makalah Hadits Revisi.pdf

download makalah Hadits Revisi.pdf

of 26

Transcript of makalah Hadits Revisi.pdf

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    1/26

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hadits adalah sumber kedua hukum/syariat Islam setelah al-Quran

    sehingga mempelajari, memahami isi dan ajarannya serta menjaga otentisitas

    dan orisinilitasnya merupakan suaatu keharusan bagi ummat Islam. Sebagai

    sumber hukum tentu ajaran, perintah, larangan yang terkandung di dalamnya

    haruslah diamalkan serta digunakan sebagai hujjah. akan tetapi sebelum

    mengaplikasikannya haruslah terlebih dahulu diteliti sejauh mana kualitas ataukeshahihan hadits itu sendiri.

    Untuk mengetahui kualitas keshahihan hadits haruslah di lihat dari segi

    perawi dan riwayatnya atau konten riwayatnya, dalam hal ini yang

    membahas/mengkritik tentang perawi disebut naqd sanad (

    ) sedangan yang membahas atau mengkaji tentang keshahihan hadits itu

    sendiri disebut naqd al-matan ( .(

    Adapun kreteria supaya hasil analisa dapat diterima haruslah memenuhi

    syarat-sayarat yaitu dari segi sanad ( Sanad Bersambung)

    (Perawi Bersifat Adil), (Perawi bersifat dhabit),

    (Terhindar dari syadz), (terhindar dari

    illat). Sedangkan dari segi matan dua syarat dari kritik sanad yaitu

    (Terhindar dari syadz), (terhindar dari illat).1

    Dengan demikian kritik hadits merupakan hal yang harus dilakukan,

    baik kritik sanad dan tidak kalah penting juga kritik matan. urgensi kritik

    matan dalam sebuah hadits tidak bisa dianggap remeh, mengingat matan

    adalah konten/isi dari hadits itu yang akan diamalkan atau dijadikan sebagai

    hujjah. penilaian terhadap matan hadits haruslah terus seriring dan sejalan

    dengan kritik sanad, karena tidak bisa dipungkiri bahwa kecacatan hadits bisa

    terjadi dan di dapatkan pada sanad atau matan atau pada sanad dan matan

    sekaligus secara bersamaan. Mengkritisi matan justru akan menambah kulitas

    ( -.)

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    2/26

    2

    keshahihan hadits itu sendiri, tentunya hadits sebagai sumber ke dua dari

    syariat islam tidak boleh bertentangan dengan content/isi ajaran islam dalam

    al-Quran sebagai sumber utama ajaran islam dan hal ini akan kelihatan jika

    kritik matan telah dilakukan, akhirnya menurut penulis untuk menjaga

    otentisitas hadits maka hadits harus dikrtitisi dari segi sanad dan disertai juga

    dengan kritik matan.

    Berdasarkan hal tersebut, penulis mengkaji sebuah kitab Manhaj an-

    Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-Nabawi karangan Salahuddin al-

    Adlabi, dan menyusunnya menjadi sebuah makalah dengan judul

    SALAHUDDIN AL-ADLABI: Manhaj an-Naqd al-Matan ind Ulama al-

    Hadits al-Nabawi

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaima Riwayat Kehidupan Salahuddin al-Adlabi?

    2. BagaimanakahManhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-Nabawi?

    3. Bagaimana Contoh Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-

    Nabawi?

    C. Tujuan

    1. Mengetahui Bagaima Riwayat Kehidupan Salahuddin al-Adlabi?

    2. Mengetahui Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-Nabawi?

    3. Mengetahui Contoh Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-

    Nabawi?

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    3/26

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Riwayat Hidup Salahuddin al-Adlabi

    1. Nama dan Kelahiran Salahuddin al-Adlabi

    Salahddin ibn Ahmad al-Adlabi atau Lebih dikenal dengan nama

    Salahuddin al-Adlabi lahir di madinah pada tahun 1367 H/1948 M. ia

    mendapatkan gelar doktor di bidang Ulum al-Islamiyah wa al-Hadits di

    dar al-Hadits dengan predikat Hasan Jiddan pada tahun 1401 H/1980 M.

    ia adalah seorang dosen pada Fakultas Dirasah al-Islamiyah wa al-Arabiyah Dubai, Universitas Imam Muhammad Suud al-Islamiyah,

    Riyadh, dan al-Lughah al-Arabiayh di Marakisy.2

    Al-Adlabi merupakan ulama Shalaf abad 19 M. ia banyak

    memberikan kontribusi dengan pandangannya terhadap permasalahan-

    permasalahan agama dari pepspektif hadits yang berkaitan dengan matan,

    ia dikenal dengan karyanya yang berjudul Manhaj Naqd al-Matan ind

    Ulama al-Hadits al-Nabawi.

    2. Karya-Kaya Salahuddin al-Adlabi

    Selain kitab Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-

    Nabawi, al-Adlabi juga memiliki karya dalam bentuk yang lain seperti

    artikel atau tulisan lepas. Adapun karya karya al-adlabi yang lain baik

    dalam bentuk artikel atau tulisan lepas yaitu: Kasf malum mimma

    summiya bi silsilah al-hadits as-Sahih, Hadits la Nikaha Illa bi Waliyyi

    Riwayatan wa Dirayatan, al-Bidah al-Mahmudah baina Syubhat al-

    Maniin Waistidlalat al-Mujizin, wa tahdid al-Qiblah fi Syimal Amerika

    Radda bihi ala al-Ahbas dsb.3

    2Yudistira,Biografi Salahudin Ibn al-adlabi,

    http://yudhistirasenangberkarya.blogspot.com/2013/11/biografi-salahuddin-ibn-ahmad-al-

    adlabi.html, diakses tanggal 03 April 2015.3 Yudistira,Biografi Salahudin Ibn al-adlabi, diakses tanggal 03 April 2015.

