makalah CA prostat

72

Click here to load reader

description

makalah ca prostat

Transcript of makalah CA prostat

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Para lanjut usia, dikhawatirkan akan menjadi persoalan besar bagi Indonesia. Sebab, dilihat dari jumlahnya pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sebesar 414 persen (Biro Pusat Statistik, 2006 dalam Iswanto 2011). Padahal upaya penyejahteraan termasuk peningkatan kualitas kesehatan kelompok ini masih belum memadai. Secara alamiah, proses menjadi tua mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan mental. Secara umum, lebih banyak gangguan organ tubuh dikeluhkan oleh para warga senior baik pria maupun wanita, lebih banyak pula yang menderita penyakit kronis (Astawan M, 2007 dalam Iswanto, 2011).

Seiring dengan perjalanan usia, khususnya bagi pria usia lanjut harus meningkatkan kewaspadaan pada kondisi kesehatan tubuhnya. Sebab, semakin bertambahnya usia, fungsi organ-organ tubuh terus menurun. Salah satu gangguan kesehatan yang kerap dialami pria berusia lanjut adalah gangguan prostat. Yang lebih parah adalah kanker prostat karena kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomor dua pada pria setelah kanker paru-paru. Baik gangguan prostat maupun kanker prostat harus sama-sama diwaspadai karena dampak negatif yang ditimbulkannya cukup mengerikan. Pria yang terkena gangguan prostat misalnya, dapat mengalami gangguan seksual, sedangkan kanker prostat dapat menyebabkan kematian (Siswono, 2003 dalam Iswanto, 2011).

Risiko terjadinya kanker prostat ditentukan oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor risiko lain yang tidak kalah penting adalah usia di atas 50 tahun, pembesaran prostat jinak, infeksi virus, riwayat kanker prostat dalam keluarga, pola hidup, dan pola makan. Salah satu faktor risiko tersebut yaitu pola makan, menurut Umbas Rainy (2002) diet tinggi lemak dan pola makan berkalsium tinggi (Notrou P, 2007) merupakan faktor yang mempunyai kaitan erat dengan meningkatnya risiko kanker prostat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berikut ini adalah rumusan masalah dalam makalah ini :

1. Apa definisi dari kanker prostat?

2. Apa etiologi dan faktor risiko kanker prostat?

3. Bagaimana tanda dan gejala kanker prostat?

4. Bagaimana patofisiologi dari kanker prostat?

5. Apa komplikasi dari kanker prostat?

6. Bagaimana pemeriksaan pada kanker prostat?

7. Bagaimana stadium yang digunakan pada kanker prostat?

8. Bagaimana penanganan untuk kanker prostat?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker prostat?

1.3 TUJUAN PENULISANTujuan penulisan makah ini adalah untuk :

1. Mengetahui definisi kanker prostat

2. Mengetahui etiologi dan faktor risiko kanker prostat

3. Mengetahui tanda dan gejala kanker prostat

4. Mengetahui patofisiologi kanker prostat

5. Mengetahui komplikasi kanker prostat

6. Mengetahui pemeriksaan pada kanker prostat

7. Mengetahui stadium pada kanker prostat

8. Mengetahui penanganan untuk kanker prostat

9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kanker prostat

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISIKanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat adalah biasanya diderita pria berusia lanjut dengan kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun.Beberapa dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat. Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial neoplasia). Hampir setengah dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia di atas 50 tahun. Orang yang mengalami PIN mengalami perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada mikroskop. Perubahan ini dapat berupa tingkat rendah (hampir normal) atau bermutu tinggi (abnormal).Lebih dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya didominasi transisional sel karsinoma. (Presti, J. C, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus kanker prostat terjadi pada zona perifer sehingga dapat diraba sebagai nodul nodul keras irregular. Nodul nodul ini memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi saluran kemih atau uretra yang berjalan tepat di tengah prostat. Sebanyak 10 20 % kanker prostat terjadi pada zona transisional, dan 5 10 % terjadi pada zona sentral (Siregar, 2012)2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO KANKER PROSTATPenyebab kanker prostat belum diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat, diantaranya:

1. Faktor usia : resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada pria kulit putih, dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker prostat. Sedangkan pada pria kulit hitam pada usia 40 tahun dengan riwayat keluarga satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat. Data yang diperoleh melalui autopsi di berbagai negara menunjukkan sekitar 15 30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara samar. Pada usia 80 tahun sebanyak 60 70% pria memiliki gambaran histology kanker prostat. (William et al, 2000 dalam Siregar, 2012). 2. Riwayat keluarga : kanker prostat didiagnosa pada 15% pria yang memiliki ayah atau saudara lelaki yang menderita kanker prostat, bila dibandingkan dengan 8% populasi kontrol yang tidak memiliki kerabat yang terkena kanker prostat. Pria yang satu generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 2 - 3 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat dibandingkan dengan populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2 generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat (Haas & Wael, 1997 dalam Siregar 2012).

3. Pola makan : Lemak dari makanan, terutama lemak hewan dari daging merah, dapat meningkatkan kadar hormon laki-laki. Dan ini mungkin bahan bakar pertumbuhan sel kanker prostat. Sebuah diet yang terlalu rendah dalam buah-buahan dan sayuran juga mungkin memainkan peran. Perbedaan konsumsi makanan pada rasa atau suku yang berbeda, bangsa, tempat tinggal, status ekonomi.4. Mitos : berikut adalah beberapa hal yang tidak akan menyebabkan kanker prostat yaitu terlalu banyak seks, vasektomi, dan masturbasi (Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat, 2010).5. Toksin juga disebut-sebut sebagai faktor risiko kanker prostat walaupun kaitannya belum jelas.

6. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut.7. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.

8. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati

9. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

2.3 TANDA DAN GEJALASecara medik, kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala khas. Karena itu sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala kanker prostat umumnya sama dengan gejala BPH. Berikut ini beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat : Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya (locally advanced) didapati obstruksi sebagai gejala yang paling sering ditemukan. Biasanya ditemukan hematuria yakni urin yang mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat berkemih, gangguan seksual seperti sulit ereksi/nyeri saat ejakulasi, aliran air seni lemah dan kadang aliran air seni berhenti sendiri, merasa kandung kencing tidak kosong sempurna, kesulitan memulai/menahan air kencing, sering BAK pada malam hari

Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah mengalami metastase di tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat jarang mengalami kelemahan tungkai maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi korda spinalis, merasa nyeri/kaku pada punggung bawah, pinggul, paha atas.2.4 PATOFISIOLOGIPenyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasi dan proliferasi sel. Diferensiasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995)

Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000)

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal (Price, 1995).

Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru (Purnomo,2000)

Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. (Purnomo,2000)

2.5 KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal, proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroid karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis.

2.6 PEMERIKSAAN KANKER PROSTAT1. Inspeksi buli-buli : ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli penuh / kosong )

2. Palpasi buli-buli : Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh. Terasa massa yang kontraktil dan Ballottement.

3. Perkusi : Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup.

4. Colok dubur : pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba. Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :

Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.

Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram.

Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.

Nilai prediksi colok dubur untuk mendeteksi kanker prostat 21,53%. Sensitifitas colok dubur tidak memadai untuk mendeteksi kanker prostat tapi spesifisitasnya tinggi, namun bila didapatkan tanda ganas pada colok dubur maka hampir semua kasus memang terbukti kanker prostat karena nilai prediktifnya 80% (Umar dan Agoes, 2002 dalam Siregar 2012).5. Laboratorium Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita

Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen). Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas .

Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan6. Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi7. Radiologi Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (Trasrectal Ultrasound Scanning = TRUSS) adalah pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan lokasi kanker prostat yang lebih akurat, mengukur besarnya volume prostat yang diduga terkena kanker prostat, merupakan panduan klinisi untuk melakukan biopsi prostat sehingga TRUSS juga sering dikatakan sebagai a biopsy guidence.

Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra.

Endorectal Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Axial Imaging (CT-MRI), pemeriksaan ini digunakan untuk melihat apakah pasien penderita kanker prostat menderita metastase ke tulang pelvis atau kelenjar limfe sehingga klinis bisa menetukan terapi yang tepat bagi pasien. Namun perlu diingat juga bahwa pencitraan ini cukup memakan biaya dan sensitivitasnya juga terbatas hanya sekitar 30 40% (Siregar, 2012).

8. Kateterisasi dengan mengukur rest urine Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hipertropi prostat.9. Pemeriksaan PSA : PSA adalah enzim proteolitik yang dihasilkan oleh epitel kelenjar prostat dan berfungsi mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah. Namun, apabila terjadi infeksi saluran kemih, BPH, kanker prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat, maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSAPSA total atau rasio c-PSAPSA total yang nilainya bergantung pada umur penderita, terutama bagi mereka yang memiliki kadar PSA totalnya antara 2,610 ng/ ml. Pasien yang memiliki kadar PSA > 10ng/ml biasanya menderita kanker prostat.10. Biopsi Prostat, merupakan gold standart untuk menegakkan diagnose kanker prostat. Pemeriksaan biopsi prostat menggunakan panduan transurectal ultrasound scanning (TRUSS) sebagai sebuah biopsi standar (Jefferson & Natasha, 2009 dalam Siregar, 2012).11. Metode AS (Active Surveillance), untuk menghindari over-diagnosa maupun over-treatment dari kanker prostat, maka telah dilakukan riset yang bernama START (Surveillance Therapy Against Radical Treatment), yang dipimpin oleh Dr. Laurence Klotz (Chief Urologist dari Sunnybrook Health Sciences Center, Toronto, Kanada).Metode AS (active surveillance) adalah kondisi dimana pria dengan tanda-tanda pra kanker prostat dan secara aktif melakukan pemantauan atas perkembangan kankernya. Pasien ini tidak perlu menjalani pengobatan medis apa pun, seperti operasi atau radioterapi selama parameter masih terkendali. Namun, apabila terjadi peningkatan PSA, baru kemudian dilakukan tindakan medis.Ciri-ciri pasien yang dapat melakukan metode AS antara lain sebagai berikut : Nilai PSA kurang atau sama dengan 10 ng/ml. Biopsi menunjukkan low-volume cancer dengan nilai tes Gleason 6 atau kurang*Gleason scoreadalah pemeringkat kanker dari 2 sampai 10 yang menunjukkan agresivitas kankernya. Semakin tinggi angka, maka semakin agresif kankernya. Pasien divonis mengidap kanker prostat grade antara T1c dan T2a.*T1 dan T2adalah stadium kanker paling rendah, yaitu ketika sel-sel kanker masih terbatas hanya ada di dalam kelenjar prostat.Pasien yang mengikuti metode AS ini baru mendapat tindakan medis seperti operasi atau radioterapi apabila nilai PSA meningkat drastis, hasil biopsi menunjukkan peningkatkan volume kanker, atau pun keberadaan sel-sel kanker yang lebih ganas.Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pasien kanker prostat yang melakukan metode AS, sekitar 65%-nya akan tetap berada pada kondisi kanker yang tidak mengganas.2.7 STADIUM KANKER PROSTATTabel Stadium Kanker ProstatStadiumKeterangan

