ESDM GRK_2

88

description

emisi GRK

Transcript of ESDM GRK_2

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    1/88

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    2/88

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    3/88

    EMISI GAS

    RUMAH KACASEKTOR TRANSPORTASI

    Kajian

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    4/88

    1

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Laporan

    Kajian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi tahun

    2012 ini dapat selesai.

    Laporan Kajian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi

    ini memberikan gambaran tentang Kondisi sektor Transportasi saat

    ini dan emisi Gas Rumah Kaca yang ditimbulkannya serta perkiraan

    Emisi Gas Rumah Kaca-nya hingga tahun 2025.

    Sebagian besar data dan informasi dalam Laporan ini diperoleh dari

    Kementerian Perhubungan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup,

    Bappenas, Pusdatin KESDM, BPS, IPCC dan ADB.

    Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah memberikan dukungan dan membantu penyusunan Laporan

    ini. Diharapkan Laporan ini dapat menjadi referensi kepada

    Pimpinan Kementerian ESDM maupun BUMN dan pihak lain dalam

    pengembangan kebijakan dan memberikan rekomendasi dalammengatasi emisi GRK khususnya sektor transportasi.

    Jakarta, Desember 2012

    Penyusun

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    5/88

    2

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Pengembangan transportasi harus didasarkan pada

    pengembangan yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat

    jauh ke depan, berdasarkan perencanaan jangka panjang yang

    komprehensif dan berwawasan lingkungan. Sektor transportasi

    mengkonsumsi sekitar 20% dari total konsumsi energi fnal nasional.

    Hampir seluruh energi yang dipakai di sektor transportasi (97% dari

    total sektor transportasi) menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

    Secara umum sektor transportasi dapat dikelompokkan

    menjadi 3 moda, yaitu transportasi darat, transportasi laut dantransportasi udara. Berdasar prakiraan kebutuhan energi maka sub-

    sektor transportasi darat merupakan sub-sektor yang paling besar

    menggunakan energi di sektor transportasi dengan pangsa mencapai

    90%. Sedangkan sektor transportasi darat yang paling besar dalam

    menggunakan bahan bakar adalah sub-sektor kendaraan bermotor.

    Oleh karena itu transportasi darat merupakan sub-sektor yang perlu

    mendapat perhatian dalam melakukan efsiensi penggunaan energi

    untuk jangka panjang.

    Studi ini melakukan inventori emisi GRK di sektor tranportasi

    untuk rentang waktu 2010-2025. Parameter yang mempengaruhi

    emisi adalah penggunaan energi. Oleh karena itu sebelum melakukan

    perhitungan emisi GRK akan ditentukan terlebih dahulu proyeksi

    permintaan energi untuk jangka panjang. Proyeksi permintaan

    energi ditentukan berdasarkan skenario pertumbuhan ekonomi dan

    penduduk serta perkembangan teknologi dan ketersediaan cadangan

    sumber daya energi merupakan proses perencanaan yang harus

    dilakukan. Ada tiga skenario yang akan digunakan yaitu:

    Skenario BaU. Skenario BaU (Business as Usual)mengasumsikan

    bahwa tidak ada intervensi kebijakan apapun. Penggunaan bahan

    bakar fosil saat ini akan terus berlanjut sepanjang masih tersedia

    cadangannya.

    Skenario Reference. Skenario Reference (REF) sudah

    memasukkan kebijakan, seperti: penggunaan teknologi yang lebih

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    6/88

    3

    efsien, mandatori bahan bakar nabati (BBN) dan optimalisasi pasokan

    energi.

    Skenario KEN. Skenario KEN (Kebijakan Energi Nasional)

    mengacu pada Rancangan KEN sampai saat ini yang didalamnya

    ada upaya untuk lebih meningkatkan pengembangan EBT.

    Peningkatan penggunaan energi terbarukan ini secara total dapat

    mengurangi emisi GRK.

    Penggunaan energi di sektor transportasi diprakirakan akan

    meningkat dari 256 juta SBM pada tahun 2010 menjadi 1554 juta SBM

    untuk skenario BaU, 1246 juta SBM untuk skenario REF dan 1240

    juta SBM untuk skenario KEN pada tahun 2025. Pada periode 2010-2025 penggunaan energi fnal di sektor transportasi diprakirakan akan

    meningkat rata-rata 12,8% per tahun untuk skenario BaU, 11,1% per

    tahun untuk skenario REF dan skenario KEN.

    Pada skenario BaU, pertumbuhan pemakaian bensin, minyak

    diesel, avgas dan avtur dalam periode 2010-2025 hampir sama

    yaitu sekitar 12,1% - 12,9% per tahun. Penggunaan BBG, lisrik dan

    bioethanol masih sangat kecil dibandingkan dengan total penggunaan

    energi fnal. Namun demikian pertumbuhan penggunaan BBG sangattinggi yaitu sekitar 13,9% per tahun. Hal ini sesuai dengan program

    pemerintah untuk mengurangi penggunaan BBM yang bersubsidi.

    Penggunaan minyak bakar diprakirakan akan terus menurun karena

    memang produksinya akan terus dikurangi dan disubstitusi dengan

    BBM yang lain.

    Pada skenario REF, penggunaan BBG, listrik dan bioethanol

    masih sangat kecil pada tahun 2010 namun meningkat pesat hingga

    tahun 2025. Pertumbuhan penggunaan BBG hampir sama denganskenario BaU yaitu sekitar 12,0% per tahun. Pertumbuhan tertinggi

    adalah dari penggunaan biodiesel yakni 32,6% per tahun yang diikuti

    oleh penggunaan bioethanol yakni 24,4% per tahun. Sedangkan

    pada skenario KEN, pertumbuhan penggunaan BBG sangat tinggi

    yaitu sekitar 74,1% per tahun, diikuti oleh pertumbuhan penggunaan

    biodiesel 31,3% per tahun dan bioethanol 24,0% per tahun. Hal ini

    sesuai dengan program pemerintah untuk mengurangi penggunaan

    BBM melalui substitusi BBM dengan menggunakan BBG, biodiesel

    dan bioethanol.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    7/88

    4

    Salah satu tolok ukur dalam pembangunan berkelanjutan

    adalah faktor lingkungan. Dalam studi ini faktor lingkungan yang

    diperhitungkan adalah emisi GRK. Dalam kajian ini emisi GRK yang

    diperhitungkan adalah karbon dioksida (CO2), metan (CH4) dan

    nitrous oxide (N2O). Pada skenario BaU emisi GRK meningkat dari

    105 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2010 menjadi 645 juta ton

    CO2 ekuivalen pada tahun 2025, atau meningkat rata-rata 12,9%

    per tahun. Pada tahun 2025 untuk skenario REF meningkat menjadi

    438 juta ton CO2 ekuivalen atau meningkat rata-rata 10,0% per

    tahun, dan untuk skenario KEN meningkat menjadi juta 434 ton CO2

    ekuivalen atau meningkat rata-rata 9,9% per tahun. Skenario KEN

    lebih rendah emisi GRKnya karena sudah mengakomodasi kebijakan

    substitusi bahan bakar serta konsumsi energinya lebih rendah daripada skenario BaU.

    Bahan bakar minyak (BBM) dan moda transportasi darat

    merupakan faktor kunci dalam menurunkan emisi GRK di sektor

    transportasi masa mendatang. Substitusi BBM dengan bahan bakar

    yang rendah emisi sperti penggunaan bahan bakar gas (BBG)

    dan bahan bakar nabati (BBN) merupakan salah satu opsi untuk

    menurunkan emisi GRK. Disamping itu, pengalihan moda transportasi

    dapat digunakan untuk lebih mengefsienkan penggunaan energiyang pada akhirnya dapat mengurangi emisi CO2. Sejalan dengan itu,

    penerapan standar untuk kendaraan bermotor, seperti standar Euro

    merupakan opsi yang sudah banyak diterapkan di berbagai negara.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    8/88

    5

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    RINGKASAN EKSEKUTIFDAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR TABEL

    BAB 1 PENDAHULUAN

    BAB 2 METODOLOGI

    2.1. Pengumpulan Data

    2.2. Studi Literatur

    2.3. Model dan Skenario

    2.3.1. Model LEAP

    2.3.2. Asumsi dan Skenario2.4. Focus Group Discussion

    2.5. Analisis dan Rekomendasi

    BAB 3 PENGGUNAAN ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

    3.1. Klasifkasi Sektor Transportasi

    3.1.1. Transportasi Darat

    3.1.2. Transportasi Laut

    3.1.3. Transportasi Udara

    3.2. Sistem Transportasi Nasional

    3.2.1. Sistem Transportasi3.2.2. Teknologi Transportasi

    3.3. Kebijakan Sektor Transportasi

    3.4. Konsumsi Energi di Sektor Transportasi

    3.5. Proyeksi Penggunaan Energi di Sektor Transportasi

    3.5.1. Skenario BaU3.5.2. Skenario Reference

    3.5.3. Skenario KEN

    BAB 4 EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR TRANSPORTASI

    4.1. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

    4.1.1. Mekanisme Perdagangan Emisi4.1.2. Inventori, Mitigasi dan Adaptasi

    4.2.Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah

    4.2.1. Kebijakan

    4.2.2. Rencana Aksi Sektor Transportasi

    4.3. Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor Transportasi Saat Ini

    4.4. Prakiraan Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor Transportasi

    4.4.1. Skenario BaU4.4.2. Skenario Reference

    4.4.3. Skenario KEN

    4.5. Sektor Transportasi yang Rendah Karbon

    01

    0205

    07

    08

    09

    12

    12

    13

    13

    14

    17

    18

    18

    20

    20

    21

    22

    23

    23

    2425

    35

    39

    41

    42

    44

    45

    48

    48

    5052

    57

    57

    58

    64

    66

    67

    68

    69

    70

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    9/88

    6

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    5.2. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    74

    74

    75

    77

    79

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    10/88

    7

    Gambar 2.1

    Gambar 2.2.

    Gambar 3.1.

    Gambar 3.2.

    Gambar 3.3.

    Gambar 3.4.

    Gambar 3.5.

    Gambar 3.6.

    Gambar 3.7.

    Gambar 3.8.

    Gambar 3.9.

    Gambar 3.10.

    Gambar 3.11.

    Gambar 4.1.

    Gambar 4.2.

    Gambar 4.3.

    Gambar 4.4.

    Gambar 4.5.

    Gambar 4.6.

    Gambar 4.7.

    Gambar 4.8.

    Gambar 4.9.

