Makalah Esdm

download Makalah Esdm

of 37

description

Ekonomi Sumber Daya Manusia

Transcript of Makalah Esdm

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki daya tarik secara ekonomi dalam suatu wilayah. Aktivitas pertanian tersebut jika dikelola dengan baik dan dengan cara yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara ataupun daerah. Pertanian di sini tidak hanya terbatas pada pertanian tanaman pangan saja, melainkan juga sub sektor lainnya, antara lain adalah sub sektor perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan.Indonesia adalah negara maritim yang memiliki wilayah perairan sangat luas dibanding daratan. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km serta perairan Zona Ekonomi EksklusifIndonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km dengan potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6,11juta ton per tahun. Dengan potensi tersebut Indonesia dapat menjadi salah satu negara pengeksopr ikan terbesar di dunia. Beberapa wilayah di Indonesia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memenuhi pasokan ikan sebagai komoditi ekspor, salah satunya Kota Semarang.Kota Semarang memiliki sub sektor perikanan yang meliputi kegiatan usaha perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan darat meliputi perikanan budidaya (tambak, sawah, kolam, keramba) dan perairan umum (waduk, sungai, telaga, rawa). BPS Kota Semarang mencatat bahwa sebanyak 2.358 rumah tangga yang berusaha di Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan terlihat mendominasi usaha rumah tangga Subsektor Perikanan. Sebsektor perikanan ini didominasi oleh beberapa wilayah di Kota Semarang, diantaranya Kecamatan Tugu, Kecamatan Gunungpati dan Semarang Utara.

Dari tabel dan grafik diatas menunjukkan jumlah rumah tangga yang memiliki atau melakukan usaha budidaya perikanan di Kota Semarang tahun 2013. Paling banyak jumlah rumah tangga berada di usaha rumah tangga perikanan, budidaya di kolam dan budidaya di tambak. Jumlah keseluruhannya adalah 2.358 rumah tangga.

Dari tabel rata rata luas baku budidaya dan peta sebaran rumah tangga usaha budidaya ikan di Kota Semarang menjadi acuan kami untuk memilih lokasi penelitian di Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Genuk, dan Kecamatan Gunungpati. Pertama, jumlah luas tambak termasuk tinggi. Di Kecamatan Gayamsari seluas 26.980,39 m2/rumah tangga, Kecamatan Genuk seluas 8.382,41 m2/rumah tangga, dan Kecamatan Gunungpati seluas 163,33 m2/rumah tangga. Kedua, dari peta sebaran diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Genuk, dan Kecamatan Gunungpati memiliki warna areal yang merah cukup pekat menunjukkan banyaknya jumlah rumah tangga yang melakukan usaha budidaya ikan di Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Genuk, dan Kecamatan Gunungpati termasuk tinggi. Ketiga, akses menuju ke Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Genuk, dan Kecamatan Gunungpati yang terbilang cukup mudah dan adanya orang kenalan disana yang memudahkan dalam proses penelitian saat terjun ke lapangan.Profesi pekerja tambak adalah profesi yang bergerak di bidang informal. Dimana pengaruh pendidikan tidak terlalu besar pada pendapatan. Justru pengaruh pengalaman kerja, jam kerja, dan luas tambak memiliki pengaruh yang besar karena kemampuan dalam diri pekerja itu yang akan mendukung kinerja nya dan akan meningkatkan pendapatannya.

Diketahui bahwa perikanan darat di Kota Semarang memiliki pengembangan yang sangat pesat. Namun, pada tahun 2012-2013 terjadi penurunan seluas 169.91 Ha. Penurunan ini terjadi akibat abrasi dan penurunan tanah dan dampak reklamasi. Selain itu, lahan yang digunakan untuk budi daya perikannya telah dikuasai investor atau petani menyewa lahannya.Dampak negatif tersebut mempengaruhi pengembangan perikanan darat di Kota Semarang khususnya di daerah yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Sebagian bekerja sebagai buruh serabutan di budidaya hasil laut dan tambak. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakatnya rendah dan kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh penduduk tersebut. Karena rendahnya pendidikan masyarakat tersebut, hal ini berpengaruh terhadap pendapatan yang diterimanya sebagai buruh tambak. Berdasarkan paparan tersebut, maka diperlukan adanya kajian yang lebih komprehensif dan mendalam tentang apa dan bagaimana kehidupan masyarakat di daerah pengembangan perikanan darat dalam menghadapi dampak pembangaunan yang mempengaruhi pendapatan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap strategi dan usaha peningkatan kesejahteraan kehidupan buruh tambak ikan darat dalam menghadapi kurangnya lahan pengembangan perikanan darat akibat adanya pembangunan wilayah Kota Semarang oleh pemerintah setempat. Kajian ini penting untuk memberikan rekomendasi terkait dengan peningkatan kesejahteraan buruh tambak melalui program pemberdayaan masyarakat atau yang lainnya. 1.2 RUMUSAN MASALAHSektor perikanan merupakan salah satu sumber andalan dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Produksi dari perikanan budidaya sendiri secara keseluruhan diproyeksikan meningkat rata-rata 4,9% pertahun. Target tersebut antara lain didasarkan atas dasar potensi pengembangan daerah perikanan budidaya yang memungkinkan diwilayah Indonesia.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan buruh atau pegawai tambak di Kota Semarang?2. Bagaimana hubungan faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan buruh atau pegawai tambak di Kota Semarang?

