MAKALAH Exercise Jantung

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung adalah penyebab kematian dan kesakitan utama di Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian didapatkan angka hampir 5 juta pria dan wanita dewasa menderita penyakit jantung. Angka prevalensinya meningkat dengan meningkatnya umur, dimana 51% pada pria dan 48% pada wanita umur antara 55-64 tahun, sedangkan sia diatas 75 tahun kejadian penyakit jantung pada pria 71 % dan pada wanita mendekati 79% . Di AS dikatakan setiap 26 detik didapatkan kejadian penyakit jantung koroner, dan 1 kematian setiap menit akibat penyakit jantung. Setiap tahun terdapat 565.000 kasus baru Infark Miokardial dan pada umumnya mereka akan mati pada tahun pertama sementara 50% akan mati setelah 8 tahun. Namun seiring dengan peningkatan prevalensi penyakit jantung maka terdapat juga peningkatan jumlah tindakan intervensi pada penderita penyakit jantung yang dilakukan di rumah sakit. Di AS setiap tahunnya di dapatkan angka 1,2 juta orang yang melakukan pemeriksaan angiogram, 571000 tindakan angioplasty, 516000 tindakan operasi bypass arteri koroner juga terdapat 2154 operasi transplantasi jantung. 1

Transcript of MAKALAH Exercise Jantung

Page 1: MAKALAH Exercise Jantung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung adalah penyebab kematian dan kesakitan utama di

Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian  didapatkan angka hampir 5 juta pria dan

wanita dewasa menderita penyakit jantung. Angka prevalensinya meningkat

dengan meningkatnya umur, dimana  51% pada pria dan 48% pada wanita umur

antara 55-64 tahun, sedangkan sia diatas 75 tahun kejadian penyakit jantung pada

pria 71 % dan pada wanita mendekati 79%  .

Di AS dikatakan setiap 26 detik  didapatkan kejadian penyakit jantung

koroner, dan 1 kematian setiap menit akibat penyakit jantung. Setiap tahun

terdapat 565.000 kasus baru Infark Miokardial dan pada umumnya mereka  akan

mati pada tahun pertama  sementara 50% akan mati setelah 8 tahun.

Namun seiring dengan peningkatan prevalensi penyakit jantung maka

terdapat juga peningkatan jumlah tindakan intervensi pada penderita  penyakit

jantung yang dilakukan di rumah sakit. Di AS setiap tahunnya di dapatkan angka

1,2 juta orang yang melakukan pemeriksaan angiogram, 571000 tindakan

angioplasty, 516000 tindakan operasi bypass arteri koroner juga terdapat  2154

operasi transplantasi jantung.

Di Indonesia pelayanan tindakan operasi jantung sudah berkembang pesat

baik operasi bedah pintas koroner/CABG maupun operasi perbaikan/penggantian

katup jantung . Berdasarkan data yang ada di Pelayanan Jantung Terpadu ( PJT )

RS. Dr. Cipto Mangunkusumo  sejak berdiri tahun 2004 sampai sekarang, telah

dilakukan operasi jantung ByPass koroner/CABG  242 pasien , operasi

perbaikan/penggantian katup jantung sejumlah  405 pasien   sedangkan  operasi

jantung pada penderita anak anak jumlahnya lebih banyak lagi dengan kasus yang

sangat bervariasi .

Dengan meningkatnya  tindakan intervensi jantung maka angka

perpanjangan  hidup pun meningkat. Oleh karenanya rehabilitasi jantung

merupakan suatu program yang penting untuk meningkatkan kembali kualitas

hidup pasien. Program rehabilitasi tersebut meliputi perubahan gaya hidup yang

1

Page 2: MAKALAH Exercise Jantung

antara lain meliputi pengaturan pola makan, manajemen stress, latihan fisik. Pada

dasarnya, program rehabilitasi pada penderita gangguan jantung bertujuan untuk :

(1) mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, (2) memberi penyuluhan pada pasien

dan keluarga dalam mencegah perburukan dan (3) membantu pasien untuk

kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung

(Jolliffe et al., 2001:87). Program latihan fisik didasarkan pada tingkat kesadaran

pasien dan kebutuhan individual. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah

bahwa program latihan sebaiknya dimonitor berdasarkan target frekuensi denyut

nadi, perceived exertion maupun prediksi METs. Apabila terjadi gejala gangguan

jantung, ortopedik maupun neuromuskular, perlu dilakukan peninjauan ulang

terhadap program latihan (Lavie et al., 1993:678).

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan membahas tentang jurnal penelitian terkit dengan

latihan fisik untuk rehabilitasi jantung.

2

Page 3: MAKALAH Exercise Jantung

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Program Latihan Fisik Rehabilitatif pada Penderita Gangguan Jantung

Rehabilitasi jantung adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk

memperbaiki penderita penyakit jantung untuk  mencapai kondisi fisik, mental

dan sosial terbaik, sehingga mereka dapat mempertahankan atau mencapai

kehidupan seoptimal mungkin di masyarakat dengan usahanya sendiri. Program

rehabilitasi mencakup beberapa hal seperti evaluasi medis, peresepan latihan,

modifikasi faktor resiko, edukasi, konselling dan program vokasional

Program latihan fisik rehabilitatatif bagi penderita gangguan jantung

bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada

pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien untuk

kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung.

a. Manfaat Latihan Fisik Pada Penderita Gangguan Jantung.

