BAB II DWN FIX2

19
PERBAIKAN TANAH BAB II CERUCUK BAMBU 2.1 Pengertian Pondasi Cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan didaerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup tingggi. Cerucuk dalam defenisinya adalah susunan tiang kayu dengan diameter antara 8 sampai 15 meter yang dimasukkan atau ditancapkan secara vertikal kedalam tanah yang ditujukan untuk memperkuat daya dukung terhadap beban diatasnya. Dalam konstruksinya ujung atas dari susunan cerucuk disatukan untuk menyatukan kelompok susunan kayu yang disebut dengan kepala cerucuk. Kepala cerucuk dapat berupa pengapit dan tiang -tiang kayu , matras, kawat pengikat , papan penutup atau balok poer. Berdasarkan panduan Geotek 4 (2001), tiang pendek dengan menggunakan kayu atau bambu telah digunakan di Indonesia, lebih populer dengan sebutan ‘cerucuk’ (tiag ramping). Biasanya tiang yang digunakan berukuran panjang 4 hingga 6 m dengan diameter 10 cm. Tiang juga membantu memikul beban selama pelaksanaan konstruksi. Tiang kayu dengan sambungan dapat digunakan hingga kedalaman 12 m. Dina Widianingsih (1104940) 1

description

perbaikan tanah

Transcript of BAB II DWN FIX2

Page 1: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

BAB II

CERUCUK BAMBU

2.1 Pengertian

Pondasi Cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang biasanya

diaplikasikan didaerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya

dengan jenis tanah lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang

cukup tingggi. Cerucuk dalam defenisinya adalah susunan tiang kayu dengan

diameter antara 8 sampai 15 meter yang dimasukkan atau ditancapkan secara

vertikal kedalam tanah yang ditujukan untuk memperkuat daya dukung terhadap

beban diatasnya. Dalam konstruksinya ujung atas dari susunan cerucuk disatukan

untuk menyatukan kelompok susunan kayu yang disebut dengan kepala cerucuk.

Kepala cerucuk dapat berupa pengapit dan tiang -tiang kayu , matras, kawat

pengikat , papan penutup atau balok poer.

Berdasarkan panduan Geotek 4 (2001), tiang pendek dengan menggunakan kayu atau

bambu telah digunakan di Indonesia, lebih populer dengan sebutan ‘cerucuk’ (tiag ramping).

Biasanya tiang yang digunakan berukuran panjang 4 hingga 6 m dengan diameter 10 cm. Tiang

juga membantu memikul beban selama pelaksanaan konstruksi. Tiang kayu dengan

sambungan dapat digunakan hingga kedalaman 12 m.

Penggunaan tiang kayu dengan panjang 4 m di bawah timbunan pada lapisa lempung

lunak yang dalam akan mengurangi beda penurunan yang terjadi meskipun besarnya sangat

sulit dihitung. Pada gambut berserat, daya dukung yang diberikan oleh tiang pendek yang tidak

menembus lapisan yang lebih keras dibawahnya sangat terbatas sampai tidak ada gunanya.

Perlunya pemberian pondasi cerucuk didasarkan atas :

Daya dukung tanah yang cukup rendah.

Kesulitan saat konstruksi, dimana untuk mengerjakan pondasi dalam saat

konstruksi akan mengalami kesulitan oleh ketinggian elevasi muka air

tanah yang cukup tinggi.

Dina Widianingsih (1104940) 1

Page 2: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Untuk perencanaan kedalaman dan jarak anatara tiang pancang harus

dilakukan berdasarkan pemeriksaan tanah.

Gambar 2.1 Pondasi Cerucuk

Secara konstruksi, pelaksanaan pekerjaan pondasi cerucuk dapat dibagi

atas :

Perkuatan tanah dasar, dilakukan penggantian tanah dasar dengan

menimbun tanah baru yang lebih stabil, dilakukan dengan menguruk tanah pada

lokasi yang sudah direncanakan.

Penancapan kayu cerucuk, dilakukan dengan menancapkan kayu terhadap

lokasi pondasi yang akan dikerjakan, Pelaksanakan diseuaikan dengan jarak antar

titik kayu dan kedalaman yang direncanakan.

Pemasangan kepala cerucuk. Dialakukan dengan menyatukan ujung kepala

kayu yang sudah ditanamkan dengan membuat ikatan antar kepala kayu dan

dibuat bidang datar sebagai penempatan pondasi konstruksi yang direncanakan.

Kadang dalam hal tertentu, pondasi cerucuk ditanamkan pada kedalam

tertentu dimana sebelumnya kita terlebih dahulu melakukan penggalian tanah asli

Dina Widianingsih (1104940) 2

Page 3: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

sesuai dengan kedalaman yang direncanakan, dan setelah itu baru dilakukan

penancapan kayu cerucuk.

