Makalah EDM fix2

24
1 A. Kasus : Di Ruang M RS X ada seorang perawat Ny. A usia 50 tahun dengan latar belakang pendidikan SPK telah bekerja selama kurang lebih 30 tahun. Ny. A riwayat mengalami stroke 2 kali pada tahun 2010 dan bulan Juli 2011. Hal tersebut menyebabkan kondisi Ny. A menjadi seorang yang pelupa, mudah merasa lelah dan mudah tersinggung. Keadaan fisik Ny. A mengalami kelemahan pada lengan dan kaki kanan. Menurut rekan sejawat, seharusnya Ny. A pensiun dini saja dengan alasan Ny. A sudah tidak dapat bekerja dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan, malah justru sering menambah beban pekerjaan pada teman sejawatnya. Karu di ruang tersebut telah menerima laporan dari perawat yang merupakan teman sejawat Ny. A dan dari hasil evaluasi kinerja tahunan didaptkan bahwa kinerja Ny. A masuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hal tersebut, Karu memanggil Ny. A untuk mendiskusikan masalah tersebut. Dari hasil diskusi didapatkan bahwa Ny. A tidak mau pensiun dini dan masih mau bekerja sebagai perawat di R. M. B. OPINI KASUS Kasus tersebut dapat ditinjau dari aspek hukum, kode etik, asas etik dan dari segi norma budaya. 1. ASPEK HUKUM Dari kasus Ny. A, jika ditinjau dari aspek hukum maka ada beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan kasus di atas, antara lain :

description

keperawatan

Transcript of Makalah EDM fix2

11

A. Kasus : Di Ruang M RS X ada seorang perawat Ny. A usia 50 tahun dengan latar belakang pendidikan SPK telah bekerja selama kurang lebih 30 tahun. Ny. A riwayat mengalami stroke 2 kali pada tahun 2010 dan bulan Juli 2011. Hal tersebut menyebabkan kondisi Ny. A menjadi seorang yang pelupa, mudah merasa lelah dan mudah tersinggung. Keadaan fisik Ny. A mengalami kelemahan pada lengan dan kaki kanan. Menurut rekan sejawat, seharusnya Ny. A pensiun dini saja dengan alasan Ny. A sudah tidak dapat bekerja dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan, malah justru sering menambah beban pekerjaan pada teman sejawatnya. Karu di ruang tersebut telah menerima laporan dari perawat yang merupakan teman sejawat Ny. A dan dari hasil evaluasi kinerja tahunan didaptkan bahwa kinerja Ny. A masuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hal tersebut, Karu memanggil Ny. A untuk mendiskusikan masalah tersebut. Dari hasil diskusi didapatkan bahwa Ny. A tidak mau pensiun dini dan masih mau bekerja sebagai perawat di R. M. B. OPINI KASUSKasus tersebut dapat ditinjau dari aspek hukum, kode etik, asas etik dan dari segi norma budaya.

1. ASPEK HUKUM

Dari kasus Ny. A, jika ditinjau dari aspek hukum maka ada beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan kasus di atas, antara lain :

a. Dasar hukum yang melindungi Karu dan teman sejawat perawat jika Ny. A tetap ingin bekerja di ruang M

1) UU RI Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 6 ayat 2Setiap penyandang cacat berhak memperoleh: Pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan Jenis dan derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuannya;

2) UU RI Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Pasal 23 ayat 2 poin a,b, c

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat karena:

a) Atas Permintaan Sendiri:

b) Mencapai Batas Usia Pensiun

c) Perampingan Organisasi Pemerintah3) UU RI No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 38 ayat 4Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya

Dari beberapa dasar hukum di atas, perawat Ny. A dalam melaksanakan tugas tergolong dalam penyandang cacat karena akibat penyakit yang selama ini diderita sehingga mempunyai keterbatasan fisik dan psikis dan dalam melaksanakan tugas Ny. A hanya dapat melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya. Namun disisi lain seorang manajer juga memperhatikan hak asasi Ny. A dalam melakukan pekerjaan. Ny.A masih berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat meneruskan kelangsungan hidup keluarganya. Dilihat dari usia Ny. A masih belum mencapai batas usia pensiun sehingga ia masih termasuk pegawai yang masih aktif.b. Dasar hukum yang melindungi Karu dan teman sejawat perawat jika melakukan tindakan untuk kelancaran tugas pelayanan keperawatan di ruang M4) UU Perlindungan Konsumen

Pasal 4

Hak konsumen adalah hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

Pasal 8

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut5) UU RI Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974tentang Pokok-Pokok KepegawaianPasal 23 ayat 2 poin d

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat karena tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil6) UU RI No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pasal 3 ayat 1 (m)Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya

7) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010Pasal 12 ayat 2

Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi.

