NABI ULUL AZMI: Sejarah Nabi Nuh (SMA N 3 MALANG)
-
Upload
ken-anidhya-ika-pratiwi -
Category
Education
-
view
603 -
download
20
Transcript of NABI ULUL AZMI: Sejarah Nabi Nuh (SMA N 3 MALANG)
Nabi Ulul Azmi: Nabi Nuh
Arifansyah WicaksonoKen Anidhya Ika Pratiwi
M. Baghiz FirdausaNafila Suri
Rr. Dianita ApriliaAzyumarda Andika
"Ya Rosulullah, apakah Adam itu seorang Nabi?"
“Ya.”
“Beberapa lama jarak antara dirinya dengan
Nuh?"
"Sepuluh abad"
Al-Hafizh Abu Hatim bin Hibban; dalam salah satu
kitab shahih nya.
Para ulama berbeda pendapat bahwa Nuh A.S, di utus oleh Allah SWT
ketika manusia telah menyimpang jauh dari ajaran tuhan yang di bawa oleh nabi sebelumnya, hal ini bisa jadi karena rentang waktu antara
Nuh dengan nabi sebelumnya sangat jauh, mereka menyembah berhala tenggelam dalam kesesatan dan kekafiran, kemudian Allah SWT
mengutus Nuh A.S, sebagai rahmat bagi umat manusia.
Kisah Nabi Nuh ditulis di Al-Quran beberapa kali, contohnya di surat:
1. Nuh2. Al-A'raf3. Yunus4. Hud5. Al-Anbiya6. Al-Mu'minun7. Asy-Syura8. Al-Ankabut9. Ash-Shaffat 10.Al-Qomar
Nabi Nuh tak henti-hentinya menyerukan kepada umatnya untuk beribadah kepada Allah.
Jaman terus berlalu dalam rentang waktu yang cukup panjang, sementara perseteruan dan perdebatan antara Nuh A.s dan kaumnya pun terus berlangsung, selama hampir seribu tahun lamanya Nabi Nuh A.s hidup di tengah-tengah kaumnya, menyerukan mereka agar beriman dan menyembah kepada Allah SWT.
Sekalipun Nuh menyerukan kaumnya dalam waktu yang sangat lama dan panjang, tetapi tidak ada yang beriman kepada Nuh a.s, kecuali hanya sedikit sekali dari mereka.
Setiap pergantian generasi berlangsung, mereka senantiasa berpesan kepada generasi baru itu agar tidak beriman kepada Nabi Nuh a.s, supaya melawan dan melanggarnya. Setiap orang tua pada saat itu, ketika melihat anaknya tumbuh dewasa, maka akan segera menasehati anaknya tersebut supaya tidak beriman kepada Nuh untuk selamanya, selama hidupnya.
“Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir” ― (Q.S. Nuh : 27).
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nuh agar membuat bahtera (perahu), maka Nabi Nuh A.s membuat perahu besar dari kayu yang pohonnya telah di tanamnya seratus tahun yang lalu. Beliau membuat perahu atas petunjuk, arahan dan dalam pengawasan
Menurut Ibnu Abbas panjang perahu itu seribu dua ratus hasta, sedangkan
tinggi kapal tersebut adalah tiga puluh hasta, bertingkat tiga lantai, tinggi
masing-masing tingkat sepuluh hasta. Lantai dasar untuk binatang-bintang, lantai tengah untuk tempat manusia,
sedangkan lantai ketiga untuk burung-burung. Pintunya terdapat di bagian samping, dan memiliki penutup pada
bagian atas dari setiap lantai.
Melihat Nuh membuat perahu, mereka semakin menertawakan dan mengejek Nuh beserta pengikutnya. Sementara itu, Nabi
Nuh A.S merasa heran terhadap sikap kaumnya yang tak bosan-bosannya
mengejeknya, tiada mau berhenti dari ke kafiran dan ke ingkaran yang
mengakibatkan datangnya azab kepada mereka di dunia, dan di kahirat pun mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih.
"Nuh berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku“ ― (Q.S. Al-
Mu'minun:26)
Lalu Allah memperkenankan do'a-nya, firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar“ ― (Q.S. Ash-Shaffat:75-76)
Setelah pembuatan kapal itu usai, tiba saatnya perintah dan azab Allah, Nuh di
perintahkan untuk mengangkut binatang dan semua makhluk hidup, masing-masing
sepasang-sepasang, serta membawa pula makanan yang bernyawa dan yang tidak
bernyawa, kedalam kapal, sebagai bekal untuk kelangsungan hidup, beliau juga di
perintahkan supaya mengajak keluarganya, kecuali orang-orang yang telah lebih dahulu di tetapkan akan di azabdi antara mereka, yaitu kafir. Saatnya azab itu tiba, Nabi Nuh A.s di perintahkan agar tidak minta penangguhan lagi bagi mereka jika mereka telah di timpa
azab yang sangat dhsyat yang memang telah di tetapkan oleh Allah SWT.
Menurut Ibnu Abbas r.a. orang-orang yang beriman dan
pengikut Nabi Nuh itu berjumlah tujuh puluh orang, termasuk wanita, semuanya terangkut dalam kapal. Dari
bangsa burung yang pertama masuk ke kapal sejenis burung
kakatua, yang terakhir dari bangsa hewan adalah keledai.
Setelah para pengikut Nabi Nuh masuk ke dalam kapal berikut binatang sepasang-sepasang. Permukaan bumi semuanya
memancarkan sumber-sumber air sampai tempat-tempat pengapian sekalipun juga
memancarkan sumber air. Kapalpun lambat-laun menjadi terapung, seluruh permukaan bumi di landa banjir, air terus membumbung
tinggi melibas dan menelan segala permukaan bumi termasuk gunung-gunung
yang menjulang tinggi.
Sebagai seorang ayah, rasa tidak tega dan kasihan kepada
anaknya, kan'an, membuat Nabi Nuh terus berusaha membujuk dan mengajaknya beriman dan
naik ke dalam kapal bersamanya, tetapi si anak durhaka yang tidak tahu diuntung itu, tetap dalam ke kafiran dan tidak mau mengikuti
ayahnya
"Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku,
naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang
yang kafir". Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab
Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi
penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan“ ― (Q.S. Hud : 42-43).
Kapal Nabi Nuh berlayar dalam pengawasan Allah SWT, setelah semua penghuni bumi telah binasa dan tidak ada seorangpun yang tersisa, maka Allah Azza wajallah memerintahkan
kepada bumi agar menelan kembali air yang telah di pancarkan dan di
semburkannya dan memerintahkan langit agar menghentikan hujan, maka
air menjadi surut sampai akhirnya kapal NabI Nuh pun berlabuh dengan selamat.
"Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan
airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit
Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim"―(Q.S Hud : 44)
"Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari
Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu.
Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab
yang pedih dari Kami"―(Q.S Hud : 48).
Setelah peristiwa taufan dan banir bandang itu, menurut Ibnu Abbas, Nabi Nuh masih hidup tiga ratus tahun lima
puluh tahun lagi. Sedangkan menurut Ibnu Asakir di dalam mukhtasarnya, bahwa ketika kaum Nabi Nuh telah musnah,
sementara Nuh dan orang-orang shaleh yang
mengikutinya selamat.
Ia dan pengikutnya datang ke Al-Bait (Baitullah) menyembah kepada Allah disana, hingga
meninggal dunia. Sesungguhnya kubur Nabi Hud, Nuh, Shaleh dan
Syu'aib berada di antara zam-zam, Ar Rukn dan Al-Maqam.
Terima kasih.