Makalah Hadits Dan Sunah

40
SUMBER AJARAN ISLAM AL-HADITS Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh : Novita Deni 141411021 Oktavia Reni N. 141411022 R. Sabrina N. 141411024 D3-Teknik Kimia 1A Mata Kuliah Umum

description

PAI

Transcript of Makalah Hadits Dan Sunah

SUMBER AJARAN ISLAM AL-HADITSMakalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

Novita Deni141411021Oktavia Reni N.141411022R. Sabrina N.141411024

D3-Teknik Kimia 1A

Mata Kuliah UmumPOLITEKNIK NEGERI BANDUNGJalan Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234Bandung 400122015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Sumber Ajaran Islam Al-Hadits ini secara tepat waktu.Al-Hadits merupakan salah satu sumber ajaran islam yang sering digunakan dan dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian Al-Hadits secara umum adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan serta persetujuan dari nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum dalam agama Islam. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Terakhir, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.

Bandung, Maret 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam hukumIslam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelahAl-Qur`an.Penetapan hadits sebagai sumber kedua ditunjukan oleh tiga hal, yaitual-Qur`an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Dalam Al-Quran ditekankan bahwa Rasulullah SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS.16:44). Karena itu apa yang disampaikan Nabi Muhammad harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai Rasul harus diteladani oleh kaum muslimin. Sejak masa sahabat sampai hari ini para ulama telah bersepakat dalam penetapan hukum didasarkan juga kepada sunnah Nabi, terutama yang berkaitan dengan petunjuk operasional. Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa Al-Qur`an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Karena itu, keabsahan hadits sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima. Diantara ayat-ayat yang menjadi bukti bahwa hadits merupakan sumber hukum dalam Islam adalah sebagai berikut : (80)"Barangsiapa yang mentaati Rosul, maka sesungguhnya dia telah mentaati Alloh"(An- Nisa': 80)Dalam ayat lain Allah berfirman : (7)"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah"(QS. Al-Hasyr : 7)

Dalam Q.S AnNisa' 59, Allah berfirman : (59)"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembali kanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)"Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak cukup hanya berpedoman pada al-Qur'an dalam melaksanakan ajaran Islam, tetapi juga wajib berpedoman kepada hadits Rasulullah SAW. Hal ini juga ditegaskan oleh SyaikhAl-Albani bahwasyari'atIslam bukan hanya al-Qur'an saja,melainkan juga As-Sunnah. Barang siapa hanya berpegang pada salah satunya, maka sama dengan tidak berpegang dengan keduanya, karena Al-Qur'an memerintahkan untuk berpegang juga pada As-Sunnah demikian pula sebaliknya. (manzilatus sunnahfil Islam, hal:14, MaktabahSyamilah).1.2 Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber ajaran Islam terutama Al-Hadits 2. Untuk memahami materi tentang Hadits & Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam3. Untuk memahami kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam

1.3 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan Hadits dan As Sunnah ?2. Bagaimana kedudukan Hadits terhadap Al-Quran ?3. Apa saja macam-macam Sunnah ?4. Apa saja tingkatan Hadits ?5. Apa saja istilah-istilah dalam ilmu hadits ?6. Bagaimana sejarah penulisan hadits ?7. Apa saja kitab-kitab hadits ?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadits dan SunnahPengertian Hadits, Pengertian Al Hadits yang dikemukakan oleh Jumhurul-Muhadditsin ialah: Ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan ( taqrir) dan yang sebagainya. ( Manhaj Dzawin Nadhar, Muhammad At-Tarmusy, hal; 7).Tarif ini mengandung empat macam unsur, yakni perkataan, perbuatan, pernyataan, dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad SAW yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada beliau saja, tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabiiy.Pengertian Sunnah jika dipandang dari sudut etimologi atau bahasa, sunnah berarti metode atau jalan. Hal ini dapat disimpulkan dari hadits Rasulullahshallallahu alaihi wasallamyang berbunyi, Barang siapa yang mencontohkan jalan yang baik di dalam Islam, maka ia akan mendapat pahala dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang mencontohkan jalan yang jelek, maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.(HR. Muslim: 2398)Makna lain dari sunnah secara bahasa adalah kebiasaan, syariat, contoh terdahulu, dan adat. (Nuryusmansyah, tt)2.2 Kedudukan Hadits terhadap Al-QuranHadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-Quran sebagai mana disebutkan dalam sabda Rasulullah :Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa dengannya yakni As-Sunnah (H.R. Abu Dawud no.4604 dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130)Sudah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin pada generasi awal, bahwa As-Sunnah merupakan sumber kedua dalamsyariat Islam di semua sisi kehidupan manusia, baik dalam perkara ghaib yang berupa aqidah dan keyakinan, maupun dalam urusan hukum, politik, pendidikan dan lainnya. Tidak boleh seorang pun melawan As-Sunnah dengan pendapat, ijtihad maupun qiyas. Imam Syafiirahimahullah di akhir kitabnya, Ar-Risalah berkata:Tidak halal menggunakan qiyas tatkala ada hadits (shahih).Kaidah Ushul menyatakan:Apabila ada hadits (shahih) maka gugurlah pendapat, dan juga kaidahTidak ada ijtihad apabila ada nash yang (shahih).Dan perkataan-perkataan di atas jelas bersandar kepada Al-Quran dan As-Sunnah.Dengan demikian, maka hadits Nabi Muhammad SAW berkedudukan sebagai sumber hukum Islam kedua setelah al-Quran. Hal ini sesuai dengan firman-Nya : Apa yang diperintahkan rasul, maka laksanakanlah, dan apa yang dilarang Rasul, maka hentikanlah.(QS. al-Hasry : 7).

