Makalah filsum siap di print
-
Upload
liza-fadilah -
Category
Documents
-
view
3.718 -
download
4
Transcript of Makalah filsum siap di print
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat lebih dikenal sebagai ilmu yang mencari hakikat dari segala sesuatu
yang ada. Selain itu, filsafat juga dapat dikatakan sebagai metode atau cara yang
radikal hendak mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.
Sehingga filsafat adalah awal dimana manusia mulai mengembangkan berbagai jenis
ilmu. Dari serangkaian proses tersebut, maka wajar dikatakan bahwa filsafat adala
induk dari segala ilmu yang ada.
Filsafat sendiri dibagi menjadi beberapa periode, yaitu; periode kuno, klasik,
abad pertengahan, modern dan masa kini. Dapat dikatakan pada awal kemunculan
filsafat, para tokoh-tokohnya lebih tertarik pada alam atau lebih bersifat cosmosentris.
Kemudian menginjak zaman klasik, pemikiran para tokoh-tokohnya tidak lagi bersifat
cosmosentris, namun lebih condong pada etika manusia. Pada masa ini, terjadi
peristiwa dialog antara kaum sophis dengan socrates. Sedangkan pada abad
pertengahan, para tokoh-tokohnya tidak lagi membicarakan hal-hal mengenai alam
dan manusia, melainkan pada Tuhan atau bercorak Theosentris
Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dikatakan
bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus
disesuaikan dengan ajaran agama. Pada masa ini juga dikatakan masa kemerosotan
dimana pemikiran para filosof dibatasi oleh pihak gereja, yang mengakibatkan
pemikiran-pemikiran para pada abad tersebut terhambat. Karena hal itulah pada abad
ini sering juga disebut abad kegelapan.
Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-
tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Pada masa
pertumbuhan dan perkembangan filsafat eropa (sekitar lima abad) belum
memunculkan ahli pikir (filosuf), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, baru muncul
ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali
kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
1
Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga
tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya
akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-
penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama
(teologi) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan ketat.
Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja.
Kendati demikian, ada juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap
orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah filsafat pada abad pertengahan?
2. Siapakah tokoh-tokoh filosof pada abad pertengahan?
3. Apakah ciri filsafat pada abad pertengahan?
4. Bagaimanakah perkembangan filsafat pada abad pertengahan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah filsafat pada abad pertengahan.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh filosof pada abad pertengahan
3. Untuk mengetahui ciri filsafat pada abad pertengahan
4. Untuk mengetahui perkembangan filsafat pada abad pertengahan.
2
BAB I
PEMBAHASAN
FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
A. ZAMAN PATRISTIK
1. Makna Patristik
Istilah Partistik berasal dari kata latin patres atau pater yang berarti bapak
dalam lingkungan gereja, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin
gereja ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli
pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang
menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya (Hadiwijono, 1995 : 72).
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah
mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila
mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka
yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber
kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat
Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun
filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai
ciptaan Tuhan. Jadi, memakai atau menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama
dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang
menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang
menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh
munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan
pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa
dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para
apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen
dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus
Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios
Arepagos, Au-relius Augustinus.
3
2. Tokoh Filosof dan karakteristik Filsafat Patristik
a. Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari
istilah "orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya". Menurut
pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari
filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato.
Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya
dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat
Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa
Kristus adalah logos, telah membagi-bagikan benih logos kepada seluruh
umat manusia, sehingga pada para orang yang bukan kristen telah juga
tertanam rasa kebenaran, bagi yang baik. Tiap orang yang telh mendapat
bagian benih logos itu sebenarnya adalah orang kristen, sekalipun ia tidak
dibaptis. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani
(Socrates, Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan
memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani
dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka
menyimpang? Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon
atau setan yang dikepalai oleh iblis. Demon atau setan tersebut dapat
mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama
Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani (Muzairi, 2009: 68).
b. Agustinus
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Agustinus
mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman
Yunani diganti dengan kauasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu
dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatif. Kebenaran itu mutlak
yaitu ajaran agama. Moral berpuncak pada dosa Adam, kehidupan pertapa
adalah kehidupan terbaik. Hati memerlukan kehidupan demikian. Ia juga
mengatakan bahwa mempelajari hukum alam adalah mubadzir, memboroskan
waktu. Ia berkutat bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Intelektualisme tidak
penting, yang penting adalah cinta kepada Tuhan. Tidak perlu dipikir, tanya
hati Anda, siapa pencipta alam ini. Untuk itu hati bersih, harus hidup. Maka
kehidupan berbujang adalah kehidupan terpuji. Manusia dilarang mempelajari
4
Astronomi. Mempelajari Anatomi menjadikan manusia materialistis. Filsafat
dan Sains jangan disentuh. Akal mati, hati menang.