    Tahapan Studi

    Tampilan Layar LEAP

    Klasifkasi Moda Transportasi

    Teknologi i-DSI

    Teknologi i-VTEC

    Pangsa Penggunaan Energi untuk Setiap Moda

    Transportasi

    Perbandingan Proyeksi Penggunaan Energi

    Setiap Skenario

    Prakiraan Kebutuhan Energi Final di Sektor

    Transportasi (Skenario BaU)Pangsa Kebutuhan Energi Final per Jenis Bahan

    Bakar di Sektor Transportasi (Skenario BaU)

    Prakiraan Kebutuhan Energi Final di Sektor

    Transportasi (Skenario REF)

    Pangsa Kebutuhan Energi Final per Jenis Bahan

    Bakar di Sektor Transportasi (Skenario REF)

    Prakiraan Kebutuhan Energi Final di Sektor

    Transportasi (Skenario KEN)

    Pangsa Kebutuhan Energi Final per Jenis BahanBakar di Sektor Transportasi (Skenario KEN)

    Opsi Bahan Bakar Alternatif dan Kontribusi

    terhadap Keamanan Pasokan dan Pengurangan

    Emisi GRK

    Emisi GRK di Sektor Transportasi (2010)

    Emisi GRK Per Moda Transportasi (2010)

    Perbandingan Emisi GRK untuk Setiap Skenario

    Emisi GRK Skenario BaU Per Moda dan Per

    Jenis (2025)Emisi GRK Skenario REF Per Moda dan Per

    Jenis (2025)

    Emisi GRK Skenario KEN Per Moda dan Per

    Jenis (2025)

    Emisi GRK Skenario KEN Per Jenis Bahan

    Bakar (2025)

    Penerapan Standar Euro di Berbagai Negara

    DAFTAR GAMBAR

    12

    16

    20

    27

    29

    40

    42

    43

    43

    45

    45

    46

    47

    54

    65

    66

    67

    68

    68

    47

    70

    73

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    11/88

    8

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1. Kebutuhan Energi Final Sektor Transportasi

    Tabel 4.1. Sumber Emisi GRK dan Kekuatan Daya Rusak

    Tabel 4.2. RAN-GRK Sektor Transportasi Darat

    Tabel 4.3. Koefsien Emisi GRK

    Tabel 4.4. Standar Euro untuk Mobil Bensin dan Diesel

    40

    50

    65

    72

    --

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    12/88

    9

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Saat ini Pemerintah Indonesia telah menargetkan penurunan

    emisi gas rumah kaca sebesar 26% dari kondisi Business as Usual

    yang dicapai pada tahun 2020 tanpa bantuan negara lain dan sebesar

    41% bila memperoleh bantuan dari negara lain. Pernyataan tersebut

    dikemukakan oleh Presiden RI pada pertemuan G-20 di Pittsburgh-

    USA pada 25 September 2009, dimana pernyataan tersebut

    merupakan pernyataan Non-Binding Commitmentkarena Indonesia

    bukan merupakan negara annex1.

    Pada pengurangan emisi sebesar 26%, sektor kehutanandiharapkan dapat menurunkan emisi kurang lebih 14% melalui

    pengelolaan hutan seperti pencegahan deforestasi, degradasi,

    kegiatan penanaman kembali serta penurunan jumlah hot spot

    kebakaran hutan. Sektor energi dan pengelolaan limbah diharapkan

    dapat menurunkan emisi masing-masing kurang lebih 6%. Target ini

    tentu perlu didukung oleh seluruh sektor termasuk sektor transportasi.

    Berikut adalah tabel target penurunan emisi GRK per sektor yang

    telah di tetapkan oleh pemerintah:

    Sumber: Kementerian ESDM, 2011

    Dari tabel di atas terlihat bahwa target penurunan emisi untuk

    sektor transportasi menjadi satu dengan sektor energi dengan total

    target penurunannya sebesar 0,038 Giga ton CO2e. Penggabungan

    sektor transportasi dengan sektor energi ini dikarenakan sektor

    transportasi dalam melakukan aktivitasnya selalu menggunakan

    energi sehingga mengakibatkan emisi CO2.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    13/88

    10

    Sektor transportasi tumbuh dan berkembang seiring dengan

    peningkatan perekonomian nasional. Transportasi merupakan sarana

    penting bagi masyarakat modern untuk memperlancar mobilitas

    manusia dan barang. Gas buang sisa pembakaran Bahan Bakar

    Minyak (BBM) mengandung bahan-bahan pencemar seperti CO2

    (Carbon Dioksida),NOx (Nitrogen Oksida), CO (Carbon Monoksida),

    VHC (Volatile Hydro Carbon) dan partikel lainnya. Bahan-bahan

    pencemar tersebut dapat berdampak negatif terhadap manusia

    ataupun ekosistem bila melebihi konsentrasi tertentu. Dengan pesatnya

    pertumbuhan kendaraan bermotor mengakibatkan peningkatan

    penggunaan BBM untuk sektor transportasi, maka gas buang yang

    mengandung polutan juga akan naik dan akan mempertinggi kadar

    pencemaran udara.

    Pengembangan transportasi harus didasarkan pada

    pengembangan yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat

    jauh ke depan, berdasarkan perencanaan jangka panjang yang

    komprehensif dan berwawasan lingkungan. Sektor transportasi

    mengkonsumsi sekitar 20% dari total konsumsi energi nal nasional.

    Hampir seluruh energi yang dipakai di sektor transportasi (97% dari

    total sektor transportasi) menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

    Program diversikasi energi pada sektor transportasi menemuibeberapa kendala dalam pelaksanaannya. Beberapa kendala tersebut

    antara lain adalah energi pengganti BBM tidak bisa memberikan

    kenyamanan dan efsiensi yang tinggi serta masih kurang kompetitif,

    sehingga menyebabkan konsumsi BBM masih tetap dominan.

    Program diversikasi energi yang telah dan sedang dilakukan adalah

    pemakaian gas dan bahan bakar nabati (BBN) untuk kendaraan

    bermotor serta penggunaan listrik untuk kereta api. Oleh karena itu

    perlu dicari terobosan pengembangan sektor transportasi untuk dapat

    mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jangka panjang.

    Dasar hukum untuk melakukan pengurangan dan mitigasi gas

    rumah kaca adalah:

    1. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi

    Ketentuan Pasal 3 butir (d) dan (i) menyatakan bahwa

    dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara

    berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional,

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    14/88

    11

    tujuan pengelolaan energi nasional adalah terjaminnya

    pengelolaan sumber daya energi secara optimal serta

    terjaganya kelestarian lingkungan hidup;

    Ketentuan Pasal 21 ayat (1) menyatakan bahwa pemanfaatan

    energi dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh potensi

    sumber daya energi dan mempertimbangkan aspek teknologi,

    sosial, ekonomi, konservasi dan lingkungan.

    2. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi

    Nasional (RAN) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

    Ketentuan Pasal 2 butir (2c) menyatakan bahwa KegiatanRAN-GRK meliputi bidang Energi dan transportasi;

    Ketentuan Pasal 3 butir (a) menyatakan bahwa RAN-GRK

    merupakan pedoman bagi Kementerian/Lembaga untuk

    melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan

    evaluasi aksi penurunan emisi GRK.

    3. Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2011 tentang

    Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional

    Ketentuan Pasal 2 butir (a) menyatakan bahwa

    penyelenggaraan inventarisasi GRK Nasional bertujuan untuk

    menyediakan informasi secara berkala mengenai tingkat,

    status dan kecenderungan perubahan emisi dan serapan

    GRK termasuk simpanan karbon di tingkat nasional, propinsi

    dan kabupaten/kota;

    Ketentuan Pasal 3 butir (3b) menyatakan bahwa InventarisasiGRK dilakukan pada sumber emisi dan penyerapnya termasuk

    simpanan karbon pada pengadaan dan penggunaan energi

    yang mencakup diantaranya adalah transportasi.

    Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka perlu

    dilakukan Kajian InventoryEmisi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi.

    Kajian ini disusun untuk dapat mengetahui perkembangan emisi gas

    rumah kaca dari sektor transportasi di Indonesia.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    15/88

    12

    BAB 2

    METODOLOGI

    Kajian Inventori Emisi GRK Sektor Transportasi ini dilakukan

    melalui metodologi kuantitatif dan kualitatif. Metodologi kuantitatif

    berdasarkan data sekunder yang digunakan sebagai masukan untuk

    perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) dan untuk melihat prospek

    pengembangan sektor transportasi di masa depan. Metodologi

    kualitatif dilakukan melalui studi literatur untuk melihat permasalahan

    serta kebijakan sektor transportasi saat ini. Studi literatur ini merupakan

    bahan dalam pembuatan rekomendasi untuk pengembangan sektor

    transportasi yang mempunyai emisi GRK lebih rendah. Tahapankajian ini dibagi menjadi enam tahapan seperti ditunjukkan pada

    Gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Tahapan Studi

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    16/88

    13

    2.1. Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder

    yang dikumpulkan dari lembaga pemerintah yang terkait, antara lain:

    Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Pertamina, dan

    BPS. Data yang dikumpulkan meliputi:

    Data historis penggunaan energi di sektor transportasi;

    Kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang terkait

    dengan sektor transportasi;

    Data kondisi sektor transportasi saat ini, seperti: moda transportasi,

    jumlah kendaraan bermotor, statistik transportasi darat, laut dan

    udara, dan penggunaan bahan bakar;

    Data perekonomian secara makro yang terkait dengan

    sektortransportasi.

    Data lain yang penting adalah data koesien emisi GRK yang

    dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC).

    Saat ini IPCC Guideline yang digunakan sebagai pegangan untuk

    perhitungan koesien emisi adalah IPCC Guidelines for National

    Greenhouse Gas Inventories. tahun 2006

    2.2. Studi Literatur

    Studi literatur dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal

    dari permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sektor

    transportasi yang berwawasan lingkungan. Berdasarkan studi literatur

    ini dapat lebih berfokus pada penyelesaian persoalan yang dihadapi

    tanpa membuat pengulangan dengan studi yang sudah ada. Beberapa

    instansi pemerintah, seperti: Kementerian Perhubungan, KementerianESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, BPPT dan Kementerian

    Keuangan; serta institusi Internasional seperti Bank Dunia dan Asean

    Development Bank; maupun para pakar yang telah melakukan studi

    tentang sektor transportasi merupakan sumber informasi yang penting

    untuk pembuatan rekomendasi.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    17/88

    14

    2.3. Model dan Skenario

    Berdasarkan temuan-temuan kondisi yang ada saat ini dan

    kebijakan atau program yang telah dilaksanakan maka dapat dibuat

    proyeksi kebutuhan energi sektor transportasi jangka panjang.

    Kebutuhan energi ke depan akan meningkat seiring dengan dinamika

    pembangunan ekonomi. Dengan adanya peningkatan ke depan,

    kemudian dihitung kembali emisi GRK. Berdasarkan perhitungan data

    historis dan proyeksi maka dapat dilakukan analisis tentang emisi

    GRK di sektor transportasi. Perhitungan dan analisis dalam kajian ini

    menggunakan Model LEAP.

    2.3.1. Model LEAP

    Model LEAP (LongRange Energy Alternatives Planning System)

    merupakan model untuk memproyeksikan permintaan dan penyediaan

    energi jangka panjang. Model LEAP sudah berupa perangkat lunak

    komputer yang dapat secara interaktif digunakan untuk melakukan

    analisis dan evaluasi kebijakan dan perencanaan energi. LEAP

    dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute,Boston, USA.

    LEAP telah digunakan dibanyak negara terutama negara-negara

    berkembang karena menyediakan simulasi untuk memilih pasokanenergi mulai dari energi fosil sampai energi terbarukan, seperti:

    biomasa.

    Di Indonesia Model LEAP sudah digunakan oleh Kementerian

    Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sejak tahun 2002.

    LEAP digunakan untuk membuat perencanaan permintaan dan

    penyediaan energi di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2010. Dari

    studi ini sudah diterbitkan buku Prakiraan Energi Indonesia 2010 yang

    dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan dalam rangkamendukung pengembangan sektor energi.

    Pada tahun 2004, KESDM menggunakan Model LEAP untuk

    melaksanakan kegiatan dalam proyek Contributing to Poverty

    Alleviation through Regional Energy Planning in Indonesia yang

    disingkat menjadi Carepi. Proyek ini untuk mendukung pengentasan

    kemiskinan melalui perencanaan energi daerah di Indonesia. Daerah

    yang turut serta dalam melaksanakan proyek ini diantaranya adalah

    Provinsi Papua Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    18/88

    15

    Tengah, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat,

    Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.Daerah

    Istimewa Yogyakarta mewakili daerah yang memiliki sumber daya

    energi rendah. Sedangkan Nusa Tenggara Barat mewakili daerah

    luar Jawa yang sedang tumbuh, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan

    mewakili Jawa dan Luar Jawa yang memiliki sumber daya energi

    yang cukup besar.

    Pada tahun 2010, KESDM dengan Pemerintah Belanda

    melakukan kerjasama dalam Program Casindo. Program ini bertujuan

    untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan

    energi yang berkelanjutan, melalui peningkatkan kemampuan

    daerah dalam penyusunan formulasi perencanaan energi danmengimplementasikan kebijakan energi baik nasional dan daerah.