1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN MAKALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan, maka tujuan penulisan ini adalah:1. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan buruh atau pegawai tambak di Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui hubungan faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan buruh atau pegawai tambak di Kota Semarang

Adapun kegunaan penulisan ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak yang berkompeten lainnya dalam pengembangan perikanan darat di masa sekarang maupun di masa yang akan mendatang.2. Sebagai bahan pembanding dan referensi bagi penulisan karya ilmiah serta kepentingan ilmiah lainnya.

3. Sebagai bahan bacaan untuk mengetahui bagaimana kehidupan buruh tambak dan berapa pendapatnnya dengan tingkat pendidikannya yang rendah.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Slamet, (melalui Arliman, 2013) tambak berasal dari bahasa Jawa yaitu nambak yang artinya membendung air dengan pematang sehingga terkumpul pada suatu tempat atau biasa disebut empang yang dekat pantai laut. Karena dekat dengan pantai, petakan tambak selalu menerima air payau, campuran dari sungai dan air laut yang memasuki muara sungai pada saat terjadi pasang. Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tani tambak merupakan jenis pertanian yang diusahakan pada daerah jalur pantai atau daerah pasang surut dengan memanfaatkan pasang surut air laut dan biasanya dipadukan dengan air payau atau air dan sungai melalui sebuah saluran.

2.1.1 Teori Pendapatan

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia: pertama, perolehan faktor produksi dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanahyang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.

Dan untuk melihat tingkat pendapatan petani tambak juga bisa dilakukan dengan proporsi jumlah ikan dengan pekerja tambak. Tetapi selain itu dapat juga dilihat dengan luas lahan yang dijadikan untuk tambak, dalam setahun berapa kali panen, hasil panen, serta harga di pasaran.

2.1.2 Konsep Pendapatan

Menurut Kaufman (2000) , pendapatan tenaga kerja ditentukan oleh :

1. Pendidikan, semakin tingginya pendidikan dari tenaga kerja tersebut, maka akan semakin tinggi pula pendapatan atau upah yang akan diterima dari perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika latar belakang pendidikannya rendah maka pendapatan yang akan diterima akan rendah, misalkan hanya lulusan SMA maka pendapatan yang diterima pekerja tersebut hanya sesuai dengan UMR.

2. Pelatihan adalah bentuk investasi modal manusia seperti pendidikan perguruan tinggi untuk melibatkan kedua biaya saat ini dan manfaat di masa depan. Manfaat pekerja dari pelatihan ini adalah mereka memperoleh keterampilan tambahan dan pengalaman yang meningkatkan penghasilan mereka dan kekuatan tawar-menawar di pasar tenaga kerja. Pelatihan digolongkan menjadi dua, yaitu;

General Training adalah pelatihan yang meningkatkan produktivitas pekerja tidak hanya di perusahaan yang menyediakan pelatihan tetapi juga di perusahaan lain di pasar tenaga kerja. Specific Training adalah pelatihan yang meningkatkan produktivitas pekerja hanya di perusahaan yang menyediakan pelatihan dan di perusahaan lain pelatihan ini tidak mendapatkan nilainya atau hasilnya. 3. Perbedaan Upah adalah bahwa pekerja dengan pendidikan yang tinggi harus memiliki pendapatan yang lebih tinggi di tahun pekerjaan mereka.

Pendapatan dan penghasilan adanya arus uang yang mengalir dari pihak dunia usaha kepada masyarakat dalam bentuk upah dan gaji, bunga, sewa, dan laba. Ini adalah bentuk-bentuk pendapatan yang diterima oleh anggota masyarakat. Penghasilan bisa jadi lebih besar dari pada pendapatan, sebab secara teoritis, penghasilan bruto harus dikurangi dengan setiap biaya yang dikorbankan oleh seseorang demi mendapatkan pendapatannya.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PendapatanPendapatan atau upah tenaga kerja dipengaruhi oleh partisipasi dari tenaga kerja itu sendiri, dimana partisipasi tenaga kerja tersebut ditentukan oleh faktor (Kaufman, 2000) :

Adanya efek perubahan tingkat upah

Ketika belum memasuki ke pasar tenaga kerja, ia memiliki waktu untuk leisure lebih banyak dari 0-100 pada titik A dan ia tidak memiliki pendapatan. Setelah, memasuki pasar tenaga kerja (B) ia memiliki pendapatan dan waktu leisure berkurang dengan budget constraint di titik ABC. Ketika perusahaan menaikkan upah maka budget constraint akan berputar ke ABD dimana waktu untuk bekerja akan meningkat yaitu dari 0 ke H1 dan akan menggeser kurva indifferen dari I1 ke I2 . Adanya efek nonlabor income, nonlabor income adalah pendapatan yang didapat tanpa perlu bekerja misalnya mendapatkan warisan, hadiah, dan lain-lain.