Untuk pelaksanaan pemancangan kayu cerucuk dapat dilakukan secara

manual (tenaga manusia) dan dapat juga dilakukan dengan mekanik atau alat

mesin yang sering disebut mesin pancang (back hoe). Pada prinsipnya kedua cara

tersebut adalah melakukan pemberian tekanan ke kepala kayu pancang sehingga

kayu akan tergeser secara vertikal kedalam tanah yang ditumbukkan.

2.2 Metode Pelaksanaan Cerucuk Bambu

Ada beberapa cara pemasangan cerucuk bambu antara lain konvensional,

alat pancang cerucuk, dan dengan back hoe. Jika lantai kerja, dengan muka air

tinggi, maka lokasi pemancangan cerucuk dapat diurug terlebih dahulu dengan

material setempat. Bila menggunakan alat pancang cerucuk harus diberi landasan

dari balok atau papan kayu. Pada cerucuk bambu diatasnya diberi kepala tiang

yang selanjutnya dibentuk timbunan. Pemasangan dan pelaksanaan cerucuk

bambu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemancangan Cerucuk Bambu Secara Konvensional

Runcingkan bagian ujung bawah cerucuk bambu agar mudah menembus ke

dalam tanah.

Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan

mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu

Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang.

Tegakkan tiang cerucuk dan masukkan sedikit ke dalam tanah agar dapat

dipukul dengan stabil dan tetap tegak lurus.

Pukul tiang dengan palu pemukul pada ujung atas cerucuk yang sudah diberi

topi sampai kedalaman rencana

Dina Widianingsih (1104940) 3

Page 4: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Gambar 2.2 Pemancangan Tiang Cerucuk Bambu Secara konvensional

2. Pemancangan Cerucuk Bambu dengan Alat Pancang

Siapkan alat pancang tiang cerucuk bambu dengan kedudukan yang dapat

menjangkau pekerjaan pemancangan seefektif mungkin.

Siapkan tiang cerucuk bambu pada kedudukan rencana.

Pasang tiang cerucuk bambu berikut topi pemukulnya pada alat pancang,

dan pastikan tiang berdiri tegak lurus.

Catat penurunan pemancangan sampai kedalaman rencana minimum 1

tiang untuk setiap 5 m kearah memanjang jalan.

Dina Widianingsih (1104940) 4

Page 5: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Gambar 2.3 Pemancangan Tiang Cerucuk Bambu dengan Alat Pancang

3. Pemancangan Cerucuk Bambu dengan Back Hoe

Siapkan lantai keja yang terdiri atas balok-balok kayu atau papan untuk

operasional back hoe.

Siapkan sejumlah tiang yang akan dipancang pada tempat kedudukannya.

Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga

manusia.

Operasikan back hoe dan pastikan bagian mangkok (bucket) akan

menekan tiang secara tegak lurus.

Tekan tiang dengan bucket sampai masuk tanah sesuai dengan kedalaman

Rencana

2.3 Pemasangan Kepala Tiang Cerucuk

1) Kepala Tiang dari Balok Kayu atau Papan

a. Sistim Paku

Dina Widianingsih (1104940) 5

Page 6: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Hubungkan kepala tiang dcngan cenicuk mcn<s i inakan paku, yang

dipakukan dart atas kepala tiang sampai masuk ke dalam tiang cenicuk pada

barisan arah melintang jalan. Agar tiang cenicuk menjadi satu kesatuan maka pada

arah memanjang jalan dapat dipasang balok kayu atau papan dengan jarak dari

sumbu ke sumbu 1,00 meter yang menumpu pada kepala tilling ar h mchntang

jalan dan diperkuat dengan paku .

Gambar 2.4 Hubungan Kepala Tiang dengan Ujung atau Cerucuk menggunakan

Paku

b. Sistim Gapit

Hubungan kepala tiang dengan cerucuk dibuat Sistim gapit.Diperlukan 2

(dua) balok kayu arah melintang jalan untuk menggapit 1 (satu baris) cerucuk arah

melintang jalan dengan cara dipaku. Arah sejajar memanjang jalan juga diberi

kepala tiang dengan jarak sumbu ke sumbu 1,00 meter

Gambar 2.5 Hubungan antara Kepala Tiang dengan Cerucuk dengan Sistim Gapit

diperkuat Paku

Dina Widianingsih (1104940) 6

Page 7: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Kepala Tiang dari Matras

a. Buat lantai kerja untuk hamparan matras, dari bahan timbunan lokal yang

berfungsi untuk meratakan tempat dudukan matras.

b. Hampar matras, yang dapat. terdiri atas stabilisasi tanah dengan semen atau

beton kurus. Usahakan agar bagian ujung atas cerucuk menyatu dengan matras

pada ketebalan rencana

Gambar 2.6 Matras sebagai Kepala Tiang Cerucuk

Kepala Tiang dari Ikatan Kawat

a. Tipe ikatan kepala

Ikatkan bagian ujung atas tiang cerucuk dengan kawat,yang dihubungkan

satu sama lain.