ISangat awal dan tanpa gejala; sel kanker terbatas pada prostat

IISel kanker terbatas pada prostat, tapi terlihat jelas (terdeteksi oleh pemeriksaan colok dubur dan/atau hasil test PSA yang tinggi)

IIISel-sel kanker ditemukan di luar kantung prostat (membran yang menutupi prostat); menyebar terbatas pada jaringan sekitarnya dan/atau vesikula seminalis (kelenjar yang memproduksi cairan mani)

IVSel-sel kanker telah menyebar (metastasis) ke kelenjar getah bening regional, tulang, ataupun organ jauh (misalnya, hati, paru-paru)

2.8 PENANGANAN KANKER PROSTATPenangangan kanker prostat di tentukan berdasarkan penyakitnya apakah kanker prostat tersebut terlokalisasi, penyakit kekambuhan atau sudah mengalami metastase. Hingga saat ini pengobatan yang tepat untuk penderita kanker prostat masih diperdebatkan. Secara umum, pilihan pengobatan penderita kanker prostat tergantung pada stadium kankernya.1. Kanker prostat stadium awal biasanya dilakukan prostatektomi (pengangkatan prostat) dan terapi penyinaran.2. Kanker yang telah menyebar biasanya dilakukan terapi hormon, pengangkatan testis, atau kemoterapi.Berikut ini beberapa pengobatan yang biasa dilakukan untuk penderita kanker prostat: PEMBEDAHAN untuk KANKER PROSTATSalah satu jenis pembedahan yang biasa dilakukan adalah prostatektomi radikal. Prostatektomi radikal adalah operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker prostat. Cara ini paling sering digunakan untuk kanker yang belum menyebar ke luar kelenjar prostat. Dalam operasi ini, ahli bedah melakukan pengangkatan seluruh kelenjar prostat disertai beberapa jaringan di sekitarnya, termasuk vesikula seminalis. Berikut ini jenis-jenis prostatektomi radikal :

1. Prostatektomi Radikal Retropubik : pendekatan pengobatan yang paling umum dengan cara dibuat sayatan di bagian bawah perut. Dokter akan mengangkat sedikit kelenjar getah bening dekat prostat dan diteliti di bawah mikroskop. Jika kanker telah menyebar ke getah bening, maka dokter mungkin menghentikan operasi.Perlu diketahui bahwa saraf pengendali ereksi sangat dekat dengan prostat. Sebisa mungkin dokter akan menghindari pengangkatan saraf ini untuk menghindari risiko impotensi setelah operasi (disebut prosedur nerve-sparing). Namun, jika kanker telah menyebar, dokter harus mengangkatnya. Bahkan jika saraf terhindar, diperlukan setidaknya waktu beberapa bulan setelah operasi untuk dapat ereksi.

2. Pendekatan Radikal Perineal : dalam pendekatan perineal, ahli bedah membuat irisan pada kulit antara anus dan skrotum. Karena operasi ini seringkali lebih pendek, mungkin akan digunakan untuk laki-laki yang tidak memerlukan prosedur nerve-sparing dan yang tidak perlu melakukan pengangkatan kelenjar getah bening.

3. Laparoskopi Radikal Prostatektomi (LRP) : bila kedua pendekatan di atas, retropubik atau pun perineal seorang dokter perlu membuat sayatan panjang untuk mengangkat prostat (open approach), maka pada metode LRP merupakan sebuah metode baru yang melibatkan pembuatan beberapa sayatan kecil dan penggunaan instrumen khusus yang panjang untuk menghapus prostat.Keunggulan metode LRP adalah rasa sakit berkurang, pasien tidak terlalu banyak kehilangan darah, periode rawat inap yang lebih singkat, serta waktu pemulihan lebih cepat. Prosedur nerve-sparing juga dimungkinkan dengan LRP.

4. Robotic Assisted Laparoskopi Radikal Prostatektomi(RoboticAssisted LRP)Robotic Assisted LRP adalah pendekatan baru yang lebih canggih adalah penggunaan robot untuk melakukan operasi LRP. Yang dibutuhkan disini adalah keterampilan dan pengalaman dokter bedah Anda.

5. Reseksi Transurethral Prostat (TURP)Merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengurangi gejala, seperti sulitnya mengalirkan urine pada pria yang tidak dapat menjalani operasi di atas. Hal ini tidak dilakukan untuk menyembuhkan penyakit atau mengangkat kankernya. Operasi ini lebih sering digunakan untuk meredakan gejala PIN. Operasi TURP memakan waktu sekitar satu jam. Anda biasanya dapat meninggalkan rumah sakit setelah 12 hari dan dapat bekerja kembali dalam waktu 12 minggu. RADIOTERAPI untuk KANKER PROSTAT