2.3 Macam-macam Sunnah

A. Sunnah FiliyyahSunnah filiyah adalah perbuatan nabi yang berdasarkan tuntunan rabbani untuk ditiru dan diteladani yang kemudian dinukilkan oleh para sahabat. Seperti :Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat saya melaksanakan shalat ( HR Bukhari dan Muslim). Artinya : Ambillah daripadaku cara cara mengerjakan haji ( HR Muslim ).B. Sunnah QauliyyahSunnahqauliyah merupakan perkataan atau sabda Rasulullah SAW yang di dalamnya menerangkan hukum-hukum agama dan maksud Al-Quran yang berisi peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan, dan akhlak. Sunnah qauliyah ini juga dinamakan khabar, hadits, atau sunnah. Salah satu contohnya ialah hadits yang diriwayatkan Umar bin Khattabradhiyallahu anhu. Dia menceritakan bahwa ia mendengar Rasulullahshallallahu alaihi wasallambersabda: Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan.(HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)Sunnah qauliyah pun terbagi menjadi tiga tingkatan;1. Sunah qauliyah yang jelas dan pasti kebenarannya dari Allah melalui Rasul dan diriwayatkan secara mutawatir.2. Sunah qauliyah yang diragukan kebenarannya atau kesalahannya, karena tidak bisa membedakan mana yang kuat, benar atau salah, orang yang meriwayatkan diragukan kejujuran dan keadilannya, dst3. Sunah qauliyah yang dianggap tidak benar sama sekali, seperti tidak masuk akal, khabar yang menyalahi atau bertentangan dengan khabar mutawatir, dst.C. Sunnah Taqririyah

Sunnah taqririyah merupakan pengakuan nabi dengan tidak mengingkari sesuatu yang diperbuat oleh seorang sahabat ( orang tunduk dan mengikuti syara ) ketika dihadapan nabi atau diberitakan kepada beliau, lalu nabi sendiri tidak menyanggah, tidak menyalahkan atau juga tidak menunjukkan bahwa beliau meridhainya.Perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu hukumnya sama dengan perkataan dan perbuatan Nabi SAW sendiri yaitu dapat dijadikan hujjah ( ketetapan hukum), seperti ketika sahabat melakukan shalat dibani Quraidhah, Nabi bersabda : Artinya : Janganlah melaksanakan shalat seseorang diantara kalian kecuali di Bani Quraidhah.Pemaknaan hadits ini oleh kalangan sahabat dimaknai beragam, ada sahabat yang tidak shalat ashar kecuali setelah mereka sampai di Bani Quraidhah, sebagian lagi memahami hadits tersebut mengharuskan segera shalat ashar, agar setelah shalat segera sampai di bani Quraidhah.

2.4 Tingkatan Hadits

A. Hadits ShahihMenurut Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Nukhbatul Fikar, yang dimaksud dengan hadits shahih adalah Hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan tidak janggal. Dalam kitab Muqaddimah At-Thariqah Al-Muhammadiyah disebutkan bahwa definisi hadits shahih itu adalah Hadits yang lafadznya selamat dari keburukan susunan dan maknanya selamat dari menyalahi ayat Quran.

Syarat-Syarat Hadits Shahih: Rawinya bersifat adil, artinya seorang rawi selalu memelihara ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat, menjauhi dosa-dosa kecil, tidak melakukan perkara mubah yang dapat menggugurkan iman, dan tidak mengikuti pendapat salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara Sempurna ingatan (dhabith), artinya ingatan seorang rawi harus lebih banyak daripada lupanya dan kebenarannya harus lebih banyak daripada kesalahannya, menguasai apa yang diriwayatkan, memahami maksudnya dan maknanya Sanadnya tiada putus (bersambung-sambung) artinya sanad yang selamat dari keguguran atau dengan kata lain, tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan menerima langsung dari yang memberi hadits. Hadits itu tidak berillat (penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshahihan suatu hadits) Tidak janggal, artinya tidak ada pertentangan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajin daripadanya.