    Casindo merupakan singkatan dari Capacity development and

    strengthening for energy policy formulation and implementation

    of Sustainable energy project in Indonesia. Dalam melaksanakan

    Program Casindo ini juga digunakan Model LEAP.

    Prakiraan energi dihitung berdasarkan besarnya aktivitas

    pemakaian energi dan besarnya pemakaian energi per aktivitas

    (intensitas pemakaian energi). Aktivitas energi dicerminkan olehpertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Sedangkan intensitas

    energi merupakan tingkat konsumsi energi per pendapatan (Produk

    Domestik Bruto - PDB) atau jumlah penduduk dalam waktu tertentu.

    Intensitas energi dapat dianggap tetap selama periode simulasi atau

    mengalami penurunan untuk menunjukkan skenario meningkatnya

    esiensi pada sisi permintaan. Secara garis besar rumus matematis

    untuk perhitungan ditunjukkan pada rumus berikut ini:

    LEAP mempunyai 4 modul utama yaitu Modul Variabel Penggerak

    (Driver Variable),Modul Permintaan (Demand), Modul Transformasi

    (Transformation)dan Modul Sumber Daya Energi(Resources). Proses

    Intensitas

    Pemakaian

    EnergiXPermintaan Energi =

    Aktivitas

    Pemakaian

    Energi

    (1)

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    19/88

    16

    proyeksi penyediaan energi dilakukan pada Modul Transformasi dan

    Modul Sumber Daya Energi. Sebelum memasukkan data ke dalam

    Modul Transformasi untuk diproses, terlebih dahulu dimasukkan

    data cadangan sumber daya energi primer dan sekunder ke Modul

    Sumber Daya Energi yang akan diakseskan ke Modul Transformasi.

    Demikian juga data permintaan dengan beberapa skenario yang

    telah dimasukkan ke dalam Modul Permintaan, diakseskan ke Modul

    Transformasi.

    Gambar 2.2. Tampilan Layar LEAP

    LEAP adalah perangkat lunak berbasis Windows. Pertama kali

    menjalankan LEAP layar yang muncul seperti yang ditampilkan pada

    Gambar 2.2. Layar LEAP terdiri atas beberapa bagian, yaitu :

    Baris teratas terdapat tulisan LEAP dan nama le yang sedang

    dibuka.

    Baris kedua adalah menu-menu utama (main menu): Area, Edit,

    View, General, tree,dan Help.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    20/88

    17

    Baris ketiga adalahmain toolbar: New, Save, Fuels, Effects, Units,

    References,dan sebagainya.

    View bar adalah menu vertikal di sisi kiri layar, yang terdiri

    atas: Analysis, Detailed Result, Energy Balance, Summaries,

    Overviews, Technology Database, dan Notes.

    Kolom di sebelah view bar adalah tempat untuk menuliskan

    diagram pohon (Tree). Pada baris paling atas dari kolom ini

    terdapat toolbar untuk membuat/mengeditTree.

    Kolom berikutnya terdiri atas tiga bagian, yaitu: (a) toolbar untuk

    membuat/meng-edit skenario, (b) bagian untuk memasukkan

    data, dan (c) tampilan input data.

    Baris terbawah adalah status bar, yang berisi: nama fle yang

    sedang dibuka, view yang sedang dibuka, dan status registrasi.

    2.3.2. Asumsi dan Skenario

    Pembangunan ekonomi ke depan memiliki sejumlah

    ketidakpastian. Oleh karena itu untuk menangkap dinamika tersebut

    harus dikembangkan beberapa skenario. Informasi mengenai

    variabel ekonomi, demogra dan karakteristik pemakai energi

    dapat digunakan untuk membuat alternatif skenario. Kondisi masa

    depan dapat diprakirakan berdasarkan skenario-skenario tersebut.Skenario dapat berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi dimasa

    depan mengarah pertumbuhan yang optimis atau yang pesimis.

    Penetapan skenario terkait dengan evolusi sosial dan ekonomi suatu

    negara yang menggabungkan isu-isu yang terkait dengan kebijakan

    pembangunan nasional suatu negara seperti: pertumbuhan ekonomi,

    modikasi struktur ekonomi, evolusi demogra, perbaikan taraf hidup

    (perumahan, kepemilikan mobil, mobilitas, dan elektrikasi), serta

    kemajuan teknologi (intensitas energi), dan esiensi penggunaan

    energi.

    Proyeksi permintaan energi di sektor transportasi berdasarkan

    skenario pertumbuhan ekonomi dan penduduk serta perkembangan

    teknologi dan ketersediaan cadangan sumber daya energi merupakan

    proses perencanaan yang harus dilakukan. Ada tiga skenario yang

    akan digunakan yaitu:

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    21/88

    18

    A. Skenario BaU

    Skenario BaU (Business as Usual)mengasumsikan bahwa tidak

    ada intervensi kebijakan apapun. Penggunaan bahan bakar fosil saat

    ini akan terus berlanjut sepanjang masih tersedia cadangannya.

    B. Skenario Reference

    Skenario Reference (REF) sudah memasukkan kebijakan,

    seperti:penggunaan teknologi yang lebih esien, mandatori bahan

    bakar nabati (BBN) dan optimalisasi pasokan energi.

    C. Skenario KEN

    Skenario KEN (Kebijakan Energi Nasional) mengacu pada

    Rancangan KEN sampai saat ini yang didalamnya ada upaya untuk

    lebih meningkatkan pengembangan EBT. Peningkatan penggunaan

    energi terbarukan ini secara total dapat mengurangi emisi GRK.

    2.4. Focus Group Discussion

    Focus Group Discussion (FGD) dilakukan bersama pemangku

    kepentingan untuk membahas permasalahan pengembangan sektor

    transportasi yang berwawasan lingkungan. Pembahasan meliputi

    kebijakan dan regulasi yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah

    seperti Undang-Undang, Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan

    Pemerintah, dan Keputusan Menteri (Kepmen) serta implementasinya.

    Regulasi tersebut akan dilihat secara objektif mengenai: konsistensi

    dengan peraturan yang lain, tingkat kesulitan dalam implementasi,

    dan fairness terhadap semua pihak. Disamping itu juga dibahasmasalah tetapan emisi GRK, pertumbuhan perekonomian jangka

    panjang transportasi serta hal-hal lain yang terkait untuk perhitungan

    emisi sektor transportasi. Pemangku kepentingan ini dipilih yang

    terkait dengan sektor transportasi baik dari sisi pelaku usaha

    maupun pembuat kebijakan supaya memperoleh hasil analisis yang

    komprehensif.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    22/88

    19

    2.5.Analisis dan Rekomendasi

    Sebelum membuat rekomendasi harus dilakukan perhitungan

    emisi GRK berdasarkan data, studi literatur dan FGD yang telah

    dilakukan. Dengan menggunakan Model LEAP maka hasil-hasil

    perhitungan tersebut dapat dianalisis berdasarkan beberapa

    skenario yang sudah dibuat. Dari hasil analisis ini maka dapat

    dibuat rekomendasi yang tajam serta dapat diimplementasikan.

    Keseluruhan pembahasan ini dituangkan dalam laporan akhir yang

    dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dan pembuat

    kebijakan.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    23/88

    20

    BAB 3

    PENGGUNAAN ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

    3.1. Klasikasi Sektor Transportasi

    Secara umum sektor transportasi dapat diklasikasikan menjadi

    3 moda transportasi, yaitu: transportasi darat, transportasi laut dan

    transportasi udara. Masing-masing moda dapat dirinci lagi sesuai

    dengan jenis teknologi, bahan bakar maupun fungsinya. Secara garis

    besar klasikasi tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.1.

    Bahan bakar yang digunakan untuk setiap moda bisa beragam.

    Untuk kendaraan penumpang dapat menggunakan bensin,

    minyak solar, CNG, hybrid, maupun LGV. Untuk sepeda motor

    hanya menggunakan bensin, sedangkan untuk kereta api dapat

    menggunakan minyak diesel atau listrik. Untuk transportasi udara

    dapat menggunakan avtur maupun avgas.

    Moda Transportasi

    Darat

    Mobil Penumpang

    Mobil Barang

    Umum

    Pribadi

    Bus

    SepedaMotor

    Kereta Api

    Penumpang

    Barang

    Laut

    Udara

    Penumpang

    Barang

    Penumpang

    Barang

    Gambar 3.1. Klasikasi Moda Transportasi

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    24/88

    21

    3.1.1. Transportasi Darat

    Pada transportasi darat, dirinci lagi menjadi mobil penumpang,

    mobil barang, bus, sepeda motor dan kereta api. Rincian tersebut

    dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Mobil penumpang, yaitu semua mobil penumpang baik berupa

    mobil pribadi maupun mobil yang digunakan untuk angkutan

    umum dan tidak termasuk dalam kelompok bus. Berdasarkan

    jenis bahan bakarnya, mobil penumpang bisa dibagi lagi menjadi

    mobil premium dan mobil diesel/solar. Sedangkan untuk masa

    mendatang penetrasi yang mungkin adalah mobil berbahan

    bakar gas (CNG, LGV), biodiesel, dan bioetanol. Taksi jugatermasuk dalam kategori ini. Taksi adalah kelompok angkutan

    penumpang umum jenis sedan. Diasumsikan bahwa seluruh

    taksi saat ini berbahan bakar premium. Sementara untuk masa

    mendatang terdapat penetrasi dari bahan bakar gas (CNG/LGV)

    dan bioetanol. Disamping taksi, minibus juga masuk kategori ini.

    Minibus, adalah kelompok angkutan penumpang umum yang

    mempunyai kapasitas mesin dibawah 2500 cc. Kelompok ini terdiri

    dari angkutan jenis mikrolet, angkutan pedesaan, taksi, bemo dan

    bajaj. Bus kantor/perusahaan, bus wisata dan lain-lain juga adayang termasuk dalam kelompok ini. Minibus dibagi ke dalam jenis

    berbahan bakar diesel/solar, minibus berbahan bakar premium.

    Untuk proyeksi, diasumsikan terdapat penetrasi dari bahan bakar

    gas (CNG/LGV), biodiesel dan bioetanol.

    Mobil barang, yaitu semua jenis truk yaitu truk besar, truk

    sedang dan truk kecil (pick-up). Pengklasikasian truk besar,

    truk sedang dan truk kecil (pick-up) selain dilakukan melalui

    pendekatan berdasarkan besarnya daya atau kapasitas mesin,bahan bakar yang dipakai, juga dipisahkan berdasarkan daya

    angkutnya (tonasenya). Semua truk besar dan truk sedang saat

    ini diasumsikan berbahan bakar diesel/solar, sementara truk

    kecil dipisahkan lagi menjadi dua bagian, yaitu truk kecil yang

    berbahan bakar premium dan truk kecil berbahan bakar diesel/

    solar. Termasuk truk kecil adalah mobil boks. Sementara untuk

    masa mendatang, penetrasi yang dimungkinkan adalah CNG/

    LGV dan biodesel untuk jenis truk besar dan sedang. Sementara

    untuk truk kecil, selain CNG/LGV dan biodesel juga ada bioetanol.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    25/88

    22

    Bus termasuk di dalamnya bus sedang dan bus besar. Bus

    sedang, adalah kelompok angkutan penumpang umum yang

    mempunyai kapasitas mesin antara 2500 - 3500 cc (misalnya

    Metromini). Termasuk juga dalam kelompok ini, bus wisata, bus

    bukan untuk umum seperti bus kantor/perusahaan dan lain-lain

    yang sejenis. Seluruh bus sedang adalah diesel/berbahan bakar

    solar. Untuk masa mendatang diasumsikan akan terjadi penetrasi

    dari biodisel dan CNG/LGV. Bus besar, adalah kelompok angkutan

    penumpang umum yang terdiri dari seluruh jenis angkutan umum

    yang mempunyai mesin berkapasitas diatas 3500 cc. Berdasarkan

    jenis bahan bakarnya, baik bus sedang maupun bus besar saat

    ini hanyalah berbahan bakar solar/diesel. Sama seperti pada bus

    sedang, penetrasi dimasa mendatang adalah berbahan bakarCNG/LGV dan biodiesel.