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    4/26

    4

    3. Latar Belakang Penulisan Kitab Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-

    Hadits al-Nabawi.

    penulisan kitab Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadits al-

    Nabawi di latar belakangi karena kurangnya karya tulis yang berkaitan

    dengan kritk matan, selain itu para ulama hadits jarang membahas tentang

    kritik hadits dari segi matan. Hal ini dijelaskannya dengan mengutip

    beberapa pendapat ulama seperti dalam kitabzhahrul Islam4

    dan pendapat

    Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul Fajrul al- Islam yaitu:5

    Para ulama telah meletakkan kaidah-kaidah jarh wa tadil akan

    tetapi perhatian/pembahasan tentang kritik sanad lebih banyak diripada

    kritik matan

    Dan dijelaskan juga dalam kitabDhuha al-Islam sebagaimana berikut:

    Seungguhnya para ulama hadits memberikan perhatian lebih pada

    kritik ekstern (kritik sanad) dan tidak mejelaskan kritik intern (kritik

    matan).

    Sedangkan menurut Abu Riyyah, sebagaimana yang dikutip al-

    Adlabi ia berkata sebagai berikut.6

    .

    .

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    5/26

    5

    Melihat bebrapa pendapat ulama yang dikutif al-Adlabi jelaslah

    bahwa perhatian ulama terhadpa kritik matan sangatlah kurang

    dibandingkan dengan kritik sanad, sehingga inilah yang menjadikan

    kegelisahan bagi al-Adlabi dan yang melatarbelakanginya dalam menulis

    kitabManhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-Hadis al-Nabawi

    B. Pengertian Kritik Matan (Naqd al-Matan)

    Kritik matan merupakan gabungan dari dua kata yaitu kritik dan matan.

    Kritik merupakan alih bahasa dari kata atau dari kata (Tamyiz).

    Adapun secara istilah kritik berarti berusaha menemukan kekeliruan dan

    kesalahan dalam rangka menemukan kebenaran. Jadi, yang dimaksud kritik di

    sini adalah sebagai upaya mengkaji hadits dalam menentukan apakah hadits

    itu benar-benar datang dari Rasulullah SAW7

    Menurut bahasa kata matan berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk

    jamaknya Yaitu atau yang berarti tanah yang meninggi8 atau

    (sesuatu yang terangkat dari bumi)9

    Sedangkan secara terminologi matan berarti (teks

    Khabar/berita) (teks Hadits)10

    atau dengan pekataan lain

    Lafaz-lafaz hadits yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu11

    Atau dengan pengertian yang lain, yaitu:

    7Bustamin, M. Isa H.A.Salam, Metodologi Kritik Hadits,Cet.1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2004), hlm.58Usman Syaroni, Otentisitas Hadits Menurut Ahli Hadits dan Kaum Sufi, Cet.1

    (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2002), hlm. 129Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadits,Cet.1 ( Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm.19

    .

    11Usman Syaroni, Otentisitas Hadits Menurut Ahli Hadits, hlm. 12

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    6/26

    6

    Pembicaraan atau materi berita yang disampaikan setelah sanad yang

    terakhir12

    Sedangkan menurut ilmu hadits matan adalah penghujung sanad, yakni

    sabda Nabi Nuhammad SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanad.

    Matan hadits adalah isi hadits.13

    Dari pengertian di atas dapat kita pehami bahwa yang dimaksud

    dengan kritik matan adalah usaha yang dilakukan untuk menemukan

    keabsahan hadits dengan cara menganalisa kebenaran isi (matan) yang

    dikandung oleh hadits itu sendiri.

    C. Sejarah Perkembangan Kritik Matan

    Secara praktis aktifitas kritik matan telah dilakukan oleh para sahabat

    mereka menolak hadits yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidahkeagamaan

    sebagai contoh, reaksi siti Aisyah tatkala mendengar sebuah hadits yang

    disampaikan oleh ibnu abbas dari umar bahwa menurut umar Rasulullah SAW

    bersabda:

    Sesungguhnya mayat itu akan disiksa karena titangisi keluarganya.

    Hadits yang disampaikan Ibnu Abbas di atas dibantah oleh Aisyah

    dengan berkata semoga umar dirahmati Allah, Rasulullah tidak pernah

    bersabda bahwa mayat orang mukmin itu akan disiksa karena ditangisi

    keluarganya, beliu bersabda:14

    Sesungguhnya Allah akan menambah siksa orang kafir karena ditangisi

    keluarganya.

    Aisyah selanjutnya berkata cukuplah bagi kalian sebuah ayat yang

    menyatakan:15

    12 Umi Sumbulah, Kajian Kritis, hlm.1913Bustamin, M. Isa H.A.Salam,Metodologi Kritik Hadits, hlm. 5914

    Umi Sumbulah, Kritik Hadits Pedekatan Pendekatan Historis Metodologis, Cet.1

    (Malang:UIN Malang Press, 2008), hlm.96

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    7/26

    7

    Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang

    lain,

    Dalam al-Quran surah al-Israa (17) :15

    Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka

    Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan

    Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian)

    dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang

    lain16

    Selain itu aisyah juga mengkritik hadits yang mengatakan bahwa batal

    sholat sesorang jika perempuan, keledai dan anjing lewat/melintas

    didepannya, yang berbunyi.17

    Diriwayatkan dari Imam Muslim Dari Abu Hurairah. Ia berkata

    bahwa Rasulullah saw. bersabda: Dapat memutuskan salat, yaitu wanita,

    keledai, dan anjing. Itu dapat dicegah dengan menghadap pada benda yang

    setinggi mukhiratur rahl.Mendengar hadis ini, Aisyah mengingkarinya dan menolaknya seraya

