa fuqoha‟ khurosan menamai

perkataan sahabat ( hadist mauquf ) dengan atsar, dan menamai hadist Nabi dengan

Khabar. Tapi para muhadditsin umumnya menamai hadist Nabi dan perkataan

1 Muhammad Hasbi Ash shiddiqi. 1998. Sejarah & pengantar Ilmu Hadits. Semarang. P.T. Pustaka Rizqi Putra. Hal-1,4. 2 M. „Ajjaj al-Khatib. Usul al-Hadist Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Fikr, Beirut.Hal-19.

Page 3: Makalah Hadits

3

sahabat dengan atsar juga, dan setengah ulama memakai pula kata atsar untuk

perkataan-perkataan tabiin saja3.

C. Pengertian Sahabat Nabi

Yang dimaksud dengan istilah „sahabat Nabi‟ adalah:

سأ سسه هللا صي هللا عي سي ف حاه إسال اىشا، إ ى جطو

صصحح ى، إ ى ش ع ياا

Artinya : “Orang yang melihat Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam dalam

keadaan Islam, yang meriwayatkan sabda Nabi. Meskipun ia bertemu Rasulullah

tidak dalam tempo yang lama, atau Rasulullah belum pernah melihat ia sama sekali”4

Sahabat adalah sebuah kata yang tebentuk dari kata sahaba, yashahibu, suhbatan,

sahibun yang berarti menemani atau menyertai. Kata sahabat juga mengandung

beberapa pengertian. Menurut Ibnu Hajar defenisi sahabat adalah orang yang pernah

bertemu dengan Nabi Muhammad Shallallahu‟alaihi Wasallam dalam keadaan

beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam. 5

Menurut imam al Waqidi: sahabat Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam

adalah siapa saja yang melihat rasul Shallallahu‟alaihi Wasallam , mengenal dan

beriman kepada beliau, menerima dan ridha terhadap urusan-urusan agama walaupun

sebentar. Imam Ahmad bin Hambal mendefenisikan yaitu siapa saja yang bersama

dengan rasul Shallallahu‟alaihi Wasallam selama sebulan atau sehari atau statu jam

atau hanya melihat beliau saja, maka mereka adalah sahabat Rasulullah

Shallallahu‟alaihi Wasallam . Imam Bukhari mendefenisikan sanabat yaitu barang

siapa yang bersama Rasulullah atau melihat beliau dan dia dalam keadaan Islam,

maka dia adalah Sahabat Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam6.

Definisi yang diberikan oleh Imam Bukhari dan dianggap yang terbaik di antara

semua definisi, yaitu: Sahabat besar (Kibar Sohabat) adalah sahabat yang banyak

bergaul bersama Nabi, banyak belajar, banyak mendengar hadist-hadist dari beliau,

3 Muhamad Hasbi As-Sidiqi. Hal-52 4 Al Ba‟its Al Hatsits Fikhtishari „Ulumil Hadits, Ibnu Katsir (juz 1/ hal 24) 5 Ash-Shiddieqy Hasbi, Sejarah Perkembagan Hadis, hal. 67 6 Ramli Abul Wahid, Study Ilmu Hadis, Lp2lk, Medan, 2003 hal. 21

Page 4: Makalah Hadits

4

sering pergi berjihad dan sebaginya. Kibar Sahabat ini seperti Abu Bakar, Umar bin

Khattab, Utsman, Ali, Ibnu Mas‟ud dan lain-lain.Sahabat kecil (Sighor Sohabi) adalah

sahabat yang jarang bergaul bersama Nabi, disebabkan tepat tinggalnya jauh dari

Nabi, atau terakhir masuk Islam, dan lain-lain.7

Dari beberapa defenisi sahabat di atas, dapat disimpulkan bahwa sahabat adalah

orang yang bersama Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam , bergaul dan

menjalankan ibadah sesuai dengan yang dilakukan Rasulullah Shallallahu‟alaihi

Wasallam , dia juga seaqidah dengan rasul dan matinya dalam keadaan Islam.

D. Keutamaan dan Jumlah sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

Empat sahabat Nabi yang paling utama adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin

Khattab, Utsman bin „Affan dan „Ali bin Abi Thalib radhiallahu‟ahum ajma‟in.