Pekerjaan seorang perawat dan tenaga kesehatan lainnya adalah memberikan pelayanan berupa jasa dan bukan berupa barang. Pasien dalam hal ini sebagai konsumen berhak untuk memilih jasa serta mendapatkan jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar (pelayanan) dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan (visi dan misi RS). Ny. A yang mengalami kelemahan fisik dan penurunan fungsi kognitif sebagai seorang perawat yang dalam tugasnya adalah memberikan pelayanan keperawatan dengan kondisi yang seperti ini menjadi dilema bagi teman sejawat lainnya, karena dalam pekerjaannya diperlukan kesehatan fisik yang baik dalam memberikan asuhan yang profesional kepada pasien sebagai penerima jasa. Berdasarkan ketentuan hukum yang ada sebagai manajer boleh saja tidak memperkerjakan Ny.A dan memberikan rekomendasi untuk mengajukan pension dini karena sesuai dengan pasal 23 ayat 2 poin (d) UU RI Nomor 43 Tahun 1999 Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat karena tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil.

2. KODE ETIK KEPERAWATANPerawat bekerja di berbagai tatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan interaksi bukan saja dengan klien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan tim seprofesi maupun tim lintas profesi. Dalam melaksanakan perannya perawat akan sering mengalami konflik dengan berbagai pihak, terutama konflik yang melibatkan dilema etik. Etika keperawatan berkaitan dengan hak, tanggung jawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan profesional dan institusi pelayanan dimana klien dirawat. Sebagai seorang profesional, perawat menerima tanggung jawab dan mengemban tanggung jawab untuk memnbuat keputusan dan mengambil langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah etik. Acuan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah etik adalah kode etik dan azas/prinsip etik keperawatan.

Masalah etik yang tersirat dalam kasus di ruangan M. RS X. adalah bagaimana Karu mengambil keputusan yang etis terkait kondisi fisik dan psikis Ny. A yang tidak memungkinkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien namun Ny. A yang tergolong perawat senior yang telah mengabdi selama 30 tahun tersebut tidak mau pensiun dini dan ingin tetap bekerja sebagai perawat di ruangan tersebut.Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia serta kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam mengatur dirinya sendiri, dan salah satu ciri khasnya adalah patuh terhadap kode etik. Di Indonesia melalui perjuangan yang cukup panjang, maka pada tahun 1976 telah disepakati dan diterima kode etik perawat Indonesia yang merupakan salah satu langkah maju demi pertumbuhan keperawatan profesional. Kode etik keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan dalam keperawatan. Kode etik keperawatan Indonesia mengatur hubungan perawat-klien, perawat-praktik, perawat-masyarakat, perawat-teman sejawat, dan perawat-profesi.Kode etik keperawatan Indonesia yang mengatur hubungan perawat dan praktek menyatakan Perawat dalam membuat keputuskan didasarkan pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. Dalam mengambil keputusan terbaik mengenai kasus Ny. A, menurut kode etik tersebut Karu telah mengumpulkan informasi dan data dari rekan sejawat serta merujuk pada hasil evaluasi kinerja tahunan Ny. A. Karu hendaknya mempertimbangkan kemampuan dan kualifikasi Ny. A terkait penurunan kondisi fisiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Menurut kode etik ini, Karu hendaknya tidak memberikan tanggung jawab yang besar kepada Ny. A untuk memberikan tindakan langsung ke klien.