    Sepeda motor, yaitu semua kendaraan bermotor beroda dua.

    Diasumsikan bahwa semua sepeda motor berbahan bakar bensin.

    Kereta api, yaitu alat transportasi melalui rel yang mempunyai

    penggerak berupa lokomotif. Lokomotif diesel merupakan

    penggerak yang paling banyak digunakan. Lokomotif diesel

    digunakan sebagai penarik rangkaian kereta api penumpangdan kereta api barang yang menggunakan motor diesel sebagai

    penggerak mula (prime mover). Motor diesel ini dioperasikan

    menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang berupa minyak

    solar yang sering disebut minyak HSD (high speed diesel).

    3.1.2. Transportasi Laut

    Dalam studi ini transportasi laut dibagi menjadi transportasi

    penumpang dan transportasi barang. Transportasi laut dapatjuga dibagi berdasarkan daya jelajahnya, yaitu: Angkutan Sungai

    Danau dan Penyeberangan (ASDP), transportasi laut antar pulau,

    dan transportasi laut antar negara. ASDP dapat menggunakan

    kapal Roro (Roll On Roll Off)ataupun penggunakan speed boat.

    Pengelompokan transportasi laut umumnya dibagi menjadi empat

    kelompok utama, yaitu: kapal jelajah (cuising boat),kapal dredger

    and tug, kapal ferry dan kapal nelayan. Kapal jelajah terdiri dari

    kapal internasional, kapal antar pulau dan kapal non-schedule.

    Untuk kapal ferry ada yang kecepatan tinggi (high speed) dan

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    26/88

    23

    ada yang biasa (regular), sedangkan kapal nelayan bibagi lagi

    menjadi perahu besar, menengah dan tradisional.

    Pendekatan dalam memperkirakan konsumsi bahan bakar untuk

    kapal pada umumnya dibedakan menjadi kapal umum dan perahu

    tradisional. Dasar yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi

    bahan bakar adalah waktu operasi untuk kapal umum dan dengan

    menggunakan frekuensi perjalanan untuk kapal tradisional. Bahan

    bakar yang digunakan untuk transportasi laut biasanya adalah

    ADO, IDO, dan FO. Sementara perahu kecil dalam transportasi laut

    biasanya menggunakan bensin, solar, dan minyak tanah. Parameter

    penting untuk menentukan konsumsi bahan bakar adalah intensitas

    energi (liter bahan bakar per trip), jumlah kapal, waktu operasi efektif,dan rata-rata penggunaan dalam satu tahun.

    3.1.3. Transportasi Udara

    Transportasi udara memiliki keunggulan kecepatan dibanding

    moda transportasi lainnya. Secara umum transportasi udara dapat

    dikelompokkan menjadi transportasi internasional dan transportasi

    domestik. Disamping itu dapat juga dirinci lagi menjadi transportasi

    penumpang dan transportasi barang. Bahan bakar yang digunakanadalah avgas dan avtur. Avgas(aviation gasoline) adalah bahan bakar

    minyak berkadar oktan tinggi untuk pesawat bermesin torak. Avtur

    (aviation turbine) adalah bahan bakar khusus untuk turbin/pesawat

    terbang, jenis khusus minyak tanah dengan proses penyulingan.

    Parameter penting yang sering digunakan untuk mengestimasi

    penggunaan bahan bakar adalah: penumpang yang diangkut (orang/

    person), km-penumpang terpakai, tingkat penggunaan tempat duduk,

    barang yang diangkut (ton) dan ton-km yang terpakai.

    3.2. Sistem Transportasi Nasional

    Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung

    pembanguan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya

    memajukan kesejahteraan umum. Di masa depan potensi dan

    peran sistem transportasi nasional harus terus dikembangkan untuk

    mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah

    sesuai dengan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan. Transportasi merupakan sektor yang

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    27/88

    24

    sangat penting sebagai penunjang pembangunan ekonomi nasional

    dan daerah dalam penyelenggaraan sistem angkutan umum dan

    angkutan barang.

    3.2.1. Sistem Transportasi

    Secara umum sistem transportasi dapat dibagi dalam tiga

    kelompok besar yaitu sistem transportasi laut, transportasi darat

    dan transportasi udara. Sistem transportasi udara dan sistem

    transportasi laut mempunyai karakteristik sebagai angkutan yang

    tetap artinya meliputi angkutan orang dan barang dari pelabuhan

    yang satu ke pelabuhan yang lain secara tetap, pada waktu yang

    tetap dan menggunakan jenis bahan bakar yang tetap pula. Di lainpihak sistem transportasi darat memiliki karakteristik yang eksibel,

    mudah berubah, baik dalam tujuan perjalanan, jenis angkutan

    maupun jenis bahan bakar yang digunakan. Pada transportasi darat

    dijumpai perbedaan karakteristik antara transportasi perkotaan dan

    transportasi antar wilayah.

    Transportasi darat antar wilayah terdiri dari kendaraan pribadi,

    kereta api, truk dan bus. Masalah pada transportasi antar wilayah

    timbul pada saat-saat tertentu seperti waktu Lebaran, Natal, atauTahun Baru. Sedangkan permasalahan yang sering timbul adalah pada

    transportasi perkotaan yang komplek, dan merupakan masalah yang

    sehari-hari. Transportasi darat terdiri dari angkutan pribadi, angkutan

    penumpang, dan angkutan barang, dimana angkutan pribadi terdiri

    dari mobil pribadi dan sepeda motor, angkutan penumpang terdiri

    dari bus, mikrobus, angkot, dan angkutan barang yang terdiri dari truk

    besar, truk kecil dan mobilpickup.

    Jenis infrastruktur jalan di perkotaan antara lain, jalan umum,jalan perumahan, busway, dan jalan tol, sementara infrastruktur jalan

    lain antara lain adalah jembatan layang (yover)dan trowongan lintas

    (underpass)yang bertujuan untuk mengurai kemacetan yang terjadi

    pada persimpangan tertentu.

    Kebijakan sektor transportasi darat pada umumnya adalah untuk

    memecahkan masalah dalam penyediaan sistem angkutan baik

    orang dan barang, dalam kota maupun antara wilayah, mengurangi

    kemacetan di dalam kota maupun antar wilayah, substitusi BBM

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    28/88

    25

    dengan bahan bakar alternatif, serta mengurangi dampak lingkungan

    lokal maupun global.

    Transportasi masal yang ada di perkotaan pada umumnya terdiri

    dari, angkutan bus, angkutan kota (mikrolet, bemo, bajaj), serta kereta

    rel (KRL dan kereta diesel). Kecuali kereta rel, angkutan kota yang

    ada dianggap makan waktu perjalanan yang lama serta merepotkan

    karena harus berganti-ganti, relatif mahal, kurang nyaman, dan tidak

    aman. Belum terselenggarakannya transportasi masal yang baik

    dan memadai, khususnya untuk kota besar akan menyebabkan

    masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil,

    maupun sepeda motor untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Hal

    ini menjadikan peningkatan esiensi kendaraan menjadi salah satuunsur utama dalam pengembangan industri kendaraan di Indonesia.

    3.2.2. Teknologi Transportasi

    Saat ini teknologi transportasi terus mengalami pengembangan.

    Pengembangan yang terbesar adalah untuk teknologi otomotif,

    teknologi kereta api, dan teknologi pesawat terbang. Berikut ini akan

    dibahas secara singkat ketiga teknologi tersebut.

    Teknologi Otomotif

    Teknologi otomotif terus berkembang mengikuti kebutuhan

    masyarakat baik dari sisi kenyamanan maupun lingkungan.

    Perkembangan teknologi otomotif dewasa ini ditandai dengan

    hadirnya berbagai teknologi baru yang berbasis elektronik, seperti

    EFI (Electronic Fuel Injection)sebagai pengganti karburator; CDI dan

    i-DSI (Intelligent Dual Sequential Ignition) sebagai penyempurnaan

    sistem pengapian.

    Untuk yang berbasis mekanik mulai dari Double Overhead

    Camshaft (DOHC), VVT, VVT-i (Variable Valve Timing with

    intelligence), i-VTEC (Intelligent Variable Valve Timing and Lift

    Electronic Control) atau VANOS untuk mengatur pola pembukaan

    katup secara variabel, agar mendapatkan pasokan campuran bahan

    bakar yang lebih esien, CVT (Continuously Variable Transmission)

    pada sistem transmisi otomatik dan bahkan hingga hybrid.Sedangkan

    perkembangan teknologi pada mesin diesel tidak banyak perubahan,

    sampai hadirnya teknologi Common Rail pada era tahun 1990-an.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    29/88

    26

    Teknologi EFI (Electronic Fuel Injection)sebenarnya bukan yang

    terbaru, karena sudah diterapkan pada kendaraan keluaran tahun

    1990-an. Penggunaan EFI saat itu masih terbatas pada jenis sedan

    (passenger car),dan pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000,

    kendaraan jenis minivan seperti Kijang atau SUV ikut mengadopsi.

    Saat ini teknologi EFI mulai disusul oleh PGM-FI, EPFI, ECFI, T-DIS,

    dan sebagainya. Teknologi EFI sebetulnya merupakan bagian dari

    sistem manajemen mesin yang dikendalikan oleh ECU (Electronic

    Control Unit). Di sini bahan bakar minyak (BBM) dikabutkan ke dalam

    silinder dengan cara injeksi. Sebelum muncul teknologi EFI, untuk

    mencampur bahan bakar dengan udara digunakan karburator. Dalam

    karburator ini BBM dikabutkan sebagai akibat dari isapan vakum dari

    venturi. Sebagai alat yang murni mekanikal, karburator mempunyaiketerbatasan sehingga hanya efektif pada daerah operasi tertentu,

    sehingga karburator hanya efektif untuk mesin putaran tinggi/mobil

    sport.Jadi, kurang sempurna untuk dipasang pada kendaraan minivan

    yang lebih mementingkan torsi dan tenaga di putaran menengah.

    ECU juga mengendalikan sistem pengapian. Pada sistem

    pengapian konvensional, arus listrik dari ignition coil disalurkan ke

    masing-masing busi melalui distributor. Di sini terdapat mekanisme

    untuk memajukan atau memundurkan waktu pengapian agar sesuaidengan putaran mesin, yang merupakan gabungan dari vacuum

    advancerdan centrifugal advancer. Namun, sebagaimana karburator,

    sistem distributor konvensional ini juga punya keterbatasan, karena

    hanya optimum pada daerah operasi yang terbatas sesuai dengan

    karakteristik mesin. Mengingat keterbatasan sistem mekanis itu,

    maka muncul penggabungan sistem mekanis dengan kontrol

    elektronik, agar diperoleh eksibilitas di daerah operasi mesin yang

    optimal, sehingga menghasilkan mesin dengan kinerja yang lebih

    maksimal. EFI kemudian menjadi perlengkapan standar bagi mobil-mobil modern.

    Selain teknologi sistem pasokan bahan bakar, maka teknologi

    sistem pengapian pada kendaraan bermotor berkapasitas di bawah

    1.500 CC dilengkapi dengan i-DSI (intelligent dual sequential ignition).

    Teknologi i-DSI memakai dua busi yang dipasang secara diagonal

    pada setiap ruang bakarnya. Busi tersebut bekerja sesuai putaran

    dan beban, sehingga memberikan percikan api yang menyebar dan

    menghasilkan kontrol pembakaran yang lebih sempurna.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    30/88

    27

    Pada putaran rendah, kedua busi tersebut menyala secara

    berurutan sehingga campuran bahan bakar dan udara yang cenderung

    gemuk, dapat dibakar seluruhnya. Pada saat putaran tinggi, kedua busi

    dapat berubah tanpa jeda (menyala secara bersamaan) mengimbangi

    pasokan bahan bakar yang jumlahnya relatif lebih tinggi, akan tetapi

    harus dibakar habis dalam waktu yang relatif lebih cepat. Hasilnya

    proses pembakaran menjadi lebih sempurna pada berbagai tingkat

    putaran mesin dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih esien,

    lebih jelas disajikan pada Gambar 3.2.