B. Hadits HasanSecara bahasa, Hasan adalah sifat yang bermakna indah. Sedangkan secara istilah, para ulama mempunyai pendapat tersendiri seperti yang disebutkan berikut ini: Al-Hafizh Ibnu Hajardalam Nukhbatul Fikar menuliskan tentang definisi hadits Hasan adalah Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttashil (bersambung-sambung sanadnya), yang musnad jalan datangnya sampai kepada nabi SAW dan yang tidak cacat dan tidak punya keganjilan. At-Tirmizydalam Al-Ilal menyebutkan tentang pengertian hadits hasan adalah Hadits yang selamat dari syuadzudz dan dari orang yang tertuduh dusta dan diriwayatkan seperti itu dalam banyak jalan. Al-Khattabimenyebutkan tentang pengertian hadits hasan adalah Hadits yang orang-orangnya dikenal, terkenal makhrajnya dan dikenal para perawinya.Yang dimaksud denganmakhrajadalah dikenal tempat di mana dia meriwayatkan hadits itu. Seperti Qatadah buat penduduk Bashrah, Abu Ishaq as-Subai dalam kalangan ulama Kufah dan Atha bagi penduduk kalangan Makkah. Jumhur ulama adalah Hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil (tapi) tidak begitu kuat ingatannya, bersambung-sambung sanadnya dan tidak terdapat illat serta kejanggalan matannya.

Maka bisa disimpulkan bahwa hadits hasan adalahhadits yang pada sanadnya tiada terdapat orang yang tertuduh dusta, tiada terdapat kejanggalan pada matannya dan hadits itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan maknanya.

Klasifikasi Hadits Hasana) Hasan LidzatihYaitu hadits hasan yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Atau hadits yang bersambung-sambung sanadnya dengan orang yang adil yang kurang kuat hafalannya dan tidak terdapat padanya sydzudz dan illat. Di antara contoh hadits ini adalah: Seandainya aku tidak memberatkan umatku, maka pasti aku perintahkan untuk menggosok gigi setiap waktu shalat

b) Hadits Hasan lighairihYaitu hadits hasan yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur (tak nyata keahliannya), bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya sebab yang menjadikan fasik dan matan haditsnya adalah baik berdasarkan periwayatan yang semisal dan semakna dari sesuatu segi yang lain.Ringkasnya, hadits hasan li ghairihi ini asalnya adalah hadits dhaif (lemah), namun karena ada ada muadhdhid, maka derajatnya naik sedikit menjadi hasan li ghairihi. Andaikata tidak ada Adhid, maka kedudukannya dhaif. Di antara contoh hadits ini adalah hadits tentang Nabi SAW membolehkan wanita menerima mahar berupa sepasang sandal: : Apakah kamu rela menyerahkan diri dan hartamu dengan hanya sepasang sandal ini? Perempuan itu menjawab, Ya. Maka nabi SAW pun membolehkannya.Hadits ini asalnya dhaif (lemah), karena diriwayatkan oleh Turmuzy dari Ashim bin Ubaidillah dari Abdullah bin Amr. As-Suyuti mengatakan bahwa Ashim ini dhaif lantaran lemah hafalannya. Namun karena ada jalur lain yang lebih kuat, maka posisi hadits ini menjadi hasan li ghairihi.Kedudukan Hadits Hasan adalah berdasarkan tinggi rendahnya ketsiqahan dan keadilan para rawinya, yang paling tinggi kedudukannya ialah yang bersanad ahsanul-asanid. Hadits Shahih dan Hadits Hasan ini diterima oleh para ulama untuk menetapkan hukum (Hadits Makbul).Hadits Hasan Naik Derajat Menjadi ShahihBila sebuah hadits hasan li dzatihi diriwayatkan lagi dari jalan yang lain yang kuat keadaannya, naiklah dia dari derajat hasan li dzatihi kepada derajat shahih. Karena kekurangan yang terdapat pada sanad pertama, yaitu kurang kuat hafalan perawinya telah hilang dengan ada sanad yang lain yang lebih kuat, atau dengan ada beberapa sanad lain.C. Hadits DhaifHadits Dhaif yaitu hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits Shahih atau hadits Hasan. Hadits Dhaif merupakan hadits Mardud yaitu hadits yang tidak diterima oleh para ulama hadits untuk dijadikan dasar hokum. Penyebab tertolaknya Hadits Dhaif, yaitu:1. Adanya Kekurangan pada PerawinyaBaik tentang keadilan maupun hafalannya, misalnya karena: Dusta (hadits maudlu) Tertuduh dusta (hadits matruk) Fasik, yaitu banyak salah lengah dalam menghafal Banyakwaham(prasangka) disebut hadits muallal Menyalahi riwayat orang kepercayaan Tidak diketahui identitasnya (hadits Mubham) Penganut Bidah (hadits mardud) Tidak baik hafalannya (hadits syadz dan mukhtalith)

2. Karena Sanadnya Tidak Bersambung Kalau yang digugurkan sanad pertama disebut hadits muallaq Kalau yang digugurkan sanad terakhir (sahabat) disebut hadits mursal Kalau yang digugurkan itu dua orang rawi atau lebih berturut-turut disebut hadits mudlal Jika tidak berturut-turut disebut hadits munqathi

3. Karena Matan (Isi Teks) Yang BermasalahSelain karena dua hal di atas, kedhaifan suatu hadits bisa juga terjadi karena kelemahan pada matan. Hadits Dhaif yang disebabkan suatu sifat pada matan ialah haditsMauqufdanMaqthu.