Radiasi sinar eksternal untuk membunuh sel kanker dapat digunakan sebagai pengobatan pertama atau setelah operasi kanker prostat. Hal ini juga dapat membantu meredakan nyeri tulang dari penyebaran kanker. Dalam brakiterapi, pelet radioaktif kecil seukuran sebutir beras yang dimasukkan ke dalam prostat. Kedua metode dapat mengganggu fungsi ereksi. Kelelahan, masalah kencing, dan diare adalah kemungkinan efek samping lainnya. Apabila risiko pembedahan terlalu tinggi, biasanya dilakukan radioterapi. Jenis radioterapi yang biasa dilakukan dapat berupa.1. Radioterapi eksternal, merupakan radioterapi yang dilakukan di rumah sakit secara rawat jalan. Biasanya dilakukan sebanyak lima kali seminggu selama 68 minggu.2. Pencangkokan butiran yodium, emas, atau iridium radioaktif secara langsung pada jaringan prostat. Keuntungan terapi ini adalah efek radiasi terhadap kerusakan jaringan di sekitar jaringan prostat menjadi minimal TERAPI HORMON untuk KANKER PROSTATTujuan dari terapi hormon (disebut juga terapi penekanan androgen) adalah untuk menurunkan kadar hormon pria (androgen). Androgen, yang sebagian besar dibuat di testis, menyebabkan berkembangnya sel-sel kanker prostat. Menurunkan kadar androgen sering membuat kanker prostat mengecil atau tumbuh lebih lambat. Terapi hormon dapat mengontrol, tetapi tidak dapat menyembuhkan kankernya. Terapi hormon sering digunakan dalam pengobatan kanker prostat apabila :

1. Pria yang tidak memilih pembedahan atau pun radiasi untuk pengobatan kankernya.2. Kasus dimana kanker telah menyebar ke organ lain atau pada kasus kanker kambuhan.3. Pria yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami kekambuhan biasanya bersamaan dengan radioterapi.4. Kadang digunakan sebelum tindakan dilakukan pembedahan atau radioterapi dengan tujuan untuk mengecilkan kankernya.

Contoh obat-obatan terapi hormon untuk kanker prostat antara lain leuprolide, goserelin, dan buserelin. Obat tersebut diberikan dalam bentuk suntikan setiap 3 bulan sekali. Efek sampingnya adalah mual dan muntah, anemia, osteoporosis, dan impotensi. Obat lainnya yang digunakan sebagai terapi hormon adalah zat yang menghambat aktivitas androgen (misalnya flutamide atau nilutamide). Efek sampingnya adalah impotensi, gangguan hati, diare, dan ginekomastia (pembesaran payudara). Selain itu, ada obat yang mencegah kelenjar adrenalin untuk membuat androgen, antara lain ketoconazole dan aminoglutethimide.

KEMOTERAPI untuk KANKER PROSTAT

Kemoterapi membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh, termasuk yang di luar prostat, sehingga digunakan untuk mengobati kanker lebih parah dan kanker yang tidak dapat disembuhkan dengan terapi hormon. Pengobatan biasanya intravena dan diberikan dalam siklus berlangsung 3-6 bulan. Karena kemoterapi membunuh sel-sel lain dalam tubuh, yang tumbuh dengan cepat, Anda mungkin memiliki rambut rontok dan sariawan. Efek samping lain meliputi mual, muntah, dan kelelahan. Tindakan kemoterapi pada pengobatan kanker prostat biasanya dilakukan apabila kanker tersebut bersifat resisten terhadap terapi pengobatan lainnya. Obat-obatan yang biasa dilakukan untuk mengobati kanker prostat diantaranya, mitoxantronx, prednison, paclitaxel, dosetaxel, estramustin, dan adriamycin.

CRYOTHERAPY untuk KANKER PROSTAT

Cryotherapy membekukan dan membunuh sel-sel kanker dalam prostat (seperti sel-sel yang sangat diperbesar ditampilkan di sini.) Hal ini tidak banyak digunakan karena sedikit yang diketahui tentang efektivitas jangka panjang nya. Itu kurang invasif daripada operasi, dengan waktu pemulihan lebih pendek. Karena kerusakan saraf beku, sebanyak 80% laki-laki menjadi impoten setelah cryosurgery. Dapat menjadi sakit sementara dan sensasi terbakar di kandung kemih dan usus.

VAKSIN untuk KANKER PROSTAT

Vaksin ini dirancang untuk mengobati, bukan mencegah, kanker prostat dengan memacu sistem kekebalan tubuh Anda untuk menyerang sel-sel kanker prostat. Sel kekebalan akan diambil dari darah Anda, diaktifkan untuk melawan kanker, dan ditanamkan kembali ke dalam darah Anda. Tiga siklus terjadi dalam bersamaan. Ini digunakan untuk kanker prostat ganas yang tidak lagi merespon terapi hormon. Efek samping ringan dapat terjadi seperti kelelahan, mual, dan demam (Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat, 2010).2.9 PENCEGAHAN KANKER PROSTAT

1. Minum air putih 8 sampai 12 gelas setiap hari. Air putih membantu tubuh memperlancar pembuangan air kecil (urination) sehingga saluran kemih tetap bersih.2. Minum jus delima sebagai asupan tambahan harian, Selain dapat mencegah, jus delima juga dapat menyembuhkan kanker prostat. Minum 8 0z jus delima setiap hari dapat menurunkan tingkat PSA pria penderita kanker prostat.3. Lakukan diet sehat kanker prostat. Hindari mengkonsumsi daging merah, dari penelitian diketahui bahwa ada korelasi yang kuat antara konsumsi daging merah dengan kanker prostat. Konsumsilah makanan sereal seperti gandum, oat dan dedak untuk mempertahankan asupan protein yang berkualitas di dalam tubuh.4. Makan banyak sayuran seperti brokoli, kubis brussel, kol, dan kembang kol. Jenis buah-buahan tertentu dapat menurunkan resiko kanker prostat seperti apel, buah beri, melon dan semangka yang mengandung banyak fruktosa yang merupakan makanan pencegah kanker prostat. Tomat juga terbukti dapat menyembuhkan gangguan-gangguan pada prostat karena mengandung zat lycopene yang dapat mencegah kanker prostat dan mengecilkan ukuran tumor prostat.5. Tingkatkan asupan zinc. Kelenjar prostat menggunakan seng lebih banyak daripada bagian tubuh lainnya. Seng mengubah metabolisme hormon steroid, sehingga mengurangi pembesaran prostat. Konsumsilah minyak gandum dan biji labu kaya yang kaya mineral seng.6. Perbanyak konsumsi vitamin yang dapat menyehatkan prostat seperti vitamin D dan vitamin E yang merupakan antioksidan yang dapat menghambat pertumbuhan kanker.7. Konsumsilah makanan pelindung prostat dalam diet anda seperti kedelai dan bawang putih. Kedelai mengandung genisten yang diyakini dapat menghambat pertumbuhan kanker. Bawang putih memiliki senyawa yang mengandung sulfur yang membantu melawan kanker.