    Sumber: Honda (2012)

    Gambar 3.2. Teknologi i-DSI

    Pada tahun 1991, Toyota mulai memperkenalkan teknologi

    VVT pada sporttipe 4A-GE dengan tujuan untuk meningkatkan daya.

    Mekanisme VVT mempunyai 2 katup pemasukan (intake) bahan

    bakar. Pembukaan katup-katup tersebut diatur oleh suatu sistem yang

    berkaitan dengan putaran mesin, yaitu pada saat putaran rendah atau

    beban kecil, maka hanya satu katup intakeyang bekerja, dan kedua

    katup akan bekerja pada saat putaran tinggi.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    31/88

    28

    Pada perkembangan selanjutnya, teknologi VVT-i yang merupakan

    penyempurnaan dari mekanisme VVT, dapat merubah waktu awal

    pembukaan dan akhir penutupan katup intake (dapat dipercepat atau

    diperlambat antara 30 sampai dengan 60 derajat sudut cam-shaft).

    Pada saat putaran tinggi, awal pembukaan katup intake dipercepat

    sehingga akan menambah waktu masuknya udara ke dalam silinder.

    Sebaliknya pada saat putaran rendah, awal pembukaan katup intake

    diperlambat sehingga akan mengurangi waktu masuknya udara ke

    dalam silinder. Selain mengurangi atau menambah volume udara

    untuk pembakaran, perbedaan saat pemasukan udara pada putaran

    tinggi dan putaran rendah adalah untuk menyesuaikan kecepatan

    gerakan piston pada saat langkah isap.

    Kecepatan gerakan piston pada saat langkah isap dapat

    meningkat 4 6 kali, padahal pada gerakan yang makin cepat

    tersebut kebutuhan udara untuk pembakaran juga lebih besar. Agar

    kebutuhan udara untuk campuran bahan bakar dapat sempurna

    (sekitar 1 : 16) pada saat putaran tinggi maupun putaran rendah,

    maka perbedaan waktu awal membuka dan akhir menutupnya katup

    intake, adalah jalan keluarnya. Teknologi VVT-i juga meningkatkan

    esiensi volumetrik campuran bahan bakar dan udara, sehingga kerja

    mesin menjadi lebih esien.

    Karena volume campuran bahan bakar dan udara yang lebih

    sesuai, maka pembakaran menjadi lebih sempurna dan akan

    menurunkan kadar nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida

    (CO) pada gas buang. Dari hasil uji, diperoleh data esiensi bahan

    bakar meningkat 6% dan menaikkan momen 10% pada putaran

    rendah dan sedang. Teknologi semacam ini juga dikembangkan oleh

    Honda dengan menamakan i-VTEC, lihat Gambar 3.3.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    32/88

    29

    Sumber: Solusimobil (2012)

    Gambar 3.3. Teknologi i-VTEC

    Selanjutnya, sistem penonaktifan mesin digunakan pada

    kendaraan bermotor yang memiliki 6 sampai 8 silinder. Industripembuat kendaraan bermotor terkemuka dunia, seperti Chrysler,

    General Motors dan Honda, telah menciptakan sistem yang dapat

    mengaktifkan dan menon-aktifkan silinder sehingga mesin yang

    bertenaga ekstra besar itu tetap esien dalam mengonsumsi bahan

    bakar. Chrysler menamakan Multiple Displacement System (MDS),

    General Motors menyebutnya Displacement on Demand(DOD), dan

    Honda memberi nama Variable Cylinder Management (VCM).

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    33/88

    30

    Walaupun namanya berbeda-beda, pada prinsipnya sistemnya

    sama, yakni saat mobil tidak memerlukan tenaga besar, hanya separuh

    dari seluruh silinder yang aktif. Dengan kata lain, pada mobil yang

    menyandang 8 silinder, saat mobil tidak memerlukan tenaga besar,

    hanya 4 silinder yang aktif, sementara 4 silinder lainnya dinon-aktifkan.

    Demikian juga pada 6 silinder. Pada saat mobil memerlukan tenaga

    ekstra besar, barulah ke-8 atau ke-6 silinder bekerja penuh. Dengan

    menggunakan sistem mengaktifkan dan menon-aktifkan silinder itu,

    bahan bakar yang dikonsumsi dapat diturunkan sekitar 25% pada

    saat mesin stasioner, serta 8% pada saat kendaraan berjalan. Cara

    kerja sistem menon-aktifkan silinder sangat sederhana, mengingat

    pada jenis mesin terkini semua silinder bekerja secara otonom, yaitu

    setiap silinder mempunyai sistem pengapian dan sistem injeksi bahanbakar sendiri-sendiri. Setiap saat silinder dapat diaktifkan dan dinon-

    aktifkan tanpa mengganggu silinder-silinder lain.

    Teknologi hybrid telah dikembangkan oleh beberapa industri

    otomotif terkemuka, seperti Honda, Toyota, Nissan dari Jepang dan

    Daimler, BMW, VW dari Eropa serta General Motor dan Ford dari

    Amerika. Teknologi hybridadalah persilangan sumber daya mekanik

    yang berasal dari motor bakar dan motor listrik. Karena memiliki

    sumber daya dari motor listrik, kapasitas motor bakarnya dapatdiperkecil sehingga konsumsi bahan bakar minyak (BBM) menjadi

    menurun. Sebagai contoh, pada mesin konvensional berkapasitas

    1.800 CC yang menghasilkan daya 120 HP, akan sebanding dengan

    mesin hybrid berkapasitas 1.300 CC. Teknologi hybridjuga memiliki

    sistem untuk meregenerasi energi mekanik yang terbuang (karena

    proses de-aselerasi) menjadi energi yang tersimpan dalam bentuk

    energi listrik. Hasilnya adalah pemakaian bahan bakar menjadi sangat

    esien (hasil uji laboratorium membuktikan untuk 1 liter pertamax plus

    dapat menempuh jarak 31 kilometer). Kelebihan lain dari teknologihybrid adalah kandungan gas-gas berbahaya pada gas buang menjadi

    sangat rendah.

    Pada tahun 1998 mesin diesel modern dilahirkan dengan

    teknologicommon rail injection.Teknologi ini ditemukan oleh insinyur

    Fiat dan diproduksi oleh Bosch. Seri pertama common rail, adalah

    19 TJD yang dipasangkan pada mobil Alfa Romeo 156 buatan Italia.

    Pada konstruksi common rail terdapat suatu katup selenoid yang

    dikendalikan secara sangat presisi oleh sistem elektronik, mampu

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    34/88

    31

    mengatur jumlah bahan bakar dan waktu penyemprotannya ke dalam

    silinder. Periode penyemprotan bahan bakar ke dalam silinder dalam

    satu siklus pembakaran juga dapat dilakukan 5 kali secara bertahap.

    Pada penyemprotan pertama, sistem kontrol elektronik akan mengatur

    volume bahan bakar yang jumlahnya sedikit untuk memicu proses

    pembakaran, yang kemudian diikuti oleh penyemprotan berikutnya

    sebagai proses pembakaran untuk menghasilkan daya. Cara ini

    akan mengurangi getaran dan kebisingan yang diakibatkan oleh

    proses pembakaran yang tiba-tiba, seperti yang terjadi pada mesin

    diesel generasi sebelumnya. Sistem pembakaran bertahap juga

    akan mempermudah cara menghidupkan mesin pada kondisi dingin,

    sehingga tidak memerlukan lagi alat pemanasan awal (glow-plug).

    Teknologi common rail tidak lagi menggunakan distributor

    injection pump dan sebagai gantinya digunakan pompa kompresi

    tekanan ekstra tinggi yang sanggup menghasilkan bahan bakar

    bertekanan 2,000 bars (29,000 psi) dan menampungnya ke dalam

    tabung yang dinamakan common rail. Tabung tersebut dicabangkan

    ke masing-masing silinder yang dilengkapi dengan injektor. Di dalam

    injektor terdapatnozzledan plunyer yang digerakkan olehselenoid.

    Karena tekanan yang sangat tinggi, bentuk kabut bahan bakar yang

    disemprotkan ke dalam silinder oleh nozzle menjadi lebih halus,sehingga proses pembakarannya menjadi lebih sempurna.

    Hasil uji coba yang dilakukan terhadap kendaraan diesel dengan

    rute Merak-Jakarta-Bandung pergi pulang secara terus menerus

    hingga 10.000 km dan penelitian di BTMP Serpong, menunjukkan

    performansi mesin yang maksimal, knalpot tidak mengeluarkan asap,

    dan hampir tidak terasa getaran mesin diesel. Kendaraan yang dipacu

    hingga 120 km/jam di ruas jalan yang menanjak, suara mesin tetap

    halus, tanpa getaran dan tanpa asap. Hasil uji teknologi commonrail juga menunjukkan emisi gas buangnya memiliki kandungan

    sulfur, hidrokarbon, NOx dan partikel yang sangat rendah. Hasil uji

    juga menunjukkan peningkatan esiensi penggunaan bahan bakar

    sebesar 13,3% dengan moda yang sama.

    Angkutan penumpang untuk umum di kota-kota besar Indonesia,

    terdiri dari kendaraan bermotor roda tiga, empat dan enam

    sedangkan kendaraan roda dua atau sepeda motor (ojek) secara

    regulasi tidak masuk kategori angkutan umum. Sedangkan di Jakarta

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    35/88

    32

    telah beroperasi angkutan penumpang berupa bus gandeng yang

    mempunyai tiga poros/axle dengan lebih dari 6 roda. Kendaraan

    bermotor yang digunakan untuk angkutan penumpang berkapasitas

    15 orang ke bawah terdiri dari jenis MPV (Toyota Kijang, Suzuki

    Carry, Daihatsu, Mitsubishi); sedan (untuk taksi); bajaj, bemo dan ojek

    sepeda motor.

    Kendaraan yang digunakan biasanya berbahan bakar premium

    atau BBG untuk yang bekapasitas 15 penumpang ke bawah (angkot,

    taksi, bajaj dan bemo), sedangkan yang berkapasitas diatasnya

    menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar atau beberapa jenis

    bus menggunakan mesin Otto berbahan bakar CNG. Kendaraan-

    kendaraan tersebut khususnya jenis MPV, masih menggunakan mesinkonvensional, kecuali sedan untuk taksi yang teknologinya mengikuti

    perkembangan terkini. Penggunaan teknologi baru pada kendaraan

    berarti menambah ongkos konstruksi, sehingga yang dikembangkan

    terbatas pada jenis kendaraan penumpang (sedan, SUV dan

    kendaraan keluarga) yang masuk kategori kendaraan mewah.

    Untuk kendaraan angkutan umum, yang dibutuhkan adalah

    teknologi yang sederhana, handal dan mudah dalam perawatan.

    Sedangkan taksi dengan teknologi terkini, dengan tarif yang telahmemperhitungkan nilai investasinya, menjadi layak untuk dioperasikan

    sebagai angkutan umum.

    Untuk kendaraan bajaj, telah dikembangkan generasi baru dengan

    mesin 4 langkah dan berbahan bakar gas, akan tetapi teknologinya

    masih tatap konvensional. Untuk bemo seharusnya sudah tidak layak

    dioperasikan, karena menggunakan mesin 2 langkah dan sudah

    tidak dikembangkan oleh industri pembuatnya (Daihatsu). Dari hasil

    pengamatan lapangan, banyak ditemukan kendaraan angkutan umumyang usianya sudah lebih dari 5 tahun tetap dioperasikan.