Tentang jumlah orang yang tergolong sahabat Nabi, Abu Zur‟ah Ar Razi

menjelaskan:

ذ ع حجة اىداع أسبع أىفاا، ما ع بححك سحع أىفاا، قحض عي

اىصالة اىسال ع ائة أىف أسبعة عشش أىفاا اىصصابة

“Empat puluh ribu orang sahabat Nabi ikut berhaji wada bersama Rasulullah. Pada

masa sebelumnya 70.000 orang sahabat Nabi ikut bersama Nabi dalam perang

Tabuk. Dan ketika Rasulullah wafat, ada sejumlah 114.000 orang sahabat Nabi”8

Para sahabat Nabi adalah manusia-manusia mulia. Imam Ibnu Katsir menjelaskan

keutamaan sahabat Nabi:

اىصصابة مي عذه عذ أو اىسة اىجاعة، ىا أث هللا عي ف محاب

اىعضض، با طقث ب اىسة اىحة ف اىذح ى ف جع أخالق أفعاى، ا

بزى األاه األساح ب ذ سسه هللا صي هللا عي سي

“Menurut keyakinan Ahlussunnah Wal Jama‟ah, seluruh para sahabat itu orang yang

adil. Karena Allah Ta‟ala telah memuji mereka dalam Al Qur‟an. Juga dikarenakan

banyaknya pujian yang diucapkan dalam hadits-hadits Nabi terhadap seluruh akhlak

dan amal perbuatan mereka. Juga dikarenakan apa yang telah mereka korbankan,

baik berupa harta maupun nyawa, untuk membela Rasulullah Shallallahu‟alaihi

Wasallam”9

Pujian Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur‟an diantaranya:

7 Ramli Abul Wahid, Study Ilmu Hadis, hal. 21 8 Al Ba‟its Al Hatsits juz 1/ hal 25 9 Al Ba‟its Al Hatsits juz 1/ hal 24

Page 5: Makalah Hadits

5

هللا سض سا أ بإحأ اجحع اىز أصاس األأ اجش اىأ ى األأ ابق اىس ىل ا ر فا أبذا أاس خاىذ حا األأ ش جصأ أ جات ججأ أعذ ى أ سضا ع أ أ ع

ص اىأع أ اىأف

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan

muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah

ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan

bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.

Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)

Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam pun memuji dan memuliakan para

sahabatnya. Beliau bersabda:

ال جضاى بخش ا دا فن سآ صاحح سأ سآ سأ

سأ سآ

“Kebaikan akan tetap ada selama diantara kalian ada orang yang pernah melihatku

dan para sahabatku, dan orang yang pernah melihat para sahabatku (tabi‟in) dan

orang yang pernah melihat orang yang melihat sahabatku (tabi‟ut tabi‟in)”10

Dan masih banyak lagi pujian dan pemuliaan dari Rasulullah Shallallahu‟alaihi

Wasallam terhadap para sahabatnya yang membuat kita tidak mungkin ragu lagi

bahwa merekalah umat terbaik, masyarakat terbaik, dan generasi terbaik umat Islam.

Berbeda dengan kita yang belum tentu mendapat ridha Allah dan baru kita ketahui

kelak di hari kiamat, para sahabat telah dinyatakan dengan tegas bahwa Allah pasti

ridha terhadap mereka. Maka yang layak bagi kita adalah memuliakan mereka,

meneladani mereka, dan tidak mencela mereka.

E. Cara Mengetahui Sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

Ada beberapa cara yang di pedomani oleh para ulama untuk mengetahui seseorang itu

adalah sahabat, yaitu :

1. Melalui khobar mutawatir yang mengatakan bahwa seseorang itu adalah

sahabat. Contohnya adalah status kesahabatan khalifah yang empat (khulafa`ur

rasyidin) dan mereka yang terkenal lainnya, seperti sahabat yang sepuluh

dijamin oleh rasul Shallallahu‟alaihi Wasallam masuk surga.

2. Melalui khobar mahsyur dan mustafidh, yaitu khobar yang belum mencapai

tingkat mutawatir, namun meluas dikalangan masyarakat, seperti kabar

menyatakan kesahabatan Ukasya ibn muhsan.

10

Diriwayatkan oleh Abu Nu‟aim Al Ashabani dalam Fadhlus Shahabah. Di-hasan-kan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani

dalam Fathul Baari juz 7/ hal7

Page 6: Makalah Hadits

6

3. Melalui pemberitaan sahabat lain yang telah dikenal kesahabatannya melalui

cara – cara diatas.

