Firman Jirami a1d3 12 064

36
Tugas ujian akhir semester Makalah sastra daerah “ cerita rakyat “ OLEH : NAMA : FIRMAN JIRAMI STAMBUK : A1D3 12 064 KELAS : B JURUSAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

description

zczc

Transcript of Firman Jirami a1d3 12 064

Page 1: Firman Jirami a1d3 12 064

Tugas ujian akhir semester

Makalah sastra daerah

“ cerita rakyat “

OLEH :

NAMA : FIRMAN JIRAMI

STAMBUK : A1D3 12 064

KELAS : B

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: Firman Jirami a1d3 12 064

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan semesta alam

karena atas segala nikmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Cerita Rakyat”.

Terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada sebagai

Pembimbing mata kuliah sastra daerah atas bimbingan, saran, kritik dan nasehat serta

dengan tekun dan penuh kesabaran memberikan petunjuk dan membantu

menyelesaikan makalah kami.

Penulis

Page 3: Firman Jirami a1d3 12 064

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

kebudayaan, usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan denga

adanya manusia, karena ia diciptakan dan dinikmati manusia. Sastra telah

menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia yang

memanfaatkanya bagi pengalaman hidupnya, maupun dari aspek penciptanya,

yang mengekspresikan pengalaman batinnya ke dalam karya sastra.

Ditinjau dari segi pencipta ( pengarang dalam sastra tulis dan pawing atau

pelipur lara dalam sastra lisan), karya sastra  merupakan pengalaman batin

penciptanya mengenai kehidupan masyarakat dalam suatu kurun waktu dan

situasi budaya tertentu. Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan

kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, serta

nilai-nilai yang diamanatkan.

Sastra rakyat ialah kesusastraan yang lahir dikalangan rakyat. Pada

lazimnya, sastra rakyat merujuk kepada kesusastraan rakyat dari pada masa

lampau, yang telah menjadi warisan kepada sesuatu masyarakat. Sastra rakyat

adalah sebagian daripada kehidupan budaya bagi masyarakat lama. Misalnya,

dalam masyarakat Melayu Lama cerita rakyat merupakan satu bentuk hiburan

Page 4: Firman Jirami a1d3 12 064

yang penting untuk orang kampung cipta lewat tokoh-tokoh cerita. Sastra

mempersoalkan manusia dalam berbagai aspek kehidupanya, sehingga karya

sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan serta zamannya.

Sastra sering dikatakan (juga sering dituntut) agar mencerminkan

kenyataan (Luxemburg et al., dalam Pasassung dan Ahid Hidayat, 2006:48).

Berpikir tentang sastra, maka perhatian kita akan tertuju pada kenyataan bahwa

sastra sebagai seni. Sastra sebagai cabang dari seni yang kedua unsur integral

dari kebudayaan, usianya sudah semakin tua. Kehadirannya hampir bersamaan

dengan manusia karenanya diciptakan dan dinikmati oleh manusia.

Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah

manusia dan kemanusiaan. Melalui karya sastra, seorang pengarang berusaha

untuk mengungkapkan nilai-nilai kemanusiaan yang telah tinggi. Penciptaan

karya sastra dilatarbelakangi oleh keinginan pengarang untuk menyampaikan

sesuatu yang dicita-citakan. Jadi, karya sastra menyelami segala kehidupan

manusia di dunia ini (Kurniawan, 2008:3).

Karya sastra lahir tidak saja karena fenomena-fenomena yang lugas, 

tetapi juga dari kesadaran pengarangnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang

imajinatif, fiktif, juga harus mengandung nilai-nilai yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi

kehidupan sosial. Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki kehidupan sosial

Page 5: Firman Jirami a1d3 12 064

yang berbeda dengan suku bangsa lain.. Sastra terlahir atas hasil karya perilaku

manusia dalam kebudayaan yang beranekaragam suku, ras, agama, dan tradisi

yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan

hal itu memberikan pemasalahan dengan pemahaman serta tanggapan yang

berbeda-beda (Wijayanthi, dalam Kurniawan, 2008: 1).