Mengurangi efek samping fisiologis dan psikologis tirah baring di rumah

sakit.

Dapat dimanfaatkan untuk memonitor kondisi fisiologis penderita

Mempercepat proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali apda level

aktivitas sebelum serangan jantung (Lavie et al., 1993:678).

b. Kontraindikasi Latihan Fisik

Selain memiliki manfaat yang vital, latihan fisik pada penderita gangguan

jantung dapat pula mencetuskan serangan ulang. Untuk meminimalisasi resiko

tersebut, latihan fisik di kontraindikasikan pada keadaaan yang tercantum pada

dibawah ini. Oleh karenanya sebelum penderita memulai program latihan fisik,

penderita tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari dokter.

Kontraindikasi Pasien yang Dapat Menjalankan Program Latihan.

1. Angina tidak stabil

2. Tekanan darah sistolik istirahat > 200 mm Hg atau diastolik istirahat >100

mmHg

3. Hipotensi orthostatik sebesar ≥ 20 mmHg

4. Stenosis aorta sedang sampai berat

3

Page 4: MAKALAH Exercise Jantung

5. Gangguan sistemik akut atau demam

6. Disritmia ventrikel atau atrium tidak terkontrol

7. Sinus takikardia (>120 denyut/menit)

8. Gangguan jantung kongestif tidak terkontrol

9. Blok Atrio Ventrikular

10. Myocarditis dan pericarditis aktif

11. Embolisme

12. Tromboplebitis

13. Perubahan gelombang ST (>3mm)

14. Diabetes tidak terkontrol

15. Problem ortopedis yang menganggu istirahat.

(Oldridge, 1988:45)

c. Struktur Program RehabilitasiSecara tradisional program rehabilitasi dibagi menjadi :

Fase I : Inpatient (di dalam rumah sakit)

Fase II : Out-Patient (pulang dari rumah sakit sampai dengan 12 minggu

merupakan program dengan pengawasan)

Fase III : Pemeliharaan

Ades (2001:892) menyatakan bahwa secara kontemporer, program latihan

diarahkan berdasarkan kebutuhan individual. Pada individu dengan resiko rendah

program latihan tanpa supervisi dapat dilakukan secepatnya, sedangkan pada

penderita dengan resiko tinggi, program latihan termonitor dapat dilakukan dalam

selang waktu yang lebih lama. Secara umum, program latihan dibagi menjadi

program inpatient dan out-patient.

1. Program Inpatient

Program latihan inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam setelah gangguan

jantung sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang dilakukan

terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki dan

pengubahan postur. Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambnulatory

yang diawasi. Pada fase ini perlu dilakukan monitoring ECG untuk menilai respon

terhadap latihan. Latihan pada fase ini harus menuntut kesiapan tim yang dapat

mengatasi keadaan gawat darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan

4

Page 5: MAKALAH Exercise Jantung

jantung. Manfaat dari latihan fisik pada fase ini adalah sebagai bahan survailance

tambahan, melatih pasien untuk dapat mejalankan aktivitas pada aktivitas sehari-

hari, dan untuk menghindari efek fisiologis dan psikologis negatif pada bedrest.

Tujuan dari latihan fsik fase pertama ini harus disesuaikan dengan kebutuhan

pasien. Pasien dengan aktivitas rendah mungkin hanya memerlukan latihan fisik

untuk menunjang kegiatan sehari-hari (ADL: activity of daily life).

Pasien dengan kapasitas fisik yang lebih baik dapat menjalankan program

letihan untuk encegahan tertier dan mengikuti program jangka panjang untuk

meningkatkan ketahanan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas dan

ketahanan otot (Marchionni et al., 2003:2201). Pemantauan lebih lanjut perlu

dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala : peningkatan denyut andi

melebihi batas yang ditetapkan, peningkatan tekanan darah sebagai respon latihan,

sesak napas, iskemia myocardial, disritmia, angina pectoris dan kelelahan berat.

Pada fase initial ( 1 sampai 3 hari paska infark post myocardial atau prosedur

bedah) pada pasien di rumah sakit yang menjalankan program latihan, aktivitas

harus dibatasi harus dibatasi dengan intensitas yang rendah (sekitar 2 sampai 3

METs). Pada umumnya aktivitas mengurangi resiko timbulnya trombosis.

Program latihan meliputi aktivitas sehari-hari dan latihan pada kaki dan

lengan untuk mempertahankan tonus otot, hipotensi orthostatik dan kapasitas

sendi. Pasien dapat memulai latihan dari berbaring menuju ke duduk dan

kemudian berdiri. Latihan ortostatik perlu dilakukan dalam program latihan.