Oleh karenanya para ulama melarang menyampaikan hadits dhaif tanpa menjelaskan sanadnya. Adapun kalau dengan sanadnya, mereka tidak mengingkarinya.

Hukum Mengamalkan Hadits DhaifSegenap ulama sepakat bahwa hadits yang lemah sanadnya (dhaif) untuk masalah aqidah dan hukum halal dan haram adalah terlarang. Demikian juga dengan hukum jual beli, hukum akad nikah, hukum thalaq dan lain-lain. Tetapi mereka berselisih faham tentang mempergunakan hadits dhaif untuk menerangkan keutamaan amal, yang sering diistilahkan denganfadhailul amal, yaitu untuktarghibatau memberi semangat menggembirakan pelakunya atautarhib(menakutkan pelanggarnya).Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim menetapkan bahwa bila hadits dhaif tidak bisa digunakan meski hanya untuk masalah keutamaan amal. Demikian juga para pengikut Daud Azh-Zhahiri serta Abu Bakar Ibnul Arabi Al-Maliki. Tidak boleh siapapun dengan tujuan apapun menyandarkan suatu hal kepada Rasulullah SAW, sementara derajat periwayatannya lemah.Ketegasan sikap kalangan ini berangkat dari karakter dan peran mereka sebagai orang-orang yang berkonsentrasi pada keshahihan suatu hadits. Imam Al-Bukhari dan Muslim memang menjadi maskot masalah keshahihan suatu riwayat hadits. Kitab shahih karya mereka masing-masing adalah kitab tershahih kedua dan ketiga di permukaan muka bumi setelah Al-Quran Al-Kariem.Senjata utama mereka yang paling sering dinampakkan adalah hadits dari Rasulullah SAW:Siapa yang menceritakan sesuatu hal dari padaku padahal dia tahu bahwa hadits itu bukan haditsku, maka orang itu salah seorang pendusta.(HR Bukhari Muslim)Sedangkan Al-Imam An-Nawawirahimahulahdi dalam kitab Al-Adzkar mengatakan bahwa para ulama hadits dan para fuqaha membolehkan kita mempergunakan hadits yang dhaif untuk memberikan targhib atau tarhib dalam beramal, selama hadits itu belum sampai kepada derajatmaudhu(palsu). Namun pernyataan beliau ini seringkali dipahami secara salah kaprah. Banyak yang menyangka bahwa maksud pernyataan Imam An-Nawawi itu membolehkan kita memakai hadits dhaif untuk menetapkan suatu amal yang hukumnya sunnah.Padahal yang benar adalah masalah keutamaan suatu amal ibadah. Jadi kita tetap tidak boleh menetapkan sebuah ibadah yang bersifat sunnah hanya dengan menggunakan hadits yang dhaif, melainkan kita boleh menggunakan hadits dhaif untuk menggambarkan bahwa suatu amal itu berpahala besar. Sedangkan setiap amal sunnah, tetap harus didasari dengan hadits yang kuat.2.5 Istilah dalam Ilmu Hadits

A. SanadSanad menurut bahasa berarti sandaran,yang dapat dipercayai atau dibuktikan. Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi Muhammad saw, misalkan hadist yang diwirayatkan oleh bukhori berikut: : : :( : ;% ; ) telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin al-musannah,ujarnya:abdul-wahhab as-saqafi telah menyebarkan kepada ku, ujarnya:telah bercerita kepadaku ayyub atas pemberitahuan abi kilabah dari anas dari Nabi Muhammad saw, sabdanya:tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman. Yakni:1) Allah dan rasulnya hendaknya lebih dicintai daripada selainnya. 2)kecintaannya kepada seseorang, tak lain karena Allah semata-mata dan 3) keenggananmya kembali kepada kekufuran, seperti keengganannya dicampakkan ke neraka.

B. MatanMenurut bahasa, matanberarti membelah, mengeluarkan, sedangkan menurut istilah ilmu hadis, yaitu sebagai berikut. perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.Contoh:Dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang diterima dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullahsaw bersabda : saandainya tidak akan memberatkan terhadap umatmu, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) niscaya aku melakukan shalat.(HR. Turmuzi).C. RawiRawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknyaruwahdan perbuatannyamenyampaikan hadist tersebut dinamakan me-rawi(meriwayat)-kan hadistContoh: .Warta dari umul mukminin,aisyah ra, ujurnya:rasulallah saw telah bersabda:barang siapa yang mengada-adakan suatu yang bukan termasuk dalam urusan (agama) ku, maka ia tertolak.