Karya sastra merupakan hasil dari kreativitas manusia baik secara tertulis

maupun secara lisan. Karya sastra yang tertulis misalnya prosa, cerita pendek,

cerita bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan karya sastra lisan adalah

karya sastra yang diwariskan turun-temurun secara lisan, dan salah satu jenis

karya sastra lisan adalah cerita rakyat. Kaitannya dengan ini Soeprapto (dalam

Kurniawan, 2008: 3) menyatakan bahwa salah satu ciri yang membedakan

foklor dengan kebudayaan yang lain adalah cara penyebaran maupun

kelestariannya yang dilakukan secara lisan.

Pemahaman terhadap karya sastra akan memberikan manfaat dalam

kehidupan manusia, misalnya saja mengenai nilai-nilai sejarah, nilai-nilai sosial

dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra. Namun, dewasa ini

budaya lokal yang menjadi ciri khas dan jiwa bangsa semakin terkikis oleh

pengaruh budaya asing. Hal itu terjadi karena arus globalisasi yang melibatkan

negara-negara di dunia menjadikan begitu mudahnya budaya-budaya asing

masuk dan berbaur dengan budaya yang secara langsung mempengaruhi tatanan

Page 6: Firman Jirami a1d3 12 064

budaya bangsa. Demikian halnya dengan sastra lisan yang berbentuk cerita

rakyat seolah-olah terlupakan dan enggan dikaji.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini,

bertambahnya pengetahuan dan berubahnya gaya hidup masyarakat

berpengaruh pada dunia sastra. Banyak bermunculan sastra-sastra modern

dengan asas kebebasan yang sering kali mengabaikan nilai jati diri bangsa.

Bersamaan itu pula cerita rakyat semakin ditinggalkan dan dilupakan dalam

masyarakat. Cerita rakyat sebagai salah satu hiburan dalam masyarakat

tampaknya tenggelam oleh cerita sinetron dan sejenisnya yang disuguhkan di

televisi. Salah satu alasannya karena sinetron lebih nyata alurnya sehingga

mudah dipahami dan dinikmati. Padahal cerita rakyat merupakan tradisi budaya

yang memegang teguh nilai-nilai luhur, didalamnya terdapat terdapat ajaran-

ajaran moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk menjaga sifat-sifat

budaya bangsa yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang penyebarannya dilakukan

secara lisan dari mulut ke mulut. Dalam bahasa sehari-hari cerita rakyat lebih

dikenal oleh masyarakat sebagai dongeng. Hutomo (dalam Kurniawan 2008:3)

berpendapat bahwa sastra lisan mengandung nilai budaya nenek moyang, sebab

sastra lisan termasuk bagian dari folklor. Selanjutnya menurut Danandjaja

(1997: 2) folklor adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif yang tersebar

dan diwariskan secara turun-temurun di antara kolektif macam apa saja secara

Page 7: Firman Jirami a1d3 12 064

tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun disertai

contoh dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Pengertian cerita rakyat.

b. Ciri-ciri cerita rakyat.

c. Jenis-jenis cerita rakyat.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah agar makalah ini bisa di jadikan

referensi dan pedoman bagi pembaca.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut.

1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang cerita

rakyat.

2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang cerita

rakyat yang ada disetiap daerah.

Page 8: Firman Jirami a1d3 12 064

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Tentang Sastra

Karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi

kehidupan sosial. Sastra terlahir atas hasil karya perilaku manusia dalam

kebudayaan yang beranekaragam suku, ras, agama, dan tradisi yang

berbedabeda. Keanekaragaman tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan hal itu

memberikan pemasalahan dengan pemahaman serta tanggapan yang berbeda-

beda (Wijayanthi, dalam Kurniawan 2008:1).

Membahas tentang sastra, begitu banyak para ahli mengemukakan

batasan-batasannya. Para ilmuwan mengemukakan versi masing-masing yang

pada umumnya memberikan gambaran kehidupan manusia dalam kurun waktu

tertentu.