Latihan ortostatik meliputi berdiri dengan gerakan otot selama1 sampai 2 menit

dengan monitor denyut nadi dan tekanan darah. Respon terhadap latihan ini

diperlukan untuk menilai respon tubuh terhadap berbagai jenis vasodilatator dan

beta bloker. Pada hari ke 3 sampai 5 paska infark post cardial atau gangguan

kardiovaskular lain, mulai dapat dilakukan latihan dengan berjalan, treadmill, atau

ergometri (Oldridge, 1988:45). Beberapa contoh aktivitas ringan yang dapat

dilakukan oleh penderita terdapat dibawah ini:

Contoh Aktivitas Pada Fase Inpatient

Kelas Gerakan Contoh Aktivitas

Kelas I :

Duduk di tempat tidur dengan bantuan

5

Page 6: MAKALAH Exercise Jantung

Duduk di kursi 15-30 menit, 2-3 kali sehari\

Kelas II :

Duduk di tempat tidur tanpa bantuan

Berjalan di dalam ruangan

Kelas III

Duduk dan berdiri secara manditi

Berjalan dengan jarak 15-30 meter dengan bantuan 3 x sehari

Kelas IV:

Melakukan perawatan diri secara mandiri

Berjalan dengan jarak 50-70 meter dengan bantuan 3-4 x sehari

Kelas V Berjalan dengan jarak 80-150 meter mandiri 3-4 x sehari

Perencanaan pemulangan

Pada perencanaan pemulangan pasien jantung beberapa hal harus

diperhitungkan yakni : kondisi klinis, aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas pada

waktu luang, istirahat, bekerja, aktivitas seksual, gejala dan rujukan pada fase

rehabilitasi dengan pengawasan. Pada saat pemulangan, pasien harus

mendapatkan informasi tentang kerja dan karakteristik arteria koronaria jantung

dan gangguan yang dialaminya sehingga dapat memahami gangguan jantung yang

terjadi pada dirinya dan keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi terjadinya

atherosklerosis. Pada saat pemulangan, sebaiknya hal hal perawatan diri mendasar

seperti mandi, mengenakan baju makan dan minum sudah dapat dilakukan secara

mandiri. Pada saat pemulangan pasien juga diberikan pengertian agar menghindari

suhu dan kelembaban udara yang terlalu ekstrim. Jumlah waktu istirahat juga

harus secara jelas disampaikan. Istirahat yang dianjurkan dapat meliputi tidur dan

atau istirahat berbaring atau duduk tenang. Jenis pekerjaan yang tidak disarankan

adalah yang meliputi mengangkat beban dan menahan nafas. Pasien yang

merasakan gejala palpitasi, dyspnea, tidak bisa tidur, kelelahan berat harus

berkonsultasi kepada dokter. Sebelum fase I berakhir, pasien harus sudah

mendapatkan penjelasan tentang program fase selanjutnya (Lavie et al.,

1993:678).

6

Page 7: MAKALAH Exercise Jantung

2. Program Out-patient

Program out-patient dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari

rumah sakit. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembalikan

kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum sakit. Pasien yang pernah

mengalami infark myocard dan atau operasi bypass arteri memiliki resiko yang

lebih besar untuk mengalami dysritmia, dypnea dan angina. Pada pasien yang

pernah menjalani operasi bypass sering terjadi rasa pusing dan diyrrhitmia

supraventricular sedangkan pasien yang pernah mengalami infark myocard sering

mengalami perubahan segmen ST pada EKG. Hal inilah yang mendorong

perlunya pengawasan program latihan pada orang dengan riwayat gangguan

jantung tersebut (Jolliffe et al., 2001:87).

Seperti yang telah dikemukakan program rehabiliatasi sebaiknya diawali

beberapa hari sebelum fase I berakhir. Biasanya fase II dimulai pada minggu

kedua atau ketiga setelah serangan myocardial infark. Program ini diharapkan

dapat memberi dukungan dan dapat membimbing penderita gangguan jantung

untuk mengatasi masalah-masalah kesehatannya. Idealnya, program fase II

dijalankan di fasiloitas kesehatan yang memiliki fasilitas EKG untuk pengawasan

latihan, peralatan dan staf yang dapat mengatasi kondisi darurat. Apabila fase

rehabilitasi ini terpaksa dijalankan di rumah ataupun di tempat dengan sarana

minimal, seyogyanya tetap dilakukan pemeriksaan periodik pada pusat pusat

kesehatan. Pada prinsipnya, tujuan dari fase ini adalah untuk memberi latihan

rehabilitasi fisik seseorang penderita gangguan jantung agar dapat kembali

melakukan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala. Program ini sebaiknya

dikepalai oleh dokter yang dapat melakukan kontak secara teratur dengan pasien,

dapat melayani panggilan rumah atau dapat melakukan pengawasan pada program

latihan (Marchionni et al., 2003:2201).

