Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

27
MAKALAH CYANOBACTERI (ALGA HIJAU – BIRU) NAMA : AHMAD AZMI KHOIRUL U. NIM : 115050100111132 MATA KULIAH MIKROBIOLOGI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 1 | Page

Transcript of Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

Page 1: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

MAKALAH

CYANOBACTERI (ALGA HIJAU – BIRU)

NAMA : AHMAD AZMI KHOIRUL U. NIM : 115050100111132

MATA KULIAH MIKROBIOLOGI

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2013

1 | P a g e

Page 2: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan Kasih-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Taksonomi

Tumbuhan Rendah yang berjudul “Alga Hijau-Biru (Cyanobacteria)”.

Didalam makalah ini kami menjelaskan tentang struktur tubuh, reroduksi,

dan hal-hal lain yang berupa informasi mengenai Alga Hijau-Biru

(Cyanobacteria). Kami juga memaparkan beberapa gambar, agar teman-teman

sekalian dapat memahami makalah kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu

teman-teman dalam memahami matakuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah,

khususnya di materi Aga Hijau Biru (Cyanobacteria) dan dapat menambah

wawasan serta bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Akhir kata, kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapkan demi

kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.

Malang, 8 juli 2013

Penulis

2 | P a g e

Page 3: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ 2

Daftar Isi .................................................................................................. 3

Daftar Gambar ........................................................................................ 4

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

1.3. Tujuan ................................................................................................. 6

BAB II Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

BAB III Pembahasan

1.1. Morfologi Cyanobacteri................................................................. 9

1.2. Struktur Sel Cyanobacteri ............................................................ 10

1.3. Sistem Reproduksi Cyanobacteri………………………………... 11

1.4. Pengaruh Lingkungan .................................................................. 13

1.5. Manfaat Cyanobacteri…………………………………………… 14

BAB IV Penutup

4.1. Kesimpulan.......................................................................................... 17

Daftar Pustaka

Lampiran

3 | P a g e

Page 4: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Sel Cyanobacteri………………………... ....................... 6

4 | P a g e

Page 5: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Monera berasal dari bahasa Yunani, moneres yang berarti tunggal. Monera

meliputi organisme bersel satu yang mempunyai struktur tubuh amat sederhana

dan bersifat prokariotik. Sel prokariotik adalah sel yang materi genetiknya belum

terlindungi oleh selaput inti atau karioteka. Monera, menurut system klasifikasi

Carl Woose 1977 dikelompokkan menjadi dua subkingdom, yaitu Eubacteria dan

Archaebacteria. Cyanobacteria termasuk anggota subkingdom Eubacteria.

Alga ini disebut alga hijau-biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu

diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru (fikosianin). Alga hijau-biru

banyak dijumpai di tempat-tempat yang lembap, misalnya diatas tanah, batu

tembok, sawah, parit, dan di laut. Jika mengering, koloni alga hijau biru

mengelupas seperti kerak. Alga hijau biru biasanya hidup dilingkungan yang

sedikit asam hingga basa. Selain hidup bebas, alga hijau biru juga ada yang hidup

bersimbiosis dengan organisme lain.

Alga hijau biru sama seperti bakteri, juga bersifat prokariotik. Alga hijau

biru ada yang bersel satu dan ada pula yang bersel banyak. Yang bersel satu ada

yang hidup soliter dan ada yang berkoloni, sedangkan yang bersel banyak

umumnya berbentuk benang. Alga hijau-biru dapat hidup di batuan di tempat

organisme lain sulit hidup. Dengan adanya alga hijau-biru, terjadilah pelapukan

batuan sehingga memungkinkan alga dan tumbuhan lain hidup. Alga hijau-biru

dapat bertahan pada lingkungan yang suhunya mencapai 85°C. Itulah sebabnya

alga hijau-biru dikatakan sebagai tumbuhan perintis.

5 | P a g e

Page 6: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat di rumusakan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana Struktur Sel dan Morfologi Cyanobacteri?

2) Bagaimana Sistem Reproduksi Cyanobacteri?