Ketika nonlabor income nya adalah nol, budget constraint ada di titik AB dengan waktu kerjanya di titik H1. Ia beranggapan bahwa jika tidak bekerja maka ia tidak akan mendapatan uang. Ketika mulai mendapatkan nonlabor income, waktu ia bekerja akan berkurang yaitu dari H1 ke H2 karena ia lebih memilih untuk leisure. Ketika pendapatannya meningkat di Y2, ia akan keluar dari pasar tenaga kerja karena nonlabor income meningkat. Dan ia memakai semua waktunya untuk leisure.

Adanya efek jaminan sosial

Samuelson dan Nordhaus (dalam Muh. Arliman; 2013), Para ekonom telah menemukan bahwa mesin kemajuan ekonomi harus bertengger di atas empat roda yang sama. Keempat roda, atau empat faktor pertumbuhan itu adalah:

1. Pembentukan modal ( mesin, pabrik, jalan)

2. Sumber daya manusia (penawaran tenaga kerja, pendidikan, disiplin , motivasi)

3. Teknologi (sains, rekayasa, manajemen, kewirausahaan)

4. Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan baker, kualitas lingkungan)

Mankiw (dalam Muh.Arliman; 2013), faktor yang menentukan produktivitas dapat diaplikasikan terhadap perekonomian yang lebih kompleks dan realistis. Faktor yang dimaksud adalah:

1. Modal fisik (peralatan dan infra struktur yang digunakan untuk memproduksi

barang dan jasa)

2. Modal manusia (pengetahuan dan keahlian-keahlian yang diperoleh pekerja

melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman)

3. Sumber daya alam (input-input produksi barang dan jasa yang disediakan oleh

alam, sungai dan deposit-deposit mineral)

4. Pengetahuan teknologis (pemahaman masyarakat tentang cara terbaik untuk

memproduksi barang dan jasa).

2.1.4 Pengalaman Tenaga Kerja

Menurut Buwono (melalui Dalimunthe, 2008) mendefinisikan pengalaman tenaga kerja pada usaha pertambakan, penerapan pemeliharaan intensif bukan hanya pada segi teknis pemeliharaannya, tetapi sistem pengelolaannya juga baik dari sumber daya manusianya maupun permodalannya perlu diusahakan secara intensif. Sumber daya manusia, khususnya teknisi dan staf ahli, merupakan salah satu kunci penting dalam pengembangan perusahaan, karena menentukan tinggi rendahnya produksi yang dipelihara dan berperanan penting dalam menerapkan strategi pemeliharaan yang berwawasan lingkungan.

Pengalaman adalah seseorang yang telah menekuni pekerjaannya selama beberapa tahun. Rata-rat petani tambak di Kota Semarang memiliki pengalaman bekerja di tambak adalah 10-15 tahun. Untuk mencapai sasaran tersebut, setiap personil industri hasil tambak perlu menambah pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan masalah pemeliharaan ikan tambak, baik teknis pemeliharaan, teknis pemilihan lahan yang cocok, teknis pengelolaan permodalan maupun cara pencegahan masalah penyakit di tambak.

2.1.5 Jam Kerja

Menurut Herlambang dkk (melalui Dalimunthe, 2008), Dari berbagai faktor produksi yang dikenal, capital dan labor merupakan dua faktor produksi yang terpenting. Capital adalah seperangkat peralatan yang digunakan oleh pekerja. Labor adalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja.

Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang ada karena secara implisit menunjukkan cara mengubah capital dan labor menjadi output. Jika ditemukan cara produksi yang lebih baik, akan diperoleh lebih banyak output dari penggunaan capital dan labor yang jumlahnya sama.

Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah. Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan.

Ketergantungan hidup petani tambak terhadap cuaca masih lumayan tinggi, karena jika sedang terjadi angin muson barat para petani tambak mengurangi jam kerjanya karena angin di sekitar tambak begitu kencang. Akibatnya, hasil tangkapan ikannya menjadi terbatas.

2.1.6 Luas Lahan

Menurut Buwono (melalui Dalimunthe, 2008), Pesatnya jumlah perusahaan pertambakan yang terhampar di Indonesia tak lepas dari ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang memungkinkan dikembangkan usaha budi daya.