BAB IIIKASUS

3,1PENGKAJIANWaktu

: 30 April 2015

Tempat

: Ruang OK GBPT Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya .1. IDENTITAS PASIENNama: Tn. RUmur: 54 TahunJenis Kelamin: Laki-lakiSuku/Bangsa: Jawa/Indonesia.Agama: Katolik.Pekerjaan: PNSPendidikan: S 1Alamat: Pemda II R 5 Kotaraja Jayapura Papua.Tanggal MRS: 29 April 2002.Cara Masuk: Lewat Poliklinik RSUD Dr. Soetomo SurabayaDiagnosa Medis: Benigne Prostat Hyperplasia Grade IIAlasan Dirawat: Akan dioperasi/tidak dapat buang air kecilKeluhan Utama: Sulit buang air kecil

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

a. Riwayat Penyakit SekarangKarena susah buang air kecil sejak 2 minggu yang lalu kemudian berobat ke poliklinik di Rumah Sakit Jayapura, dilakukan pemeriksaan ternyata ditemukan pembesaran prostat kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo Surabaya untuk menunggu rencana operasi tanggal 30 April 2002.

b. Riwayat Penyakit DahuluKlien sebelumnua tidak pernah mengalami kelainan seperti yang dideritanya sekarang ini. Hipertensi (+). DM (-), Sesak (-), Asma (-). c. Riwayat Kesehatan KeluargaKlien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti yang dideritanya sekarang ini d. Keadaan Kesehatan LingkunganKlien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih f. Riwayat Kesehatan LainnyaAlat bantu yang dipakai ( Kaca mata3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum : baik 2) Tanda-tanda vital Suhu

: 36 0C Nadi

: 92 X/menit. Kuat dan teratur Tekanan darah: 130/90 mmHg. Respirasi: 16 x/menit 3) Body Systems : Pernafasan (B 1 : Breathing) : Frekuensi napas 16 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, hasil thorax foto : Tidak didapatkan kelainan (normal). Cardiovascular (B 2 : Bleeding) : Nadi 92 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 130/90 mmHg, Suhu 36 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada. Hasil ECG : Tidak didapatkan kelainan (normal). Persyarafan (B 3 : Brain) Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4) Verbal : Orientasi baik (5) Motorik : Menurut perintah (6) Compos Mentis : Pasien sadar baik Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder) : Jumlah urine 2000 cc/24 jam, warna urine kuning pekat. Genital Hygiene cukup bersih. Hasil BOF : Tidak didapatkan kelainan (normal). Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel) : Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1 X/hari Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone) :Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus. Hasil BOF : Tidak didapatkan kelainan (normal).Head To Toea. Kepala: bentuk normal, ukuran normal, posisi simetris, kulit kepala bersih

b. Rambut: kebersihan cukupc. Mata: sklera tak icteric, konjunctiva tak anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada, tidak memakai alat bantud. Hidung: tidak ada benda asing, tidak epistaksis, tidak ada polip, e. Telinga: tidak ada kelainan.f. Mulut dan gigi: bibir kering, agak kering mukosa mulut stomatatitis tidak, peradangan faring tidakg. Leher: Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku kudukh. Thorax: pernafasan dada, simetris, Ronchi & whezing tidak adai. Abdomen: asites tidak ada, umbilikus datar,j. Genetalia: bersih

k. Anus: bersih, Bab. terakhir tgl. 30 04-2002

l. Extremitas: atas dan bawah tak ada kelainanm. Integumen: keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik, akral hangat.

Pola aktivitas sehari-hari1. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan : Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila sangat terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.2. Pola Nutrisi dan Metabolisme : Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup.Klien tidak alergi makanan tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan minum air putih sekitar 2 3 liter perhari.3. Pola Eliminasi : Klien buang air besar 1 X/hari. Klien buang air kecil saat ini dengan menggunakan polly kateter, Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat.4. Pola tidur.dan Istirahat : Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.5. Pola Aktivitas dan latihan : Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.6. Pola Hubungan dan Peran : Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab.7. Pola Sensori dan Kognitif : Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.8. Pola Persepsi Dan Konsep Diri : Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.9. Pola Seksual dan Reproduksi : Selama dirawat Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.10. Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping : Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena kurangnya pengetahuan tentang Type pembedahan dan Jenis anesthesi.11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan : Terpasangnya kateter memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan ibadahnya.Personal HigieneKebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.KetergantunganKlien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.Aspek PsikologisKlien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan operasi.Aspek Sosial/InteraksiHubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.Aspek Spiritual

Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama katolik, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh gereja di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritual

3. DIAGNOSTIC TESTLaboratoriunDarah lengkap: HCT

: 40,6

(L 40 47P 38 42)% Hb

:14,6mg/dl(L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl) LED

: 29 52(L 0 15/jam P 0 20/jam Leukosit

: 7.720

Gula darah 4000 11.000 Glukosa Puasa: 108mg/dl(( 126 mg/dl) Glukosa 2 jam pp: 128mg/dl(( 140 mg/dl)Faal Hati - Bilirubin Direk: 0,21