3) Bagaiamana pengaruh lingkungan serta peranan Cyanobacteri?

1.3. Tujuan

Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui Struktur Sel dan Morfologi Cyanobacteri

2) Mengetahui Sistem Reproduksi Cyanobacteri

3) Mengetahui pengaruh lingkungan serta peranan Cyanobacteri

6 | P a g e

Page 7: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang

termasuk dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 μm, baik sel tunggal maupun

koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan tawar maupun laut, yang lazim

disebut fitoplankton. Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk eukariotik,

umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat

(fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi

mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian

tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan

mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi (Romimohtarto, 2004).

Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), menyatakan bahwa terdapat empat

kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyceae), alga hijau

(Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga biru (Cyanophyceae).

Penyebaran habitat mikroalga biasanya di air tawar (limpoplankton) dan air laut

(haloplankton), sedangkan sebaran berdasarkan distribusi vertikal di perairan

meliputi : plankton yang hidup di zona euphotik (ephiplankton), hidup di zona

disphotik (mesoplankton), hidup di zona aphotik (bathyplankton) dan yang hidup

di dasar perairan / bentik (hypoplankton) (Eryanto et.al, 2003).

Algae termasuk mikroorganisme eukariotik. Mereka umumnya bersifat

fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), biru kehijauan (fikobilin),

coklat (fikosantin), dan merah (fikoeritrin). Secara morfologi, algae ada yang

berbentuk uniseluler dan ada pula yang multiseluler tetapi belum ada pembagian

tugas pada komponen sel-selnya. Algae uniseluler (mikroskopik) dapat betul-betul

berupa sel tunggal, atau tumbuh dalam bentuk rantaian atau filamen. Ada

beberapa jenis algae yang sel-selnya membentuk koloni, misalnya pada Volvox,

koloni terbentuk dari 500-60.000 sel. Koloni-koloni inilah yang dapat dilihat

dengan mata biasa. Algae multiseluler (makroskopik) mempunyai ukuran besar

sehingga dapat dilihat dengan mata biasa. Algae makroskopik biasanya

mempunyai berbagai macam struktur khusus. Beberapa jenis algae mempunyai

struktur yang disebut hold fast yang mirip dengan sistem perakaran pada tanaman.

7 | P a g e

Page 8: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

Fungsinya adalah untuk menempelnya algae pada batuan atau substrat tertentu.

Hold fast tidak dapat digunakan untuk menyerap air atau nutrien (Anonim, 2010).

Algae termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh

yang secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun.

Tubuh Algae atau ganggang secara keseluruhan  disebut dengan talus ganggang

dan golongan Thallopyta yang lain dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah

yaitu tumbuhan yang mempunyai hubugan kekeluargaan yang sangat erat dengan

organisme lain yang paling primitif dan mulai muncul pertama di bumi sifat

tumbuhan rendah yang memiliki stuktur yang kompleks, diperkirakan terdapat

sekitar 30.0000 spesies ganggang yang tumbuh  di bumi, kebanyakan diantaranya

hidup dilaut, species yang hidup  diair tawar kelihatannya mempunyai arah

perkembangan yang lebih leluasa, jika dibandingkan dengan bentuk yang hidup di

darat (Tjitrosoepomo, 1983).

Algae tidak memerlukan sistem transport nutrien dan air, karena nutrien

dan air dapat dipenuhi dari seluruh sel algae. Struktur khusus yang lain adalah

bladder atau pengapung, yang berguna untuk menempatkan algae pada posisi

tepat untuk mendapatkan cahaya maksimum. Tangkai atau batang pada algae

disebut stipe, yang berguna untuk mendukung blade, yaitu bagian utama algae

yang berfungsi mengabsorbsi nutrien dan cahaya (Anonim, 2010).

Menurut Ciremai (2008), bahwa sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4

kelas Algae, yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan

Myxophyceae (Cyanophyceae). Menurut Nontji (1981), Chlorophyceae

merupakan kelompok terbesar dari vegetasi Algae. Perbedaan dengan divisi

lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat

tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan

dibangkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum,

penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkattinggi yaitu amilose dan

amilopektin. Algae berperan  sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis

Algae yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat

bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton.