Pasang batang-batang kawat sebag l pcrkuatan yang inenyikung dan

mengelilingi bagian atas tiang.

b. Tipe Silang

pasang topi baja pada ujung atas tiang cerucuk.

Ikatkan pcrkuatan kawat dengan Las titik pada tiap ujung cerucuk.

a. Tipe Ikatan Kepala b. Tipe Silang

Gambar 2.7 Ikatan Kawat sebagai Kepala Tiang

Dina Widianingsih (1104940) 7

Page 8: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Timbunan

a. Pemasangan Lapis Pemisah

Lapis pemisah dipasang untuk mencegah lolosnya bahan timbunan yang melewati

celah-celah kepala tiang. Bahan pemisah menggunakan geotekstil lokal atau dari

bilik bambu. pasang bahan lapis pemisah selebar permukaan kepala tiang yang

telah dipasang, dengan diberi tambahan lebar satu meter pada bagian kiri dan

kanannya.

Gambar 2.8 Pemasangan Lapis Pemisah di Atas Kepala Cerucuk

b. Penimbunan Material

'I'ebal tinbunan jalan minimum satu meter.

Bila lapis pemisah merupakan bahan hasil pabrikasi, timbunan lapisan

pertama setebal ½ m padat harus berupa tanah berbutir.

Bila digunakan lapis pemisah anyaman bambu (bilik) maka timbunan lapis

pertama 1/2 m padat tidak perlu digunakan tanah berbutir, tetapi tidak

disarankan menggunakan bahan dari tanah organik atau tanah gambut.

Lapis timbunan berikutnya menggunakan bahan timbunan scsuai dengan

persyaratan atau spesifikasi yang terdapat pada Seksi 3.1, Buku Volume 3:

Spesifikasi Umum, Bina Marga

2.4 Stabilitas Tanah Menggunakan Cerucuk dan Bambu

Perbaikan (stabilisasi) tanah diperlukan untuk pembangunan pada lahan

yang tanahdasarnya memiliki daya dukung yang rendah. Perbaikan tanah tersebut

pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan tahanan geser tanahnya. Salah satu

Dina Widianingsih (1104940) 8

Page 9: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

cara untuk meningkatkantahanan geser tanah tersebut adalah dengan

menambahkan cerucuk pada tanah sampaimelewati bidang gesernya, sesuai

dengan teori cerucuk yang telah dikembangkan olehMochtar (2000).Stabilisasi

dangkal merupakan teknik stabilisasi yang sering diterapkan di bidang jalan

terutama untuk mengubah sifat-sifat tanah dasar (sub grade) atau lapis fondasi

bawah (sub base) agar dapat memenuhi standar persyaratan teknik. Dengan

kemajuan teknologidibidang geoteknik, saat ini penggunaan stabilisasi dangkal

telah berkembang dan digunakanuntuk memperbaiki lapisan tanah lunak yang

berada di bawah permukaan. Stabilisasi dangkalyang digunakan pada lapisan

bawah permukaan ini bertujuan untuk meningkatkan dayadukung tanah yang

rendah dan mengurangi sifat kompresibel /mampet sertamengurangi besarnya

penurunan timbunan badan jalan.

Mekanisme keruntuhan timbunan di atas tanah lunak dengan berbagai

jenis perlakuan terhadap tanah dasar ditunjukkan dalam

Gambar 2.9. Apabila tanah dasar tidak diberikan perkuatan, maka keruntuhan

yang terjadi adalah keruntuhan dalam dengan bidangkeruntuhan memotong

timbunan dan melewati tanah dasar, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.9 (a).

Penggunaan perkuatan geotextile dapat meningkatkan angka keamananstabilitas

timbunan dibandingkan tanah dasar tanpa perkuatan karena kuat tarik

geotextiletersebut dapat memberi tahanan momen tambahan pada bidang

keruntuhannya (Gambar 2.9 (b)). Perkuatan matras bambu dapat meningkatkan

stabilitas timbunan lebih tinggidibandingkan penggunaan geotextile. Dengan

adanya matras bambu, maka bidangkelongsoran yang terjadi tidak dapat

memotong matras bambu tersebut.