    Teknologi Kereta Api

    Teknologi kereta api yang ada di Indonesia saat ini adalah

    Kereta Rel Diesel (KRD), Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE), Kereta

    Rel Diesel Indonesia (KRDI) dan Kereta Pembangkit Listrik (power

    car yang disingkat P atau BP). Semua teknologi ini menggunakan

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    36/88

    33

    BBM sebagai sumber energi. Kebutuhan BBM untuk sarana

    PT. Kereta Api (Persero) sebagai satu-satunya BUMN yang mengelola

    perkeretaapian dipasok oleh PT. Pertamina. Energi lain yang

    digunakan sebagai penggerak kereta api adalah energi listrik yang

    digunakan pada Kereta Rel Listrik (KRL) di wilayah Jakarta - Bogor -

    Depok -Tangerang - Bekasi (Jabodetabek). Energi listrik yang dipasok

    dari PT. PLN disalurkan melalui trafo penurun tegangan bolak-balik

    dari 70 kV ke 20 kV dan kemudian disearahkan melalui rectifer di

    gardu induk (substation)menjadi tegangan searah 1500 Volt DC.

    Berdasarkan perkembangan teknologi dan industri perkeretaapian

    di berbagai negara maka lokomotif di Indonesia diharapkan dapat

    juga tumbuh berkembang. Masa depan kereta diesel Indonesia harusdipersiapkan dari sekarang supaya tidak ketinggal dalam hal teknologi

    dibanding negara lain. Penggunaan lokomotif diesel elektrik ke depan

    harus lebih ditingkatkan. Sifat dan karaklteristik yang penting pada

    lokomotif diesel elektrik adalah berat lokomotif dan daya mesinnya

    lebih besar dari pada diesel hidrolik. Dengan memperhatikan korelasi

    karakteristik daya mesin yang lebih besar dan bobot yang berat, maka

    lokomotif diesel elektrik dapat menarik beban rangkaian KA yang lebih

    panjang atau lebih berat.

    Sejak digunakan lokomotif diesel elektrik maka dikenal sistem

    kontrol yang bermacam-macam. Mula-mula dikenal sistem kontrol

    dengan teknologi DC-DC yang kemudian berkembang ke AC-

    DC. Pengaturan gaya tarik, kecepatan dan fungsi komponen lain

    menggunakan sistem analog dengan kontaktor dan relay. Komponen

    elektrik yang digunakan adalah resistor, kapasitor, induktor,

    varistor dan seterusnya. Sistem kontrol pada lokomotif kemudian

    berkembang lagi dengan sistem digital yang menggunakan micro-

    processor,sehingga proses bekerjanya dapat lebih cepat dan akurat.Pengaturan daya motor diesel, penyemprotan bahan bakar pada

    injektor, alat pencegah selip, deteksi kerusakan komponen sampai

    dengan diagnosticsemuanya menggunakan micro-processor control

    yang dilengkapi dengan layar monitor (display) setelah diproses oleh

    komputer. Pengembangan selanjutnya adalah lokomotif dengan

    teknologi AC-AC yang menggunakan sistem kontrol digital dengan

    micro-processorsebagai pengatur traction inverterdan fungsi-fungsi

    komponen lainnya. Micro-processor terutama digunakan untuk

    pengaturan pada traction inverter dengan input DC dan output AC

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    37/88

    34

    melalui pengaturan tegangan dan frekuensi untuk menghasilkan

    karakteristik momen torsi dan putaran atau gaya tarik dari kecepatan

    yang diperlukan oleh lokomotif. Sistem kontrol ini disebut variable

    voltage variabel frequency(VVVF).

    Teknologi Pesawat Terbang

    Teknologi pesawat terbang berdasarkan mesin penggeraknya

    dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: piston, turboprop, dan turbofan.

    Pesawat yang menggunakan teknologi piston merupakan pesawat

    ekonomis yang sangat sesuai untuk penerbangan jarak dekat.

    Kapasitas biasanya berkisar antara 3 sampai 8 penumpang. Pesawat

    jenis seperti ini biasanya digunakan untuk kebutuhan pribadi, photoudara, latihan, penyemproton hama. Mesin penggerak dapat berupa

    mesin diesel yang menggunakan bahan bakar aviation turbine fuel

    (avtur) yang merupakan turunan dari kerosine yang mempunyai

    persyaratan yang ketat; dan mesin piston yang dirancang untuk

    dijalankan dengan aviation gasoline dengan standar yang lebih tinggi

    dari bahan bakar mobil agar dapat digunakan pada compression

    ratio yang lebih tinggi yang dapat meningkat tenaga mesian pada

    ketinggian yang lebih tinggi, bahan bakat yang biasanya digunakan

    adalah aggas 100LL yang berarti mempunyai angka oktan 100 dan LLmerupakan singkatan dari low lead.Kelangkaan avgas menyebabkan

    avgas dapat digantikan dengan Mogas (mobile gasoline) dari oktan

    yang tertinggi.

    Pesawat yang menggunakan teknologi turboprop merupakan

    jenis pesawat terbang untuk perjalanan jarak menengah antara 2

    sampai 4 jam. Pesawat turboprop digunakan pada pesawat dengan 4

    sampai dengan 70 penumpang. Prinsip kerja Mesin Turboprop diawali

    mesin menghirup udara yang kemudian dipadatkan oleh kompresoruntuk kemudian dibakar, hasil pembakaran akan memutar turbin

    pembakaran keluar melalui nosel/jet yang mengakibatkan sebagian

    kecil daya dorong, poros turbin memutar propoler yang mengakibatkan

    daya dorong pesawat. Propeler tidak begitu esien pada kecepatan

    tinggi, sehingga tidak digunakan untuk pesawat kecepatan tinggi.

    Kecepatan pesawat turboprop bisa mencapai 500 knot (926 km/h,

    575 mph).

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    38/88

    35

    Mengingat suhu didalam ruang bakar yang sangat tinggi maka bahan

    yang digunakan merupakan bahan tahan terhadap suhu yang tinggi

    serta regangan yang besar. Untuk itu biasanya digunakan alloynikel

    yang tahan terhadap suhu yang tinggi, ataupun bahan-bahan baru

    seperti mono-crystalline yang dapat bekerja pada suhu yang lebih

    tinggi.

    Pesawat yang menggunakan teknologi turbofan sering disebut

    pesawat jet. Pesawat jet menggunakan turbofan yang prinsip kerjanya

    hampir sama dengan turboprop hanya tidak menggunakan propeler

    tetapi menggunakan fan untuk memasok udara ke turbin. Udara yang

    masuk ke turbin dibuat bertekanan untuk menambah daya dorong

    serta ikut mendinginkan dinding luar turbin/ruang bakar. Turbofanmerupakan jet yang menghirup udara yang kemudian dimampatkan

    pada kompresor untuk kemudian dibakar. Hasil pembakaran akan

    memutar turbin tekanan tinggi dan kemudian dikembangkan oleh turbin

    tekanan rendah dan gas hasil pembakaran keluar melalui nosel/jet

    yang mengakibatkan daya dorong. Semua mesin jet yang digunakan

    untuk pesawat jet komersial masa kini adalah mesin turbofan. Mesin

    ini lebih banyak digunakan karena sangat efesien dan relatif dengan

    tingkat kebisingan yang lebih rendah.

    3.3. Kebijakan Sektor Transportasi

    Permen ESDM No. 0031 Tahun 2005, pasal 5 mengatur tentang

    pelaksanaan penghematan energi pada transportasi. Penghematan

    ditujukan untuk:

    Kendaraan pribadi dengan kapasitas ruang bakar diatas 2000

    cc, khususnya di pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan pulau bali

    menggunakan BBM jenis Pertamax. Memacu pemakaian bahan bakar gas pada kendaraan umum.

    Peraturan menteri ESDM ini bertujuan untuk menurunkan subsidi BBM

    yang sebagian besar adalah dinikmati oleh sektor transportasi, dan

    lebih khusus lagi oleh pengguna kendaraan pribadi. Oleh karena itu

    sasaran dari penurunan subsidi BBM adalah penggunaan pertamax

    yang tidak disubsidi pada kendaraan pribadi, serta pemanfaatan CNG

    pada kendaraan penumpang baik pribadi maupun umum.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    39/88

    36

    Dalam transportasi perkotaan masalah yang harus dipecahkan

    ialah masalah kemacetan, sebab kemacetan akan menaikkan tingkat

    keborosan bahan bakar kendaraan, memperlama waktu tempuh

    kendaraan, meningkatkan emisi CO2, timah hitam, karbon bebas dan

    lain-lain.

    Masalah lain ialah sektor transportasi merupakan sektor yang

    sangat dominan menggunakan BBM pada tahun 2010 sejumlah

    99,90%, dan sisanya gas dan listrik. Mengingat potensi sumberdaya

    minyak yang terus menurun, sementara jumlah kendaraan terus

    meningkat sehingga kebutuhan BBM pada sektor ini akan terus

    meningkat pula, maka di masa mendatang impor minyak bumi dan

    BBM dipastikan akan terus meningkat dan kondisi ini akan dapatmenyebabkan krisis bila tidak diambil tindakan yang memadai. Dalam

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), beban subsidi

    BBM dan listrik yang makin membengkak menyebabkan makin tidak

    esiennya pembangunan ekonomi Indonesia, dimana bila pada

    tahun 2010 subsidi BBM mencapai lebih dari Rp. 100 Triliun, maka

    diperkirakan pada tahun 2011 akan meningkat menjadi Rp. 123 Triliun.

    Suatu sistem transportasi perkotaan yang baik ialah sistem

    transportasi yang mampu untuk mengangkut seluruh penumpang,esien yaitu mempunyai intensitas energi per penumpang kilometer

    yang rendah, dan menghasilkan emisi yang bersih, baik terhadap

    pencemaran lokal seperti CO, timah hitam, asap dan lain-lain maupun

    pencemaran global seperti CO2, NOx, maupun CH4.

    Saat ini sebagian bensin di Indonesia menggunaan additif

    TEL (Tetra-ethyl Lead) yang dinyatakan sebagai racun yang dapat

    menurunkan tingkat kecerdasan (IQ), serta merusak organ penting

    seperti hati, otak, dan ginjal. Pengurangan penggunaan TEL antaralain dengan HOMC yang dapat menghasilkan NOx dan UHC (unburn

    hydrocarbon) yang dapat bereaksi menjadi pencemar udara lain

    seperti O3, PM10 bahkan PM25 yang berbahaya bagi kesehatan.

    Peningkatan kebutuhan oktan tinggi serta volume bensin akan

    meningkatkan penggunaan TEL, MTBE serta HOMC. Peningkatan

    penggunaan bensin secara aman dapat dipenuhi dengan penggunaan

    MTBE dan HOMC dalam bentuk isomerate atau alkalate, selain itu

    semua cara akan berakibat buruk bagi lingkungan.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    40/88

    37

    Sebenarnya semua pihak telah menyadari bahwa masalah-

    masalah dan isu-isu di sektor transportasi adalah saling terkait dan

    tidak berdiri sendiri, misalnya antara kemacetan, diversikasi energi,

    pengurangan subsidi BBM, maupun dengan lingkungan, oleh karena

    itu kebijakan sektor transportasi yaitu pemecahan masalah kemacetan,

    diversikasi bahan bakar dari BBM ke energi alternatif, pengurangan

    subsidi BBM di sektor transportasi dan masalah lingkungan dalam

    studi ini tidak akan dibahas satu persatu.

    Pemecahan masalah kemacetan dapat dilakukan antara lain

    dengan:

    Penerapan pengelolaan trak yang baik dan optimal, sehingga

    mengurangi penghentian yang terlalu lama di perempatanjalan dan pada akhirnya meningkatkan kecepatan rata-rata

    berkendaraan.