8 | P a g e

Page 9: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Morfologi Cyanobacteria

Ciri-ciri utama dari alga hijau-biru adalah bersifat prokariotik dan

klorofilnya tidak didalam kloroplas.

a. Prokariotik

Seperti halnya bakteri, alga ini tidak memiliki membran inti. Bahan ini

terdapat pada suatu daerah didalam sitoplasmanya. Jadi alga hijau biru tergolong

organisme prokariotik.

b. Klorofil tidak dalam kloroplas dan memiliki fikosianin

Alga ini mempunyai klorofil a dan pigmen biru (fikosianin). Klorofil tidak

terdapat dalam kloroplas, melainkan pada membran tilakoid. Oleh karena

memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis, maka alga ini dapat menghasilkan

gula dan oksigen. Inilah sifat yang tidak dimiliki oleh bakteri pada umumnya.

Pigmen fikosianin mengakibatkan warna hijau kebiruan. Beberapa dari

alga ini ada juga yang berwarna cokelat, hitam, kuning, merah, dan hijau. Warna

merah disebabkan oleh pigmen fikoeritrin sedangkan warna kuning disebabkan

oleh pigmen karoten.

Pada umumnya alga hijau biru memiliki kemampuan menambat nitrogen

dari udara. Proses penambatan nitrogen ini dilakukan oleh sel khusus yang disebut

heterosista. Heterosista dihasilkan oleh alga hijau biru berbentuk benang. Ukuran

heterosista lebih besar dibandingkan sel didekatnya serta memiliki dinding sel

yang lebih tebal. Oleh karena kemampuan menambat nitrogen ini, alga hijau biru

dapat menyuburkan habitatnya, atau menguntungkan organisme lainyang

bersimbiosis dengannya.

Alga hijau biru ada yang mampu menghasilkan racun (toksin). Racun yang

dikeluarkan di perairan dapat mematikan organisme lain.

3.2. Struktur Sel Cyanobacteri

9 | P a g e

Page 10: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

Adapun struktur sel dari cyanobacteria sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Sel Cyanobacteri

a. Selubung Lendir

Selubung lendir terdapat disebelah luar dinding sel. Selubung lendir

berfungsi mencegah sel dari kekeringan. Selain itu, lendir dapat memudahkan sel

bergerak, karena beberapa alga ini dapat bergerak dengan gerakan osilasi (maju

mundur). Belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan alga ini bergerak.

b. Dinding Sel

Dinding sel mengakibatkan sel memiliki bentuk yang tetap.

c. Membran Sel

Membran sel berfungsi mengatur keluar-masuknya zat dari dan kedalam sel.

Terdapat pelipatan membrane sel kearah dalam membentuk lamella fotosintetik

atau membran tilakoid. Pada membran tilakoid inilah terdapat klorofil. Jadi

berbeda dengan sel eukariotik yang memiliki klorofil didalam kloroplas, alga

hijau biru tidak memiliki kloroplas.

d. Sitoplasma

10 | P a g e

Page 11: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

Sitoplasma merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak, gula,

mineral-mineral, enzim, ribosom, dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah

berlangsung proses metabolisme sel.

e. Asam inti atau Asam Nukleat (DNA)

DNA terdapat pada suatu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak

memiliki membran inti. Karena itulah alga hijau-biru digolongkan kedalam

prokariotik.

f. Mesosom dan Ribosom

Ribosom merupakan organel untuk sintesis protein, sedangkan mesosom

merupakan penonjolan membran kearah dalam yang berperan sebagai penghasil

energi.