4. Melalui keterangan tabi`in yang tsiqot (terpercaya), yang menerangkan

seseorang itu sahabat.

5. Pengakuan sendiri oleh seorang yang adil bahwa dirinya seorang sahabat.11

Pengakuan tersebut hanya dianggap sah dan dapat diterima selama tidak lebih

dari seratus tahun sejak wafatnya rasul. Hal ini didasarkan pada hadits : “apakah yang

kamu lihat pada malam mu ini? Maka sesungguhnya sesudah berlalu seratus tahun

tiadalah yang tinggal dari golongan sekarang ini (sahabat) di atas permukaan bumi

ini.(HR.Bukhari Muslim)

F. Sahabat yang terbanyak dalam periwayatan Hadits

Al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah dalam kitab beliau Asmaus Shahabah Ar-

Ruwat mengurutkan 7 orang sahabat yang meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu

„alaihi wasallam lebih dari 1000. Mereka adalah:

1. Abu Hurairah radhiyallahu „anhu. Beliau meriwayatkan 5374 hadits.

2. Abdullah bin Umar radhiyallahu „anhuma. Beliau meriwayatkan 2630 hadits.

3. Anas bin Malik radhiyallahu „anhu. Beliau meriwayatkan 2286 hadits.

4. „Aisyah radhiyallahu „anha Beliau meriwayatkan 2210 hadits.

5. Abdullah bin Abbas radhiyallahu „anhuma. Beliau meriwayatkan 1660 hadits.

6. Jabir bin Abdillah radhiyallahu „anhuma. Beliau meriwayatkan 1540 hadits.

7. Abu Said Al-Khudri radhiyallahu „anhu. Beliau meriwayatkan 1170 hadits.

G. Kritik terhadap Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu

Nama Abu Hurairah radhiyallahu „anhu sangat dikenal umat Islam, terutama oleh

kalangan pegiat ilmu hadis. Ia adalah seorang sahabat Nabi Muhammad

Shallallahu‟alaihi Wasallam yang paling banyak menerima dan meriwayatkan hadis.

Sejumlah pertanyaan pun muncul seputar dirinya. Siapa Abu Hurairah radhiyallahu

„anhu? Sejak kapan memeluk Islam? Berapa lama hidup bersama Rasulullah?

Bagaimana kejujuran dan keadilannya? Bagaimana kualitas diri dan intelektualnya?

Dan, sederet pertanyaan lain yang ditujukan untuk menelisik pribadinya.

Ada sejumlah intelektual Muslim yang terang-terangan menyerang Abu Hurairah

radhiyallahu „anhu dan berupaya melemahkan reputasinya sebagai perawi hadits.

11 http://library.usu.ac.id/download/fs/arab-nasrah7.pdf

Page 7: Makalah Hadits

7

Mahmud Abu Rayyah, seorang intelektual asal Mesir, yang melontarkan kritik

terhadap Abu Hurairah. Kritik Abu Rayyah itu ia tuliskan dalam bukunya Adhwa ala

esSunnah al-Muhammadiyah. Segala argumen yang diajukan oleh Abu Rayyah dalam

bukunya itu untuk memperkuat asumsinya bahwa himpunan hadis bukanlah kata-kata

atau perbuatan Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam . Namun, merupakan sebuah

rekayasa orang-orang yang sezaman dengan Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam dan

generasi sesudahnya untuk menciptakan hadits.

Salah satu tuduhan yang abu Rayyah lakukan bermula dari pertanyaan, seberapa

lama Abu Hurairah radhiyallahu „anhu hidup bersama Nabi? Melalui data yang

didapatkan, Abu Rayyah menyimpulkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu „anhu

hidup bersama Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam dalam waktu yang relatif singkat,

yakni 1 tahun 9 bulan. Jadi, menurutnya, tidak mungkin Abu Hurairah radhiyallahu

„anhu mampu meriwayatkan hadits Nabi sebanyak 5.374 dalam waktu sesingkat itu.

Tidak hanya pada kritikan itu, Abu Rayyah bahkan menuding Abu Hurairah

radhiyallahu „anhu sebagai orang yang rakus. Keberadaannya menyertai Nabi hanya

untuk mencari makanan. Dalam beberapa riwayat dikisahkan, Abu Hurairah

radhiyallahu „anhu banyak makan, terutama hidangan dari susu dan daging.