(( 0,25) - Bilirubin Total: 1,08

(( 1,00) - SGOT

: 18,4

(L < 37 P < 31)U/L - SGPT

: 10,7

(L < 40 P < 31)U/LFaal Ginjal - Ureum/BUN

: 8,8mg/dl(10 45) - Serum Creatinin

: 1,48mg/dl(L : 0,9 1,5 P : 0,7 1,3)Elektrolit - Natrium

: 137,8mmol/l(135 145 mmol/l) - Kalium

: 4,27mmol/l(3,5 5,5 mmol/l)2.2 PRE-OPERATIFANALISA DATANama Klien : Tn. RRuang : OK GBPT LT 4Register : 10157280

No.DataPenyebabMasalah

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

S. DS : Klien mengatakan semalam saya tidur sering terbangun , saya membayangkan bagaimana operasi nanti, klien bertanya di ruang premedikasi apakah ini ruang operasinya, dimana ruang operasinya, berapa lama saya dioperasi

O. DO : Klien kelihatan tegang saat diruang premedikasi, TD : 130/90 mmHg, nadi 92 x/menit, RR: 16 x/menitSituasi/lngkungan operasi

Stressor

Hypothalamus(adrena,pituitary)

Medulla Adrenal

Peningkatan adrenalin, histamine, katekolamin

Peningkatan nadi, tekanan darah, palpitasi

Ansietas/takut

Ansietas

Diagnosa Keperawatan

Cemas berhubungan dengan situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi, ditandai dengan klien mengatakan tidur malam sering terbangun membayangkan operasi, klien kelihatan tegang, bertanya saat di ruang premedikasi apakah ini ruang operasinya dimana kamar operasinya, berapa lama saya dioperasi. Nadi 92 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg. RR. 16 x/menit.RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNama Klien : Tn. RRuang : OK GBPT LT 4No. Register: 10157280

Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

Cemas berhubungan dengan situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi, ditandai dengan klien mengatakan tidur malam sering terbangun membayangkan operasi, klien kelihatan tegang, bertanya saat di ruang premedikasi apakah ini ruang operasinya dimana kamar operasinya, berapa lama saya dioperasi. Nadi 92 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg. RR. 16 x/menit.

Klien menunjukan rasa cemas berkurang dalam waktu 30 menit sebelum operasi dengan kriteria : Klien mampu mengungkapkan pasrah kepada Tuhan YME. Klien mampu mengungkapkan siap di operasi. Klien dapat beradaptasi saat di ruang premedikasi maupun di OK. Ekspresi wajah rileks

Tanda-tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100X/menit, RR: 16-20X/menit)1. Mandiri :2. Beri penjelasan dengan singkat dan jelas tentang ruang premedikasi dan OK.3. Kaji tingkat kecemasan klien.4. Berikan penetraman hati dan tindakan kenyamanan:a. Temani klien selama di ruang premedikasib. Berikan kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannyac. Kenalkan kembali pada kenyataan yang ada5. Kurangi stimulus sensoria. Berikan ketenanganb. Gunakan kalimat pendek dan sederhanac. Berikan petunjuk singkat.d. Pusatkan pada saat ini dan disini.6. Ajak klien untuk mengadakan pendekatan spritual sesuai dengan kemampuan dan situasi7. Perjelas informasi dokter tentang rencana tindakan operasi dan kemungkinan-kemungkinannya.8. Orientasikan klien pada ruang operasi dan peralatannya.9. Minimalkan keributan dan lalu-lalang di ruang premedikasi &OK.10. Tinggalah dengan pasien selama induksi11. Tunjukan perhatian dan sikap mendukung12. Tetap matikan lampu sampai pasien tertidur13. Catat respon yang tak terduga14. Kolaborasi, pemberian premedikasi: Morfin 5 mg. Dormicum 2,5 mg. SA. 0,25 mg. IMDengan penjelasan diharapkan klien dapat mengertiTingkat kecemasan sebagai dasar perencanaan perawatanMengurangi rasa takutEksplorasi perasaan dapat mengurangi keteganganSuport untuk koping yang positipMengurangi keteganganMenenangkan jiwaMengurangi kebingunganMengurangi kebingunganPenyelesaian terfokus diharapkan mengurangi kecemasanMengurangi ketakutan/kecemasan.upaya menenangkan jiwa.Harapan klien sesuai dengan kenyataan dan tidak menimbulkan kekecewaan.Mengurangi kecemasanMengurangi kecemasan.Mengurangi kecemasan.Mengurangi kecemasanMengurangi kecemasanMengurangi ketegangan

TINDAKAN DAN EVALUASI PREOPERASINama Klien : Tn. RRuang : OK GBPT LT 4No. Register: 10157280Diagnosa Keperawatan Tanggal/Hari/JamImplementasiTanggal/hari/jamEvaluasi

Cemas

30-04-2002 Jam07.3008.001. Memberikan penjelasan tentang ruang premedikasi dan OK

2. Mengkaji tingkat kecemasan klien

3. Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

4. Menemani klien di ruang premedikasi5. Menjelaskan keadaan , tempat sekarang

6. Mengajak klien untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME, dengan cara berdoa dan pasrah.7. Memperjelas penjelasan dokter tentang rencana pengangkatan batu pada ginjal kanannya

8. Mengukur tanda-tanda vital : nadi, 92X/menit, RR. 16X/menit

9. Memasang sketzel agar tenang, meminimalkan melihat kesibukan pasien lain

10. Memberikan obat premedikasi sesuai dengan catatan di status: Morfin 5 mg, Dormicum 2,5 mg, SA. 0,25 mg.

Selasa, 30-04-2002 Jam 08.05S : Klien mengatakan siap untuk dilakukan operasi, pasrah dan menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan, klien tahu ruang persiapan untuk operasiO : wajah tenang, Nadi 88X/menit, RR, 16X/menit, Tekanan Darah 120/90 mmHg.A : Cemas berkurangP : Rencana No. 7, 9,10,11 dan 12 dilanjutkan di ruang OK, sampai pasien diinduksi.