    berkata: betapa kalian menyerupakan kami (kaum wanita) dengan keledai dan

    anjing? Lalu beliau meriwayatkan hadis fi'liyyah Rasulullah SAW yang

    berbunyi Demi Allah, sungguh Rasulullah pernah solat di depanku, kala itu

    aku berada di atas ranjang, jarak antara beliau dan ranjang hanya selebar

    16

    QS.al-Najm (53): 38; al-Isrraa (17) :15

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    8/26

    8

    tubuh, maka aku merasa tidak nyaman dan aku merasa jika aku tetap duduk

    diranjang maka akan mengganggu beliau, sehingga aku memutuskan untuk

    keluar dan aku melintas di depan beliau.18

    Kritik matan hadits juga pernah dilakukan oleh umar terhadap seorang

    wanita yang bernama Fatimah binti Qays. Dan kritik yang beliau lakukan kali

    ini berdasar pemahaman beliau terhadap teks Alquran. Suatu ketika beliau

    mendengar cerita mengenai Fatimah binti Qays yang telah ditalaq oleh

    suaminya, lalu ia mendatangi Rasulullah dan menyampaikan permaslahannya,

    dan Rasulullah tidak menetapkan baginya tempat tinggal maupun nafkah

    sebagaimana sabdanya.19

    Tidak ada nafkah dan tempat tinggal bagimu

    Umar menolak hadits ini karena bertentangan dengan al-Quran seraya

    berkata jangan kau tinggalkan al-Quran dan as-Sunnah karena berita seorang

    perempuan yang belum jelas apakah dia ingat atau lupa. Umar

    menyampaiikan firman Allah yang berbunyi:

    20

    Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah

    mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang

    terang (Q.S. at-Thalak (65) :1)

    Selanjutnya pada masa tabiin sebagaimana hadits yang diriwayatkan

    oleh al-Turmuzi berikut ini:

    18Athoillah Umar, Budaya Kritik Ulama Hadits, Analisa Historis Hadits dan Praktis, Jurnal

    Mutawatir, 1 (Januari-Juni, 2011), hlm. 144

    .

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    9/26

    9

    .

    .

    Mengabarkan kepada kami Ibn Sholih menceritakan kepadaku

    Muawiyah Ibnu Shalih dari Abd ar-Rahman Ibn Jubair Ibn Nufair dari Abu

    al-Darda berkata; kami telah bersama rasulullah yang disaat itu beliu

    matanya terbuka memandang langit kemudian beliau bersabda telah tiba

    sekarang saat hilangnya ilmu dari manusia hingga tidak sesuatupun yang

    mampu mencegahnya.21

    Dalam mengomfirmasikan kebenaran hadits tersebut jubair berkata aku

    menemui ubaidah ibn samit saudaramu abu dardaa yang kemudian aku

    katakan hadits yang pernah aku dengar dan ubaidah berkta : benar. Kpnfirmasi

    hadits ini dilakukan bukan untuk meragukan perawi namun lebih kepada

    untuk menjaga otentisitas dan oriesinilitas dan agar terciptanya keyakinan

    terhadapmatan hadits.

    Pada era atba-at-Tabiin kritik matan dilakukan dengan lebih ketat dan

    lebih sempurna. Pada era ini para ulama berupaya menfokuskan diri dalam

    mengkaji kritik hadits, ia tidak hanya mengkritik hadits dari segi sanadnya

    saja tetapi juga dari segi matannya. Ulama-ulama yang melakukan kritik

    hadits yaitu: Malik, at-Thauri dan syubah kemudian disusul dengan

    munculnya kririkus lainnya seperti abdullah ibnu al-mubarak Yahya Ibn Said

    al-Qattan, Abdurrahman Ibn Mahdi dan al-Imam as-Syafii

    Dari hasil kajian dan kritikan ulama pada periode ini dapat dirumuskan

    pedoman dalam kegiatan penelitian hadits selanjutnya, rumusan-rumusan

    tersebut yaitu:22

    1. Memberikan tarif shahih, yakni hadits yang sanadnya bersambung

    diambil dari perawi yang adil dan dhabit, terhindar dari syadz dan terbebas

    dari illat. syadz dan terbebas dari illat itu merupakan cakupan dari kritik

    21

    Umi Sumbulah,Kritik Hadits Pedekatan Pendekatan Historis Metodologis,

    hlm.9922 Umi Sumbulah, Kritik Hadits Pedekatan Pendekatan Historis Metodologis, hlm.100

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    10/26

    10

    matan, sebgaimana juga dipahami semakna dengan kritik sanadnya karena

    Syaz dan illatdisamping terjadi pada sanad juga terjadi pada matan.

    2. Menetapkan persaratan hadits Hasan sebagai hadits yang derajat

    kedhobitan perawinya setingkat di bawah perawi hadits sahih.

    3. Menetapkan hadits-hadits yang tidak memenuhi kreteria Sahih atauHasan

    sebagai Hadits dhaif

    4. Menetapkan kreteria hadits maudhuI berupa kejanggalan atau

    ketersalahan yang dapat dijadikan indikasi kemustahilannya berasal dari

    rasulullah.

    D. Metode Kritik Hadits Menurut Salahudin al-Adlabi

    Metode kritik hadits menurut Salahuddin al-Adlabi dibagi menjadi dua

    macam yaitu:23

    1. (Kritik Eksternal atau Kritik Sanad)

    Supaya kritik eksternal atau kritik sanad dapat diterima harus memenuhi

    beberapa syarat:

    a. ( Sanad Bersambung)

    Yang dimaksud dengan bersambung sanadnya adalah ssetiap

    periwayat dalam hadits menerima riwayat hadits dari periwayat

    terdekat sebelumnya. Prosedur yang dipakai untuk mengetahui

    ketersambungan sanad ialah: 1) mencatat semua perawi dalam sanad

    2) mempelajari biografi dan aktifitas keilmuan setiap perawi 3)

    meneliti kata-kata yang menghubungkan perawi dengan perawi

    terdekat dalam sanad (perawi diatas atau dibawahnya) untuk

    memastikan bahwa satu perawi pernah bertemu dengan perawi

    sebelumnya24

    b. (Perawi Bersifat Adil)

    Orang yang terkenal adil, religius tidak fasiq dan senantiasa

    menjaga cintranya, metode kritik yang dapat digunakan untuk dapat

    menentukan keadillan perawi sebagai berikut: 1) popularitas

    24-. Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadits,hlm. 184

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    11/26

    11

    kemuliaan dan keutamaan perawi dikalangan ulama hadits 2) penilaian

    dari kritikus perawi yang mengungkap aspek kelebihan dan

    kekurangan yang ada pada rawi yang bersangkutan 3) penerapan

    kaidah al-jarh wa tadil yang dipakai ketika kritikus perawi tidak

    sepakat dalam menilai kualitas seorang perawi.25

    Al-jarh (mengungkkap kecacatan seorang perawi) penetapan

    tentang kecacatan perawi juga dapat ditempuh melalui, pertama,

    berdasarkan berita tentang ketenarannya sebagai orang yang cacat.