Sumardjo (1989:11) mengemukakan bahwa tidak mungkin memberikan

defenisi yang universal mengenai sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang

kita jumpai. Sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu dalam suatu

lingkungan kebudayaan.

Untuk lebih jelasnya berikut pendapat dua para ahli sastra :

Page 9: Firman Jirami a1d3 12 064

1. Jakob Sumardjo; sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa

pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat dan keyakinan dalam suatu

bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

2. Perkamin; kesusastraan berdasarkan arti katanya adalah semua tulisan atau

ungkapan yang indah yang arti didalamnya tercapai keseimbangan antara

isinya yang indah dan dilahirkan dengan bahasa yang indah pula

(Zulfahnur, dkk. 1997:3).

Karya sastra merupakan hasil dari kreativitas manusia baik secara tertulis

maupun secara lisan. Karya sastra yang tertulis misalnya prosa, cerita pendek,

cerita bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan karya sastra lisan adalah

karya sastra yang diwariskan turun-temurun secara lisan, dan salah satu jenis

karya sastra lisan adalah cerita rakyat.

2.2. Sastra Lisan

Sebagai data kebudayaan, sastra dapat dibedakan menjadi dua yaitu

sastra  tulis dan sastra lisan (Sumardjo dan Saini, 1997 : 78-79).

Sejenak mari menjelajahi sejarah. Sastra lisan di Indonesia ternyata

berkembang lebih pesat bila dibandingkan dengan sastra tulisan dan literatur

manapun. Sastra adalah sebuah dunia tersendiri yang diciptakan oleh pengarang

untuk diterima, diserap dan ditanggapi oleh masyarakat. Demikian juga sastra

lisan berkembang di masyarakat karena masyarakat menerimanya.

Page 10: Firman Jirami a1d3 12 064

Mengacu pada rumusan Politik Bahasa hasil seminar politik bahasa pada

tahun 1999 di Bogor, sastra daerah, sastra berbahasa daerah dan merupakan

unsur kebudayaan daerah, merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Sastra

daerah merupakan bukti historis kreativitas masyarakat daerah. Karena itu,

sastra lisan perlu didokumentasikan, sehingga sastra lisan tidak hilang dan

punah ditelan zaman. Sastra lisan didokumentasikan merupakan bagian dari

pelestarian kesusastraan daerah. Sastra lisan hadir sebagai bagian dari sastra

daerah. Etika didalamnya bagian terpenting untuk disajikan kepada

pembacanya.

Cerita rakyat memang terjadi apa adanya, tidak diadakan. Kebenaran itu

merefleksi kehidupan manusia. Sastra adalah ungkapan kreatif terpilih manusia,

mengandung inti pati pikiran, hasrat, suatu cita-cita yang diberi bentuk. Tidak

secara gamblang menunjukkan inti pati. Sastra lisan, hasil dari kultural

masyarakatnya. Realitas kultural dan historis kita sebut karya sastra tidak

berhenti di dalam teks. Teks hanya salah satu unsur dalam suatu relasi. Cerita

rakyat dikembangkan dan didokumentasikan bukan menghilangkan makna

sastra lisan.

2.3. Cerita rakyat

Cerita rakyat adalah cerita zaman dahulu yang hidup di masyarakat dan

diwariskan secara turun-temurun atau secara lisan dan berkembang dalam

masyarakat. Cerita rakyat dibedakan menjadi :

Page 11: Firman Jirami a1d3 12 064

1. Legenda

Legenda merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya

cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.

Contoh, Cerita Si Malin Kundang, Gunung Tangkuban Perahu, Dongeng

Banyuwangi, Dongeng Gunung Batok,Dongeng Rawa pening, dan

sebagainya.

2. Sage

Sage merupakan cerita rakyat yang didasarkan peristiwa sejarah yang sudah

bercampur dengan fantasi rakyat.

  Contoh : Hikayat Hang Tuah, Syariah Melayu, Ciungwanana, dan

sebagainya.

3. Mite

Mite merupakan cerita rakyat yang didasarkan peristiwa atau kejadian

dikalangan rakyat yang berdasarkan pada kepercayaan lama, terutama yang

berhubungan dengan dewa-dewi, roh halus, atau kekuatan gaib.