Pada pemikiran Augustinus, ada beberapa hal penting yang dapat
dipahami, yaitu sebagai berikut:
a. Iluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jika mendapat
penerangan dari rasio ilahi. Allah adalah guru yang tinggi dalam batin
kita dan menerangi roh manusia.
b. Dunia jasmani yang terus menerus berkembang bergantung kepada
Allah. Mula-mula, Allah menciptakan materi yang tidak mempunyai
bentuk tertentu, tetapi mengandung benih berupa prinsip bagi
perkembangan jasmani. Menurut pandangannya bahwa didalam benih itu
segala hal telah ada, seperti sesudah telur, lahirlah ayam. Suatu masalah
tida akan mencapai jalan buntu apabila berdasarkan Al-Kitab.
c. Manusia yang dipengaruhi platonisme, tetapi tidak mengakui dualisme
ektrem plato, jiwanya senantiasa terkurung tubuh. Tubuh bukan sumber
kejahatan. Sumber kejahatan adalah dosa yang berasal dari kehendak
bebas (Tafsir, 2001 : 71).
Untuk mengetahui corak pemikiran abad pertengahan, perlu dipahami
karakteristik dan ciri khas pemikiran filsafatnya. Beberapa karakteristik yang
perlu dikeahui diantaranya sebagai berikut:
1. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
2. Bersifat terlalu yakin terhadap penafsiran teks kitab suci
3. Berfilsafat didalam lingkungan ajaran aristoteles
4. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus
3. Sumbangan Filsafat Patristik terhadap perkembangan ilmu
Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebar luaskannya
sedemikian rupa sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.
Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedoteran, obat-obatan,
astronomi,ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
Menegaskan system decimal dan dasar-dasar aljabar
B. ZAMAN SKOLASTIK AWAL
1. Makna Skolastik
5
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Partistik
adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran
filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar
dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja
Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo
biarawan.
Filsafat mereka disebut “Skolastik” (dari kata Latin “scholasticus”, “guru”),
karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara dan
universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat
internasional.
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad
Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung
bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan
rasional, ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian ditemukan pemecahannya.
Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas pengetahuan
yang diwariskan merupakan ciri filsafat Skolastik.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut:
a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada,
kejasmanian, kerohanian, baik buruk.
c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang
lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja.
2. Tokoh Filosof dan karakteristik Filsafat Skolastik Awal
1. Tokoh Filsafat Skolastik Awal
a. Boethius (480-524 M), dalam usianya yang ke-44 tahun, mendapat hukuman
mati dengan tuduhan berkomplot. Ia dianggap sebagai filosof akhir Romawi
6
dan filosof pertama Skolastik. Jasanya adalah menerjemahkan logika
Aristoteles ke dalam bahasa Latin dan menulis beberapa traktat logika
Aristoteles. Boethius adalah seorang guru logika pada abad pertengahan dan
mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad
pertengahan.
b. Kaisar Karel Agung yang memerintah pada awal abad ke-9 yang telah berhasil
mencapai stabilitas politik yang besar. Hal ini menyebabkan perkembangan
pemikiran kultural berjalan pesat. Pendidikan yang dibangunnya yaitu
diantaranya pendidikan yang digabungkan dengan biara dan pendidikan yang
dibangun raja atau kerabat kerajaan. (Muzairi, 2009:73)
2. Karakteristik Filsafat Skolastik Awal
Zaman Skolastik awal ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah
persoalan tentang universalia.
Secara umum, karakteristik zaman skolastik awal, yaitu:
1. Bertujuan untuk memperlihatkan penerimaan kebenaran dengan metode
deduksi.