Kode etik keperawatan Indonesia yang mengatur hubungan perawat dan teman sejawat menyatakan Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu juga disebutkan Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten ,tidak etis dan ilegal. Beranjak dari kode etik ini , untuk memelihara hubungan baiknya dengan Ny. A serta dengan sesama perawat sebaiknya Karu berpegang teguh untuk mengutamakan klien dari stafnya yaitu Ny. A yang kurang kompeten dalam melakukan tindakan langsung ke klien.

Hal tersebut juga selaras dengan kode etik keperawatan Indonesia yang mengatur hubungan perawat dan profesi yang menyebutkan Perawat berpartisifasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi. Dalam hal ini Karu sebaiknya memelihara kondisi kerja kondusif antar staf dan sistem di ruangan demi asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.3. ASAS ETIK KEPERAWATANPerawat dapat menjaga perspektif etis dengan jalan menyadari bahwa semua keputusan yang diambil dalam praktek mempunyai dimensi etis. Hal ini disebabkan karena perawat bekerja dengan berbagai urusan manusia yang berbeda dan membuat pertimbangan-pertimbangan tentang apa yang perlu dilakukan untuk mereka. Prinsip dan azas etik keperawatan meliputi autonomy, justice, veracity, confidentiality,fidelity serta beneficiency dan non-maleficiency.

Prinsip/azas etik yang berkaitan dengan kasus di ruangan M RS X. adalah

a. Autonomy/ otonomi

...Individuals have the right to determine their own actions.

Menurut azas otonomi Karu dituntut menghormati hak dan keputusan Ny. A untuk tetap bekerja sebagai perawat di ruangan M, mengingat pengabdiannya selama 30 tahun.

b. Justice/ keadilan

....equal should be treated the same and unequal should be treated differently.

Menurut azas keadilan Karu dituntut memperlakukan Ny. A sesuai kemampuannya. Karu harus bertindak adil terhadap semua stafnya berdasarkan kualifikasi dan kemampuannya, bukan membedakannya berdasarkan lama bekerja ataupun menyamaratakan semua kondisi stafnya.

c. Fidelity/ komitmen

....one has a moral duty to be faithful to the comitments that one makes to others.

Menurut azas komitmen Karu dituntut untuk berkomitmen dan menaati kode etik keperawatan Karu harus memiliki komitmen yang kuat sebagai pengelola ruangan (peran koordinator) untuk mengelola stafnya sedemikian rupa dan melindungi klien dari tenaga kesehatan yang tidak berkompeten.

d. Veracity/ kejujuran

..is all about telling the truth.

Azas kejujuran diperlukan dalam kasus ini, baik kejujuran Ny. A tentang kondisi dan kemampuanya,terlebih kejujuran Karu untuk mengklarifikasi dan menyampaikan kondisi yang terjadi di ruangan pada Ny. A untuk selanjutnya memberikan keputusan yang terbaik dan dapat diterima semua pihak.

e. Beneficiency & non-maleficiency / manfaat dan menghindari kesakitan

...doing good, avoiding harm.

Menurut azas ini Karu hendaknya mempertimbangkan segala manfaat dan mudarat bagi semua pihak di dalam sistemnya.

4. NORMA BUDAYADalam kasus di atas, apabila NY A tetap di pekerjakan, maka ini bertentangan dengan norma budaya kerja yang merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun norma budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik. Pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat.Manajemen harus meninjau kembali atau mengubah semua sistem yang dianggap sudah tidak layak serta melakukan perubahan dengan cara yang sesuai untuk meningkatkan mutu pelayanan. Oleh karena itu, perilaku manajemen harus juga mempengaruhi secara langsung nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma yang terkait dalam organisasi. Bila seseorang menyebarkan nilai dan kepercayaan umum, dan hidup dengan norma perilaku umum, maka ia dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja yang berupaya mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin. Hal tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja sehingga sesuai yang diharapkan.