Contoh : Nyi Roro Kidul, Jaka Tarub, dan sebagainya.

4. Fabel

Fabel merupakan cerita rakyat yang menggambarkan watak dan budi

manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang.

Page 12: Firman Jirami a1d3 12 064

Contoh : Cerita Kancil yang Cerdik, Hikayat Kalila danDurina, Hikayat

Bayan Budiman, dan sebagainya.

5. Paralel

Paralel merupakan cerita rakyat yang tokohnya adalah manusia dan hewan.

Contoh : Anjing yang Loba, Semut dan belalang, Hikayat mahabrata,

Hikayat Ramayana, dan sebagainya.

6. Cerita penggeli hati

Cerita penggeli hati merupakan cerita rakyat yang berisikan kisah lucu atau

jenaka.Contoh : Cerita pak kodok, cerita pak belalang, cerita pak pander,

cerita lebai malang dan sebagainy

7. Hikayat

Hikayat  adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya

berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan

tentang kepahlawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/

kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.

Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :

a) Melayu Asli

Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)

Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam)

Hikayat Indera Bangsawan

Page 13: Firman Jirami a1d3 12 064

Hikayat Malim Deman

b) Pengaruh Jawa

Hikayat Panji Semirang

Hikayat Cekel Weneng Pati

Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)

c) Pengaruh Hindu (India)

Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)

Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)

Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)

Hikayat Bayan Budiman

d) Pengaruh Arab-Persia

Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)

Hikayat Bachtiar

Hikayat memiliki iri-ciri sebagai berikut :

1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal

2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan

istana/ kerajaan

3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan

4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat

Page 14: Firman Jirami a1d3 12 064

5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang

6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang

dianggap baik

7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)

8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik

dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik

9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang

serba indah.

Sifat Cerita Rakyat

Disampaikan secara lisan. Satu sifat sastra rakyat yang utama terletak pada

cara penyampaiannya. Pada lazimnya sastra rakyat disampaikan melalui

pertuturan. Ia dituturkan secara individu kepada indivdu yang lain atau

sekumpulan individu yang lain. Misalnya seorang datuk akan menuturkan

suatu cerita kepada seorang bapak, seterusnya dari seorang bapak dituturkan

kepada seorang cucu. Selain itu, ia juga disampaikan oleh seorang yang

profesional, yang kerjanya "bercerita" kepada anggota masyarakat yang

lain. Dalam masyarakat melayu, profesional ini dikenali sebagi "tok cerita"

ataupun "pawang", yang telah menghafal cerita-cerita tertentu daripada

seorang guru, untuk menyampaikan cerita dengan cara yang menarik

kepada orang kampung, untuk  menghiburkan orang kampung yang

berkenaan.

Page 15: Firman Jirami a1d3 12 064

Seringkali kali mengalami perubahan. Sastra rakyat merupakan suatu yang

dinamik, di mana ia akan mengalami pokok tambah ataupun , menurut

peredaran zaman. Daripada itu, kita boleh menjumpai berbagai variasi

untuk suatu cerita rakyat di tempat yang berlain. Malahan, bagi seorang tok

cerita, beliau mungkin akan melakukan perbuahan ke atas ceritanya secara

spontan, semasa menyampaikan cerita kepada khalayak.

Merupakan kepunyaan bersama. Soal hak cipta tidak wujud pada sastra

rakyat. Tiada siapa-siapa yang akan mengaku bahwa dialah pengarang bagi

cerita rakyat yang tertentu. Bagi tok cerita ataupun pelipurlara yang

kerjanya bercerira, beliau juga tidak mengakui dirinya sebagai pengarang

cerita berkenan, melainkan meletakkan kepengarangan cerita berkenan

kepada seorang individu yang anonmious, yakni Yang punya Cerita.

Sering memiliki unsur irama. Cerita pelipur lara yang disampaikan oleh

pawang ataupun tok cerita senantiasa melindungi unsur irama yang

menarik. Pengaturan ini adalah supaya cerita itu lebih menghibur

bersamping untuk memudahkan tok cerita menghafal.

“Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Anawangguluri dan Oheo”

Dahulu, ada seorang pemuda bernama Oheo. Pekerjaannya sehari-hari adalah

bertani. Pada suatu hari Oheo membuka kebun di hutan. Kebun itu ditanami tebu

yang tumbuh dengan subur. Pada saat tanaman tebunya tua, banyak burung nuri yang

turun mandi di sungai dekat kebun itu. Sebelum mandi, burung-burung itu lebih

Page 16: Firman Jirami a1d3 12 064

dahulu makan tebu. Sehingga ampas tebu berhamburan di tepi sungai. Melihat

kejadian itu Oheo sangat kesal dan jengkel pada burung-burung itu. Suatu ketika

Oheo pergi mengintip burung-burung itu. Namun apa yang dilihatnya sungguh

membuatnya tercengang. Ia melihat tujuh orang bidadari cantik sedang mandi.

Bidadari-bidadari itu turun dari khayangan. Pakaian mereka diletakkan di pinggir

sungai.

Dengan hati berdebar-debar, Oheo merayap menuju ke tempat pakaian-

pakaian itu. Dengan cepat Oheo mengambil sebuah pakaian bidadari itu. Kemudian ia

segera pulang. Disimpannya pakaian itu dalam ujung kasau bambu dekat jendela.

Sesudah itu, Oheo kembali mengintip perilaku para bidadari yang sedang mandi.

Usai mandi, para bidadari bergegas mengenakan pakaian mereka masing-

masing. Yang sudah selesai berpakaian langsung terbang tanpa menunggu yang

lainnya. Satu demi satu mereka terbang. Tinggallah seorang bidadari yang mondar–

mandir mencari pakaiannya. Tentu saja tidak tertemukan. Tidak berapa lama

muncullah Oheo, si biang keladi yang menyebabkan sang bidadari terus berendam di

dalam air. Sambil tetap berendam dalam air karena malu, Anawangguri nama

bidadari itu bertanya kepada Oheo. ?Apakah engkau melihat pakaianku disini??

Tidak,? jawab Oheo.

Anawangguluri semakin sedih. ?Tolonglah aku, Oheo. Kasihanilah daku.

Kakak-kakakku sudah terbang semua,? tutur Anawangguluri.

Page 17: Firman Jirami a1d3 12 064

Lama-kelamaan Oheo merasa iba kepadanya. ?Aku akan memberikan

pakaianmu, asal kau mau kawin denganku,? tuturnya.

Anawangguluri menerima permintaan itu. Namun, Anawangguluri minta

kepada Oheo, ?Bila di kemudian hari kita mempunyai anak, maka kaulah yang

membersihkan kotoran anak kita,? tutur Anawangguluri.

Oheo pun menerima permintaannya. Maka kawinlah mereka. Sejak saat itu

hidup mereka aman dan bahagia.

Pada suatu ketika lahirlah anak mereka. Seperti dalam perjanjian semula

bahwa, setiap anaknya buang air besar maka Oheolah yang membersihkannya.

Begitulah seterusnya.

Sekali waktu, Oheo sedang mengayam atap di halaman rumah. Sementara itu

anak mereka buang air besar lagi. Maka Anawangguluri memanggil suaminya.

Namun, kali ini dia menolak panggilan istrinya. Berkali-kali istrinya memanggil,

tetapi tetap ditolaknya, bahkan Oheo berkeras dan menyuruh istrinya untuk

membersihkan kotoran itu. Anawangguluri sempat berkata, ?Apakah kamu telah

melupakan janjimu dahulu sebelum kita kawin?? Oheo menjawabnya dengan nada

keras, ?Tak usah mengingat lagi yang lama.? Anawangguluri bertambah sedih.

Sambil berderai air matanya, ia membersihkan kotoran anaknya itu.