2. Minat ilmiah adalah dunia yang superior.
3. Keinginan untuk menyediakan dalil ilmiah mengembangkan filsafat baru.
4. Keilmiahannya metapisikal, lebih peduli tehadap kejiwaan daripada
bagaimana ia dilakukan (etika, psikologi) maka mereka mengabaikan fakta
studi empiris.
5. Kebaikan tertinggi adalah renungan hidup tentang keyakinan dan
pengetahuan.
6. Kebenaran yang diterima oleh indera dianggap tidak penting: berpikir itu
penting dan logika silogistik esensial dalam memunculkan ilmu
pengetahuan.
7. Karena orang-orang yang berpendidikan menjadi penganalisis kehidupan
yang lebih cerdas dengan menggunakan logika.
3. Sumbangan Filsafat Skolastik Awal terhadap perkembangan ilmu
Zaman skolastik awal ini, berdiri sekolah-sekolah yang menerapkan studi
duniawi meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
7
perbintangan dan musik. Sekolah yang mula-mula ada di biara Italia Selatan ini
akhirnya berpengaruh ke daerah-daerah yang lain.
C. ZAMAN KEJAYAAN SKOLASTIK
Abad ke-12 adalah abad pertumbuhan yang cepat dari peradaban abad
pertengahan. Dalam abad ini ilmu pengetahuan berkembang sedemikian rupa hingga
timbul harapan baru bagi masa depan yang cerah. Pada masa ini ilmu alam, ilmu pasti
dan ilmu kedokteran menarik perhatian (berkembang pesat). Semuanya itu menjadikan
abad ke-13 menjadi abad kejayaan skolastik.
1. Faktor Pendorong Kejayaan Skolastik
a. Adanya pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, sejak abad ke-12 sampai
ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Ini merupakan
gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal berdirinya
Universitas di Paris, di Oxford, Mont pellier, Cambridge dan lain-lain.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat
untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-
tokohnya memegang peran di bidang Filsafat dan Teologi, seperti Albertus De
Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J. D. Scotus, William Ocham.
2. Tokoh Filosof Dan Karakteristik Filsafat Zaman Kejayaan Skolastik
Tokoh-tokohnya memegang peranan dibidang filsafat dan teologi, seperti
Albertus De Grote, Thomas Aquinas, Bonaventura, J.D. Scouts, William Ocham.
Karakteristik pada zaman kejayaan Skolastik ini ditandai dengan
munculnya Universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, disamping juga peranan
universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Adapun
tokoh-tokoh yang memegang peranan dibidang filsafat dan teologi pada masa
keemasan Skolastik ini diantaranya:
a. Yohanes Duns Scotus (1266-1308)
8
Seorang Skot dari ordo Fransiskan. Ia belajar di Cambridge, Oxford dan
Paris yang kemudian menjabat menjadi guru besar di paris. Tulisan-tulisannya
sukar dimengerti, karena gaya bahasanya yang singkat. Ia adalah seorang ahli pikir
yang tajam, yang menyusun pembuktian-pembuktiannya dengan ketajaman yang
mencolok dan mengupas argumentasi lawannya sampai habis. Ia bermaksud
mempertahankan tradisi ordo Fransiskan yang berjiwa Augustinis-Neoplatonis.
Duns Scotus berpendapat, bahwa ada hubungan yang selaras antara iman
dan pengetahuan. Menurut Duns Scotus nisbah antara teologia dan filsafat bahwa
keduanya adalah dua ilmu yang berdampingan, yang masing-masing memiliki
pangkal keberangkatan serta metodenya sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan karena
filsafat adalah ilmu yang teoritis, sedang teologia adalah ilmu yang praktis.
Menurut Duns Scotus, kehendak adalah lebih penting daripada akal. Sebab
kehendaklah yang menentukan, sedang akal hanya dapat mengemukakan
bermacam-macam kemungkinan kepada kehendak, agar bisa ditentukan yang mana
yang harus dilakukan. Menurut Duns Scotus tentang Allah bahwa pada Allah akal
dan kehendak adalah satu, sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat dipisah-
pisahkan.
b. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)
Puncak kejayaan masa skolastik dicapai melalui pemikiran Thomas Aquinas
(1225-1274 M.). Lahir di Rocca sicca, Italia 1225 M dari suatu keluarga
bangsawan. Ia mendapat gelar “The Angelic Doctor”, karena banyak pikirannya,
terutama dalam “Summa Theologia” menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
gereja. Menurutnya, pengetahuan berbeda dengan kepercayaan. Pengetahuan
didapat melalui indera dan diolah akal. Namun, akal tidak mampu mencapai
realitas tertinggi yang ada pada daerah adikodrati. Ini merupakan masalah
keagamaan yang harus diselesaikan dengan kepercayaan.