Keadaan serta kondisi kesehatan Ny A seharusnya menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya. Apabila Ny A tetap di pekerjakan, maka seharusnya KARU atau pihak yang berwenang menyampaikan konsekuensi tentang dampak positif dan negatif yang akan dialami Ny A terhadap pekerjaan. Kondisi Ny A yang sering pelupa dan sering menambah beban pekerjaan pada teman sejawatnya akan sangat berpengaruh terhadap mutu asuhan keperawatan atau proses pendokumentasian yang akan di lakukan yang merupakan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap pelayanan yang di berikan kepada pasien. Hal tersebut akan mempengaruhi upaya untuk membangun proses budaya kerja dan hasil kerja yang lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu sendiri. Sehingga upaya perbaikan terhadap hasil evaluasi pada Ny A perlu di diskusikan untuk mencari solusi terbaik untuk kepentingan bersama bukan atas kepentingan individu, kelompok atau golongan.

EDM & CDM

1. KLARIFIKASI DILEMAKasus Ny. A memiliki beberapa permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan etik. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:

a. Ny. A dengan usia lanjut (50 tahun) ditambah kondisi pasca serangan stroke menyebabkan keterbatasan fisik berupa kelemahan pada tangan dan kaki kanan, pelupa, mudah lelah dan mudah tersinggung.

b. Hasil evaluasi kinerja tahunan Ny. A menunjukkan masuk dalam kategori kurang. Selain itu teman-teman sejawat Ny. A banyak yang menyatakan keluhan tentang kinerja Ny. A yang sering salah dan justru menjadi menambah beban teman-temannya.

c. Kepala Ruangan R. M menyarankan Ny. A untuk mengambil pensiun dini dan bersitirahat di rumah sambil memulihkan kondisi, namun Ny. A masih menolak pensiun dini dan tetap ingin bekerja sebagai perawat di R. M RS X.Berdasarkan ketiga permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dilema yang dialami oleh Kepala Ruangan (Karu) sebagai penentu kebijakan di ruang M. Karu harus mempertimbangkan berbagai asas justice, autonomy, benefiency & non maleficiency, veracity dan confidentiality untuk mengambil keputusan yang terbaik sebagai penyelesaian kasus tersebut. Oleh karena itu hal-hal seperti tersebut di bawah ini perlu dikaji :

a. Permasalahan klinis apa yang terjadi (What is clinical judgement?) Where does it come from?

Ny. A seorang perawat dengan usia 50 tahun mengalami pasca serangan stroke dan menyebabkan keterbatasan fisik berupa kelemahan pada tangan dan kaki kanan, pelupa, mudah marah dan mudah lelah sehingga Ny. A sudah tidak layak bekerja sebagai perawat. Namun Ny. A menolak untuk mengajukan pensiun dini dan tetap ingin bekerja sebagai perawat. Ny. A tidak menyadari bahwa keputusannya untuk bekerja justru menambah beban dan merepotan teman sejawatnya karena Ny A seringkali salah dan lupa dalam melakukan tindakan keperawatan. Masalah yang dapat diidentifikasi adalah dilemma yang dialami oleh Kepala Ruangan di R. M RS X tempat Ny. A bekerja mengenai keputusan yang harus diambil, apakah menuruti kemauan Ny. A untuk tetap bekerja sebagai perawat atau diberhentikan atau dipindahkan ke bidang lain.

What can I (as a paramedic student) do to improve my clinical judgement?

Sebagai mahasiswa keperawatan, pengambilan keputusan dalam kasus etik haruslah mengarah pada tujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang professional pada klien. Dalam ilmu manajemen keperawatan, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang perawat dalam menjalankan praktik klinik (memberikan asuhan keperawatan pada pasien) yang dikenal dengan kompetensi perawat. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat untuk mengerjakan tugas-tugas di bidang tertentu (S.K Mendiknas No. 045/U/2002). Adapun anatomi dari kompetensi meliputi memiliki pengetahuan (knowing what), mampu menerapkan secara procedural (knowing how), memilih dan menerapkan secara kontekstual (knowing when), membentuk sikap dan tata nilai. Kompetensi perawat menurut Nursalam (2006) meliputi attitude (sikap), knowledge (pengetahuan), skills (ketrampilan), insight (pemahaman diri). Berdasarkan kondisi Ny. A, saran kami sebagai mahasiswa keperawatan, sebaiknya Ny. A memang tidak dipekerjakan sebagai perawat karena keterbatasan yang dimiliki oleh Ny A yaitu lemah tangan dan kaki kanan, pelupa, dan mudah lelah dapat mengurangi ketrampilan (skills) dan menurunkan pengetahuan (knowledge) dalam melakukan tindakan keperawatan. Selain itu sikap yang mudah marah sudah tentu tidak sesuai dengan attitude yang harus dimiliki oleh perawat yang harus senantiasa ramah, empati, dan komunikasi terapeutik selama memberikan asuhan keperawatan.