Kemudian Anawangguluri berdiri ke depan jendela sambil menyaksikan

pemandangan alam. Pandangan matanya dilemparkan kesana kemari, melihat ke

Page 18: Firman Jirami a1d3 12 064

angkasa. Tiba-tiba terlihat olehnya pakaiannya diujung kasau bambu itu. Dengan

tangan yang gemetar, perlahan-lahan ia menarik pakaian itu.

Kiranya pakaian itu masih utuh. Alangkah senang hatinya ia duduk kembali

menggendong anaknya sambil mencumbuinya. Diciumi anaknya, sesudah itu

diletakkannya kembali di lantai seraya memanggil suaminya.

Oheo, jagalah anakmu ini, aku akan kembali ke kayangan.?

Mula-mula dia tidak percaya akan hal itu. Setelah dua kali dipanggilnya, Oheo

beranjak dari duduknya halaman rumah. Sampai di dalam rumah, Anawangguluri

telah terbang lagi dan hinggap di pohon pinang. Oheo mengejarnya terus, tetapi sia-

sia. Anawangguluri terbang terus dan hinggap lagi di pohon kelapa. Akhirnya, ia

terbang ke angkasa kembali ke kayangan. Oheo merasa sedih, menyesali

perbuatannya. Ia merasa bingung karena ditinggali anak kecil. Bagaimana cara

merawat anak kecil, ia sendiri bingung. Itu sebabnya, ia berusaha berkeliling minta

bantuan kepada siapa saja yang mau mengantarkannya ke angkasa. Berhari-hari ia

keliling, tetapi belum ada yang mengaku bisa mengantarnya ke angkasa.

Pada suatu ketika ada sejenis tumbuhan bernama ?Ue-Wai? mengaku mau

mengantarkan Oheo ke khayangan. Tetapi dengan syarat Oheo harus membuatkan

Ue-Wai cincin untuk dipasang pada setiap tangkai daun.

Permintaan Ue-Wai itu dipenuhinya. Ue-Wai menyuruh Oheo duduk di

tangkainya kemudian menggendong anaknya erat-erat. Sebelum tumbuhan itu

menjulang ke angkasa, lebih dahulu, Ue-Wai memberikan petunjuk kepada Oheo. ?

Page 19: Firman Jirami a1d3 12 064

Setelah kita berada di angkasa, kita akan mendengarkan bunyi keras. Bunyi pertama,

tutup matamu erat-erat. Bunyi kedua bukalah matamu!? Petunjuk itu harus diikutinya.

Benar juga, setelah berada diangkasa, bunyi keras meledak. Mata Oheo ditutupnya

erat-erat. Bunyi kedua, membuka mata. Alangkah kagetnya ketika itu sudah berada di

halaman istana raja khayangan. Sementara itu, putri-putri raja sedang berjalan-jalan

disekitar istana. Salah seorang dari putri itu, melihat Oheo sedang duduk di halaman.

Kejadian itu segera dilaporkan kepada ayahnya, Tuan Raja. ?Coba perhatikan

manusia itu, jangan-jangan Oheo bersama anaknya,? titah Raja.

Setelah diperhatikan ternyata benar, bahwa yang datang itu adalah manusia

dari bumi bernama Oheo, yang sedang mencari istrinya. Oheo tidak diperkenankan

bertemu dengan istrinya, Anawangguluri, kecuali kalau lulus dalan ujian berat. Ujian

itu adalah Oheo harus mampu menumbangkan batu besar, sebesar istana, kemudian

harus memungut bibit padi yang dihambur di padang rumput tanpa sisa dan masih ada

ujian berat lainnya. Ujian pertama lulus dengan dibantu oleh tikus, burung dan hewan

lain. Ujian yang terberat lagi, yaitu harus dapat bertemu dengan istrinya dalam sebuah

tempat tidur di waktu malam gelap gulita. Sementara itu tempat tidur sama

bentuknya.

Ia diperintahkan oleh raja. Ia harus menemukan istrinya. Kalau tidak dapat,

jiwanya akan terancam. Disaat itulah ia merasa tidak mampu memecahkan masalah.

Sementara ia termenung, datanglah kunang-kunang seraya bertanya kepada Oheo. ?