    Kedua, berdasarkan tajrih dari orang yang adil yang telah mengetahui

    kenapa dia dinilai cacat. Ini menurut pendapat yang dipegang

    muhaddisin. Sedangkan menurut fuqaha, sekurangnya harus di-tajrih

    oleh orang yang adil26

    Tadil (menganggap adil seorang perawi) adalah memuji perawi

    dengan sifat-sifat yang dapat membuatnya dinilai adil, yakni sifat yang

    dijadikan dasar-dasar penerimaan riwayat. Keadilan perawi tersebut

    dapat diketahui dengan cara: Pertama, terkenal sebagai orang yang adil

    di kalangan ilmuwan, seperti Anas bin Malik, al-Syafii, dsb. Kedua,

    pujian dari orang yang adil, yakni ditetapkan sebagai adil oleh orang

    yang adil, yakni perawi yang di-tadil-kan belum dikenal sebagai

    perawi yang adil.27

    Salah satu cara mengetahui Jarh wa Tadil yaitu dengan

    mengetahui martabat Jarh wa Tadil beserta dengan lapaz-lapaznya

    sedangkan menurut Ibn Abi Hatim dalam pembukaan kitabnya Jarh

    Wa Al-Tadil membagi martabat (tingkatan) Jarh wa al-Tadil kepada

    empat martabat. Kemudaian ulama yang lain menambahkan dua

    tingkatan dari tingkatan Jarh wa al-Tadil, sehingga jumlah tingkatan

    Jarh wa al-Tadil ada enam berseta lafalnya:28

    25Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadits,hlm. 185

    26Bahrul maani, al-Jarh WaTadil: Upaya Menghindari Skeptis dan Hadits Palsu Media

    Academika,2 (April, 2010), hlm 98.27

    Bahrul maani, al-Jarh WaTadil: Upaya Menghindari Skeptis, hlm. 104

    .-

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    12/26

    12

    1) Martabat al-Tadil dan lafaz-lafaznya

    a) Menunjukkan atas mubalagatun fi al-tsausiik atau atas wazan

    : . Dan ia lebih meninggikannya. Contoh

    atau

    b) Dikuatkan dengan satu sifat atau dua sifat dari sifat-sifat

    (yang menguatkan/mengokohkan)

    c) Diterangkan dengan sifat yang menunjukkan atas dari

    selain seperti atau

    d) Menunjukkan atas selain terkenal dengan ke-Dhabit-an

    seperti (tempatnya sidiq) atau . sesungguhnya

    jika ibnu muayyin mengatakannya terhadap seorang

    perawi maka perawi tersebut termasuk Tsikoh.

    e) Tidak ada padnya tanda atau contoh : atau

    f) Tidak dengan dari tarjih contoh:

    2) MartabatJarh dan lafaznya

    a) Menunjukkan kelemahan contoh:

    b) Menampakkan ketiadaan bukti atau yang serupa, contoh

    c) Menampakkan tidak ada tulisan hadisnya atau yang semisal,

    contoh

    d) Adanya kehawatiran seperti bohong atau sejenisnya contoh

    e) Menunjukkan sifat kizb dan semisalnya contoh

    f) Menunjukkan atas mubalagatu al-kizb. (sangat bohong) conto

    c. (Perawi bersifat dhabit)

    Antara dhabit dan adalah ini harus di penuhi oleh perawi. Dengan

    Adalah, kejujuran perawi dapat diketahui dan dengan Dabt ,

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    13/26

    13

    kecerdasan perawi dapat pula diketahui Jika dua-duanya terpenuhi,

    maka perawi sudah bisa dikatakan thiqah.

    d. (Terhindar dari syadz)

    Pengertian hadits syadz. Imam Syafi dalam merumuskan definisi

    hadits syadz mengatakan, hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan

    oleh orang tsiqah, berbeda dengan hadits yang diriwayatkan oleh

    banyak orang yang semuanya tsiqah. syadz hadits dapat diketahui

    dengan cara:

    1) Semua sanad hadits yang memiliki matan yang pokok masalahnya

    sama dikumpulkan dan kemudaian dibandingkan

    2) Perawi-perawi dalam setiap sanad diteliti kualitasnya

    3) Apabila dari seluruh perawi tsiqah ternyata ada seorang perawi

    yang sanadnya menyalahi sanad-sanad yang lain maka dimasukkan

    sebagai sanad yang syadz

    4) Terhindar dari illat29

    e. (terhindar dari illat)

    Yang dimaksud illatadalah faktor pencacat dalam sebuah hadis,

    yang tersembunyi, yang mana secara zahir, Illatpada pada sanad akan

    berdampak pada kecacatan sanad. Contohnya hadits yang diriwayatkan

    oleh Yala bin Ubaid al-Tanafisi dari Sufyan al-Thauri dari Amr bin

    Dinar dari Ibn Umar. Di sini Abu Yala salah dalam menyebut

    Abdullah bin Dinar dengan Amr bin Dinar30

    2. (Kritik Internal)

    Adapun dalam melakukan kritik matan hadits

    1. (terlepas dari syadz).

