Makalah firman
-
Upload
firman-pratama -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Makalah firman
Tugas Kelompok Dosen Pembimbing
Filsafat ilmu Khairuddin M.Ag
AKSIOLOGI
KELOMPOK XIII:
FIRMAN PRATAMA
NIM. 11043203063
JURUSASAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2012
KATA PENGANTAR
Pertama sekali pemakalah mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Aksiologi” untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
pembimbing yang bernama Bapak Khairuddin M.Ag dan untuk menambah wawasan penulis.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
jika ada kekurangan-kekurangan pemakalah berharap adanya kritik dan saran yang
membantu untuk perbaikan makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Pemakalah mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata pemakalah ucapkan
terima kasih. Wassalam
Pekanbaru, 21 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………............... ii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………....... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 1
1.3 Tujuan......................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................. 2
2.1 Pengertian Aksiologi………………………………………........ 2
2.2 Penilaian Dalam Aksiologi …………………………………..... 4
2.3 Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu………………………... 6
BAB III : PENUTUP....................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lapangan filsafat ada tiga yaitu Metefisik, Epitimologis dan Aksiologi. Mengenai
akhlak, perasaan seni dan keindahan dalam filsafat ilmu selanjutnya akan dibahas dalam
makalah ini yang khusus menyajikan mengenai Aksiologi .
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Aksiologi?
b. Apa saja karakteristik nilai?
c. Apa saja kaitan aksiologi dengan filsafat ilmu?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Aksiologi
b. Untuk mengetahui apa saja karakteristik nilai
c. Untuk mengetahui apa saja kaitan aksiologi dengan filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aksiologi
Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan mudah.
Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal
memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit
lainnya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai
tujuan hidupnya. Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti , dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat mnciptakan berbagai bentuk teknologi. Disinilah ilmu harus
diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.
Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada nila-nilai, maka yang akan terjadi adalah bencana
dan malapetaka.
Untuk lebih mengenal apa yang di maksud dengan aksiologi, ada beberapa
defenisi tentang aksiologi dibawah ini, di antaranya:
1. Aksiologi berasal dari kata axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
2. Aksiologi di artikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh.
3. Menurut bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu
tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika. Kedua esthetic
expression yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-
political life yaitu kehidupan social poltik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
4. Dalam encyclopedia of philosophy di jelaskan, aksiologi disamakan dengan value dan
valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation.
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian sempit seperti
baik, menarik, dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
b. mencakupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan
kesucian.
c. Nilai sebagai kata benda konkret. Contoh nya ketika kita berkata sebuah nilai
atau nilai-nilai, ia sering di pakai untuk merujuk kepada sesuatu yang
bernilai , seperti nilainya, nilai dia, dan system nilai dia. Kemudian di pakai
untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagai mana berlawanan
dengan apa-apa yang tidak anggap baik atau bernilai.
d. Nilai juga di gunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member
nilai, dan dinilai.
5. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya di
tinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang
pengetahuan yang bersangkuatan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti,
ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistemology. Epistemology
bersangkuatan dengan kebenaran. Etika bersangkutan masalah kebaikan (dalam arti
kesusilaan), dan estetika bersangkuatan dengan keindahan.
Dari defenisi mengenai aksiologi di atas terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang di maksud adalah sesuatu yang di
miliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
2.2 Penilaian Dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika.
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika
merupakan salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan
menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai
masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika
Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,
sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari
pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-
norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika
tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah
pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi
dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Didalam etika, nilai
kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah
laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri,
masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan
sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme,
eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang
menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme
menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia
itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan
hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan
perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya
deontologi, adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant.
Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak baik.
Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan
manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
Sementara itu, cabang lain dari aksiologi, yakni estetika. Estetika merupakan
bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan
mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata
secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta
berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Sebenarnya keindahan
bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa
bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan
sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan. Meskipun
sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan
nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek
itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal
sebenarnya tetap merupakan perasaan.
2.3 Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan
objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak
ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian.
Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian
nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau
tidak senang. Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan
diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor
yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada
objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan
kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas
dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika
seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia
tidak mau terikat pada nilai subjektif .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang ilmuwan harus bebas dalam menentukan topiknya penelitiannya, bebas
dalam melakukan eksperimen-eksperimen. Kebebasan inilah yang akan dapat mengukur
kualitas kemampuannya. Ketika seorang ilmuwan bekerja dia hanya tertuju pada proses
kerja ilmiahnya dan tujuan agar penelitian berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya
menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat dengan nilai subyektif, seperti nilai-nilai
dalam masyarakat, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Bagi seorang ilmuwan
kegiatan ilmiahnya dengan kebenaran ilmiahnya adalah sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakart: Rajawali Pers, 2004.
S. Sumantri, Jujun, Filsafat Ilmu”Sebuah Pengantar Popular”. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1998.
O. Kattsof, Louis, Penerjemah Soejonosoemargono Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1992.