    Menerapkan strategi pemindahan dari mobil pribadi ke

    angkutan umum adalah dengan melakukan penambahan dan

    pengembangan transportasi masal, baik bus, monorail, kereta

    listrik maupun subway.

    Penggunaan transportasi massal dan angkutan umum merupakansalah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi subsidi BBM

    secara langsung karena konsumsi spesik bahan bakar angkutan

    umum jauh lebih rendah dibanding konsumsi spesik bahan bakar

    angkutan pribadi. Sebagai contoh, konsumsi spesik bahan bakar

    mobil pribadi di Jakarta adalah 10,04 liter/km-penumpang. Sementara

    konsumsi bahan bakar spesik bus besar di Jakarta adalah 0.88 liter/

    km-penumpang.

    Kebijakan peningkatan penggunaan angkutan umum secaragaris besar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

    Pada kota-kota kecil dan sedang dimana permintaan jasa

    transportasi tidak begitu tinggi, maka pendekatan pengembangan

    angkutan umum adalah dengan menyediakan sarana angkutan

    menengah kecil yang mampu menampung pergerakan orang

    serta menjangkau seluruh kawasan perkotaan.

    Pada kota-kota besar dan metropolitan dimana permintaan jasa

    transportasi tingi, pendekatan yang dilakukan adalah dengan

    menjamin ketersediaan saran angkutan umum berkapasitas

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    41/88

    38

    besar yang mampu menampung mobilitas orang dengan cepat,

    dan menjangkau pelosok kawasan perkotaan.

    Penambahan jalur jalan baru, melebarkan jalur yang sudah ada,

    dan menyediakan sistem angkutan umum masal pada koridor-

    koridor yang sesuai di setiap wilayah perkotaan dan terintegrasi

    dengan jaringan pengumpan angkutan umum yang terdistribusi

    secara merata pada daerah-daerah bangkitan perjalanan.

    Menyediakan lahan untuk Park and Ridepada daerah-daerah

    potensial.

    Mengusahakan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. Padaprinsipnya tarif angkutan umum ditentukan berdasarkan

    mekanisme pasar, namun dalam rangka melindungi kepentingan

    masyarakat pemerintah dapat menetapkan tarif angkutan umum.

    Dalam hal besaran tarif yang ditentukan oleh pemerintah lebih

    rendah dari biaya pokok untuk memenuhi standar pelayanan

    minimum (SPM) dan margin, maka pemerintah berkewajiban

    memberikan subsidi.

    Diversikasi energi dilakukan untuk mensubstitusi BBMdengan sumber energi lainnya yang cadangannya relatif masih

    banyak, dan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan

    karena potensinya melimpah dan termasuk energi bersih guna

    menciptakan campuran energi yang optimal dan manfaat ekonomi.

    Percepatan program diversikasi dimaksudkan agar sumber energi

    non BBM dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, sehingga dapat

    mengurangi pemakaian BBM dan menciptakan energi bersih

    dan manfaat ekonomi. Percepatan program diversikasi dapat

    dilakukan dengan peningkatan pemanfaatan gas di dalam negeriyang mencakup perbaikan dan pengembangan infrastruktur

    pasokan gas serta pengembangan pemanfaatan CNG, GTL,

    DME, LPG dan gas kota. Mengkaji dan menerapkan penggunaan

    bahan bakar alternatif pengganti BBM seperti biofuel atau bahan

    bakar nabati, CNG atau gas bumi, serta Dimethyl Ether (DME)

    pada kendaraan.

    Memberikan insentif bagi kendaraan dengan bahan bakar selain

    BBM, dengan pembebasan pajak masuk, maupun pengurangan

    atau pembebasan PPN, serta subsidi terhadap investasi.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    42/88

    39

    Penggunaan teknologi mesin yang esien dan ramah lingkungan.

    Pada saat ini mulai diterapkan teknologi hibrid yaitu integrasi

    antara mesin listrik dan mesin bensin, dimana kombinasi ini

    dapat mengurangi kehilangan daya karena setiap pelepasan

    daya seperti pada turunan, pengereman dan lain-lain diubah

    menjadi tenaga listrik yang akan dipergunakan kembali pada saat

    penambahan kecepatan atau saat kendaraan menanjak. Selain

    dari itu juga penerapan teknologi turbo charger, common railpada

    mesin diesel meningkatkan.

    Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum yang mencakup:

    Kenyamanan dalam kendaraan, antara lain: kesesuaian

    terhadap SPM. Keandalan pelayanan, antara lain:

    * Kepastian untuk mendapatkan angkutan tanpa harus

    menunggu lama,

    * Kepastian untuk mencapai tujuan dengan lancar tanpa

    terhambat kemacetan.

    Menjamin keselamatan penumpang dan pemakai jalan lainnya

    melalui:

    * Uji kelayakan kendaraan umum dan pribadi secara

    periodik,* Pengawasan terhadap sopir kendaraan mengenai

    kemampuan mengemudi dan kepemilikan ijin mengemudi.

    3.4. Konsumsi Energi di Sektor Transportasi

    Sektor transportasi merupakan sektor penunjang untuk

    menggerakkan sektor lainnya, seperti pergerakkan barang komoditas

    di sektor industri, pergerakan orang di sektor rumah tangga, maupun

    kegiatan komersial maka sektor ini diprakirakan akan terus berkembangsejalan dengan perkembangan sektor lainnya. Kebutuhan energi pada

    sektor transportasi dalam kurun waktu 2005-2010 meningkat dengan

    laju pertumbuhan 8,1% per tahun. Dari 178 juta SBM pada tahun 2005

    menjadi 263 juta SBM pada tahun 2010. Berdasarkan energi nal

    yang digunakan maka dapat dikatakan BBM mendominasi konsumsi

    energi di sektor transportasi dengan pangsa lebih dari 99,9%. Pada

    Tabel 3.1. ditunjukkan kebutuhan energi nal sektor transportasi per

    jenis bahan bakar pada tahun 2005-2010. Diantara BBM sendiri,

    penggunaan premiun dan ADO sangat mendominasi karena mobilitas

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    43/88

    40

    masyarakat banyak yang menggunakan kendaraan bermotor.

    Sedangkan penggunaan gas dan listrik masih kecil. Penggunaan

    gas hanya terbatas pada bus Trans Jakarta dan beberapa kendaraan

    pemerintah, sedangkan listrik hanya digunakan untuk kereta rel listrik

    (KRL) di wilayah Jabobek.

    Berdasarkan prakiraan konsumsi energi untuk setiap sub-sektortransportasi, maka dapat diperlihatkan bahwa transportasi darat

    merupakan sub-sektor yang paling besar menggunakan energi di

    sektor transportasi dengan pangsa mencapai 90%. Sedangkan sub-

    sektor transportasi udara dengan pangsa 8% dan transportasi laut

    hanya 2% (lihat Gambar 3.4).

    Gambar 3.4. Pangsa Penggunaan Energi untuk Setiap Moda Transportasi

    Tabel 3.1. Kebutuhan Energi Final Sektor Transportasi (Ribu SBM)

    Bahan Bakar 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    Gas 43 42 49 124 56 70

    BBM Avgas 17 19 12 11 9 12

    Avtur 13,682 14,303 14,845 15,526 16,262 20,779

    Premium 96,863 92,901 98,847 111,377 121,226 130,486

    Bio Premium 0 9 326 257 617 0

    Pertamax 1,450 2,947 2,752 1,736 3,478 3,985

    Bio Pertamax 0 0 58 95 118 0Pertamax Plus 579 748 921 669 829 971

    Bio Solar 0 1,408 5,692 6,041 15,558 28,503

    Minyak Tanah 25 22 22 18 11 6

    ADO 65,262 57,268 55,241 60,812 67,328 70,655

    IDO 193 105 57 34 29 35

    FO 304 314 269 194 163 244

    Sub-total BBM 178,375 170,044 179,042 196,770 225,628 255,676

    Listrik 34 41 52 50 68 54

    Total 178,452 170,127 179,143 196,944 225,752 255,800

    Sumber: CDIEMR (2011)

    2010 : 256 Juta SBM

    Laut2%

    Udara

    8%

    Darat

    90%

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    44/88

    41

    Transportasi darat paling besar kebutuhan energinya dibandingkan

    untuk transportasi laut dan udara. Oleh karena itu transportasi

    darat merupakan sub-sektor yang perlu mendapat perhatian dalam

    melakukan esiensi penggunaan energi maupun dalam mengurangi

    emisi GRK untuk jangka panjang.

    3.5. Proyeksi Penggunaan Energi di Sektor Transportasi

    Ada banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan enegi

    di sektor transportasi. Gaya hidup masyarakat yang berpengaruh

    terhadap penggunaan energi di sektor transportasi adalah perilaku

    pengendara dalam menjalankan alat transportasi baik berupa angkutanbarang, penumpang dan mobil pribadi. Perilaku pengendara dalam

    menjalankan alat transportasi tersebut, akan berpengaruh terhadap

    lamanya jarak tempuh per jam dan kebutuhan bahan bakar per km

    per jam. Kebutuhan bahan bakar per km per jam dinyatakan sebagai

    intensitas energi yang besarnya selain dipengaruhi oleh perilaku

    pengendara juga dipengaruhi oleh jenis kendaraan. Sedangkan

    peningkatan banyak kendaraan dari tahun ke tahun merupakan sisi

    aktivitas sektor transportasi.

    Dalam memproyeksikan pemanfaatan energi sektor transportasi

    ini sisi aktivitas diasumsikan sesuai dengan skenario yang sudah

    ditetapkan sebelumnya. Skenario tersebut yaitu: skenario BaU,

    skenario REF, dan skenario KEN. Dalam model pemanfaatan

    premium, pertamax, pertamax plus digabung dengan menjadi satu

    dengan bensin. Perbandingan proyeksi penggunaan energi untuk

    setiap skenario ditunjukkan pada Gambar 3.5.

    Penggunaan energi di sektor transportasi diprakirakan akanmeningkat dari 256 juta SBM pada tahun 2010 menjadi 1554 juta

    SBM untuk skenario BaU, 1246 juta SBM untuk skenario REF dan

    1240 juta SBM untuk skenario KEN pada tahun 2025. Skenario

    BaU mempunyai pertumbuhan yang paling tinggi, sedangkan untuk

    skenario REF dan KEN hampir sama pertumbuhannya. Skenario REF

    dan KEN lebih rendah dari skenario BaU karena sudah menerapkan

    program penggunaan teknologi yang lebih esien.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    45/88

    42

    Gambar 3.5. Perbandingan Proyeksi Penggunaan Energi Setiap Skenario

    3.5.1. Skenario BaU

    Prakiraan energi nal pada sektor transportasi untuk skenarioBaU ditunjukkan pada Gambar 3.6. Penggunaan energi nal di sektor

    transportasi diprakirakan akan meningkat dari 256 juta SBM pada

    tahun 2010 menjadi 1554 juta SBM pada tahun 2025 atau meningkat

    rata-rata 12,8% per tahun. Pertumbuhan pemakaian bensin, minyak

    diesel, avgas dan avtur dalam periode 2010-2025 hampir sama

    yaitu sekitar 12,1% - 12,9% per tahun. Penggunaan BBG, lisrik dan

    bioethanol masih sangat kecil dibandingkan dengan total penggunaan

    energi nal. Namun demikian pertumbuhan penggunaan BBG sangat

    tinggi yaitu sekitar 13,9% per tahun. Hal ini sesuai dengan programpemerintah untuk mengurangi penggunaan BBM yang bersubsidi.