2.3INTRA-OPERATIF

Pengkajian Intra OperatifJenis Operasi

: TUR PTanggal

: 30 April 2002Pre Medikasi

: Sudah diberikan: Morfin5 mg, Dormicum 2,5 mg, SA. 0,25 mgIM.Jenis Anestesi

: General AnestesiGolongan Operasi

: BesarRonde

: IUrgensi Operasi

: ElektifWaktu Operasi

: Operator

: Dr. ...Persiapan OperasiLinen Set, terdiri dari :1. Doek Besar berlubang

: 1 buah2. Doek kecil

: 6 buah3. Baju Operasi

: 1 buah4. Sarung penutup meja instrumen: 1 buah.Alat Operasi Set Dasar Endourologi, terdiri dari :1. Doek klem 2 buah2. Desinfeksi klem3. sarung tangan/Globe 2 pasang4. Mangkok kecil 2 buah, satu untuk larutan desinfektan, mangkok yang kedua diisi larutan campuran lidocain dan jelly.5. Kocker 1 buah untuk mengambil chips di luar elik.6. Saringan air untuk menyaring chips7. cairan irigan : aquades dan glisin.8. Kasa secukupnya9. Spuit 20 cc/Syringe uretra.10. Katheter Three Way 24 F.11. Infus set (Blood Tranfustion Set)12. Jelly sterilPenunjang yang lain1. Tempat sampah2. Tempat penampung air.3. Standart infus.4. Standart irigan.5. Diatermie elektrode.Teknik Pelaksanaan Trans Urethral Resection Prostatic :1. Pasang foto-foto pada light box.2. Setelah dilakukan anestesi regional atau general klien diletakkan dalam posisi lithotomi.3. Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine di daerah penis scrotum dan sebagian dari kedua paha, perut sebatas umbilikus.4. Persempit lapangan operasi dengan memasang sarung kaki dan doek kecil di bawah scrotum, doek besar berlubang sehingga penis dan perut kelihatan.5. Kabel fiber optik di pasang pada cold light fountin standar dan slang irigasi pada resevoir/tabung air atau pada glisin.6. Dilatasi uretra dengan bougie roser dari 21 sampai 29 F.7. Seath 24 F atau 27 F dengan obturator dimasukkan lewat uretra sampai masuk buli-buli.8. Evaluasi buli-buli apakah ada tumor, batu dan vertikel buli.9. Working elemen ditarik keluar untuk mengevaluasi prostat (panjangnya prostat yang menutupi uretra dan leher buli).10. Selanjutnya dilakukan reseksi prostat sambil merawat perdarahan.11. Waktu reseksi paling lama 60 menit (bila menggunakan irigan aquades). Dan waktu bisa lebih lama bila menggunakan irigan glisin. Hal ini untuk menghindari terjadinya Sindroma TUR.12. Chips prostat dikeluarkan dengan menggunakan elik evakuator sampai bersih, selanjutnya dilakukan perawatan perdarahan.13. Kateter Tree Way disiapkan no 24 F tetapi sebelum dipasang balon kateter diisi air 30 40 cc untuk mengetahui balon kateter bocor atau tidak.14. Setelah selesai kateter Tree Way no 24 F terpasang, balon kateter diisi 30 sampai 40 cc kemudian dilakukan traksi kateter pada paha klien dengan menggunakan plaster.15. Dipasang Spoel Natrium Klorida (PZ) atau Aquades pada kateter Tree Way dengan menggunakan slang infus (blood tranfution set) dan bag urine.16. Posisi klien dikembalikan pada posisi semula (sebelum posisi lithotomi).17. Chips prostat ditimbang untuk mengetahui berat prostat tersebut.18. Alat sistoskopi dan endourologi dibereskan19. Klien dirapihkan, dipindahkan ke ruang pemulihan anestesi.lantai IIIData tambahan lain: Klien puasa sudah kurang lebih 9 jam, tanda-tanda vital pada monitor : RR.20X/menit, Nadi 104X/menit, tekanan darah. 110/80 mmHg, perdarahan selama operasi. 200CC., produksi urine: selama operasi 1300CC.Analisa Data Intra OperatifNama Klien : Tn. RobertusRuang : OKNo.DataPenyebabMasalah

1S : tak terkaji, klien dalam pembiusanO : Klien dilakukan operasi menggunakan instrumen dasar ditambah instrumen operasi TUR PTindakan operasi

Membuka jaringan

Menggunakan alat-alat instrument & perlengkapan lain

Resiko tertinggal/cedera

Resiko terjadi cedera (corpus alienum)

2S : Tak terkajiO : Perdarahan 200 CC, pasien puasa kurang lebih 9 jam, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 104 x/menit, RR 20 x/menitPerdarahan selama operasi & puasaResiko kekurangan cairan

3.S : Tak terkajiO : Klien menggunakan alat diatermi di pasang pada daerah betis.Pemasangan alat diatermiAliran listrik

Permukaan tubuh

Cedera luka bakarResiko cedera luka bakar

4.S : Tak terkaji O : Narkose dihentikan Klien dilakukan ekstubasi, terdapat banyak lendir.IntubasiPeningkatan sekresi sekunderResiko aspirasi

Prioritas dan Diagnosa Keperawatan1. Resiko terjadi cedera (corpus alienum) berhubungan dengan penggunaan instrumen dan pelengkapan lain selama operasi TUR P.2. Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan pasien puasa kurang lebih 9 jam, perdarahan selama operasi kurang lebih 200cc. Produksi urine 1300cc (selama operasi)3. Resiko terjadi cedera luka bakar berhubungan dengan penggunaan alat diatermi selama operasi TUR P.4. Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap intubasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

Nama Klien : Tn. RRuang : OK GBPT LT 4Reg. : ...