Pandangan tersebut direspons berbagai kalangan ulama besar. Mereka menyodorkan

riwayat-riwayat berbeda. Termaktub dalam Musnad Ahmad bin Hanbal jilid ke-2,

Abu Hurairah radhiyallahu „anhu berkata. “Aku bersama Nabi selama tiga tahun.”12

Selain tuduhan diatas, Abu Hurairah radhiyallahu „anhu juga mendapat kritikan

masalah korupsi dari Abu Rayyah. Telah dikemukakan bahwa Umar memanggil

pulang Abu Hurairah radhiyallahu „anhu dari posnya sebagai gubernur Bahrain.

Alasannya seperti dalam semua riwayat yang banyak variasi teksnya, adalah Umar

radhiyallahu „anhu melihat bahwa Abu Hurairah radhiyallahu „anhu telah

memperkaya diri dengan menggunakan uang negara. Umar radhiyallahu „anhu

mempunyai kebiasaan menghitung kekayaan para gubenurnya sebelum menempatkan

mereka. Umar radhiyallahu „anhu biasanya menyita separuh dari jumlah tambahan

kekayaan mereka, dan hal ini juga terjadi pada Abu Hurairah radhiyallahu „anhu.

Berbagai riwayat dikemukakan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Riwayat

12 http://syiahali.wordpress.com/2010/07/04/

Page 8: Makalah Hadits

8

yang bisa dikutip dari Al-„Iqd al-Farid karya Ibn „Abd Rabbihi. Disebutkan dalam

kitab tersebut, Umar radhiyallahu „anhu mencela Abu Hurairah radhiyallahu„anhu

karena membeli kuda-kuda seharga 1600 dinar. Abu Hurairah radhiyallahu„anhu

menerangkan hal ini dengan menunjukkan bahwa dia memelihara kuda-kuda dan

menerima banyak hadiah. Umar radhiyallahu„anhu memaksanya untuk

mengembalikan sebagian besar pendapatannya ke kas negara, dan kemudian Umar

radhiyallahu „anhu memberinya hukuman yang keras dengan cambuk sampai

punggungnya berdarah. Dalam versi lain, Umar radhiyallahu „anhu berkata kepada

Abu Hurairah radhiyallahu „anhu: Wahai musuh Allah dan Kitab-Nya, apa engkau

telah mencuri uang Allah?13

Mahmud Abu Rayyah adalah orang yang mengadopsi pemikiran kaum modernis

sebelumnya, dan menjadikannya sebagai alat untuk menyerang kedudukan hadits

sebagai pedoman umat islam. Pendekatan keilmuawan Abu Rayyah tidak terlepas dari

ketidakjujuran. Terkadang dia dengan sengaja salah mengutip demi keuntungannya

sendiri. Dari banyak bantahan buku yang diterbitkan, kelihatan bahwa banyak

kelemahan argumennya dan ketidakjujurannya tersebut tak luput dari kritikan.

H. Hadist Maudu` Di zaman sahabat

Kata al-Maudhu‟, dari sudut bahasa berasal dari kata wadha‟a –yadha‟u –

wadh‟an wa maudhu‟an – yang memiliki beberapa arti antara lain telah

menggugurkan, menghinakan, mengurangkan, melahirkan, merendahkan, membuat,

menanggalkan, menurunkan dan lain-lainnya. Arti yang paling tepat disandarkan pada

kata al-Maudhu' supaya menghasilkan makna yang dikehendaki yaitu telah membuat.

Oleh karena itu maudhu‟ (di atas timbangan isim maf‟ul – benda yang dikenai

perbuatan) mempunyai arti yang dibuat.

Berdasarkan pengertian al-Hadits dan al-Maudhu‟ ini, dapat disimpulkan bahwa

definisi Hadits maudhu‟ adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad

SAW baik perbuatan, perkataan, taqrir, dan sifat beliau secara dusta. Lebih tepat lagi

ulama hadits mendefinisikannya sebagai apa-apa yang tidak pernah keluar dari Nabi

13 http://michailhuda.multiply.com/journal/item/161

Page 9: Makalah Hadits

9

SAW baik dalam bentuk perkataan, perbuatan atau taqrir, tetapi disandarkan kepada

beliau secara sengaja14

.