    Syadz pada matan didefinisikan dengan adanya pertentangan

    atau ketidaksejalanan riwayat seorang perowi yang menyendiri dengan

    seorang perowi yang lebih kuat hafalan/ ingatannya

    29Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadits,hlm.186

    30

    Athoillah Umar,Budaya Kritik Ulama Hadits, Analisa Historis Hadits dan Praktis,

    JurnalMutawatir, hlm. 149-150

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    14/26

    14

    2. (terbebas dari illat)

    Illat pada matan hadits didefinisikan sebagai suatu sebab

    tersembunyi yang terdapat pada matan hadits yang secara lahir tampak

    berkualitas shahih. Atau fakta penyebab yang tersembunyi

    keberadaannya yang menjadikan hadits yang semula shahih derajatnya

    menjadi jatuh derajatnya dan dinyatakan tidak shahih, dikatakan

    tersembunyi dikarenakan bagi pemerhati hadits yang belum

    profesional dan kurang penjelajahan medan hadits akan sulit

    mengetahuinya.31

    Kalau terhindar dari illatdan terhindar dari syadz sebagai kaidah

    mayor kesahihan matan hadits, maka yang dimaksud dalam kaidah

    tersebut adalah terhindar dari kerusakan lafal termasuk katagori illat,

    terhindar dari kerusakan makna masuk kategori syadz

    Kriteria yang diajukan al-Syafi menyangkut kerusakan makna

    terkait dengan cacat lafal dan cacat makna. Dengan terjadinya cacat makna

    (syadz), matan hadits dinyatakan tidak sahih. Menurut al-Syafi, terjadinya

    kerusakan makna karena terjadi kerusakan padalafala taumatan. Menurut

    al-Sakhawi, terjadinya kerusakan pada periwayat al-tsiqah karena ada

    ziyadah (tambahan) atau naqs (pengurangan).32

    E. Indikator Keshahihan Matan Hadits Menurut Salahuddin al-Adlabi

    Di dalam menentukan keshahihan matan suatu hadits para ulama telah

    melakukan penelitian dan kritik secara seksama terhadap matan-matan hadits

    sehingga didapatkan beberapa indikataor yang dapat dijadikan tolak ukur

    dalam menentukan sebuah matan hadits itu shahih.

    Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan indikator hadits itu

    dikatakan shohih. Sedangkan menurut al-Adlabi menetapkan beberapa

    indikator dalam menentukan keshahihan matan yaitu:33

    31 Salamah Nurhidayati, Kritik Teks Hadits, Kritik Tentang ar-Riwayah bi al-Mana Dan

    Implikasinya Bagi Kualitas Hadits, Cet,1 (Yogyakarta: Teras, 2009) ,hlm. 78-7932

    Mahsyar Idris, Telaan Kritis Terhadap Syaz Sebagai, hlm.33

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    15/26

    15

    a) )( Tidak bertentangan dengan al-Quran al-Karim

    Hadits merupakan penjelas bagi al-Quran, tentunya sebagai

    penjelas hadits tidak akan bertentangan dengan al-Quran, apabila berbeda

    dengan al-Quran maka ia tidak termasuk kalam nubuah sebagaimana

    firman Allah dalam al-Quran Q.S. Yunus (10) : 15)34

    adapun perbedaan

    hadits dengan al-Quran bisa terjadi salah satunya pada riwayat-riwayat

    tentang ketuhanan sebagaimana hadits berikut.

    .

    . .

    .

    .

    !:. .""

    "

    "

    :

    .

    "

    "

    :

    .".

    "

    Diriwayatkan dari Imam Muslim, dari Muawiyah Bin al-Hakam

    as-Sulamiy, ia berkata akau mempunyai seorang budak wanita yang

    menggembalakn kambingku kearah gunumg Uhud dan Juwainah, pada

    suatuhari aku memantaunya, tiba-tiba ada seekor serigala yang membawa

    lari seekor kambing yang digembalakannya. Aku sebagaimana manusia

    biasa pun marah sebagaimana orang yang lain marah,namun aku telah

    menamparnya, lalu aku datang kepada rasulullah SAW. Beliupun

    menganggap besar apa yang telah saya lakukan. Kau berkata wahai

    rasulullah apakah kau harus memerdekakannya. Beliau menjawab

    bawalah wanita itu padaku, akupun membawanya kepada beliau, lalu

    beliau bertanya kepada budak wanita itu: dimanakah Allah? Ia menjawab,

    dilangit ; beliau bertanya lagi, siapakah aku? Ia menjawab; engkau

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    16/26

    16

    adalah utusan Allah. Beliaupun bersabda: bebaskanlah sesungguhnya ia

    seorang wanita yang beriman

    Selain itu hadits yang diriwayatkan oleh Malik, Ahmad, Abu

    Dawud dan an-Nasai semuanya seperti perkataan budak perempuan

    tersebut. Yaitu dimanakah Allah?35

    hadits tersebut tidak relevan dengan

    firman Allah SWT36

    )

    )

    : (

    (

    Hadits di atas selain bertentangan dengan al-Quran juga

    mencerminkan perkataan bukan orang mukminah, perkataan yang

    menganggap bahwa tuhan berada di langit merupakan dalil iman bagi

    musrik dan sedemikian itu merupakan keyakinan orang musyrik arab.

    b) ( ) Tidak bertentangan dengan hadits

    yang lebih shahih dan sirah nabawiyah

    Selain disandarkan kepada al-Quran yang memiliki hukum yang

    QhatI, kritik matan hadits juga diuji dengan menyandarkan sebuah hadits

    dengan hadits yang lebih shahih/ lebih kuat. Adapun contoh dari haditsyang bertentangan dengan hadits yang lebih kuat/sahaih yaitu

    37

    Hadits di atas ditolak karena bertentangan dengan hadits yang lebih

    shahih yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar,

    Imam Bukhari telah mengutip hadits ini pada empat tempat dari hadits

    shahihnya, yaitu pada kitab as-Shahih pada pembahasan babu ma yadu

    an-nas bi abaihim ini juga dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan

    oleh abu dawud sbb.38

    .36

    Q.S. Asy-Syura(42) :11

    -.

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    17/26

    17

    :

    Adapun hadits yang bertentangan dengan sirah nabawiyah haruslah

    ditolak sebagaimana hadits berikut ini.

    Adapun dari yang telah diketahui sejarah isra dari hadits di atas

    berbeda dengan shirah nabawiyah menurut hadits di atas isra terjadi

    sebelum hijarah.

    Dan sejarah isra yang sudah disepakati pada tahun ke 10 sebelum

    visi kenabian, dan semua sepakat bahwa shalat diwajibkan setelah nabi

    Muhammad SAW Isra. Oleh karena itu maka hadits tersebut tertolak

    dikarenakan fakta bahwa sholat belum diwajibkan sebelum ditunkannnya

    wahyu.39

    c) )( Tidak bertentangan dengan akal, indra atau

    sejarah.