D. Rijalul hadistRijalul hadist ialah tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang hadist yang diakui keabsahannya dalam periwayatan hadist. Ilmu rijalul hadist yaitu : .ilmu yang membahas para perawi hadist, baik dari kalangan sahabat maupun tabiin dan orang-orang (angkatan) sesudah mereka.Study tentang rijalul hadist pada dasarnya meliputi hal-hal antara lain: Namanya masing-masing, keadaan dan biografinya, laqak atau title dalam bidang hadist, seperti dabit,adil dsb. Guru-guru yang memberi atau menyampaikan hadist kepadanya. Murid-muridnya yang menerima hadist dari dia. Kedudukannya dalam ilmu hadist dan hasil karyanya dalam bidang hadist.

2.6 Sejarah Penulisan Hadits

Sejarah penulisan dan pembukuan hadits ini dibagi menjadi 4 periode, yaitu periode Nabi Muhammad SAW , Periode sahabat, periode tabiin, dan periode tabitabiin.1. Periode Nabi Muhammad SAW.Hadis pada waktu itu pada umumnya hanya diingat dan dihafal saja, tidak ditulis seperti Al-Quran, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Selain memang di khawatirkan akan bercampur dengan Al-Quran yang pada saat itu masih turun kepada Nabi Muhammad SAW sedangkan kondisi penulisannya masih sagat sederhana, di tambah lagi para sahabat yang mampu menulis pada awal islam masih sangat sedikit dan yang sedikit itu sudah difungsikan sebagai penulis Al-Quran. Sehingga Rasulullah SAW menganggap cukup dengan mengandalkan ingatan para sahabat yang kuat.Diriwayatkan bahwa ada beberapa sahabat yang memiliki catatan hadis-hadis rasulullah SAW. Mereka mencatat sebagian hadis-hadis yang pernah mereka dengar dari Rasullullah SAW. Diantaranya adalah, Abdullah bin Amr bin Ash yang menulis sahifah-sahifah yang dinamai As-Shadiqah. Ash-Shahifah Ali, tulisan yang nabi perintahkan kepada Abi Syah pada masa Fathu mekkah. Shahifah jabir tulisan Jabir bin Abdullah Al-Anshary.2. Periode sahabat.Pada masa Nabi SAW masih hidup, penulisan hadis hanyalah sebagai catatan pribadi bukan penulisan resmi dari Rasulullah. Banyak bukti yang menunjukkan hal itu, misalnya surat-surat ajakan masuk Islam dari Nabi Muhammad SAW yang ditujukan kepada para tokoh bangsa dan para raja, atau tulisan-tulisan kesepakan perdamaian.Pada masa Khulafaur Ar-Rasyidin ini, hukum pembolehan menulis hadis terjadi secara berangsur-angsur. Abu Bakar pernah berkeinginan membukukan hadis tetapi digagalkan karena khawatir terjadi fitnah ditangan orang-orang yang tidak dapat dipercaya. Umar bin Khathab juga pernah berkeinginan dan mencoba untuk menghimpunya tetapi setelah bermusyawarah dan beristikharah selama satu bulan Umar timbul kekhawatiran kalau-kalau umat Islam akan meninggalkan Al-Quran dan mengganti-Nya dengan kalam mereka sendiri, atau akan menulis biografi nabi dan menempatkannya menjadi kitab mereka, sebagaimana kelakuan orang-orang yahudi dan nashroni.Dari keterangan di atas sebenarnya pada masa sahabat ini, penulisan hadis telah banyak terjadi, namun masih belum ada yang secara resmi berdasarkan intruksi dari khalifah.3. Periode TabiinPada masa ini disebut sebagai masa pengkodifikasian hadis. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yakni yang hidup pada abad 1 H menganggap perlu adanya penghimpunan dan pembukuan hadis, karena beliau khawatir lenyapnya ajaranajaran Nabi setelah wafatnya para ulama baik dari kalangan sahabat maupun tabiin. Maka beliau mengintruksikan kepada gubernur di seluruh wilayah negeri islam agar para ulama dan ahli ilmu menghimpun dan membukukan hadis.Muhammad bin Muslim bin Asy-Syihab Az-Zuhri atau yang lebih terkenal dengan Az-Zuhri dinilai orang yang pertama kali dalam melaksanakan tugas pengkodifikasian hadis dari khalifah. Penkodifikasian ini terjadi