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi?

Environment and Setting

Kasus ini terjadi di Ruang M RS X. yang merupakan suatu bangsal perawatan untuk kasus ginekologi seperti Ca Cervix, Ca ovarium, Myoma uteri, Kista Ovarium, Endometriosis, Penyakit Trofoblas Ganas, dll. Perawat yang bekerja di R. M harus menguasi pengetahuan dasar tentang konsep gangguan system reproduksi perempuan dan dapat melakukan tindakan keperawatan dan medis dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien yang mengalami gangguan. BOR rata-rata di R. M cukup tinggi yaitu berkisar antara 80-100 % setiap harinya, dengan mayoritas tingkat ketergantungan pasien parsial dan total care. Jumlah tenaga kesehatan di R. M sebanyak 27 orang. Ny A yang merupakan salah satu perawat di ruang tersebut pasca mengalami serangan stroke 2 kali sehingga menyebabkan keterbatasn fisik dan mental berupa kelemahan kaki dan tangan kanan, mudah lelah, pelupa dan mudah marah. Kondisi Ny. A tersebut menyebabkan Ny. A tidak kompeten lagi untuk menjadi perawat di R.M sedangkan Ny. A tidak mau pensiun dini dan ingin tetap bekerja sebagai perawat.

Organizational Data

Data tentang M1-M5 tentang ruang M dibahas pda subbab pengumpulan data.

Organizational Acuity

Manajemen sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia di dalam organisasi tersebut. Sumber daya manusia yang adekuat dalam jumlah dan kualitas akan sangat membantu sebuah organisasi untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar mutu. Dalam kasus ini organisasi yang dimaksud adalah Ruang M RS. X, dimana SDM di ruang tersebut berjumlah 27 orang. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja di ruang M tersebut membutuhkan 27 tenaga kesehatan, sehingga jumlah tenaga kesehatan yang ada sudah mencukupi kebutuhan. Namun, kondisi yang dialami Ny. A sebagai salah seorang perawat di ruang M tersebut dapat menyebabkan kualitas SDM berkurang sehingga mempengaruhi kualitas mutu asuhan keperawatan di ruang M tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena munculnya suasana kerja yang mulai tidak kondusif di lingkungan perawat yang merupakan teman sejawat Ny. A. Mereka berpikir bahwa pekerjaan yang merupakan tanggung jawab Ny. A pada akhirnya di bebankan kepada mereka karena Ny. A sering melakukan kesalahan dalam bekerja.

Scope of Practice

Maksud dari scope of practice adalah lingkup kerja yang menajdi tanggung jawab perawat. Tanggung jawab di ruang M adalah memberikan asuhan keperawatan dalam memnuhi kebutuhan dasar pasien dengan cara memberikan pelayanan atau asuhan secara langsung kepada pasien berdasarkan standar operasional prosedur yag berlaku, mulai dari melakukan pengkajian-menentukan diagnosa keperawatan-menyusun intervensi-implementasi tindakan-evaluasi. Kondisi Ny. A yang mengalami keterbatasan pasca serangan stroke menyebabkan kemampuan Ny. A dalam bekerja memberikan asuhan keperawatan juga mengalami keterbatasan. Beberapa kesalahan yang pernah dilakukan oleh Ny. A dalam bekerja adalah Ny. A nyaris melakukan kesalahan dalam pemberian medikasi namun hal tersebut dapat dicegah karena diketahui oleh perawat yang lain. Ny. A juga pernah lupa apa yang harus dilakukan saat mengantar pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik ke gedung pusat diagnostik. Selain itu Ny. A sering kali merasa tersinggung dan mudah marah sehingga tidak dapat berkomunikasi secara terapeutik kepada pasien dan keluarga.