3.3. Reproduksi Cyanobacteri

Ada 3 cara reproduksi alga hijau-biru yaitu pembelahan sel, fregmentasi, dan

membentuk spora.

a. Pembelahan Sel

Alga hijau-biru dapat bereproduksi dengan pembelahan biner. Pembelahan

biner merupakan pembelahan sel secara langsung. Dengan pembelahan sel, baik

sel tunggal (organisme uniseluler) maupun sel penyusun filamen (benang) akan

bertambah banyak. Filamen akan bertambah panjang karena adanya pembelahan

sel. Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel – sel

tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak saling

terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel

yang disebut trikom. Tempat – tempat tertentu dari filamen baru setelah

mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat

nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat,

kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan

memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding

sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga

11 | P a g e

Page 12: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan

penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang kompleks.

b. Fragmentasi

Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang

kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada

Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati

itu membagi filament menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing bagian

disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding

yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi

potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin

meliputi kerusakan transeluler.

Fragmentasi dilakukan oleh alga hijau-biru berbentuk benang. Dengan

fragmentasi (pemenggalan), filamen yang panjang akan terputus menjadi dua atau

lebih benang pendek yang disebut hormogonium. Setiap hormogonium akan

tumbuh menjadi filamen baru. Tempat pemutusan filamen adalah sel mati yang

terdapat diantara sel penyusun filamen.

c. Pembentukan Spora

Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobacteria akan

membentuk spora yangmerupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena

penimbunan zat makanan.Jika kondisi buruk, misalnya kurang air, diantara sel-sel

alga hijau-biru ada yang dapat membentuk endospora, seperti pada bakteri.

Dindingnya menebal, dan ukuran sel membesar. Bentuka ini disebut sebagai

akinet, misalnya pada Nostoc. Spora tahan terhadap lingkungan yang jelek. Jika

kondisi lingkungan telah pulih, spora tumbuh menjadi alga yang baru.

3.4. Peranan dan Manfaat Cyanobacteri

Alga hijau-biru ada yang bersifat merugikan, ada pula yang bersifat

menguntungkan bagi manusia.

12 | P a g e

Page 13: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

a. Alga Hijau-Biru yang merugikan

Telah diuraikan bahwa beberapa alga hijau-biru yang hidup di air ada yang

mengeluarkan racun. Racun yang terlarut didalam air dapat meracuni organisme

yang meminumnya. Contohnya di Australia banyak biri-biri mati setelah minum

air telaga. Ini merupakan sifat merugikan alga hijau biru.

Sifat merugikan lainnya adalah alga ini dapat tumbuh di tembok dan batu,

sehingga tembok akan m udah lapuk. Demikian pula bangunan candi dari batu

yang banyak terdapat di Indonesia banyak yang terancam menjadi lapuk karena

alga.

b. Alga Hijau-Biru yang Menguntungkan

Alga Hijau-Biru ada yang bermanfaat di bidang pertanian dan industri makanan.

1)      Pengikat nitrogen bebas

Nostoc, Gleocapsa, dan Anabaena merupakan alga hijau-biru yang

dapat menangkap nitrogen dari udara. Kemampuan menangkap nitrogen ini

disebut pula sebagai kemampuan melakukan fiksasi nitrogen. Anabaena

azollae dapat bersimbiosis dengan tumbuhan Azolla pinnata, yaitu tumbuhan

yang banyak djumpai di sawah dan mengapung di atas air. Alga hijau-biru itu

melakukan fiksasi nitrogendari udara dan mengubahnya dengan anonia.

Akibatnya, dan Azolla pinnata banyak mengandung ammonia. Hal demikian

menguntungkan petani. Azolla pinnatad dapat dijadikan pupuk hijau yang

mengandung nitrogen.

(2) Sebagai bahan makanan

Ada pula alga hijau-biru yang dapat dijadikan makanan karena

mengandung protein yang cukup tinggi. Misalnya alga hijau-biru yang

bentuknya spiral dan disebut Artrospira. Kan alga ini terkenal, kemudian para

pakar telah berhasil membudidayakan alga ini untuk dipanen proteinnya. Di

masa depan ada kemungkinan alga ini dapat dikembangbiakkan dalam

jumlah besar untuk menghasilkan protein bagi kebutuhan umat manusia.