Thomas Aquinas merupakan theolog skolastik yang terbesar. Ia adalah
murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya
filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-
pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan
9
Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat
Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen.
Menurut Thomas Allah adalah aktus yang paling umum, actus purus ( aktus
murni ), artinya Allah sempurna adanya, tiada perkembangan pada-Nya, karena
pada-Nya tiada potensi. Di dalam Allah segala sesuatu telah sampai kepada
perealisasiannya yang sempurna. Tiada sesuatu pun pada-Nya yang masih dapat
berkembang. Pada-Nya tiada kemungkinan, Allah adalah aktualitas semata-mata.
Thomas juga mengajarkan apa yang disebut theologia naturalis, yang
mengajarkan bahwa manusia dengan pertolongan akalnya dapat mengenal Allah,
sekalipun pengetahuan tentang Allah yang diperolehnya dengan akal itu tidak jelas
dan tidak menyelamatkan. Dengan akalnya manusia dapat tahu bahwa Allah ada,
dan juga tahu beberapa sifat Allah. Dengan akal orang dapat mengenal Allah,
setelah ia mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai dunia dan
mengenai manusia sendiri.
Thomas mengajarkan bahwa Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum
esse subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan
yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali
pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia
terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan
bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan
akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau
disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan,
melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas
3. Sumbangan Zaman Kejayaan Skolastik
Abad ke-13 menjadi abad kejayaan skolastik. Ada beberapa faktor yang
memberi sumbangan yang berguna bagi kejayaan skolastik. Beberapa faktor yang
memberi sumbangan yang berguna bagi abad ke-13 adalah:
Pertama, mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia
pemikiran yunani dan dunia pemikiran arab, yaitu dengan peradaban yunani dari
italia selatan, sisilia dan dengan kerajaan bizantium disatu pihak, dan dengan
peradaban arab yang ada di spanyol dilain pihak. Melalui karya orang-orang arab
10
dan yahudi eropa barat mulai lebih mengenal karya-karya Aristoteles melalui karya
para Bapak gereja Timur yang pada masa itu dikenal juga.
Kedua, munculnya Universitas-universitas. Telah dikemukakan bahwa pada
abad ke-9 di Eropa Barat muncul sekolah-sekolah karena perkembangan semakin
maju ada sekolah-sekolah yang membentuk persekutuan antara dosen dan
mahasiswa dari satu jurusan sehingga keduanya mewujudkan suatu kesatuan yang
menyeluruh. Kesatuan ini disebut universitas magistrorum et scolarum.
Hal yang ketiga yang membantu perkembangan skolastik ialah munculnya
ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan dan ordo Dominikan. Ordo pada Bapak
gereja serta para ahli skolastik
D. ZAMAN AKHIR SKOLASTIK
1. Faktor penyebab berakhirnya zaman skolastik
a. Timbulnya Kejenuhan terhadap segala macam pemikiran filsafat.
Awal dari berakhirnya zaman skolastik ini dimulai pada abad ke 14, dimana
timbul banyak kejenuhan terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
kontruktif. Hal tersebut terjadi karena para ahli pemikiran menampakkan gejala
pembekuan yang memperlihatkan stagnasi (kemandegan) pemikiran filsafat
Skolastik Kristen.
b. Munculnya beberapa kelompok diantaranya adalah aliran Thomisme, Scotisme,
via antiqua (jalan kuna) dan via moderna (jalan modern).