Interpersonal Relationship

Komunikasi interpersonal antar perawat dan tenaga kesehatan di ruang M sudah baik. Mereka sudah membudayakan untuk berkomunikasi secara asertif kepada sesama rekan sejawat saat bekerja dan menerapkan komunikasi terapeutik saat memberikan asuhan keperawatan keapda pasien dan keluarga. Dengan adanya permasalahan yang dialami oleh Ny. A, teman sejawat Ny A yang merupakan perawat dan bidan serta Karu di ruang M sebenarnya telah mencoba untuk mengkomunikasikan secara asertif kepada Ny. A dan keluarga (suami Ny. A) bahwa sebaiknya Ny. A beristirahat saja sambil memulihkan kondisi pasca serangan stroke. Namun Ny. A dan suaminya tidak menghendaki jika Ny. A berhenti bekerja sebagai perawat, dikarenakan Ny. A memang suka untuk bekerja sebagai perawat dan suami Ny. A khawatir jika Ny. A berhenti bekerja justru akan stress dan memperburuk kondisinya.

2. PENGUMPULAN DATA 5W & 1 Ha. What

Karu mengalami dilema untuk mempekerjakan atau mengeluarkan seorang perawat yang telah berpengalaman dari tim karena dinilai sudah tidak cakap lagi dalam melaksanakan asuhan keperawatan

b. Who

Perawat A, berusia 50 tahun yang telah bekerja selama 30 tahun sebagai seorang perawat.

c. Where

Dilema terjadi di ruang M sebuah rumah sakit

d. When

Dilema terjadi sejak 2 bulan yang lalu

e. Why

Perawat A mempunyai riwayat serangan stroke 2 kali. Terakhir dialami pada bulan Juli 2011. Perawat A berhasil pulih sebagian dan bekerja kembali, namun sering lupa dan salah dalam memberikan asuhan. Teman-teman perawat A menilai bahwa ia tidak lagi dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang perawat dan cenderung menjadi beban bagi rekan kerjanya.

f. How

Karu harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan kasus perawat A demi kelancaran pemberian asuhan keperawatan di ruangan dan juga bertindak adil terhadap perawat A. Kelangsungan pemberian asuhan keperawatan yang baik merupakan hal yang penting bagi keselamatan pasien.

3. IDENTIFIKASI PILIHANAlternatif Solusi :

a. Perawat manajer ( Karu ) mengajukan permohonan kepada manajemen ketenagaan keperawatan agar Ny A di pindah tugaskan ke bagian administrasi.

b. Perawat manajer ( Karu ) mengatur shift jaga dengan menempatkan Ny A di shift jaga pagi tetap.

c. Perawat manajer ( Karu ) menugaskan Ny A di bagian administrasi ruangan M

d. Menyarankan Ny. A untuk pensiun dini terkait dengan kondisi sakitnya 4. PENGAMBILAN KEPUTUSANSFF Matrix

AlternatifSuitabilityFeasibilityFlexibilityTotal

1. Perawat manajer

( Karu ) mengajukan permohonan kepada manajemen ketenagaan keperawatan agar Ny A di pindahtugaskan ke bagian administrasi. Harapan dan Kepuasan Ny A

Alih tugas / kewenangan

Evaluasi kinerja

Skor : 3 Surat Keputusan direksi / manajemen

Daftar dinas

Hasil evaluasi tahunan

Skor : 4Kesadaran Ny A menerima keadaan :

bersedia bekerja di non keperawatan.

Bekerja di shift pagi tetap

Skor : 310

2. Perawat manajer ( Karu ) mengatur shift jaga dengan menempatkan Ny A di shift jaga pagi tetap. Harapan dan Kepuasan Ny A

Alih tugas / kewenangan

Evaluasi kinerja

Skor : 2 Surat Keputusan direksi / manajemen

. Daftar dinas

Hasil evaluasi tahunan

Skor : 3Kesadaran Ny A menerima keadaan :

bersedia bekerja di non keperawatan.