    Penggunaan minyak bakar diprakirakan akan terus menurun karena

    memang produksinya akan terus dikurangi dan disubstitusi dengan

    BBM yang lain.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    1800

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    2023

    2024

    2025

    JutaSBM

    BAU

    REF

    KEN

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    46/88

    43

    Gambar 3.6. Prakiraan Kebutuhan Energi Final di Sektor Transportasi (Skenario

    BaU)

    Gambar 3.7. Pangsa Kebutuhan Energi Final per Jenis Bahan Bakar di SektorTransportasi (Skenario BaU)

    Pada Gambar 3.7 ditampilkan pangsa penggunaan energi

    nal untuk tahun 2010 dan tahun 2025 untuk skenario BaU. Pada

    tahun 2010 pemanfaatan energi nal sebagian besar dipenuhi oleh

    penggunaan bensin, yaitu sebesar 53%. Hal ini terjadi karena moda

    kendaraan didominasi oleh kendaraan darat yang berupa sepeda

    motor dan kendaraan penumpang. Kemudian diikuti oleh minyak

    diesel/solar, yaitu sebesar 29% sebagai bahan bakar kendaraan bus,truk dan kereta api, sedangkan sisanya adalah penggunaan avgas/

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    2023

    2024

    2025

    JutaSBM

    Bioethanol

    Biodiesel

    Listrik

    BBG

    Avgas/Avtur

    M.Bakar

    M.Diesel/Solar

    Bensin

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    47/88

    44

    avtur 8% dan biodiesel 1%. Pangsa penggunaan energi nal ini tidak

    banyak berubah hingga tahun 2025. Pada skenario BaU ini tidak ada

    kebijakan tertentu untuk mensubstitusi penggunaan BBM, khususnya

    pengunaan bensin

    3.5.2. Skenario Reference

    Prakiraan energi nal pada sektor transportasi untuk skenario

    REF ditunjukkan pada Gambar 3.8. Penggunaan energi nal di sektor

    transportasi diprakirakan akan meningkat dari 256 juta SBM pada

    tahun 2010 menjadi 1246 juta SBM pada tahun 2025 atau meningkat

    rata-rata 11,1% per tahun. Pertumbuhan pemakaian bensin, minyak

    diesel, avgas dan avtur dalam periode 2010-2025 hampir sama yaitusekitar 8,6% - 10,5% per tahun. Penggunaan BBG, listrik dan bioethanol

    masih sangat kecil pada tahun 2010 namun meningkat pesat hingga

    tahun 2025. Pertumbuhan penggunaan BBG hampir sama dengan

    skenario BaU yaitu sekitar 12,0% per tahun. Pertumbuhan tertinggi

    adalah dari penggunaan biodiesel yakni 32,6% per tahun yang diikuti

    oleh penggunaan bioethanol yakni 24,4% per tahun. Hal ini sesuai

    dengan program pemerintah untuk mengurangi penggunaan BBM

    melalui substitusi BBM dengan menggunakan BBG, biodiesel dan

    bioethanol. Sama dengan pada skenario BaU, penggunaan minyakbakar diprakirakan akan terus menurun karena memang produksinya

    akan terus dikurangi dan disubstitusi dengan BBM yang lain.

    Pada Gambar 3.9 ditampilkan pangsa penggunaan enegi nal

    untuk tahun 2010 dan tahun 2025 untuk skenario REF. Sama dengan

    skenario BaU, pada tahun 2010 pemanfaatan energi nal sebagian

    besar dipenuhi oleh penggunaan bensin, yaitu sebesar 53% diikuti

    oleh minyak diesel/solar 29%, avgas/avtur 8%, dan biodiesel 1%.

    Pangsa penggunaan energi nal ini berubah cukup signikan padatahun 2025. Pada skenario REF sudah memasukkan beberapa

    kebijakan untuk substitusi dan konservasi energi. Pada tahun 2025

    pangsa penggunaan energi yang terbesar adalah bensin 45%, diikuti

    oleh minyak diesel/solar 32%, avgas/avtur 7%, dan biodisel serta

    bioethanol masing-masing 8% pangsanya terhadap total kebutuhan

    energi nalnya.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    48/88

    45

    Gambar 3.8. Prakiraan Kebutuhan Energi Final di Sektor Transportasi (Skenario

    REF)

    Gambar 3.9. Pangsa Kebutuhan Energi Final per Jenis Bahan Bakar di Sektor

    Transportasi (Skenario REF)

    3.5.3. Skenario KEN

    Prakiraan energi nal pada sektor transportasi untuk skenario

    KEN ditunjukkan pada Gambar 3.10. Penggunaan energi nal di

    sektor transportasi diprakirakan akan meningkat dari 256 juta SBM

    pada tahun 2010 menjadi 1240 juta SBM pada tahun 2025 ataumeningkat rata-rata 11,1% per tahun.

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    2023

    2024

    2025

    JutaSBM

    Bioethanol

    Biodiesel

    Listrik

    BBG

    M.Bakar

    Avgas/Avtur

    M.Diesel/Solar

    Bensin

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    49/88

    46

    Gambar 3.10. Prakiraan Kebutuhan Energi Final di Sektor Transportasi (Skenario

    KEN)

    Hasil prakiraan energi nal untuk skenario KEN ini hampir sama

    dengan skenario REF. Pertumbuhan pemakaian bensin, minyak diesel,

    avgas dan avtur dalam periode 2010-2025 hampir sama yaitu sekitar8,6% - 10,5% per tahun. Penggunaan BBG, lisrik dan bioethanol masih

    sangat kecil pada tahun 2010 namun meningkat pesat hingga tahun

    2025. Pertumbuhan penggunaan BBG sangat tinggi yaitu sekitar

    74,1% per tahun, diikuti oleh pertumbuhan penggunaan biodiesel

    31,3% per tahun dan bioethanol 24,0% per tahun. Hal ini sesuai

    dengan program pemerintah untuk mengurangi penggunaan BBM

    melalui substitusi BBM dengan menggunakan BBG, biodiesel dan

    bioethanol. Sama dengan pada skenario BaU, penggunaan minyak

    bakar diprakirakan akan terus menurun karena memang produksinyaakan terus dikurangi dan disubstitusi dengan BBM yang lain.

    Pada Gambar 3.11 ditampilkan pangsa penggunaan enegi nal

    untuk tahun 2010 dan tahun 2025 untuk skenario KEN. Sama dengan

    skenario BaU, pada tahun 2010 pemanfaatan energi nal sebagian

    besar dipenuhi oleh penggunaan bensin, yaitu sebesar 53% diikuti oleh

    minyak diesel/solar 29%, avgas/avtur 8%, dan biodiesel 1%. Pangsa

    penggunaan energi nal ini berubah cukup signikan pada tahun

    2025. Pada skenario KEN sudah memasukkan beberapa kebijakan

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    2010

    2011

    2012

    2013

    2014

    2015

    2016

    2017

    2018

    2019

    2020

    2021

    2022

    2023

    2024

    2025

    JutaSBM

    Bioethanol

    Biodiesel

    Listrik

    BBG

    Avgas/Avtur

    M.Bakar

    M.Diesel/Solar

    Bensin

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    50/88

    47

    untuk substitusi dan konservasi energi seperti pada skenario REF.

    Pada tahun 2025 pangsa penggunaan energi yang terbesar adalah

    bensin 44%, diikuti oleh minyak diesel/solar 27%, avgas/avtur 7%,

    BBG 7%, dan biodisel serta bioethanol masing-masing 7% pangsanya

    terhadap total kebutuhan energi nalnya. Pertumbuhan penggunaan

    BBG sudah cukup signikan untuk skenario ini.

    Gambar 3.11. Pangsa Kebutuhan Energi Final per Jenis Bahan Bakar di Sektor

    Transportasi (Skenario KEN)

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    51/88

    48

    BAB 4

    EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR TRANSPORTASI

    Pengembangan sektor transportasi di Indonesia di masa depan

    perlu memperhatikan kelestarian lingkungan. Sektor transportasi

    dapat menimbulkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan pencemaran

    udara. Emisi GRK berdampak secara global sedangkan pencemaran

    udara berdampak secara lokal. Berbagai teknologi bersih yang

    ramah lingkungan perlu dikaji untuk dapat diterapkan sebagai opsi

    dalam pengembangan sektor transportasi. Dengan menggunakan

    teknologibersih secara tidak langsung akan mengurangiemisi GRK

    dan mempunyai peluang untuk menerapkan Clean Development

    Mechanism(CDM). Dalam kajian ini hanya akan dibahas mengenaiemisi GRK di sektor transportasi yang akan berdampak secara global.

    4.1. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

    Perubahan iklim merupakan fenomena yang mendapatkan

    perhatian penuh dunia Internasional karena efeknya yang dapat

    mengganggu kelangsungan kehidupan manusia secara global.

    Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) atau greenhouse

    gas (GHG) diyakini sebagai salah satu penyebab dari terjadinyapemanasan global. Peningkatan konsentrasi GRK ini memicu

    meningkatnya suhu permukaan bumi, karena GRK ini mempunyai

    sifat menyerap energi panas dari matahari. Sehingga menimbulkan

    apa yang disebut efek rumah kaca. Peningkatan suhu dipermukaan

    bumi akhir-akhir ini telah secara nyata menimbulkan perubahan iklim

    secara global. Beberapa hal yang dapat kita ketahui dan lihat adalah

    adanya musim salju yang sangat dingin dan suhu musim panas yang

    sangat ekstrem di negara-negara belahan bumi Utara dan Selatan.

    Sedangkan di negara-negara tropis, dapat kita temui berita yangmenunjukkan perubahan pola iklim hujan di beberapa daerah, juga

    adanya peningkatan curah hujan yang sangat ekstrim. Perubahan

    iklim ini menimbulkan dampak kepada pola pertanian, pola ekosistem

    dan juga menimbulkan wabah penyakit tertentu. Intinya memberikan

    dampak perubahan terhadap kehidupan manusia secara global.

  • 5/24/2018 ESDM GRK_2

    52/88

    49

    Pemanasan global mulai mendapatperhatian yang serius pada

    pertengahan tahun1980 sejak World Meteorological Organization

    (WMO) melakukan penelitian dan mengeluarkan scientic

    background tentang perubahan iklim global. WMO bersama-sama

    dengan United Nation Environment Programme(UNEP) membentuk

    Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun

    1988dan mengusulkan Perserikatan Bangsa Bangsa(PBB) untuk

    melakukan tindakan untuk menanggulangi pemanasan global.

    PBB kemudian mengeluarkan resolusi tentang penanggulangan

    pemanasan global untuk saat ini dan generasi mendatang. Resolusi

    ini ditindak lanjuti dengan mengadakan World Summit di Rio de

    Janeiro tahun 1992. Hasil pertemuan World Summitadalah konvensidi bidang: biodiversitas, perubahan iklim dan agenda 21. Untuk

    selanjutnya konvensi untuk perubahan iklim disebut United Nation

    Framework Convention on Climate Change(UNFCCC).

    Selanjutnya berdasarkan UNFCCC sepakat untuk mengadakan

    rapat tahunan tingkat menteri yang disebut Conference Of the Party

    (COP) dan rapat lima tahunan setingkat kepala negara. Beberapa hasil

    yang penting dari penyelenggaraan COP dapat dirangkumkan sebagai

    berikut. COP 1 di Berlin pada tahun 1995 melahirkan mekanismependanaan yang disebut Joint Implementation yang dapat dilakukan

    antar negara-negara maju dan Activities Implemented Jointly antara

    negara maju dengan negara berkembang. COP2 di Genewa pada

    tahun 1996 tidak menghasilkan kesepakatan yang berarti. Baru pada

    COP 3 di Kyoto pada tahun 1997 dikeluarkan Protokol Kyoto yang

    mengharuskan negara maju untuk mengurangi emisi CO2 sebesar

    5% dari level tahun 1990 pada periode 2008 sampai 2012. COP

    9 yang diadakan di Milan, Italia membahas lebih lanjut prosedur

    pengajuan CDM. COP 12 yang diadakan pada tahun 2006 di Nairobi,Kenya membahas pendanaan spesial dalam rangka menanggulangi

    pemanasan global.

    Ada tujuh jenis GRK yang dideniskan oleh UNFCCC (United

    Nations Frameworks Convention on Climat