    Akal dapat digunakan sebagai penilai hadits nabi karena akal

    mampu membedakan antara hak dan yang batil, begitu juga dengan

    penglihatan dan sejarah. Adapun hadits yang bertolak belakang dengan

    akal conthnya hadits berikut.40

    :

    .

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    18/26

    18

    Yang menjadikan keraguan dalam hadits tersebut karena ada niat

    dalam memberi nama muhammad, bahwasanya dengan memberikan nama

    muhammad tidak akan berpengaruh kepada jenis kelamin janin apakah dia

    laki2 atau perempuan. Begitu juga dengan kedua hadits berikut ini.

    :

    Dari abu hurairah R.A berkata: rasulullah SAW bersabda tidak

    akan fakir suatu rumah yang padanyaterdapat namaku

    :

    Dari Abi Imamah al-Bahili berkata: Rasulullah SAW bersabda

    barang siapa yang melahikan anak dan ia memberi nama Muhammad,

    maka dia dan anaknya akan masuk surga

    Hadits diatas bertentangan dengan akal bahwa seseorang akan kaya

    (tidak fakir) jika ia bekerja atau berusaha, jadi tidak mungkin dengan

    adanya nama muhammad dalam suatu rumah ia akan terjamin dari fakir

    tanpa berusaha, dan begitu juga dengan masuk surga, seseorang akan

    masuk kedalam surga atau tergantung amalnnya atau bagaimana ia

    menjalani hidup.

    Selain akal, indra juga adalah bekal untuk dapat membedakan

    antara yang benar dan yang salah, termasuk dalam menilai hadits apakah

    hadits tersebut bisa diterima atau tidak. Adapun contoh hadits yang

    bertentangna dengan akal sebagaimana hadits berikut ini41

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    19/26

    19

    Hajar aswad adalah batu yang bersal dari dunia bukan dari surga

    sebagaimana keterangan hadits di atas. Hajar aswad adalah tanda untuk

    memulai tawap disekitar kabah. Dan dia adalah batu yang dengannya

    Nabi Ibrahim membangun kabah, adapun rasulullah SAW mengusap

    hajar al-Aswaddan menciumnya, karena menciumnya termasuk kedalam

    rukun yamani dan dia termasuk Qawaid (pondasi) Nabi Ibrahim,

    demikianlah penglihatan sahabat terhadap penyaksian langsungnya.

    Sedangkan penerapan sejarah sebagai salah satu tolok ukur kritik

    matan hadis terapkan secara mutlak baik terhadap hadis-hadis yang

    tercantum dalam kitab-kitab hadis yang mutabar ataupun sebagai

    sanggahanterhadap kritik yang keliru, Hal tersebut dapat dilihat sebagai

    pada kritik matan hadits Sebagai mana yang dikutip al-Adlabi dalam

    Shahih muslim.42

    42 Tasbih, Analisis Historis Sebagai Instrumen Kritik Matan Hadits, 1 (Jurnal al-Ulum, Juni

    2011), hlm.160

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    20/26

    20

    (Imam Muslim berkata) Abbas bin Abd al-Azhim al-Anbari

    dan Ahmad bin Jafar al-Maqari telah menceritakan kepada kami,

    keduanya berkata al-Nadr bin Muhammad al-Yamani telah

    menceritakan kepada kami (dia berkata: Ikrimah telah menceritakan

    kepada kami (ia berkata) Abu Zumayl telah menceritakan kepada

    kami (ia berkata) Ibn Abbas telah menceritakan kepada saya: orang-

    orang Islam tidak mau memandang kepada Abu Sufyan dan tidak mau

    duduk bersamanya. Abu Sufyan lalu berkata kepada Nabi SAW

    Wahai Nabi Allah, berilah saya (persetujuan tentang) tiga hal .

    Nabi menjawab: Ya (saya menyetujuinya). Abu Sufyan berkata: Saya

    adalah orang Arab yang terbaik dan terbagus yang memiliki puteri

    bernama Ummu Habibah bint Abu Sufyan, saya ingin

    mengawinkannya dengan anda. Nabi menjawab: Ya, saya menyetu-juinya.

    Abu Sufyan lalu berkata: Dan demikian pula Muawiyah, jadikanlah

    ia sebagai (salah seorang) sekretaris pribadi anda. Nabi menjawab: Ya,

    saya menyetujuinya. Abu Sufyan berkata lagi: Dan anda perintahkan

    untuk memerangi orang-orang kafir sebagaimana saya pernah

    memerangi orang-orang Islam. Nabi menjawab: Ya, saya menyetujuinya

    Hadits ini bertentang dengan sejarah pada persoalan perkawinan

    Ummu Habibah dengan Nabi SAW., dinyatakan ketika Abu Sufyan telah

    memeluk Islam, padahal dalam catatan sejarah, Abu Sufyan baru memeluk

    Islam pada peristiwa Fath Makkah tahun 8 H., adapun pernikahan Nabi

    SAW. satu atau dua tahun sebelum itu sudah terjadi. Dalam berbagai

    sumber disebutkan bahwa pernikahan Nabi SAW. dilangsungkan tahun 7

    H. Ketika itu Ummu Habibah bint Abu Sufyan berstatus janda, pernikahan

    dilaksanakan dengan mahar 400 dinar atas biaya dari Raja Abyssinia.

    Setelah dilangsungkan pernikahan, Ummu Habibah lalu diboyong ke

    Madinah .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    21/26

    21

    Setibanya di Madinah, Abu Sufyan segera mengunjunginya sambil

    membawa hadiah perkawinan, ketika Abu Sufyan telah berada dalam

    rumah Ummu Habibah, serta merta tikar tempat duduk Nabi SAW

    digulungnya. Abu Sufyan dengan tersinggung lalu bertanya kepada Ummu

    Habibah kenapa berlaku demikian terhadapnya. Ummu Habibah menjawab

    bahwa tikar ter-sebut adalah tempat duduk Nabi SAW., sedangkan Abu

    Sufyan adalah orang musyrik dan karenanya najis. Mendengar penuturan

    puterinya, Abu Sufyan murka dan berkata kepada Ummu Habibah:

    Engkau telah dirasuki penyakit jahat, puteriku!. Dengan perasaan kesal,

    Abu Sufyan lalu meninggalkan rumah Ummu Habibah.