pada tahun 100 H dibawah pengawasan khalifah Umar bin Abdul Aziz. Maksudnya awal pengkodifikasian secara resmi atas perintah Khalifah karena melihat sejak zaman rasul pun sebenarnya sudah pernah terjadi akan tetapi tidak formal.Kemudian pengkodifikasian hadis tersebar di berbagai negeri islam pada abad ke 2 H. Tokohnya diantaranya ialah Abdullah bin Abdul Aziz bin Juraij di Mekah, Ibnu Ishak di Mekah, Abdurrahmab Abu Amr Al-Auzai di Syria, Sufyan Ats-Tsauri di Kufah, Imam Malik bin Anas di Madinah.Penghimpunan hadis pada abad ini masih tercampur dengan perkatan sahabat dan fatwanya. Berbeda dengan masa sebelumya yang masih berbentuk lembaran-lembaran (shuhuf) yang hanya dikumpulkan tanpa adanya klasifikasi ke dalam beberapa bab atau materi secara tertib. Akan tetapi pada masa tabiin ini hadis sudah terhimpun dalam bab perbab.Tulisan-tulisan hadis pada awal masa islam sangatlah penting untuk bukti sejarah serta dokumentasi ilmiah. Selain itu untuk membuktikan bahwa pada masa Rasulullah SAW sudah ada penulisan hadis walaupun masih belum formal seperti masa tabiin ini.Di antara ulama besar yang membukukan hadits atas kemauan khalifah itu ialah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab az Zuhry, seorang tabiin yang ahli dalam urusan fikih dan hadits. Kitab hadits yang ditulis oleh ibnu Hazm yang merupakan kitab hadits yang pertama yang ditulis atas perintah kepala negara tidak sampai kepada kita, tidak terpelihara dengan semestinya. Dan kitab itu tidak membukukan seluruh hadits yang ada di Madinah. Sedangkan yang membukukan seluruh hadits yang ada di Madinah, dilakukan oleh al-Imam Muhammad bin Muslim bin Syihah az Zuhry yang memang terkenal sebagai seorang ulama besar dari ulama-ulama hadits di masanya. Kemudian dari itu, berlomba-lombalah para ulama besar membukukan hadits atas anjuran Abu Abbas as Saffah dan anak-anaaknya dari khalifah-khalifah abbasiyah. Sedangkan kitab yang paling tua yang ada di tangan umat Islam dewasa ini ialah al Muwaththa susunan Imam Malik r.a. ats permintaan khalifah Al Manshur ketika dia pergi naik haji pada tahun 144 H ( 143 H ). Kitab al Muwaththa dianggap paling shahih, karena tingkat keshahihannya lebih tinggi daripada kitab-kitab sebelumnya.4. Periode Tabiit TabiinPeriode ini adalah pngikut Tabiin yakni pada abad ke 3 H yang disebut ulama dahulu atau salaf. Sedangkan ulama pada abad berikutnya abad ke 4 H dan setelahnya disebut ulama belakangan atau kalaf. Pada periode ini disebut sebagai masa kejayaan hadis karena pada masa ini kegiatan rihlah mencari ilmu dan sunah serta pembukuannya mengalami puncak keberhasilan yang pesat. Seolah-olah pada periode ini semua hadis telah terhimpun semua.Dari latar belakang tersebut maka lahirlah buku induk enam. Maksud buku induk hadis enam ialah buku-buku hadis yang dijadikan pedoman oleh para ulama ahli hadis, enam kitab itu antara lain :1. Al-jamius Shahih lil Bukhari (194-256 H).2. Al-jamius Shahih li Muslim bin Hajjaj Al-Qusyayri (204-261 H).3. Sunan An-Nasai (215-276 H).4. Sunan Abu Dawud (202-276 H).5. Jami At-Tirmidzin (209-269 H).6. Sunan Ibn Majah Al-Qazwini (209-276 H).Periode ini masa yang paling sukses dalam pembukuan hadis, sebab pada masa ini ulama hadis telah berhasil memisahkan hadis nabi dari yang hadis atau dari hadis nabi dari perkataan sahabat atau fatwanya dan dapat terfilterisasi antara hadis yang shahih dengan yang bukan hadis. Sehinggah seolah-olah pada masa ini hampir seluruh hadis terhimpun dalam 1 buku, hanya sebagian kecil saja dari hadis yang belum terhimpun. Dan pada masa berikutnya mulai diadakan tindak lanjut dengan penghimpunan dan penertiban agar ilmu hadis menjadi lebih sempurna.2.7 Kitab-kitab Hadits