Ades (2001:894) memberikan beberapa contoh kegiatan yang dapat

dilakukan secara mandiri terdapat pada gambar 2 sampai 10. Pada tiap latihan

dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan dilakukan dua kali sehari. Pada tiap

latihan dilakukan pengaturan nafas yang baik karena apabila dilakukan penahanan

nafas dapat terjadi peningkatan tekanan darah dan meningkatkan beban kerja

7

Page 8: MAKALAH Exercise Jantung

jantung. Pada hari ke 4 dan ke 5 dapat ditambahkan beban sebesar 250 gram pada

tangan. Pada hari ke 6 beban dapat ditingkatkan menjadi 500 gram.

1. Latihan I (Latihan Siku)Cara :• Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada• Luruskan siku ke arah depan.• Tekuk kembali siku.• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 1. Latihan Siku

2. Latihan Elevasi LenganCara :• Berdiri dengan siku menekuk di dada.• Luruskan siku dan lengan ke arah atas• Tekuk kembali ke posisi semula.• Ulangi sampai dengan 10 kali

Gambar 2. Latihan lengan

8

Page 9: MAKALAH Exercise Jantung

3. Latihan Ekstensi lenganCara :• Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.• Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.• Katupkan kembali lengan pada dada• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 3. Latihan Ektensi Lengan

4. Latihan Elevasi Lengan IICara :• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.• Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas kepala.• Turunkan lengan kembali ke samping badan.• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 4. Latihan Elevasi Lengan II

9

Page 10: MAKALAH Exercise Jantung

5. Latihan Lengan Gerak MelingkarCara :• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.• Rentangkan tangan setinggi bahu.• Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan arah depan dengan tetapmeluruskan siku.• Ulangi sampai dengan 10 kali.• Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10 kali

Gambar 5. Latihan Lengan Gerak Melingkar

6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)Cara:• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan ditekuk ke depan• Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaris.• Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 6. Latihan jalan di tempat

10

Page 11: MAKALAH Exercise Jantung

7. Latihan Menekuk PinggangCara :• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan• Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.• Ulangi sampai dengan 10 kali.• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.• Ulangi sampai 10 kali

Gambar 7. Latihan Menekuk Pinggang

8. Latihan Memutar PinggangCara:• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan tangan di pinggang• Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 8. Latihan Memutar Pinggang

11

Page 12: MAKALAH Exercise Jantung

8. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)Cara:• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala.• Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.• Angkat kembali lengan keatas kepala• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 8. Latihan Menyentuh Lutut

9. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)Cara:• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tangan menyentuh pinggang.• Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.• Kembali luruskan punggung• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 10. Latihan Menekuk Lutut

12

Page 13: MAKALAH Exercise Jantung

III. Fase PemeliharaanBeberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan ke fase

pemeliharaan adalah kapasitas fungsional pasien, status klinis serta tingkat

pengetahuan pasien tentang gangguan jantung yang dialaminya. Kapasitas

fungsional minimal yang dimiliki oleh pasien adalah sekitar 5 METs yang

memungkinkan seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan

yang berarti. Secara klinis, pasien harus sudah memiliki respon hemodinamik dan

kardiovaskular yang stabil. Pasien juga diharapakn sudah memiliki pengetahuan

dasar tentang gejala-gejala yang dialami, pilihan terapi yang dapat dilakukan,

karakteristik perjalanan alamiah penyakit serta rentang aktivitas yang aman untuk

dilakukan (Oldridge, 1988:45). Program latihan pada fase pemeliharaan pada

dasarnya sama dengan individu normal dengan penekanan pada latihanb jenis

aerobik. Pada pasien dengan kapasitas fungsional diatas 5 METS, pemrograman

latihan dengan menggunakan frekuensi denyut jantung dan RPE (rating of

perceived exertion) dapat dilakukan. Frekuensi latihan sebaiknay berkisar 3

sampai 4 kali dalam seminggu. Durasi latihan dapat dimuai dari 10 menit an

kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap sampai dengan mencapai 60 menit.

Pada saat terjadi peningkatan kapasitas fungsional dan status klinis (Jolliffe et al.,

2001:87).

Beberapa metode latihan yang dapat dijalankan pada penderita gangguan

jantung adalahblatihan interval, sirkuit, sirkuit-interval dan kontinyu:

Latihan interval didefinisikan sebagai latihan yang kemudian diikuti oleh

periode istirahat. Beberapa manfaat dari jenis latihan ini adalah (1) dapat

dilakukannya latihan fisik dengan intensitas tinggi pada fase aktif dan (2)

secara keseluruhan intensitas latihan rata-rata meningkat.

Latihan sirkuit merupakan latihan dengan melakukan beberapa jenis

aktivitas fisik tanpa istirahat. Latihan sirkuit biasanya meliputi latihan

beban dengan sasaran otot tangan dan kaki. Manfaat dari latihan jenis ini

adalah dapat melatih otot tangan dan kaki.

Latihan sirkuit interval merupakan latihan tipe sirkuit dimana seseorang

menjalankan beberapa aktivitas akan tetapai diselingi oleh istirahat pada

saat dilakukan peralihan aktivitas. Manfaat dari latihan jenis ini meliputi

manfaat yang didapat dari altihan sirkit dan interval.