Aliran via antiqua merupakan kelompok lebih kecil dan lebih lemah dimana
mereka adalah pengikut dari Augustinus dan Albertus Agung yang tidak
memiliki pemikiran baru artinya asli. Berbanding terbalik deangan aliran via
moderna yang menolak pemikiran metafisis yang kontruktif. Selain itu aliran
via moderna lebih memperhatikan kepada hal-hal yang ilmiah dan positif,
bukan kepada persoalan-persoalan filsafati. Oleh karena itu dibidang teologia
yang diperhatikan adalah persoalan gerejani dan politik yang konkrit. William
Dari Ockham adalah tokoh yang memulai aliran via moderna.
c. Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan
dengan Thomas Aquinas, yaitu William Occam (1285-1349). Tulisan-
tulisannya menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia
tidak begitu disukai dan kemudian dipenjarakan oleh Paus. Namun, ia berhasil
meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV, sehingga ia
11
terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Occam
merasa membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus
diterima atas dasar keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan
teologis tidak dapat didemonstrasikan.
d. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolous Cusanus (1401-1404
M.). Dari filsafatnya ia beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral bagi
intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai
yang terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang
berlawanan. Dalam diri Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan.
Semua makhluk berhingga berasal dari Allah pencipta, dan segalanyaakan
kembali pula pada pencipta-Nya. Nicolous Cusanus sebagai tokoh pemikir
yang berada paling akhir masa Scholastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga
cara untuk mengenal, yaitu : lewan indra, akal, dan intuisi. Dengan indra akan
mendapat pengetahuan tentang benda berjasad, yang sifatnya tak sempurna.
Dengan akal akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasarkan pada sajian atau tangkapan indera. Dengan intuisi, akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi
2. Tokoh filsafat skolastik arab (Islam)
Pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Maka didirikanlah
sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialetika, geometri, aritmatika,
astronomi dan music Pada abad ke 6 M dikalangan para ahli piker islam (periode
filsafat Skolastik islam) muncul: Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Gazali, Ibnu Bajah, Ibnu
Tufail, Ibnu Rusyd. Periode ini berlangsung tahun 850-1200. Mereka mengadakan
perpaduan dan sinkrestisme antara agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran ini
masuk Eropa yang merupakan sumbangan islam yang paling besar. Peralihan dari
abad pertengahan keabad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa
peralihan (masa transisi) yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme yang
berlangsung pada abad 15-16.
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada
masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para
ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut.
a. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal
filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles.
12
b. Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir
Islam, terutama Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru
terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.
c. Skolastik Islamiah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.
Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut
memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu
pengetahuan. para ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat
Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar, mereka mengadakan perpaduan
dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut
kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.
Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik islam terbagi menjadi dua periode,
yaitu:
a. Periode Mutakallimin (700-900);
b. Periode Filsafat Islam (850-1200).
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas
kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak
mau mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan
kemoderenan Barat.
AL- kindi (801- 865)
Al kindi adalah orang pertama yang memasukan filsafat sebagai salah satu
ilmu ke islam, setelah ia menyusaikannya dengan islam filsafat metafisiska al-
kindi pada umumnya menyetujui pendapat Aristoteles dan Neo-Platinisme,
kecuali dalam dua hal yang prinsip yaitu, tentang keabadian ciptaan dan tentang
tidak mungkinnya tiada melahirkan ada
13
Dalam hal tersebut Al-Kindi tetap pada prinsip teologi islam bahwa semua
diciptakan Tuhan dan Tuhan di atas ketentuan hukum alam. Alama bukan qodim
(kekal di zaman lampau), tetapi mempunyai permulaan.
AL- Farabi.
Asal kelahirannya di Farab Turkistan, ia digelari sebagai al- muallimuts-
tsani (guru kedua) dalam Al- farabi juga seorang ahli matematika dan ahli
musik. Definisi filsafat menurutnya adalah Al-ilmu bil maujudat bima hiya Al-
maujudat( ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada!
Al farabi sependapat dengan plato bahwa alam ini adalah baru, terjadi dari tiada.
Tentang terjadaianya alam Al- farabi menyetujui teori emanasi platinus namun
dari teorinya malah lebih terperinci lagi.
Ibnu Sina.
Nama lengakapanya ialah Abu Ali Husain ibnu sina. Selaian dikenal
sebagai ahli di bidanga filsafat, juga dikenal sebagai ahli kedokteran. Ibnu Sina
mengatakan bahwa Tuhan itu adalah Al- aqlu (akal) ia memikirkan dirinya lalu
14
memikirkan sesuatu di luar dirinya menyebabakan timbulnya akal lain yang
dinamakan akal pertama ( Al- Aqlu awwal).