13 | P a g e

Page 14: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

3.5. Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Cyanobacteri

a) Nutrien

Ketika nutrien dan suhu tidak lagi membatasi pertumbuhan Cyanobacteri,

cahaya menjadi faktor dominan yang memengaruhi proses kultivasi. Cahaya

dibutuhkan oleh semua organisme fotosintetik dan apabila kekurangan maka

fotosintesis berlangsung tidak normal. Pencahayaan pada kultur dapat dipengaruhi

oleh tingkat intensitas pencahayaan, lamanya pencahayaan dan bergantung dari

kepadatan sel yang akan memengaruhi pembentukan bayangan sel itu sendiri

(Richmond 1988).

Pertumbuhan Cyanobacteri membutuhkan bermacam-macam nutrien yang

secara umum dibagi menjadi unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro

merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar, terdiri dari N, P, K, Na,

S, C, H, O, Mg, sedangkan unsur mikro merupakan nutrien yang dibutuhkan

dalam jumlah sedikit namun penting, terdiri dari Bo, Mo, Cu, Zn dan Co (Fogg

1987). Penentuan komposisi unsur makro dan unsur mikro harus tepat, karena

apabila tidak tepat dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan mikroalga

(Fay 1983).

Nitrogen (N) merupakan komponen esensial dari struktur dan fungsional

protein pada sel alga. Secara umum, mikroalga memiliki kemampuan yang

terbatas untuk memproduksi material penyimpan nitrogen ketika tumbuh pada

kondisi nitrogen yang mencukupi kecuali cyanophycin dan phycocyanin

(Boussiba dan Richmond 1980). Mikroalga yang tumbuh pada kondisi nitrogen

terbatas akan mengalami degradasi fikobillisome. Fotosintesis terus berlanjut

meskipun dengan laju yang terus menurun ketika nitrogen dalam sel turun hingga

di bawah nilai ambang batasnya (Hu 2004).

Fosfor (P) adalah makro nutrient yang memegang peranan penting dalam

proses metabolisme seluler dengan membentuk berbagai struktur dan fungsi dari

komponen-komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

mikroalga. Beberapa gejala dari kekurangan fosfor mirip dengan kultur dengan

nitrogen terbatas. Kandungan klorofil cenderung mengalami penurunan

14 | P a g e

Page 15: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

sedangkan kandungan karbohidrat akan mengalami peningkatan pada kondisi

penurunan senyawa fosfor (Healey 1982).

Natrium (Na+) dan Kalium (K+) adalah dua komponen yang tidak dapat

tergantikan pada media pertumbuhan Cyanobacteri . Penghambatan terjadi ketika

rasio K+ : Na+ >5. Selama nilai dari rasio ini di bawah 5, pertumbuhan tidak

mengalami penghambatan meski dengan konsentrasi Na+ yang sangat tinggi

seperti 18 g/L (Richmond 1988).

b) Suhu

Suhu merupakan faktor pembatas yang sangat penting di dalam kultivasi

mikroalga baik indoor maupun outdoor (Richmond et al. 1992). Mikroalga,

seperti halnya mikroorganisme lain memiliki suhu optimum untuk tumbuh.

Peningkatan suhu akan merangsang aktivitas molekul sehingga laju difusi

meningkat, sedangkan penurunan suhu dapat menyebabkan penurunan laju

fotosintesis (Borowitzka dan Borowitzka1988). Penurunan suhu pertumbuhan di

bawah suhu optimalnya biasanya meningkatkan derajat tidak jenuh lipid di dalam

sistem membran. Meningkatnya stabilitas dan fluiditas dari membran sel,

khususnya pada membran tilakoid (melalui peningkatan sejumlah asam lemak

tidak jenuh di dalam membran lipid) melindungi perangkat fotosintesis dari foto-

inhibisi pada suhu rendah (Nishida dan Murata 1996 dalam Hu 2004).

Cyanobacteri termasuk ke dalam mikroalga mesofilik, yang dapat tumbuh

pada temperatur 20-40 oC dengan suhu optimum pertumbuhannya 25-33 oC.