Bekerja di shift pagi tetap

Skor : 27

3. Perawat manajer ( Karu ) menugaskan Ny A di bagian administrasi ruangan M Harapan dan Kepuasan Ny A

Alih tugas / kewenangan

Evaluasi kinerja

Skor : 1 Surat Keputusan direksi / manajemen

. Daftar dinas

Hasil evaluasi tahunan

Skor : 3Kesadaran Ny A menerima keadaan :

bersedia bekerja di non keperawatan.

Bekerja di shift pagi tetap

Skor : 15

4.Menyarankan Ny. A untuk pensiun dini terkait dengan kondisi sakitnya

Harapan dan Kepuasan Ny A

Alih tugas / kewenangan

Evaluasi kinerja

Skor : 3 Surat Keputusan direksi / manajemen

Daftar dinas

Hasil evaluasi tahunan

Skor : 4Kesadaran Ny A menerima keadaan :

bersedia bekerja di non keperawatan.

Bekerja di shift pagi tetap

Skor : 18

Skor : 1 - 4

Berdasarkan ketiga pilihan tersebut di atas, maka solusi yang tepat untuk Ny. A yakni pilihan yang pertama, yaitu :

Perawat manajer (Karu) mengajukan permohonan kepada manajemen ketenagaan keperawatan agar Ny A di pindahtugaskan ke bagian administrasi.5. PELAKSANAAN (ALGORITMA)

6. EVALUASIPada kasus Ny. A usia 50 tahun dengan latar belakang pendidikan SPK telah bekerja selama kurang lebih 30 tahun. Mempunyai riwayat stroke 2 kali pada tahun 2010 dan bulan Juli 2011 yang telah menyebabkan kondisi Ny. A menjadi seorang yang pelupa, mudah merasa lelah dan mudah tersinggung. Keadaan fisik Ny. A mengalami kelemahan pada lengan dan kaki kanan. Rekan sekerja Ny. A menyarankan agar ia mengajukan pensiun dini, tetapi keinginan rekannya tersebut tidak disetujui oleh Ny. A karena ia masih ingin bekerja dengan alasan umurnya masih belum mencapai usia pensiun sehingga ia masih termasuk pegawai yang masih aktif. Hal yang ikut memotivasi Ny. A untuk tetap bekerja kebutuhan finansial yang harus dipenuhi dalam keluargannya. Kalau dilihat dari kemampuan fisik Ny. A memang tidak memungkinkan dirinya untuk tetap aktif ikut kegiatan tugas keperawatan apalagi ruangan yang selama ini ia bertugas adalah ruangan yang termasuk dengan BOR 80-100% setiap harinya tentunya kesehatan jasmani dan rohani yang baik dari seorang perawat yang sangat diperlukan. Namun untuk mengambil sebuah keputusan yang baik dibutuhkan pertimbangan yang matang dengan melihat dari beberapa aspek seperti ketentuan hukum, etik, dan norma budaya. Keputusan yang dibuat oleh Karu dengan mengajukan permohonan kepada manajemen ketenagaan keperawatan agar Ny. A dipindahtugaskan kebagian administrasi, sehingga diharapkan dengan keputusan tersebut tidak menimbulkan masalah pada pelayanan dan diri pribadi Ny. A. Pihak pelayanan (ruangan perawatan) tidak merasa terbebani dengan kehadiran Ny. A, kualitas pelayan dapat dipertahankan tanpa harus merugikan pasien sebagai konsumen, sementara bagi Ny. A ia masih tetap bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alternatif solusi yang diambil oleh Karu perawatan adalah tepat dan bermanfaat bagi Ny. A, rekan kerja dan pasien yang dirawat.

Kinerja nakes pasca sakit

Mengundurkan diri

Mengundurkan diri

Atur jadwal dinas

tidak

ya

terbitkan SK Direktur

Tidak

Rotasi shift

ya

Bekerja kerja di kep

Alih tugas

Mengundurkan diri

Tidak mampu

Kesadaran utk menerima

Mampu sebagian

Pensiun dini

Kualitas pelay. bagus

Kinerja meningkat

Nakes merasa dihargai

Tetap dipertahankan sbg pegawai

Mampu

Kemampuan melaksanakan tugas

Evaluasi kinerja

Pensiun dini

Harapan kepuasan

Tidak

ya