13

Page 14: MAKALAH Exercise Jantung

Latihan kontinyu menekankan penggunaan energi submaksimal yang

diajaga terus samapai dengan latihan berakhir. Manfaat dari latihan jenis

ini adalah bahwa latihan ini lebih mudah untuk dijalankan.

2.2 Efektifitas Latihan Fisik pada Rehabilitasi Jantung

2.2.1 Efektifitas latihan fisik jangka panjang (6tahun)

Manfaat latihan untuk pasien dengan gagal jantung kronis telah banyak

dijelaskan dalam beberapa tahun terakhir. Manfaat fisiologis berbagai rehabilitasi

meliputi peningkatan kapasitas latihan, adaptasi metabolik otot rangka, output

jantung lebih maksimal dan perbaikan fungsi endotel. Namun, penelitian tentang

pengaruh latihan fisik umumnya terbatas pada periode waktu tertentu (misalnya 1-

6 bulan), dan sedikit yang mengetahui efek jangka panjang rehabilitasi pada

pemeliharaan adaptasi fisiologis, peristiwa jantung dan pola aktivitas fisik.

Sebuah penelitian yang bertujuan mengevaluasi efek program pelatihan

perawatan jangka panjang terhadap kapasitas latihan dan pola aktivitas fisik, dan

untuk membandingkan hasil jangka panjang antara kelompok kontrol dengan

kelompok intervensi. Dimana 50 pasien laki-laki dengan penurunan fungsi

ventrikel (usia rata-rata 55 tahun) yang dirujuk ke pusat rehabilitasi di rumah di

negara Swiss. Dibagi menjadi dua kelompok secara acak dimana 25 kelompok

untuk intervensi dan 25 untuk kelompok kontrol.

Pada awal nya 25 partisipan (50%) telah menderita infark miokard, 3 (6%)

telah menjalani angioplasti koroner perkutan transluminal dan 20 (40%) telah

menjalani arteri koroner operasi bypass (TAKSI). Setelah penyakit koroner pasien

stabil, tunggu selama kurang lebih satu bulan sebelum memulai rehabilitasi.

Dilakukan penyesuaian terhadap rejimen pengobatan sehingga semua pasien

memiliki gejala dasar yang stabil. Semua pasien dibatasi oleh kelelahan, dyspnoea

atau keduanya dasar pengujian latihan pada, dan tidak memiliki bukti klinis

penyakit paru. Setelah informed consent diperoleh, pengujian latihan awal

dilakukan, dan partisipan secara acak dibagi menjadi dua kelompok. Pasien pada

kelompok latihan tinggal di pusat rehabilitasi selama satu bulan. Subyek kontrol

menerima tindakan perawatan biasa, termasuk dorongan verbal untuk tetap aktif

secara fisik.

14

Page 15: MAKALAH Exercise Jantung

Exercise training yang dilakukan terdiri dari Lima sesi bersepeda

dilakukan setiap minggu nya dengan durasi 30 menit, dan latihan berjalan diluar

selama 45 menit dua kali sehari. Durasi pelatihan adalah satu bulan. Intensitas

latihan adalah ditentukan dengan baik obyektif (denyut jantung cadangan dan

kerja tingkat ditargetkan 60-80% maksimal), dan subyektif (Borg skala 12-14)

tanggapan, dan tingkat kerja telah disesuaikan (manual) sesuai.

Hasil dari penelitian ini bahwa Puncak VO2 (volume maksimal O2 yang

diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif)

meningkat 21,4% pada kelompok latihan selama Program rehabilitasi, sedangkan

puncak VO2 tidak berubah pada kelompok kontrol. Setelah waktu enam tahun,

puncak VO2 hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan pada awal di kelompok

latihan, sedangkan puncak VO2 kelompok kontrol tidak berubah. Selama tindak

lanjut jangka panjang, 9 pasien meninggal pada kelompok latihan dan 12 pada

kelompok kontrol. Setelah 6 tahun, pola aktivitas fisik cenderung lebih tinggi

dalam kelompok latihan yaitu nilai pengeluaran energi rata-rata selama tahun lalu

adalah 2704 -/+1970 dan 2085 -/+1522 kkal / minggu selama kegiatan rekreasi

untuk masing-masing kelompok latihan dan kelompok kontrol. Namun, kedua

kelompok lebih aktif dibandingkan dengan pengeluaran energi sebelum latihan

jantung mereka (P<0.001).

Enam tahun setelah partisipasi dalam program rehabilitasi dirumah, pasien

dengan gagal jantung kronis memiliki hasil sedikit lebih baik dibandingkan

kelompok kontrol, mempertahankan kapasitas latihan dan terlibat dalam kegiatan

yang melebihi batas maksimal jumlah yang disarankan oleh pedoman untuk

kesehatan jantung.

Pasien dengan fungsi ventrikel berkurang baik karena gagal jantung

iskemik atau kardiomiopati dilatasi merespon positif ke program latihan olahraga.