Lintasan kelongsoran lebih panjang dibandingkan dengan perkuatan

geotextilesehingga angka keamanan meningkat (Gambar 2.9 (c)).

Penambahan cerucuk pada matras bambu menambah daya dukung tanah dasar

karena cerucuk matras bambu mentransfer bebantimbunan ke lapisan tanah yang

lebih dalam (Gambar 2.9 (d))

Dina Widianingsih (1104940) 9

Page 10: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Gambar 2.9 . Pola keruntuhan timbunan dengan berbagai jenis perlakuan terhadap

tanah dasar.

Pada Gambar 2.10 .Lokasi tersebut matras bambu digunakan sebagai

perkuatan tanahdasar di bawah embankment dike pada out fall channel

sepanjang1 km. Tanah dasar padalokasi tersebut berupalempung berlanau sangat

lunak hingga lunak sedalaman 27 m,sedangkan timbunan out fallchannel  yang

dibangun adalah setinggi 3 m. Matras bambu yangdigunakan sebanyak 3 lapis.

Penggunaan cerucuk matras bambu untuk bangunan pengendali banjir di Boezem

Morokrembangan Surabaya ditunjukkan dalam Gambar 2.10 Pada pekerjaan

tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk perkuatan tanah dasar di

bawahtimbunan struktur palisade. Tanah dasar pada lokasi tersebut berupa lumpur

dan lempungsangat lunak sedalam 12 – 20 m, sedangkan timbunan struktur

palisade yang dibangun adalahsetinggi 2,5 – 5 m diatas seabed

Dina Widianingsih (1104940) 10

Page 11: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Gambar 2.10 Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan dalam pembangunan embankmentdike pada tambak  Lorok Out Fall Channel sepanjang 1 km di PLTGU tambak Lorok, Semarang (Irysam, 1996).

Dina Widianingsih (1104940) 11

Page 12: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Gambar 2.11 Perkuatan cerucuk matras bambu yang digunakan untuk timbunan

struktur Palisade pada bangunan pengendali banjir di Boezem Morokrembangan,

Surabaya (Irysam, 2000).

 

Cerucuk matras bambu juga telah digunakan pada Pelabuhan Ikan Muara

AngkeJakarta. Pada lokasi tersebut, cerucuk matras bambu digunakan untuk

perkuatan tanah dasar di bawah struktur causeway dan struktur breakwater. Tanah

dasar pada lokasi tersebut berupatanah lempung sangat lunak hingga lunak dengan

kedalaman 9 – 14 m, sedangkan timbunan break water yang dibangunadalah

setinggi 6,6 m diukur dari seabed dengan ketinggian di atasmuka air laut terendah

sebesar 3,6 m. Cerucuk bambu yang digunakan dalam pekerjaantersebut sedalam

6 m, sedangkan matras bambu yang digunakan sebanyak 5 lapis.Penggunaan

cerucuk matras bambu pada Pelabuhan Ikan Muara Angke Jakarta ditunjukkan

dalam Gambar 2.12

Dina Widianingsih (1104940) 12

Page 13: BAB II DWN FIX2

PERBAIKAN TANAH

Gambar 2.12 . Perkuatan cerucuk matras bambu digunakan dalam struktur Break Water dan

Cause-waydi pelabuhan ikan Muara Angke, Jakarta Utara (Irsyam, 2000) .

Sebelum dilakukan pengujian trial embankment skala penuh di lapangan,

terlebihdahulu dilakukan analisis pendahuluan terhadap trial embankment dengan

sistem perkuatantanah dasar menggunakan cerucuk matras bambu yang akan

dikonstruksi tersebut. Analisis pendahuluan dilakukan untuk:

a. Menjamin bahwa tanah dasar kuat memikul beban akibat trial

embankment skala penuh 

b. Menjamin bahwa trial embankment skala penuh yang akan dikonstruksi

memilikistabilitas lereng yang cukup

c. Memprediksi penurunan yang akan terjadi pada saat dan setelah

dilakukankonstruksi trial embankmentAnalisis penurunan tanah dasar

mencakup perhitungan penurunan seketika dan penurunan konsolidasi.

Analisis penurunan tanah dasar dilakukan dengan metode analitis

danmetode elemen hingga. Pada analisis penurunan tanah dasar dengan

metode analitis, perhitungan penurunan seketika dilakukan dengan

memodelkan tanah sebagai material elastik dan perhitungan penurunan

konsolidasi dilakukan menggunakan teori konsolidasi 1 dimensidari

Terzaghi (Terzaghi, 1967)

Dina Widianingsih (1104940) 13