Menurut Daniel (melalui Dalimunthe, 2008), luas penguasaan lahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan teknologi. Karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan (hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar), dan menjadikan usaha tidak efisien.2.1.7 Lama Tahun Sekolah

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

TahunJudulPenelitiVariabelHasil

2008Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Utara JummainiDependen : Pendapatan nelayan dan petani tambak

Independen : modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut, dan luas lahanNelayan terdapat pengaruh yang signifikan

antara modal dan tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan dan modal merupakan

variabel yang paling dominan. Untuk petani tambak terdapat pengaruh yang

signifikan antara modal dan pengalaman terhadap pendapatan petani tambak, dan

pengalaman merupakan variabel yang paling dominan.

2009Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten GresikMuhammad FarihinDependen : Pendapatan petani tambak bandeng

Independen : tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, modal petani tambak, dan jumlah produksiSecara simultan variabel bebas berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak. Sedangkan hasil uji t secara parsial variabel Tenaga Kerja Petani Tambak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 0,013 < ttabel 2,064, variabel Luas Lahan Tambak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 2,242 > ttabel 2,064. Modal Petani Tambak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 0,886 < ttabel 2,064. Jumlah Produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 5,490 > t tabel 2,064

2012Perbandingan antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Pemanfaatan Pendapatan Petani Ikan Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Non-Irigasi di Kecamatan Badas Kabupaten KediriM. Syamsul HadiDependen : Petani lahan sawah irigasi dan non irigasi

Independen : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan pemanfaatan pendapatanPetani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata yang sama, yaitu sama-sama mempunyai rata-rata memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Petani lahan sawah irigasi mempunyai rata-rata sebesar 30% memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Sedangkan petani sawah non irigasi mempunyai rata-rata sebesar 33,3% memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah.

2013Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman Kerja, dan Teknologi Pendapatan Nelayan Tangkap di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten TakalarMuhammad ArlimanDependen : Pendapatan nelayan tangkap

Independen : Modal, jam kerja, pengalaman kerja, dan teknologiPengaruh variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi terhadap pendapatan Nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, diperoleh F-Tabel sebesar 2,31 ( = 5% dan df = 95) sedangkan F-Hitung sebesar 62,366 dan nilai probabilitas F-Statistik 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen ( F-Hitung > F-Tabel ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima, artinya variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

a. Dasar Pemikiran Variabel

Berikut adalah penjelasan mengenai dasra pemikiran dari setiap variabel dalam penelitian ini :

1) Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, dan pendapatan rata-rata yang dimiliki oleh tiap jiwa disebut juga dengan pendapatan perkapita serta menjadi tolok ukur kemajuan atau perkembangan ekonomi.

2) Pengalaman Kerja

Pengalaman adalah seseorang yang telah menekuni pekerjaannya selama beberapa tahun. Rata-rata petani tambak di Kota Semarang memiliki pengalaman bekerja di tambak adalah 10-15 tahun. Untuk mencapai sasaran tersebut, setiap personil industri hasil tambak perlu menambah pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan masalah pemeliharaan ikan tambak, baik teknis pemeliharaan, teknis pemilihan lahan yang cocok, teknis pengelolaan permodalan maupun cara pencegahan masalah penyakit di tambak.3) Jam Kerja

Menurut Herlambang dkk (melalui Dalimunthe, 2008), Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah. Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. Ketergantungan hidup petani tambak terhadap cuaca masih lumayan tinggi, karena jika sedang terjadi angin muson barat para petani tambak mengurangi jam kerjanya karena angin di sekitar tambak begitu kencang. Akibatnya, hasil tangkapan ikannya menjadi terbatas.

4) Luas Lahan

Menurut Buwono (melalui Dalimunthe, 2008), Pesatnya jumlah perusahaan pertambakan yang terhampar di Indonesia tak lepas dari ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang memungkinkan dikembangkan usaha budi daya.5) Lama Tahun Sekolah

Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki.b. Model Hubungan antara Variabel

Berdasarkan dasar pemikiran tersebut, maka dibuat model hubungan antara variabel dalam bentuk seperti gambar 1 berikut ini:

Gambar 1: Hubungan Pengalaman Kerja, Jam Kerja, Luas Lahan Terhadap

Pendapatan Petani Tambak.

Dengan mengikuti kerangka pikir di atas, maka penelitian ini akan dimulai dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak yang ada di Kota Semarang.

Dengan analisis ini nantinya kita dapat melihat bagaimana hubungan Jam kerja, Pengalaman, dan Luas Lahan terhadap peningkatan pendapatan petani tambak yang ada di Kota Semarang.BAB III

METODELOGI PENELITIAN3.1 Variabel PenelitianVariabel yang kami gunakan dalam penelitian ini untuk variabel dependennya adalah pendapatan. Sedangkan variabel independennya adalah lama pengalaman kerja, luas tambak, dan jumlah jam kerja.3.2 Definisi Operasional Variabel

1. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh pekerja tambak setiap bulan dalam rupiah.