Jadi menurut ibnu sina tiapa-tiap akal itu menimbulkan tiga (tidak 2 seperti
Al- farabi) ujud yaitu Akal, jarim langit dan planet-planetnya dan jiwa langit dan
planet-planetnya. Jadi Falak (langit) menurut ibnu sina mempunyai jiwa( nafs)
yang menggerakannya dan memepeunyai akal yang mengaturnya.
Al-Ghazali
Al-Ghazali dalam bukunya tahafutulfattusifah menyeranga argumen
filsafat para filosuf yunanai dan filosuf islam banyak masalah Al- Ghazalai
dengan tegas ia katakan bahwa alam berasal dari tidak ada menjadi ada, sebab
diciptakan oleh tuhan dan kalau dikatakan bahwa alam tidak bermula, itu
namanya bukan ciptaan Tuhan jadi bukan pencipta, sedangakan. AL-quran
menyebutakan bahwa Tuhan pencipta segala-galanya. AL-Ghazal juga
menentang pendapat ahli filsafat
Bahwa segala sesuatu terjadi dengan kepasatian sebab akibat semata-mata
dan mustahil adanya penyimpangan-penyimpanagan. Bahwa segala kejadian
hanyalah merupakan kebiasaan atau adat semata-mata dan bukan merupakan
kepasatian.
Ibnu Rusyd
Dalam bukunya itu Ibnu Rusyd membela pendapat filosuf yunanai dan
islam yang telah diserang oleh AL- Ghazali. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa
alam adalah azalai. Jadi ada dua yang azalai yaitu Tuhan dan Alam . Namun
keazalian tuhan lebih utama daripada keazalian alam. Argumen yang
dikemukakan ialah seandainya alam tidak azali, ada permulaan, maka habislah
ala ini (baru). Dan setiap yang baru pasti ada yang menjadikannya.
3. Zaman peralihan skolastik
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang diisi
dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Zaman peralihan ini
merupakan embrio masa modern. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya
15
renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga
ke-16.
a. Renaissance
Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang
kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia, kemudian di Prancis,
Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Di antara tokoh-
tokohnya adalah Leonardo da Vinci. Michaelangelo, Machiavelli, dan
Giordano Bruno.
b. Humanisme
Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu pendirian ahli pikir
Renaissance yang mencurahkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraan
Yunani dan Romawi, serta perikemanusiaan. Kemudian, Humanisme berubah
fungsinya menjadi gerakan untuk kembali melepaskan ikatan dari gereja dan
berusaha menemukan kembali sastra Yunani atau Romawi. Di antara para
tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan Thomas
Morre.
c. Reformasi
Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16.
revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan keadaan gereja
Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestantisme. Para
tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.
Akhirnya dalam filsafat Renaissance salah satu unsure pokoknya adalah
manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin
menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.
Abad pertengahan disebut masa kelam bagi pemikiran filsafat, kerena
kebebasan berpikir manusia telah dipangkas dan didominasi oleh dogma gereja.
Tetapi, justru abad pertengahan menjadi titik balik bagi munculnya cahaya baru
pemikiran filsafat, yang ditandai dengan gerakan Renaisance yang kembali
melahirkan budaya berfikir ilmiah. Renaisance ini lah yang menjadi cikal-bakal
bagi munculnya pemikiran filsafat modern. Namun, pemikiran filsafat modern
dengan budaya berpikir ilmiah yang berujung pada lahirnya ilmu pengetahuan dan
teknologi mutakhir, juga memberikan karakteristik negatif berupa menurunya
kepercayaan atas dogma gereja, dan mulai tumbuh masyarakat anti agama.
16
Simbol bagi perubahan zaman dari gelapnya abad pertengahan menuju abad
modern adalah terbuktinya teori Copernicus, yang juga diperkuat oleh Galileo dan
Keppler. Hal ini semakin menyudutkan posisi gereja yang telah salah memberikan
doktrin mati, bahwa bumi itu pusat tata surya, sementara pada masa modern dapat
dibuktikan bahwa mataharilah yang merupakan pusat tata surya. Perubahan yang
sangat mendasar bagi corak pemikiran pada abad pertengahan dan modern adalah,
para filsuf dan ilmuan modern berpikir mengandalkan rasio, mereka bebas
mengungkapkan argumen-argumen tanpa adanya batasan dari otoritas gereja,
sehingga filsafat dapat berkembang luas. Teori dan argumen yang diungkapkan
dimasa modern merupakan teori dan argumen terbuka yang bisa menerima kritik,
efaluasi, verifikasi, modifikasi ataupun falsifikasi, bukan berupa dogma-dogma
yang kaku dan tidak dapat diubah sebagaimana yang diajarkan pada abad
pertengahan oleh gereja.