1. Kitab Al-JamiMenurut etimologinya, al-Jami artinya yang menghimpun sehingga dapat dipahami bahwa kitab al-Jami adalah kitab yang menghimpun banyak hal. Karena itulah menurut isrilah ulama hadits, pengertian kitab al-Jami ada dua macam, yaitu:a. Dilihat dari segi pokok kandungan hadits yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami adalah kitab hadits yang disusun dan dibukukan oleh pengarangnya terhadap semua pembahasan agama. Diantaranya masalah iman, thaharah, ibadah, muamalah, pernikahan, sirah, riwayat hidup, tafsir, adab, penyucian jiwa, fitnah dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan antara kitab al-Jami dan kitab al-Musannaf. Karena hanya disusun berdasarkan permasalahan tertentu dan umumnya adalah mengenai persoalan fikih, sedangkan al-Jami labih umum.b. Dilihat dari segi sumber rujukan hadits-hadits yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami adalah kitab yang menghimpun hadits-hadits yang berasal dari kitab-kitab hadits yang telah ada.Hanya saja secara umum, kitab al-Jami dimaknai dalam pengertiannya yang pertama yaitu kitab disusun berdasarkan bab dan mencakup hadits-hadits dari berbagai sendi ajaran islam.Sebagai contoh kitab al-Jami adalah kitab Sahih al-Bukhari (194-256 H), kitab tersebut ia beri nama al-Jami al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min umuri Rasulillahi Sallallahu alaihi wa sallama wa sunanihi wa ayyamihi. Kitab tersebut dinamakan al-Jami karena di dalamnya mencakup masalah yang beraneka ragam, termasuk persoalan hukum, politik, dan sebagainya.

2. Kitab As-SunanYaitu kitab-kitab yang disusun berdasarkan bab-bab tentang fiqhi dan hanya memuat hadits-hadits yang marfu saja agar dijadikan sumber bagi para Fuqaha dalam mengambil sebuah kesimpulan. As-Sunan tidak terdapat pembahasan tentang Sirah, Aqidah, Manaqib, dan lain-lain. As-Sunan hanya membahas masalah fiqhi dan hadits-hadits hukum saja. Al-Kittana mengatakan bahwa susunan kitab sunan berdasarkan bab-bab tentang fiqhi mulai bab tentang Iman, Tharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, dan seterusnya.Kitab-kitab sunan yang terkenal adalah: Sunan Abu Daub karya Sulaiman Bin Asyast As-Sijistani(W 275 H), Sunan An-nasaI karya Abdurrahman Ahmad Bin Syuaib An-nasaI(W 303 H) dan lain-lain.

3. Kitab Al-MushannafMenurut istilah ahli hadis mushannaf adalah sebuah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqhi, yang didalamnya terdapat hadis marfu, mauquf, dan maqtu. Karena mushannaf adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan kitab fiqih, maka Muwatta termasuk didalamnya.Salah satu contoh hadis yang menggunakan metode ini adalah kitab al muwatta karya Imam Malik. Secara eksplisit tidak ada pernyataan yang tegas tentang metode yang dipakai oleh Imam Malik dalam menghimpun kitabnya al muwatta, namun secara implicit dengan melihat paparan Imam Malik dalam kitabnya dapat diketahui bahwa metode yang ia gunakan adalah metode mushannaf atau muwatta.Disamping itu Imam Malik juga menggunakan tahapan-tahapan penyeleksian terhadap hadis-hadis yang disandarkan kepada nabi, kepada sahabat atau fatwa sahabat, fatwa tabiin, ijma' ahli Madinah, dan pendapat Imam Malik sendiri. Dalam hal ini ada empat kriteria yang diutarakan oleh Imam Malik dalam mengkritisi para periwayat hadis yaitu:1. Periwayat hadis bukan orang yang berprilaku jelek2. Bukan ahlul bidah.3. Bukan orang suka berdusta.4. Bukan orang yang tau ilmu tapi enggang mengamalkannya.

Meskipun Imam Malik telah berusaha seselektif mungkin dalam memfilter hadis-hadis yang ia terima untuk dihimpun, tetap saja ulama hadis berbeda pendapat dalam memberikan penilaian terhadap kualitas hadis-hadisnya. Misalnya Sufyan bin Uyainah dan al Suyuti mengatakan seluruh hadis yang diriwayatkan oleh imam Malik adalah sahih karena diriwayatkan dari orang-orang yang dapat dipercaya.Abu Bakar Al Abhari berpendapat tidak semua hadis dalam kitab al muwatta sahih, ada yang mursal, mauquf, dan maqtu. Ibnu Hazm berpendapat bahwa dalam kitab All Muwatta terdapat 300 hadis mursal dan 70 hadis dhaif. Sedangkan Ibnu Hajar berpendapat bahwa didalamnya terdapat hadis mursal bahkan hadis mungqati.

4. Kitab Al-MustadrakPenyusun kitab al mustadrak adalah kitab yang disusun untuk memuat hadis-hadis yang tidak dimuat didalam kitab-kitab hadis sebelumnya, padahal hadis itu shahih menurut syarat yang dipergunakan oleh ulama tersebut. Salah satu kitab Mustadrak yang terkenal adalah al Mustadrak ala Shahihaini karya al Hakim al Naisabury (321-405 H).