2. Pengalaman kerja adalah lama kerja pekerja tambak dihitung sejak ia menjadi pekerja tambak diukur oleh satuan tahun.

3. Luas tambak adalah luas tambak yang digarap oleh pekerja tambak diukur oleh satuan hektar (Ha).

4. Jam kerja adalah jumlah waktu yang digunakan pekerja tambak untuk mengurus tambak dalam satu hari dihitung dalam satuan jam.

3.3 Metode Penelitian Dasar

Penelitian ini menggunakan metode survey artinya penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai alat pengumpul data pokok. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Wawancara bebas yaitu teknik untuk memperoleh informasi dan melengkapi data dengan mewawancarai pihak-pihak terkait, baik itu pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat.

2. Observasi yaitu teknik yang digunakan untuk melengkapi data dengan melihat dan mencermati secara langsung ke obyek yang akan diteliti.

3. Metode dokumentasi yaitu teknik dengan menelaah dokumen dokumen dan laporan laporan yaitu data sekunder yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

4. Kuisioner merupakan teknik mengumpulkan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada setiap responden berdasarkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. 3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, dengan perincian sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh tim peneliti. Data tersebut diperoleh dari 30 responden pekerja tambak di Kota Semarang melalui wawancara secara mendalam yang dipandu dengan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam hal ini pengumpulan data ini diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kota Semarang dengan melakukan studi kepustakaan terhadap data-data yang dipublikasikan secara resmi, buku-buku, serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.3.5 Metode Analisis

Dalam analisis ini, digunakan metode analisis statistika deskriptif yaitu crosstabs dan Chi-Square untuk mengungkapkan atau menggambarkan mengenai keadaan atau fakta dari obyek yang diamati. 3.5.1 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 : Tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

H1 : Ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.3.5.2 Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan Chi-Square hitung dengan Chi-Square tabel:

Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel maka H0 diterima

Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel maka H0 ditolak.

Chi-Square tabel dihitung dengan tingkat signifikan (() 5%.

3.6 Metode Sampling Metode sampling yang kami gunakan adalah probability sampling dengan fokus sampling acak sederhana (simple random sampling). Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki peluang tidak nol.Teknik ini melibatkan pengambilan acak (dikocok) dari suatu populasi. Sedangkan Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling. Pengambilan sampel dari populasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kota Semarang adalah sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Kota ini terletak sekitar 558 km sebelah timurJakarta, atau 512 km sebelah baratSurabaya, atau 621 km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara). Semarang berbatasan denganLaut Jawadi utara,Kabupaten Demakdi timur,Kabupaten Semarangdi selatan, danKabupaten Kendaldi barat. Luas Kota 373.67 km2. Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutankota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutankota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati,Tembalang dan Banyumanik. Pusat pertumbuhan di Semarang sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru, seperti di Semarang bagian atas tumbuhnya daerah Banyumanik sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk Kota Semarang bagian atas menjadikan daerah ini cukup padat. Fasilitas umum dan sosial yang mendukung aktivitas penduduk dalam bekerja maupun sebagai tempat tinggal juga telah terpenuhi.

Sebagian penduduk di Kota Semarang bermata pencaharian sebagai petani tambak, yaitu tepatnya di daerah Gunungpati, Tambakrejo Gayamsari dan Genuk yang merupakan daerah penelitian kelompok kami.

4.1.1 Gambaran Umum Gunungpati

Gunungpatiadalah sebuah kecamatandiKota Semarang,ProvinsiJawa Tengah,Indonesia. Dilokasi tersebut terdapat banyak tempat yang hingga saat ini masih terlihat hijau, dalam rangka SPA (Semarang Pesona Asia), Gunungpati dijadikan lahan hijau. Di daerah Gunungpati perikanan daratnya dalam bentuk sungai dengan jumlah sebanyak 12,65 Ha. Sehingga di daerah Gunungpati hanya sebagian masyarakatnya yang bekerja di tambak.

Peta Daerah Gunungpati

4.1.2 Gambaran Umum Tambakrejo Gayamsari

Tambakrejoadalah kelurahan paling utara di wilayah kecamatan Gayamsari,Kota Semarang, ProvinsiJawa Tengah. Daerah ini dekat dengan laut, sehingga banyak penduduknya yang memanfaatkannya dengan membuat tambak baik dalam bentuk tambak maupun dalam bentuk kolam. Total luas yang dimanfatkan untuk tambak adalah seluas 44,97 Ha. Dan keseluruhan petani tambak di daerah ini membudidaya ikan bandeng karena banyaknya permintaan dari konsumen. Tetapi, di tambaknya sendiri, tumbuh udang seacara alami yang akan menambah pendapatan petani tambak. Tetapi, udang ini dijual secara hidup karena permintaan dari konsumennya. Sehingga, sebagian penduduk di daerah Tambakrejo bermatapencaharian sebagai pekerja tambak.