Enam tahun setelah acara jantung dan ikut fokus berpartisipasi dalam program

rehabilitasi dirumah pasien secara acak untuk program latihan memiliki sedikit

hasil yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Namun, kedua kelompok

mempertahankan kapasitas latihan mereka, dan terlibat dalam aktivitas fisik yang

melebihi Jumlah yang disarankan oleh pedoman kesehatan jantung. Analisis saat

ini adalah percobaan acak prospektif kecil, dan lebih besar diperlukan untuk

15

Page 16: MAKALAH Exercise Jantung

menilai efek jangka panjang rehabilitasi program pada pasien dengan kronis gagal

jantung setelah peristiwa jantung.

Hal-hal yang harus dicermati dalam penelitian ini adalah :

1. Latihan yang aman dan efektif untuk pasien dengan gagal jantung kronis.

2. Efek dari program rehabilitasi jangka panjang pada gagal jantung kronis

hasilnya tetap tidak jelas, dalam penelitian ini dimana hasil tidak berbeda antara

kelompok latihan dan kelompok kontrol.

3. Enam tahun setelah subjek berpartisipasi dan terkonsentrasi dalam program

rehabilitasi dirumah, pola aktivitas fisik melebihi jumlah minimal yang

direkomendasikan untuk kesehatan kardiovaskular, dan cenderung lebih besar di

kelompok secara acak untuk Program latihan.

2.2.2 Efektifitas latihan fraksi ejeksi ventrikel kiri

Latihan fisik (exercise training) sebagai bagian dari rehabilitasi jantung

bertujuan untuk mengembalikan kesehatan pasien penyakit jantung. Namun,

fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) secara klinis digunakan sebagai prediktor

prognosis jangka panjang pada pasien penyakit arteri koroner (CAD) , jarang nya

penelitian tentang efektivitas rehabilitasi jantung latihan fisik berdasarkan pada

LVEF.

Sebuah penelitian yang bertujuan Untuk mengetahui efektivitas latihan

fisik rehabilitasi jantung berbasis pada LVEF pada pasien setelah menjalani

CABG atau PTCA. Sampel diambil secara acak tunggal terkontrol, pasein yang

telah selesai melakukan tindakan PTCA/CABG usia dari 35-75 tahun,atau yang

diobati secara konservatif, yang direkrut dari Rumah Sakit Golsar, Iran. Kriteria

eksklusi adalah kelompok pasien dan kontraindikasi (AACVPR-99) yang berisiko

tinggi melaksanakan pelatihan. Empat puluh dua pasien diacak untuk menjadi

kelompok intervensi dan Control. Kelompok intervensi menjalani 12 minggu

program latihan terstruktur yang dirancang secara individual baik dalam bentuk

latihan di pusat rehabilitasi (CExs) atau Home-based (HExs) menurut pedoman

ACSM-2005 (guidelines for exercise testing ang prescription) . Kelompok kontrol

hanya menerima perawatan jantung biasa tanpa latihan.

LVEF diukur sebelum dan setelah 12 minggu latihan untuk ketiga

kelompok. Perbedaan antara kelompok dianalisis menggunakan model linier

16

Page 17: MAKALAH Exercise Jantung

umum, dua arah langkah-langkah diulang pada alfa = 0,05. Hasil penelitian

mengatakan rata-rata subjek penelitian adalah 60,5 ± 8,9 tahun. Ada peningkatan

yang signifikan dalam LVEF dalam penelitian dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan LVEF antara Hexs

(kelompok yang melakukan latihan dirumah) dan kelompok CExs (yang

melakukan latihan dipusat rehabilitasi). Dalam 12-minggu awal (dalam waktu 1

bulan pasca-discharge) latihan terstruktur disesuaikan secara individual bisa

secara signifikan meningkatkan LVEF setelah pasien CAD melakukan tindakan

CABG/PTCA.

Meskipun penurunan sistolik fungsi ventrikel kiri merupakan prediktor

independen yang baik pada kematian Pasien CAD, sedikit informasi yang tersedia

mengenai efek latihan terhadap LVEF. Literatur yang ada baik lebih berfokus

pada pasien gagal jantung atau kekurangan keseragaman metodologis mengenai

jenis pasien, kesenjangan waktu antara pasca keluarnya untuk memulai

melaksanakan pelatihan pada pasien pasca-kejadian atau intensitas dan jenis

latihan yang diberikan kepada pasien. Adachi, Koiket dan Obayshi (1996)

melaporkan peningkatan fungsi jantung (seperti stroke volume) baik saat istirahat

dan selama latihan hanya dengan latihan intensitas tinggi.

Penelitian ini menunjukkan dua temuan penting yaitu:

1. Pada awal (dalam waktu 1 bulan pasca-discharge) 12 minggu program

latihan terstruktur setelah tindakan CABG/PTCA pasien penyakit arteri

koroner bisa secara signifikan meningkatkan kontraktilitas miokard dalam

hal dari LVEF.

2. Latihan dirumah secara terstruktur (Hexs) yang dirancang untuk latihan

individu bisa sama efektif nya dengan program yang dilakukan di pusat

rehabilitasi dan aman digunakan serta beresiko rendah pada pasien CAD.