Era modern ditandai dengan munculnya ilmu – ilmu praktis, dengan
ditemukannya alat-alat produksi berbasis mesin, juga listrik dan mesin uap.
Bahkan, ilmu teoritis-spekulatif hampir lumpuh dan tergantikan oleh ilmu-ilmu
praktis yang manfaatannya dapat dirasakan secara langsung oleh manusia.
Pentingnya ilmu praktis ini terkait dengan kebutuhan logistik akan perang yang
berlangsung pada waktu itu.
Sisi filosofis dan moralitas berubah drastis pada masa modern. Masyarakat
dogmatis dengan ciri filsafat skolastik telah berganti menjadi masyarakat yang
indifidualis dan rasional, yang lebih menekankan pada prinsip dan nilai-nilai
kedisiplinan, intelektualitas, moral, dan politik konseptual. Akibatnya, karya-karya
manusia modern semakin menakjubkan, terutama dibidang seni, sastra dan
teknologi. Lahirnya zaman modern tidak bisa lepas dari kontribusi filsuf-filsuf
seperti Descartes, Spinoza, Leibniz, John locke, David Hume, Imanuel Kant,
Berkeley, dan Hegel. Masing-masing filsuf tersebut mempunyai corak pemikiran
tersendiri dalam memandang realitas, yang dari pemikiran mereka-lah filsafat
pemikiran modern muncul dan berkembang pesat.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sejarah filsafat pada abad pertengahan terbagi menjadi zaman patristik dan
zaman skolastik, zaman skolastik mencakup zaman skolastik awal, kemudian
mencapai masa kejayaan atau uncak dan masa berakhirnya skolastik.
2. Tokoh-tokoh filosof pada abad pertengahan dapat dikategorikan berdasarkan
zamannya yang berbeda-beda, sebagaimana berikut:
a) Pada zaman patristik muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu
para apologis dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan
filsafat Yunani, para tokoh pada masa ini diantaranya; Justinus Martir,
Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios
Arepagos, Au-relius Augustinus.
b) Pada zaman skolastik para tokoh-tokoh filosof muncul berdasarkan
perkembangannya, yaitu masa skolastik awal, masa kejayaan skolastik dan
masa akhir skolastik.
3. Filsaat pada abad pertengahan dapat dikatakan masa kemerosotan dimana
pemikiran para filosof dibatasi oleh pihak gereja, yang mengakibatkan
pemikiran-pemikiran para pada abad tersebut terhambat. Karena hal itulah pada
abad ini sering juga disebut abad kegelapan.
4. Pada abad pertengahan ini perkembangan ilmu mencapai perkembangan yang
pesat karena adanya penerjemahan karya filsafat Yunani klasik ke bahasa Latin,
juga penerjemahan kembali karya para filsuf Yunani oleh bangsa Arab ke
bahasa Latin.
18
FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
ZAMAN PATRISTIK
ZAMAN SKOLASTIK
Makna Zaman Patristik
Tokoh Filosof Zaman Patristik
Karakter Filsafat Zaman Patristik
Sumbangan dalam Perkembangan Ilmu
Zaman Skolastik Akhir
Zaman Kejayaan Skolastik
Zaman Skolastik Awal
Makna Zaman Skolastik
Tokoh Filosof Zaman Skolastik Awal
Karakter Filsafat Zaman Skolastik Awal
Sumbangan dalam Perkembangan Ilmu
Faktor Pendorong Kejayaan
Tokoh Filosof pada Zaman Kejayaan
Faktor Penyebab Zaman Akhir
Tokoh Filsafat Skolastik Arab
Zaman Peralihan Skolastik
PETA KONSEP
19
Karakter Filsafat pada Zaman Patristik
Sumbangan dalam Perkembangan Ilmu