4.2 Analisis Deskripsi Responden

Analisis deskripsi adalah langkah pertama yang perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum data yang telah dikumpulkan dari responden. Distribusi responden dimaksudkan untuk melihat faktor Pengalaman, Jam kerja dan Luas Lahan yang digunakan oleh responden.(Tabel Data Responden dalam Lampiran)4.3 Hasil Analisis

Descriptive Statistics

NMinimumMaximumMeanStd. Deviation

Lama Tahun Sekolah300128,703,888

Pendapatan3075000030000001665000,00666197,392

Lama Kerja3012911,307,106

Luas Tambak300203,074,166

Jam Kerja30285,531,502

Valid N (listwise)30

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan deskriptif statistika semua variabel, dimana pada variabel lama tahun sekolah nilai minimumnya adalah 0 tahun atau tidak sekolah dan nilai maksimumnya yaitu 12 tahun atau SMA. Sehingga dari 30 responden dapat dihitung rata-rata lama tahun sekolahnya adalah 8,70 atau dibulatkan menjadi 9. Oleh karena itu, rata-rata lama tahun sekolah dari pekerja tambah adalah 9 tahun yaitu setara dengan SMP. Rata-rata pendapatan dari 30 responden pekerja tambak yaitu sebesar Rp. 1.665.000. Rata-rata pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tambak sekitar 11,30 dan dibulatkan menjadi 11. Jadi, rata-rata pengalaman yang dimiliki pekerja tambak sekitar 11 tahun. Rata-rata pekerja tambak bekerja selama 6 jam/hari. Dengan rata-rata luas tambak yang mereka garap seluas 3 Ha.4.3.1 Lama Tahun SekolahTabel 4.3.1Lama Tahun Sekolah

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid0310,010,010,0

6826,726,736,7

9516,716,753,3

121446,746,7100,0

Total30100,0100,0

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki angka lama tahun sekolah adalah 3 responden dan jika dalam persen sebanyak 10%. Terdapat 8 responden yang memiliki angka lama tahun sekolah 6 tahun atau sekitar 26,7%. Sekitar 16,7% terdapat 5 responden yang memiliki angka lama tahun sekolah 9 tahun. Dan yang tertinggi adalah responden yang memiliki angka lama tahun sekolah 12 tahun yaitu sebanyak 14 responden atau sekitar 46,7%.Case Processing Summary

Cases

ValidMissingTotal

NPercentNPercentNPercent

Lama Tahun Sekolah * Pendapatan30100,0%00,0%30100,0%

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan bahwa ada 30 data yang semuanya diproses (tidak ada data yang missing atau hilang) sehingga kevalidannya 100%.Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square37,094a39,557

Likelihood Ratio37,13139,555

Linear-by-Linear Association,4901,484

N of Valid Cases30

a. 56 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,10.

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan uji Chi-Square untuk mengamati ada tidaknya hubungan lama tahun sekolah dengan pendapatan pekerja tambak.Chi-Square hitung : 37,094

Chi-Square tabel : df = 39, ( = 0,05% sehingga Chi-Square tabel diperoleh sebesar 54,572.

Karena Chi-Square hitung (37,094) < Chi-Square tabel (54,572), maka H0 diterima. Gambar :

H0 ditolak

H0 diterima

37,09454,572Berdasarkan probabilitas (signifikan)

Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Keputusan :

Terlihat bahwa dikolom Asymp.Sig adalah 0,557 atau probabilitas diatas 0,05 (0,557 > 0,05), maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau tidak adanya hubungan antara lama tahun sekolah dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak tidak ditentukan oleh tingkat lama tahun sekolah. Dapat dilihat dalam grafik 4.3.1

Grafik 4.3.1

Lama Tahun Sekolah

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dalam grafik diatas menunjukkan sumbu X adalah lama tahun sekolah dan sumbu Y adalah pendapatan, pekerja tambak yang tidak memiliki angka lama tahun sekolah mendapatkan upah sebesar Rp.1.500.000 sama dengan pekerja yang memiliki angka lama tahun sekolah lebih lama yaitu 12 tahun. Bahkan ada pekerja yang lama tahun sekolahnya 6 tahun juga 9 tahun mendapatkan upah tertinggi yaitu sebesar Rp.3.000.000. Jadi semakin lama tahun sekolah tidak diiringi dengan semakin tingginya pendapatan.