3. Program-program dapat dimulai sedini mungkin yaitu 2 minggu pasca-

discharge pada pasien tanpa komplikasi.

Berbagai penelitian banyak membuktikan banyak kesulitan dan hambatan

untuk latihan jangka panjang dan hanya 25-30% dari pasien yang patuh dan

memenuhi syarat mengikuti latihan berbasis program rehabilitasi jantung.

Dirancang secara individual Program pelatihan HExs bisa menjadi metode

17

Page 18: MAKALAH Exercise Jantung

alternatif dalam meningkatkan kontraktilitas miokard tanpa mempengaruhi

efektivitas program. Menerapkan hasil temuan dalam praktek menguatkan

pentingnya pencegahan sekunder dan efektivitas rehabilitasi berpusat pada

program latihan jantung pada kondisi jantung secara keseluruhan dari pasien.

Mengingat peningkatan jumlah penyakit kardiovaskular. Kesimpulannya, 12-

minggu awal (dalam waktu 1 bulan pasca-discharge) terstruktur latihan yang

dirancang secara pelatihan individual secara signifikan dapat meningkatkan LVEF

setalah CABG/PTCA pada pasien penyakit arteri koroner. Dan program latihan

yag berpusat dirumah yang dirancang secara individual (Hexs) terbukti efektif

sama dengan program yang dilakukan di pusat rehabilitasi untuk meningkatkan

fraksi ejeksi pada ventrikel kiri (LVEF).

2.2.3 Latihan fisik selama rehabilitasi pada pasien gagal jantung yang

menggunakan implan.

Dalam dekade terakhir perkembangan yang signifikan dalam pengelolaan

dan rehabilitasi penderita Kegagalan jantung kronis (CHF) telah mamanfaatkan

penggunaan alat/perangkat yang dipasangkan dijantung. Penggunaan alat pacu

jantung biventricular, disebut sebagai Therapy Sinkronisasi Jantung (CRT) dapat

menghasilkan perbaikan dalam kemampuan fungsional. Ulasan ini menyediakan

terapis fisik dengan pemahaman dasar tentang bagaimana untuk meresepkan

latihan bagi penderita CHF yang memiliki ini perangkat implan.

Dalam dekade terakhir beberapa inovasi penting dalam pengelolaan dan

rehabilitasi orang dengan CHF telah muncul yang dapat meningkatkan tingkat

kelangsungan hidup mereka. Salah satu perkembangan yang signifikan adalah

penggunaan perangkat jantung dalam pengobatan CHF. Biventrikular alat pacu

jantung dan defibrillator implan jantung (ICDs) telah terbukti menjadi intervensi

yang efektif bagi sebagian orang dengan CHF.

Therapy Sinkronisasi Jantung (CRT) dengan perangkat biventrikular

memanfaatkan biventrikular atrium-disinkronisasi dua arah untuk

mengkoordinasikan kontraksi ventrikel kanan dan kiri, dan telah terbukti untuk

meningkatkan kemampuan fisik beberapa orang dengan CHF. Selanjutnya,

banyak pasien yang diobati dengan CRT juga menerima ICD. Tujuan dari kajian

ini adalah untuk memberikan terapis fisik dengan pemahaman dasar tentang

18

Page 19: MAKALAH Exercise Jantung

perangkat ini dan bagaimana untuk meresepkan latihan dan mengelola rehabilitasi

Pasien CHF dengan perangkat tersebut. Makalah ini akan mulai dengan gambaran

singkat tentang dampak CRT pada fungsi fisik dan kapasitas latihan. Ini akan

diikuti oleh rekomendasi untuk pelatihan aerobik dan resistensi. Akhirnya akan

ada review pada ICDs diikuti oleh rekomendasi latihan.

Sejak CRT terbukti signifikan berdampak pada kemampuan fisik serta

kualitas hidup, beberapa pasien termotivasi untuk berpartisipasi dalam program

latihan rehabilitasi untuk lebih meningkatkan kemampuan fungsi jantung. Namun,

sampai saat ini hanya dua penelitian kecil memiliki meneliti dampak dari latihan

menyusul CRT. Conraads et AL26 melaporkan bahwa 4 bulan latihan

memberikan manfaat yang berbeda dalam hal latihan kapasitas (yang diukur

dengan peningkatan VO2, beban kerja maksimal, dan kelancaran peredaran

darah). Dalam penelitian tersebut, pasien yang menerima CRT tapi tidak ada

latihan menunjukkan peningkatan 16% di puncak VO2, sedangkan gabungan CRT

dan latihan diberikan kenaikan 40% di puncak VO2. Demikian pula, Belardinelli

et al25 melaporkan bahwa 8 minggu pelatihan di samping CRT ditingkatkan

VO2peak, dilatasi endotelium-dependen dari arteri brakialis, dan kualitas hidup.

Dengan demikian nampak bahwa olahraga aerobik dapat memberikan manfaat

lebih lanjut untuk pasien CRT.