Masuknya penganut agama lain ke Islam, sebagai hasil dari penyebaran dakwah

ke pelosok dunia, secara tidak langsung menjadi faktor awal dibuatnya hadits-hadits

maudhu‟. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari mereka memeluk Islam karena

benar-benar ikhlas dan tertarik dengan kebenaran ajaran Islam. Namun terdapat juga

segolongan dari mereka yang menganut Islam hanya karena terpaksa mengalah

kepada kekuatan Islam pada masa itu.

Golongan inilah yang kemudian senantiasa menyimpan dendam dan dengki

terhadap Islam dan kaum muslimin. Kemudian mereka menunggu peluang yang tepat

untuk menghancurkan dan menimbulkan keraguan di dalam hati orang banyak

terhadap Islam.

Peluang tersebut terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan

(W.35H), yang memang sangat toleran terhadap orang lain. Imam Muhammad Ibnu

Sirrin (33-110 H) menuturkan, ”Pada mulanya umat Islam apabila mendengar sabda

Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam berdirilah bulu roma mereka. Namun setelah

terjadinya fitnah (terbunuhnya Ustman bin Affan), apabila mendengar hadits mereka

selalu bertanya, dari manakah hadits itu diperoleh? Apabila diperoleh dari orang-

orang Ahlsunnah, hadits itu diterima sebagai dalil dalam agama Islam. Dan apabila

diterima dari orang-orang penyebar bid‟ah, hadits itu dotolak”15

Diantara orang yang memainkan peranan dalam hal ini adalah Abdullah bin

Saba‟, seorang Yahudi yang mengaku memeluk Islam. Dengan berdalih membela

Sayyidina Ali dan Ahlul Bait, ia berkeliling ke segenap pelosok daerah untuk

menabur fitnah.

Ia berdakwah bahwa Ali yang lebih layak menjadi khalifah daripada Usman

bahkan Abu Bakar dan Umar. Alasannya Ali telah mendapat wasiat dari Nabi s.a.w.

14 Syaikh 'Abdul Fattah Abu Ghuddah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wa 'Ulum al- Hadits, Maktab al-Mathbu'at al-

Islamiyyah, Halb, Syria. Cet.ke- I, tahun 1404 H h. 41

15 Ali Mustofa Ya‟qub, Kritik Hadits, Penerbit Pustaka Firdaus, Jakarta, Cet. IV 2004 h. 82

Page 10: Makalah Hadits

10

Hadits palsu yang ia buat berbunyi: “Setiap Nabi itu ada penerima wasiatnya dan

penerima wasiatku adalah Ali.” Kemunculan Ibnu Saba‟ ini disebutkan terjadi pada

akhir pemerintahan Usman.

Penyebaran hadits maudhu‟ pada waktu itu belum gencar karena masih banyak

sahabat utama yang mengetahui dengan persis akan kepalsuan sebuah hadits. Khalifah

Usman sebagai contohnya, ketika tahu hadits maudhu‟ yang dibuat oleh Ibnu Saba‟,

beliau langsung mengusirnya dari Madinah. Hal yang sama juga dilakukan oleh

Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Para sahabat tahu akan larangan keras dari Rasulullah terhadap orang yang

membuat hadits palsu sebagaimana sabda beliau: “Siapa saja yang berdusta atas

namaku dengan sengaja, maka dia telah mempersipakan tempatnya di dalam

neraka.”16

Meski begitu, kelompok ini terus mencari peluang yang ada, terutama setelah

pembunuhan Khalifah Usman. Dari sini muncullah kelompok-kelompok tertentu yang

ingin menuntut balas atas kematian Usman dan kelompok yang mendukung Ali,

maupun yang tidak memihak kepada kedua kelompok tersebut. Dari kelompok inilah

kemudian menyebabkan timbulnya hadits-hadits yang menunjukkan kelebihan

kelompok masing-masing untuk mempengaruhi orang banyak.