4.3.2 Lama Kerja (Pengalaman Kerja) Tabel 4.3.2

Lama Kerja

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1310,010,010,0

3310,010,020,0

7413,313,333,3

813,33,336,7

10723,323,360,0

15620,020,080,0

1713,33,383,3

20310,010,093,3

2513,33,396,7

2913,33,3100,0

Total30100,0100,0

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 60% responden yang memiliki pengalaman kerja di tambak < 10 tahun. Terdapat 6 responden yang memiliki pengalaman kerja di tambak 15 tahun atau sekitar 20%. Dan pekerja yang memiliki pengalaman kerja di tambak paling lama hanya 3,3%Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square152,009a117,016

Likelihood Ratio86,326117,985

Linear-by-Linear Association1,8011,180

N of Valid Cases30

a. 140 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan uji Chi-Square untuk mengamati ada tidaknya hubungan lama kerja dengan pendapatan pekerja tambak.

Chi-Square hitung : 152,009Chi-Square tabel : df = 117, ( = 0,05% sehingga Chi-Square tabel diperoleh sebesar 143,246Karena Chi-Square hitung (152,009) > Chi-Square tabel (143,246), maka H0 ditolak. Gambar :

H0 ditolak

H0 diterima

152,009143,246Keputusan :

Terlihat bahwa dikolom Asymp.Sig adalah 0,016 atau probabilitas dibawah 0,05 (0,016 < 0,05), maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau adanya hubungan antara lama kerja (pengalaman kerja) dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak dapat ditentukan oleh lamanya kerja. Dapat dilihat dalam grafik 4.3.2Grafik 4.3.2Lama Kerja

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dalam grafik diatas sumbu X menunjukkan variabel lama kerja dan sumbu Y adalah variabel pendapatan. Di grafik dijelaskan bahwa pekerja tambak yang memiliki pengalaman kerja lebih lama mendapatkan upah paling tinggi sebesar Rp.3.000.000. Jadi semakin lama pengalaman kerja maka semakin tingginya pendapatan. Tetapi ada responden yang memiliki pengalaman kerja selama 25 tahun dan mendapatkan upah sebessar Rp.1.000.000, hal ini disebabkan karna ada faktor lain yang selain lama kerja yang mempengaruhi pendapatan pekerja tambak.

4.3.3 Luas Tambak

Tabel 4.3.3

Luas Tambak

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid013,33,33,3

013,33,36,7

1310,010,016,7

1516,716,733,3

213,33,336,7

2620,020,056,7

313,33,360,0

3826,726,786,7

526,76,793,3

1513,33,396,7

2013,33,3100,0

Total30100,0100,0

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 26,7% responden yang bekerja di tambak dengan luas tambak seluas 3 Ha. Terdapat 1 responden yang bekerja di tambak dengan luas tambak paling luas sekitar 3,3%. Dan yang bekerja dengan luas tambak < 2 Ha sebanyak 56,7%.Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square144,833a130,177

Likelihood Ratio75,6611301,000

Linear-by-Linear Association4,7671,029

N of Valid Cases30

a. 154 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan uji Chi-Square untuk mengamati ada tidaknya hubungan luas tambak dengan pendapatan pekerja tambak.

Chi-Square hitung : 144,833Chi-Square tabel : df = 130, ( = 0,05% sehingga Chi-Square tabel diperoleh sebesar 157,610Karena Chi-Square hitung (144,833) < Chi-Square tabel (157,610), maka H0 diterima. Gambar :

H0 ditolak

H0 diterima

144,833157, 610Keputusan :

Terlihat bahwa dikolom Asymp.Sig adalah 0,177 atau probabilitas diatas 0,05 (0,177 > 0,05), maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau tidak adanya hubungan antara luas tambak dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak tidak dapat ditentukan oleh luasnya tambak yang digarap. Dapat dilihat dalam grafik 4.3.3Grafik 4.3.3Luas Tambak

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dalam grafik diatas sumbu X menunjukkan variabel luas tambak dan sumbu Y adalah variabel pendapatan. Di grafik dijelaskan bahwa pekerja tambak yang menggarap tambak dengan luas 20 Ha mendapatkan upah paling tinggi sebesar Rp.3.000.000. Namun, ada pekerja yang menggarap tambak dengan luas 1 Ha mendapatkan upah sebesar Rp.2.700.000 dan pekerja yang bekerja dengan luas tambak 15 Ha mendapatkan upah sebesar Rp.2.100.000 . Jadi semakin luas tambak maka belum tentu mendapatkan upah yang tinggi karena ada faktor lain yang mempengaruhi pendapatan pekerja tambak selain luas tambak.

4.3.4 Jam Kerja Tabel 4.3.4Jam Kerja

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid226,76,76,7

313,33,310,0

4413,313,323,3

5310,010,033,3

61446,746,780,0

7413,313,393,3

826,76,7100,0

Total30100,0100,0

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 46,7% responden yang bekerja di tambak selama 6 jam/hari. Terdapat 1 responden yang bekerja selama 3 jam/hari atau sekitar 3,3%. Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square79,182a78,441

Likelihood Ratio55,99878,972

Linear-by-Linear Association6,1891,013

N of Valid Cases30

a. 98 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan uji Chi-Square untuk mengamati ada tidaknya hubungan jam kerja dengan pendapatan pekerja tambak.