Suhu minimum untuk pertumbuhannya adalah antara 18-20 oC. Umumnya

kisaran temperatur untuk pertumbuhan mikroalga hijau biru lebih besar

dibandingkan jenis mikroalga lainnya (Borowitzka dan Borowitzka1988).

c) Cahaya

Ketika nutrien dan suhu tidak lagi membatasi pertumbuhan Cyanobacteri,

cahaya menjadi faktor dominan yang memengaruhi proses kultivasi. Cahaya

dibutuhkan oleh semua organisme fotosintetik dan apabila kekurangan maka

fotosintesis berlangsung tidak normal. Pencahayaan pada kultur dapat dipengaruhi

oleh tingkat intensitas pencahayaan, lamanya pencahayaan dan bergantung dari

15 | P a g e

Page 16: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

kepadatan sel yang akan memengaruhi pembentukan bayangan sel itu sendiri

(Richmond 1988).

Pada skala laboratorium sumber pencahayaan berasal dari lampu TL (tube

light) yang digunakan sebagai penyuplai energi bagi mikroalga pada kultur. Untuk

media cair, intensitas cahaya dari lampu TL sebesar 2150-4300 lux. Intensitas

5400 lux digunakan untuk mempercepat pertumbuhan maksimum sedangkan

untuk stok kultur diperlukan intensitas 540-1100 lux (Vonshak 1985 diacu dalam

Diharmi 2001). Intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina

berkisar antara 1500-3000 lux dan tidak melebihi 4000 lux untuk menghindari

foto inhibisi (Chen et al. 1996).

d) Nilai pH dan Agitasi

Penentuan nilai pH media tumbuh sangatlah penting untuk pertumbuhan

Spirulina sp. Nilai pH merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan

Spirulina yang dapat menentukan kemampuan biologi mikroalga dalam

memanfaatkan unsur hara (Fogg dan Thake 1987). Besarnya nilai pH pada media

pertumbuhan Spirulina umumnya antara 8-11, namun ada beberapa jenis

Spirulina yang dapat bertahan hidup pada lingkungan dengan pH mendekati 7

atau di atas 11 (Richmond 1988).

Agitasi atau proses pengadukan merupakan faktor yang penting dalam

mengoptimalkan proses pertumbuhan Spirulina. Agitasi dilakukan untuk menjaga

kelarutan CO2, meratakan penyebaran nutrien dan cahaya serta mencegah

pengendapan sel-sel alga (Fogg dan Thake 1987). Salah satu cara agitasi yang

termudah dan efektif adalah dengan aerasi, yaitu dengan memberikan udara ke

dalam media tumbuh (Umebayashi 1975).

BAB IV

KESIMPULAN

16 | P a g e

Page 17: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

Alga Hijau-Biru (Cyanobacteria) merupakan organisme uniseluler dan

multiseluler yang bersifat prokariotik serta memiliki klorofil dan fikosianin. Alga

yang uniseluler ada yang hidup soliter dan ada yang berkoloni, sedangkan yang

multiseluler pada umumnya berbentuk benang.

Alga Hijau-Biru (Cyanobacteria) termasuk dalam kingdom Monera. Meskipun

alga ini memiliki klorofil, namun alga ini tidak dapat digolongkan kepada

kingdom plantae. Karena alga hijau biru masih berupa prokariotik, sementara

yang ada di kingdom plantae adalah yang eukariotik.

DAFTAR PUSTAKA

17 | P a g e

Page 18: Makalah cyanobacteri (ahmad azmi k.u)

Ciremai. 2008. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta.

Notji, A. 1981. Biologi Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Plezar, M. J. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. UI Press. Jakarta.

Taylor. 1960. Biologi. Ganeca Exact. Bandung.

Tjitrosoepomo, G. 1983. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. UGM Press.

Yogyakarta.

Volk dan Wheeler. 1993. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta.

Amin, Mohamad. 2009. Biologi. Jakarta : Bailmu

Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi. Jakarta : Erlangga

18 | P a g e