    Dari keterangan di atas, tampak bahwa kandungan matan hadis

    yang diriwayatkan oleh Muslim tidak relevan dengan realitas sejarah. Oleh

    karena itu, karena tidak memenuhi salah satu kaidah minor kesahihan

    matan hadis, maka hadis tersebut dinyatakan daif, bahkan ada yang

    menilainya mawdu43

    d) ) menunjukkan) sabda kenabian

    Selain indikator di atas menurut al-Adlabi hadits haruslah

    menunjukkan sabda kenabian, jika tidak maka hadits tersebut bisa ditolak

    sebagaimana hadits berikut ini.

    Menurut imam Turmuzi hadits ini gharib sedangkan Qadi Abu

    Bakar Ibnu Arabi Berpendapat bahwasanya perkataan

    ini bermasalah (musykil), dan jauh dari keshahihan

    hadits.44

    43

    Tasbih,Analisis Historis Sebagai Instrumen Kritik Matan Hadits

    , 162

    .

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    22/26

    22

    F. Istilah-Istilah Matan Hadits Bermaslah

    Ada beberapa istilah dalam ilmu hadits yang mengidentifikasikan

    bahwa matan hadits tersebut adalah bermasalah. Sehingga tingkat kesahihan

    suatu hadits menjadi terkurangi dan bahkan hilang sama sekali. Berikut ini

    istilah istilah tersebut, diantaranya:45

    1. Syadz fi Al-Matan (dalam matan) Adalah satu hadits yang diriwayatkan

    perawi tsiqah, akan tetapi ada perawi lain yang lebih tsiqah darinya yang

    meriwayatkan hadits sama, dengan adanya penambahan atau pengurangan

    pada matannya.

    Contoh:

    Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum.

    Redaksi hadits ini dengan beberapa jalur periwayatannya adalah

    adalah dengan menggunakan kalimat. Namun berdasar riwayat yang

    berasal dari Musa bin Ulai bin Rabah dari ayahnya dari Uqbah bin Amir

    dengan menambahan kata

    2. Mudhtharrib fi Al-Matan. Yaitu satu hadits yang periwayatannya saling

    berbeda satu dengan yang lain; yang syarat penerimaannya sama kuatnya.

    Sementara itu masing masing hadits tersebut saling berbeda dari setiap

    sudut pandangnya, yang tidak bisa di jamakkan, dinasakh dan tidak pula

    dapat ditarjih contoh:

    Bahwasanya dalam harta ada hak lain selain zakat

    Sedangkan Ibnu Hibban meriwayatkan hadits ini dengan

    menggunakan redaksi yang bertentangan dengan redaksi hadits di atas:

    45

    Masturi Irham: Kritik Matan: Sejarah dan Perkembangnnya, Jurnal Mutawatir, 2 (Juli-Desember 2013), hlm. 250-252

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    23/26

    23

    Bahwasanya dalam harta tidak ada hak lain selain zakat

    3. Maqlub fi al-Matan Yaitu jika dalam matan suatu hadits terdapat

    perubahan dengan mengganti kata lain dari aslinya, atau dengan

    mendahulukan kata yang seharusnya berada di belakang atau sebaliknya

    contoh:

    Jika salah satu dari kalian bersujud maka janganlah seperti

    menderumnya unta. Sebaiknya mendahulukan tangannya baru kemudian

    kedua lututnya

    Sementara dalam riwayat Ibnu Hibban dalam kitab Shahih nya

    disebutkan dengan menggunakan redaksi,

    :

    Aku melihat jika nabi saw bersujud, maka beliau meletakkan kedua

    lututnya sebelum kedua tangannyaG. Al-Adlabi dalam Kritik Matan dan Ulama Yang Lain

    Salahuddin al-adlabi adalah seorang pemerhati hadits yang lebih banyak

    menganalisa hadits dari segi matan, hal ini dikarenakan pada masanya kritik

    matan kurang mendapat perhatian dari kalangan ulama, sebagaimana yang

    disampaikan al-Adlabi dengan mengutip beberapa pendapat seperti pendapat

    Abu Riyyah dan Ahmad Amin dalam kitbnya Fajrul Islam.

    Selain itu Al-Adlabi dengan ulama dalam menentukan keshahihan matan

    hadits mereka bersepakat pada ketentuan umum (premis mayor) dan berbeda

    dalam menentukan indikator (premis minor) keshohihan matan hadits,

    menurut al-Adlabi indikator keshahihan matan hadits ada empat bagian

    sebagaimana yang sudah disebutkan di atas.

    Sedangkan menurut ulama yang lain seperti Imam Ghazali misalnya

    membagi indikator keshahihan kritik matan menjadi lima bagian juga yaitu:

    Pertama, Hadits tidak bertentangan dengan al-Quran, kedua, hadits tidak

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    24/26

    24

    bertentangan dengan rasio, ketiga, hadits tidak bertentangan dengan hadits

    yang lebih shahih, keempat, hadits tidak menyalahi fakta-fakta sejarah46

    Berbeda dengan al-Adlabi dan al-Ghazali, Ibnu Qayyim al-Jauziah

    menetapkan tiga belas kreteria dalam mendeteksi kepalsuan matan hadits

    yaitu:pertama, kanduangnnya memuat perkataan yang tidak mungkin berasal

    dari nabi, kedua, kandungnnya bertolak belakang dengan indra perasaan,

    ketiga, kandungan matan hadits memuat ajaran yang hina dan tercela,

    keempat, kandungannya bertentangan dengan sunnah yang jelas, kelima,

    menerangkan bahwa nabi telah melakukan sesuatu dengan jelas yang dihadiri

    oleh semua sahabat namun mereka sepakat untuk menutupinya, keenam,

    kandungannya batil, ketujuh, kalimatnya tidak serupa dengan kalam nabi,

    kedelapan, kandungan hadits berisi tentang penanggalan sebagai presiksi atas

    peristiwa tertentu, kesembilan, ungkapan hadits yang lebih menyerupai ucapan

    tabib atau pedagang, kesepuluh, hadits-hadits yang memuat ungkapan akal

    adalah dusta, kesebelas, kandungan hadits batal berdasarkan fakta-fakta

    ilmiah, kedua belas, hadits yang andungnnya bertentangan dengan ayat al-

    Quran yang jelas, ketiga belas, hadits yang lafalnya rancu dan buruk

    maknanya sehingga ditolak oleh tabiat dan akal.47

    Dari indikator atau kreteeria yang ditetapkan di atas jelaslah bahwa ulama

    sama-sama bertujuan untuk menentukan mana matan hadits yang shahih dan

    tidak shahih, mereka hanya berbeda dalam memberikan perincian indikator

    keshahiahan matan hadits. Menurut penulis kreteria yang dijabarkan al-Jauzi

    sudah tercakup pada indikator yang dirincikan al-Adlabi sedangkan perincian

    yang diberikan al-Ghazali masih kurang dibandingkan yang dirincikan oleh al-

    Adlabi, sehingga yang sistematis dan lengkap menurut penulis yaitu indikator

    keshahihan matan hadits yang dirincikan oleh al-Adlabi sendiri.

    46 Thoha Saputro, Kritik Matan Hadits Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah

    dan Muhammad al-Ghazali, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 5147

    Thoha Saputro,Kritik Matan Hadits Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah

    dan Muhammad al-Ghazali, hlm.37-38

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    25/26

    25

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Salahddin ibn Ahmad al-Adlabi atau Lebih dikenal dengan nama

    Salahuddin al-Adlabi lahir di madinah pada tahun 1367 H/1948 M. ia

    mendapatkan gelar doktor di bidang Ulum al-Islamiyah wa al-Hadits di dar al-

    Hadits dengan predikat Hasan Jiddan pada tahun 1401 H/1980 M. ia sebagai

    dosen pada beberapa fakultas. Al-Adlabi merupakan ulama Shalaf abad 19 M. ia

    banyak memberikan kontribusi dengan pandangannya terhadap permasalahan-permasalahan agama dari pepspektif hadits yang berkaitan dengan matan, ia

    dikenal dengan karyanya yang berjudul Manhaj Naqd al-Matan ind Ulama al-

    Hadits al-Nabawi.

    Metode kritik hadits untuk mengetahui kualitas keshahihan hadits,

    dilakukan dengan atau melalui kritik matan dan kritik sanad adapun syarat syarat

    yang harus dipenuhi supaya diterima yaitu; segi sanad ( Sanad

    Bersambung) (Perawi Bersifat Adil), (Perawi

    bersifat dhabit), (Terhindar dari syadz),

    (terhindar dari illat). Sedangkan dari segi matan sudah termasuk pembahasan pada

    kritik sanad yaitu (Terhindar dari syadz),

    (terhindar dari illat). Selain itu harus memenuhi indikator yang menurut al-Adlabi

    jumlahnya ada empat.

    Kritik matan sudah ada semenjak masa sahabat, sebagai contoh kritik

    matan yang dilaukan oleh aisyah terhadap hadits yang disampaikan oleh ibnu

    abbas, Selain itu aisyah juga mengkritik hadits yang diriwayatkan oleh Imam

    Muslim yang mengatakan batal shalat sesorang jika wanita, anjing dan keledai

    lewat didepannya. Kritik matan hadits juga pernah dilakukan oleh Umar terhadap

    seorang wanita yang bernama Fatimah binti Qays begitu juga pada masa tabiin

    dan pada eraAtba-at-Tabiin.

  • 7/24/2019 makalah Hadits Revisi.pdf

    26/26

    26

    Daftar Fustaka

    al-Quran al-Karim

    Bustamin, M. Isa H.A.Salam, Metodologi Kritik Hadits,Cet.1, Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada, 2004

    Idris, Mahsyar. Telaan Kritis Terhadap Syaz Sebagai Unsur Kaidah Kesahihan

    Matan Hadits, al-Fikr, 2012

    Irham, Masturi. Kritik Matan: Sejarah dan Perkembangnnya, Jurnal Mutawatir,

    2 Juli-Desember 2013

    Maani, Bahrul. al-Jarh WaTadil: Upaya Menghindari Skeptis dan Hadits

    PalsuMedia Academika,2 April, 2010Nurhidayati, Salamah. Kritik Teks Hadits, Kritik Tentang ar-Riwayah bi al-

    Mana Dan Implikasinya Bagi Kualitas Hadits, Cet,1 Yogyakarta:

    Teras, 2009

    Saputro, Thoha. Kritik Matan Hadits Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Qayyim

    al-Jauziyah dan Muhammad al-Ghazali, Skripsi, Yogyakarta: UIN

    Sunan Kalijaga, 2008

    Sumbulah, Umi. Kajian Kritis Ilmu Hadits, Cet.1, Malang: UIN Maliki Press,

    2010

    Sumbulah, Umi. Kritik Hadits Pedekatan Pendekatan Historis Metodologis, cet,1.

    Malang:UIN Malang Press, 2008

    Syaroni, Usman. Otentisitas Hadits Menurut Ahli Hadits dan Kaum Sufi,Cet.1Jakarta:Pustaka Firdaus, 2002.

    Tasbih, Analisis Historis Sebagai Instrumen Kritik Matan Hadits, 1 Jurnal al-

    Ulum, Juni 2011

    Umar, Athoillah. Budaya Kritik Ulama Hadits, Analisa Historis Hadits dan

    Praktis, Jurnal Mutawatir, 1 Januari-Juni, 2011

    Yudistira, Biografi Salahudin Ibn al-adlabi,

    http://yudhistirasenangberkarya.blogspot.com/2013/11/biografi-

    salahuddin-ibn-ahmad-al-adlabi.html, diakses tanggal 03 April 2015.