Chi-Square hitung : 79,182Chi-Square tabel : df = 78, ( = 0,05% sehingga Chi-Square tabel diperoleh sebesar 99,617Karena Chi-Square hitung (79,182) < Chi-Square tabel (99,617), maka H0 diterima. Gambar :

H0 ditolak

H0 diterima

79,18299,617Keputusan :

Terlihat bahwa dikolom Asymp.Sig adalah 0,441 atau probabilitas diatas 0,05 (0,177 > 0,05), maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak tidak dapat ditentukan oleh jam kerja. Dapat dilihat dalam grafik 4.3.4Grafik 4.3.4Jam Kerja

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dalam grafik diatas sumbu X menunjukkan variabel jam kerja dan sumbu Y adalah variabel pendapatan. Di grafik dijelaskan bahwa pekerja tambak yang bekerja selama 6 jam/hari mendapatkan upah paling tinggi sebesar Rp.3.000.000. Namun, ada pekerja yang bekerja selama 8 jam/hari mendapatkan upah sebesar Rp.2.700.000 dan pekerja yang bekerja selama 2 jam/hari mendapatkan upah sebesar Rp.1.500.000 . Jadi semakin lama jam kerjanya maka belum tentu mendapatkan upah yang tinggi karena ada faktor lain yang mempengaruhi pendapatan pekerja tambak selain jam kerja.

4.3.5 Pendapatan

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2015

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa ada 8 pekerja tambak yang mendapatkan upah sebesar Rp.1.500.000. Dan hanya ada 2 reponden yag mendapatkan upah tertinggi yaitu sebesar Rp.3.000.000.BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dapat disimpulkaan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja tambak adalah pengalaman kerja, luas tambak yang digarap, dan jam kerja.

Hubungan antara faktor pengalaman kerja dengan pendapatan pekerja tambak adalah positif atau adanya hubungan antara lama kerja (pengalaman kerja) dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak dapat ditentukan oleh lamanya kerja. Hubungan antara luas tambak dengan pendapatan pekerja tambak adalah negatif atau tidak adanya hubungan antara luas tambak dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak tidak dapat ditentukan oleh luasnya tambak yang digarap. Hubungan antara jam kerja dengan pendapatan pekerja tambak adalah atau tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan pendapatan pekerja tambak. Artinya bahwa tingkat pendapatan pekerja tambak tidak dapat ditentukan oleh jam kerja.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pendapatan petani tambak, perlu adanya peningkatan kesadaran bagi petani tambak mengenaipentingnya pendidikan yang berkualitas agar kualitas hidup juga dapat lebih baik dengan mengikutipelatihan-pelatihan bagi parapetani usaha tambak yang berbasisteknologi dan penanganan hama agardapatditerapkan dalam mengembangkanusahataninya.2. Masyarakat nelayan sebaiknya membentuk kelompok nelayanguna menyatukan pendapat,tukar ilmu serta informasi antar nelayandan metode untuk memperbaiki hasil tambakagar nelayan dapat lebih mandiri.3. Masyarakat nelayan sebaiknya membentuk kelompok koperasi yang dapat membantu dalam memperoleh pinjaman modaldanmembantu pemasaran hasil tangkap.4. Perlu adanya peningkatan kualitashasil ikan, dengan demikiandiharapkan kuantitas dan kualitas produksi meningkat. Peningkatan kuantitasproduksi akan meningkatkan penerimaan petani tambak.5. Petani tambak harus dapat mengusahakan tambak dengan lebih intensif, menambah dan mengkombinasikan penggunaan faktor produksisecara tepat untuk meningkatkan produksi yang akan menghasilkan keuntungan maksimal.DAFTAR PUSTAKAArliman, M. 2013. Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman Kerja, Dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap Di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, dalam skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar: Skripsi Muh Arliman.pdf.

Dalimunthe, Jummaini. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Utara, dalam jurnal ilmiah. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Farihin, M. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Gresik, dalam jurnal ilmiah.Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

http://semarangkota.bps.go.id/. 2014. Semarang Dalam Angka 2014, Diunduh Selasa, 5 Mei 2015.

http://semarangkota.bps.go.id/. 2014. Booklet Subsektor Kota Semarang, Diunduh Kamis, 7 Mei 2015.

Kaufman, Bruce E. & Julie L. Hotchkiss. The Economics of Labor Markets,. 2000. United State: Harcourt Collage Publisher.

Syamsul, M. Hadi. 2012. Perbandingan antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Pemanfaatan Pendapatan Petani Ikan Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Non-Irigasi di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri, dalam jurnal ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.

37