Apa gerangan yang membuat engkau bingung??

Page 20: Firman Jirami a1d3 12 064

Aku mempunyai masalah berat. Sulit rasanya mencari istriku di dalam gelap

gulita ini, sementara bentuk tempat tidur sama, muka istriku dengan saudara-

saudaranya yang lain itu sama pula.?Jangan khawatir, ikutilah aku. Aku terbang,

dimana aku hinggap disitulah istrimu.? Hati Oheo sungguh gembira sekali

mendengar petunjuk itu. Ia memperhatikan kunang-kunang terbang. Tiba-tiba

kunang-kunang itu hinggap pada sebuah tempat tidur. Dengan hati gemetar, Oheo

masuk ketempat tidur itu. Ternyata, memang benar disitulah istrinya. Anaknya pun

merasa bahagia dapat tidur bersama ibunya lagi.

Keesokan harinya sang raja memerintahkan mereka untuk segera turun ke

bumi. Anawangguluri merasa sedih hati ketika mendengar perintah ayahnya itu.

Sebaliknya, Oheo merasa gembira sekali. Mereka segera mempersiapkan peralatan

secukupnya untuk segera turun ke bumi. Setelah dipersiapkan segala sesuatunya,

turunlah mereka ke bumi dengan tali. Dalam sekejap saja mereka telah sampai di

bumi dengan selamat.

Sampai dibumi, Oheo bersama keluarganya mulai membentuk kembali

keluarga baru. Oheo mulai membuka kebun baru. Kebun itu ditanami dengan padi

dan tanaman lainnya. Dengan hasil kebun itu, Oheo bersama keluarganya hidup

sejahtera dan bahagia.

Cerita ini erat kaitannya dengan lingkungan hidup. Ketika Oheo dalam

kesulitan ia ditolong oleh tanaman, hewan dan serangga hingga sampai di khayangan.

Page 21: Firman Jirami a1d3 12 064

Ini disebabkan Oheo memang akrab dengan lingkungan hidup dan selalu menjaga

alam sekitar dan melestarikannya.

Page 22: Firman Jirami a1d3 12 064

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat

merupakan cerita zaman dahulu dan di wariskan kepada  masyarakat secara 

turun temurun. Salah satu sifat sastra rakyat yang utama terletak pada cara

penyampaiannya. Pada lazimnya sastra rakyat disampaikan melalui pertuturan.

Ia dituturkan secara individu kepada  indivdu yang lain atau sekumpulan

individu yang lain. Misalnya seorang datuk akan menuturkan suatu cerita

kepada seorang bapak, seterusnya dari seorang bapak dituturkan kepada

seorang cucu. Selain itu, ia juga disampaikan oleh seorang yang profesional,

yang kerjanya "bercerita" kepada anggota masyarakat yang lain. Dalam

masyarakat melayu, profesion ini dikenali sebagai "tok cerita" ataupun

"pawang", yang telah menghafal cerita-cerita tertentu daripada seorang guru,

untuk menyampaikan cerita dengan cara yang menarik kepada orang kampung,

untuk menghibur orang kampung yang berkenan.

Page 23: Firman Jirami a1d3 12 064

DAFTAR PUSTAKA

Buku Grafindo KTSP. 2006.  perpustakaan Man 2 Model: Medan.

Bunandra, Murti. 1998. Penulisan Cerita Rakyat. Jakarta: Balai Pustaka.

Danadjaja, James. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Aksara.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metoologi Penelitian Folklor : Konsep, Teori, dan  

Aplikasi, Yogyakarta: Media Press.

Kurniawan, Herlan. 2008. Cerita Rakyat Kahyangan di Kelurahan Dlepih Kecamatan

Tirtomoyo

Kabupaten Wonogiri dan Fungsinya bagi Masyarakat: Tinjauan Resepsi. Surakarta:

Skripsi Universitas Surakarta.

Sumardjo, Jakob. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksigegis. Yogyakarta: Balai Pustaka.

Zulfahnur, dkk. 2006. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.i, Yogyakarta: Media Press.