Berkembangnya penerapan terapi perangkat/implan dalam pengobatan

CHF menghadirkan tantangan unik bagi terapis. Sementara CRT dapat

meningkatkan kemampuan fungsional dari pasien CHF, kemampuan untuk

meningkatkan perbaikan ini dengan pemrograman latihan membutuhkan terapis

yang mengerti bagaimana beradaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip latihan ini

dengan kelompok pasien yang unik. Selain itu, karena banyak pasien sekarang

menerima ICDs bersama dengan alat pacu jantung CRT mereka, terapis harus

memiliki pemahaman tentang perangkat tersebut untuk memastikan keselamatan

pasien selama proses latihan untuk rehabilitasi. Dengan bantuan dari terapis yang

kompeten, pasien dengan CRT dan ICD dapat dengan aman berpartisipasi dalam

latihan selama rehabilitasi dan menyadari manfaat kesehatan yang berhubungan

dengan latihan tersebut.

19

Page 20: MAKALAH Exercise Jantung

BAB 3

PENUTUP

20

Page 21: MAKALAH Exercise Jantung

3.1 Kesimpulan

Rehabilitasi pada penderita gangguan jantung merupakan kegiatan multi

tahap yang melibatkan kegiatan fisik, diet dan perubahan perilaku yang pada

intinya menurunkan resiko gangguan jantung, ulangan. Pada dasarnya, program

rehabilitasi pada penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan

kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam

mencegah perburukan dan membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas

fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung. Secara tradisional, aktivitas

fisik yang dilaksanakan meliputi tahap inpatient, outpatient dan pemeliharaan

yang dilaksanakan dengan batas waktu tertentu. Dewasa ini peralihan tahap

latihan fisik, dilaksanakan berdasarkan respon individual terhadap latihan dan

tingkat resiko. Latihan pada tahap inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam pertama.

Kegiatan out patient dapat dilakukan secara termonitor maupun secara mandiri di

rumah. Latihan pada fase pemeliharaan identik dengan latihan pada individu

normal dengan catatan dilakukan secara aerobik dengan pemeriksaan fisik

berkala.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa latihan fisik sangat efektif

pada fase rehabilitasi pasien gagal jantung, baik pada pasien post CABG/PTCA

maupun pasien yang menggunakan alat pacu jantung. Namun untu latihan jangka

panjang karena berbagai keterbatasan penelitian masih tidak berdampak terlalu

signifikan.

3.2 Saran

Diharapkan dikembangkan penelitian-penelitian tentang efektifitas latihan

fisik jangka panjang dengan sample yang lebih besar dan pendekatan yang lebih

bagus. Fase rehabilitasi merupakan bagian terpenting untuk meningkatkan

kembali fungsi jantung pasien setelah mengalami gagal jantung, atau penurunan

fungsi jantung. Untuk itu perlu pengembangan ilmu tentang latihan fisik yang

sesuai dengan kondisi pasien secara individu dan latihan disesuaikan dengan

terapi yang telah dijalankan oleh pasien. Perawat berperan besar dalam rehabilitasi

jantug baik perawatan di rumah sakit ataupun perawatan di rumah, diharapkan

perawat memiliki kompetensi untuk menjadi konsultan atas latihan rehabilitasi

yang dijalani pasien.

21

Page 22: MAKALAH Exercise Jantung

DAFTAR PUSTAKA

Ades, P. A. 2001. "Cardiac rehabilitation and secondary prevention of coronary heart disease." The New England journal of medicine 345(12): 892.

22

Page 23: MAKALAH Exercise Jantung

Jolliffe, J. A., K. Rees, R. S. Taylor, D. Thompson, N. Oldridge and S. Ebrahim 2001. "Exercisebased rehabilitation for coronary heart disease." Sports Medicine Journal 1: 87.

Lavie, C. J., R. V. Milani and A. B. Littman 1993. "Benefits of cardiac rehabilitation and exercise training in secondary coronary prevention in the elderly." Journal of the American College of Cardiology 22(3): 678.

Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del Lungo, L. Morosi, C. Burgisser and G. Masotti 2003. "Improved exercise tolerance and quality of life with cardiac rehabilitation of older patients after myocardial infarction: results of a randomized,controlled trial." Circulation 107(17): 2201.

Oldridge, N. B. 1988. "Cardiac rehabilitation exercise programme." Sports Medicine 6: 45. Williams, M. A. 2001. "Exercise testing in cardiac rehabilitation. Exercise prescription and beyond." Cardiology clinics 19(3): 415.

Mueller, L et all. Exercise capacity, physical activity patterns and outcomes six years after cardiac rehabilitation in patients with heart failure. Clinical rehabilitation 2007 : 21: 923-931

Haddadzadeh et all. Effect of exercise-based cardiac rehabilitation on ejection fraction in coronary artery desease patients: a randomized controlled trial. Heart views.2011: 12:51-7

Haebbel, robert. Exercise rehabilitation for chronic heart failure patients with cardiac device implants. Cardiopulmonary physical therapy journal 2012 vol 23: 23-8

23