Menyadari hal ini, para sahabat mulai memberikan perhatian terhadap hadits

yang disebarkan oleh seseorang. Mereka tidak akan mudah menerimanya sekiranya

ragu akan kesahihan hadits itu. Imam Muslim dengan sanadnya meriwayatkan dari

Mujahid (W.104H) sebuah kisah yang terjadi pada diri Ibnu Abbas : “Busyair bin

Kaab telah datang menemui Ibnu Abbas lalu menyebutkan sebuah hadits dengan

berkata “Rasulullah telah bersabda”, “Rasullulah telah bersabda ”. Namun Ibnu

Abbas tidak menghiraukan hadits itu dan juga tidak memandangnya. Lalu Busyair

berkata kepada Ibnu Abbas “Wahai Ibnu Abbas ! Aku heran mengapa engkau tidak

mau mendengar hadits yang aku sebut. Aku menceritakan perkara yang datang dari

Rasulullah tetapi engkau tidak mau mendengarnya. Ibnu Abbas lalu menjawab :

16

M u h a m m a d b i n M u h a m m a d A b u S y a h b a h , a l - I s r a i l i y y a t w a a l - M a u d h u a t f i K u t u b a l -

T a f s i r , Maktabah al-Ilm , Cairo1988 M/1409 H Cet.ke-I. Mesir. h. 20.

Page 11: Makalah Hadits

11

“Kami dulu apabila mendengar seseorang berkata “Rasulullah bersabda”, pandangan

kami segera kepadanya dan telinga-telinga kami kosentrasi mendengarnya. Tetapi

setelah orang banyak mulai melakukan yang baik dan yang buruk, kita tidak

menerima hadits dari seseorang melainkan kami mengetahuinya.”17

I. Kesimpulan

1. Sahabat adalah Orang yang melihat Rasulullah Shallallahu‟alaihi

Wasallam dalam keadaan Islam, yang meriwayatkan sabda Nabi. Meskipun ia

bertemu Rasulullah tidak dalam tempo yang lama, atau Rasulullah belum

pernah melihat ia sama sekali. Para sahabat ini adalah orang yang bersungguh-

sungguh dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam, sehingga

mereka sangat berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadits untuk

menjaga kesucian ajaran islam.

2. Para sahabat adalah orang-orang yang allah telah ridho kepada mereka, atas

segala yang para sahabat lakukan dalam menjaga dan menyebarkan ajaran

islam.

3. Pada zaman para sahabat telah muncul hadits maudu`, yang di munculkan oleh

musuh-musuh islam, salah satunya adalah Abdullah bin Saba` pada akhir

pemerintahan utsman, namun para sahabat dengan sangat teliti dalam menjaga

hadits, dan melakukan pengusiran terhadap Abdullah bin Saba`.

4. Banyak tersebar hadits maudu` setelah terjadinya konflik dalam tubuh umat

islam. Masing- masing kelompok yang berkonflik mengeluarkan hadits

maudu` untuk memperkuat posisi mereka dalam umat islam.

5. Adanya kritik terhadap abu Hurairoh yang banyak meriwayatkan hadits oleh

Mahmud Abu Rayyah dan para orientalis yang tujuannya untuk melemahkan

kredibilitas abu Hurairoh sebagai sahabat yang banyak meriwayatkan hadits,

sehingga dapat memperkuat argumen mereka yang menyatakan hadits adalah

buatan orang-orang yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu‟alaihi

Wasallam.

17 http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=265

Page 12: Makalah Hadits

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Alqur`an al-Hakim

2. Ali Mustofa Ya‟qub, Kritik Hadits, Penerbit Pustaka Firdaus, Jakarta, Cet. IV

2004

3. Ibnu Katsir Al Ba‟its Al Hatsits Fikhtishari „Ulumil Hadits.

4. M. „Ajjaj al-Khatib. Usul al-Hadist Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Fikr,

Beirut.

5. Muhammad Hasbi Ash shiddiqi. Sejarah & pengantar Ilmu Hadits. P.T.

Pustaka Rizqi Putra. Semarang. 1998.

6. Mu ha mma d b in Mu ha mma d Abu S ya hba h, a l - I s ra i l i y ya t wa

a l - M audhu a t f i Ku tub a l - Ta f s i r , Maktabah al-Ilm Cairo, Mesir.

Cet.ke-I 1988 M/1409 H

7. Ramli Abul Wahid, Study Ilmu Hadis, Medan: Lp2lk, 2003.

8. Syaikh 'Abdul Fattah Abu Ghuddah, Lamahat min Tarkih as-Sunnah wa

'Ulum al- Hadits, Maktab al-Mathbu'at al-Islamiyyah, Halb, Syria. Cet.ke- I,

1404 H

9. http://library.usu.ac.id/download/fs/arab-nasrah7.pdf

10. http://syiahali.wordpress.com/2010/07/04/

11. http://michailhuda.multiply.com/journal/item/161

12. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=265