5. Kitab Al-MustakhrajMustakhraj adalah kitab hadis yang memuat matan-matan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhary atau Muslim atau kedua-duanya atau lainnya, kemudian sipenyusun meriwayatkan matan-matan hadis tersebut dengan sanad sendiri yang berbeda. Misalnya: mustakhraj shahih bukhary susunan Al Jurjaniy.

6. Kitab Al-MusnadSebuah kitab hadis dinamakan musnad apabila ia memasukkan semua hadis yang pernah ia terima dengan tanpa menerangkan derajat ataupun nyaring hadis-hadis tersebut. Kitab musnad berisi tentang hadis-hadis kumpulan hadis, baik itu hadis shahih, hasan dhaif. Atau kitab hadis yang disusun menurut nama rawi pertama yang menerima dari Rasul selanjutnya sampai pada perawi terakhir.[10] Mencari suatu hadis dalam kitab ini sangatlah rumit, tapi dengan terbitnya Tiftah Kunusi, al-Mujam al-Mufahrasy dan Taysirul Manfaah, maka kesukaran itu pun hilang.Al-masanid yang dibuat oleh para ulama hadis sangatlah banyak. Menurut al-Kattani jumlahnya sebanyak 82 musnad dan menurutnya lebih banyak dari itu. Adapun Musnad yang terkenal adalah : Musnad Imam Ahmad Bin Hambal (W 241 H), Musnad Abu Dawud Sulaiman Bin Dawud Ar-rashili (W 204 H), Musnad Abu Bakar Abdullah Bin Azzubair Al-humaidy (W 219 H), dan lain-lain.

7. Kitab Al-MujamMujam disusun mengikut tertib huruf ejaan, atau mengikut susunan nama guru-guru mereka. Nama guru-guru mereka juga disusun mengikut ejaan nama atau laqob mereka. Mujam juga hanya mengumpulkan Hadis-hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tanpa melihat kwalitas Hadis-hadisnya.

Contoh kitab-kitab mujam ialah Mujam Tabrani, Mujam kabir, Mujam as-Sayuti, dan Mujam as-Saghrir, Mujam Abi Bakr, ibn Mubarak, dan sebagainya.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Pengertian Hadits, Pengertian Al Hadits yang dikemukakan oleh Jumhurul-Muhadditsin ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan ( taqrir) dan yang sebagainya, sedangkan pengertian Sunnah jika dipandang dari sudut etimologi atau bahasa, sunnah berarti metode atau jalan. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-Quran sebagai mana disebutkan dalam sabda Rasulullah. Macam-macam Sunnah :a. Sunnah Qauliyah , yaitu perkaataan dan ucapan Nabi, dan bagian ini dapat dipastikan benar ataupun tidaknya, karena kita tidak dapat menganalisis isi kandungannya.b. Sunnah Filiyyah, yaitu perbuatan dan tindakan-tindakan Rasulullah SAW.c. Sunnah taqririyyah, yaitu sikap, penerimaan, dan pembenaran Nabi secara diam-diam terhadap perkataan atau perbuatanyang dilakukan oleh para sahabat di muka beliau. Tingkatan hadits :a. Hadits ShahihSuatu hadits dapat dikatakan shahih apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: Semua rawinya adil Semua rawinya sempurna ingatan Sanadnya bersambung-sambungan tidak putus Tidak berillat (cacat tersembunyi) Tidak janggalb. Hadits HasanPada hadits shahih ingatan atau daya hafalannya harus sempurna sedangkan pada hadits hasan ingatan atau daya hapalannya kurang sempurna. Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadits hasan dapat dirinci sebagai berikut: Sanadnya bersambung Perawinya adil Perawinya dhabit, tetapi kedhabitannya di bawah kedhabitan perawi hadits hasan Tidak terdapat keganjalan Tidak ada illatc. Hadits DhaifMenurut lughat, dhaif adalah yang lemah, lawan qawi yang kuat. Hadits dhaif bermacam-macam, dan kedhaifannya bertingkat-tingkat, tergantung dari jumlah keguguran syarat hadits shahih atau hadits hasan, baik mengenai rawi, sanad, atau matan. Istilah dalam ilmu haditsa. Sanad adalah Sanad menurut bahasa berarti sandaran,yang dapat dipercayai atau dibuktikan. Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi Muhammad saw.b. Matan menurut bahasa, matanberarti membelah, mengeluarkan.c. Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).d. Rijalul hadist ialah tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang hadist yang diakui keabsahannya dalam periwayatan hadist. Sejarah penulisan dan pembukuan hadits ini dibagi menjadi 4 periode, yaitu periode Nabi Muhammad SAW , Periode sahabat, periode tabiin, dan periode tabitabiin. Kitab-kitab Haditsa. Kitab Al-Jamib. Kitab As-Sunanc. Kitab Al-Mushannafd. Kitab Al-Mustadrake. Kitab Al-Mustakhrajf. Kitab Al-Musnadg. Kitab Al-Mujam