NoDiagnosaTujuan - Kriteria HasilIntervensiRasional

1.Resiko terjadi cedera (corpus alienum) berhubungan dengan penggunaan imstrumen dan perlengkapan lain selama operasi TURP.Klien tidak mengalami cedera (corpus alienum) selama tindakan operatif. Kriteria Hasil :Jumlah, jenis, bentuk alat sesuai dengan persiapan sebelum dilakukan operasi.1. Hitung dan amati perlengkapan alat-alat instrumen, kain kasa, depers sedang, depers kacang, jarum dan benang, kateter ureter, kateter nelaton dan perlengkapan lain, sebelum operasi dimulai2. Atur alat-alat secukupnya pada meja instrumen sesuai dengan urutan kerja pelaksanaan operasi TUR P.3. Simpan kain kasa atau alat yang yang sudah tidak digunakan lagi pada tempat yang telah tersedia.4. Kalau perlu minta bantuan perawat umloop (sirkulasi) untuk mencatat alat atau bahan yang dipakai dalam tubuh pasien saat operasi berlangsung5. Hitung kembali perlengkapan alat, amati bentuk sesudah operasi selesai. Mengetahui jumlah, bentuk dan kualitas alat yang digunakan untuk operasi. Meminimalkan cedera sekaligus memudahkan cara kerja. Memudahkan menghitung. Menghindarkan tertinggalnya alat./bahan. Koreksi ulang.

2.Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan pasien puasa kurang lebih 9 jam, perdarahan selama operasi 200ccRisiko kekurangan cairan tidak terjadi.

kriteria Hasil :- Turgor kulit baik- Membra mukosa lembab.- Tanda vital stabil (RR: 16-20X/menit, Nadi: 60-100 X /menit, tekanan darah 120/80 mmHg) 1. Kaji perubahan tanda vital melalui monitor.2. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir dan lidah)3. Pantau masukan dan haluaran, catat warna dan karakter urine.4. Berikan cairan RL 20 tetes/menit sesuai dengan program dr. anestesi..

Deteksi perubahan tanda vital Evaluasi/observasi kekurangan cairan Menjaga keseimbangan Menjaga keseimbangan cairan

3Resiko terjadi cedera luka bakar berhubungan dengan penggunaan alat diatermi pada betis.Klien tidak mengalami cedera luka bakar dengan Kriteria Hasil :Jaringan kulit yang tertempel plat diatermi tidak terbakar1. Pastikan bahwa alat diatermi dapat berfungsi dengan baik, (cek & recek)2. Tentukan daerah bagian tubuh yang akan dipasang diatermi3. Pastikan aliran darah jangan sampai terganggu.4. Hindari cairan membasahi lokasi diaterm5. Observasi alat diatermi 10-15 menit sekali.6. Lepaskan perhiasan dari loga dan bahan dari nilon. Menghindari cedera Pemasangan yang tepat, dapat berfungsi dengan baik Cairan sebagai salah asatu bahan penghantar listrik Penghantar arus listrik

4Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan peningkatan sekresi terhadap sekunder intubasi.Klien tidak mengalami aspirasi.Kriteria Hasil :Bunyi nafas terdengar bersih.Ronchi tidak terdengarTracheal tube bebas hambatan.1. Auskultasi suara napas

2. Observasi tanda vital

3. Lakukan penghisapan dengan cara :a. Perhatikan tehnik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap sterilb. Berikan oksigenasi dengan O2 100%, sebelum dilakukan penghisapan dan minimal penghisapan 4 - 5X.c. Masukan kateter kedalam slang endotracheal tube dalam keadaan tidak menghisap (ditekuk) lama penghisapan tidak lebih dari 10 detik.d. Atur tekanan penghisap tidak lebih dari 100-120 mmHg.e. Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih. Lepaskan endotracheal tube dengan mengempiskan balon terlebih dahuluf. Kalau perlu lakukan suction kembali. 10 - 15 menit sekali Data dasar dalam intervensi

Mencegah infeksi nosokomial. Memberi cadangan O2, untuk menghindari hipoksia. Aspirasi lama dapat menimbulkan hipoksia karena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan O2. Tekanan negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas, Menjamin kefektifan jalan nafas.

TINDAKAN DAN EVALUASI INTRA OPERATIFNama Klien : Tn. RobertusRuang : OKNO.Diagnosa keperawatan TGl/jamImplementasiTanggal /JamEvaluasi

1.Diagnosa 130-04-200208.2010.201. Menyiapkan alat dan perlengkapan operasi2. Menghitung dan mengamati, memeriksa perlengkapan alat-alat operasi.3. Mengatur alat pada meja operasi.4. Menyimpan kain kasa dan alat-yang tidak terpakai pada tempat yang tersedia5. Menghitung kembali perlengkapan alat, mengamati bentuk.30-04-200210.20S : Tidak dapat dikajiO : Alat lengkap baik jumlah, maupun bentuknya.A : Resiko cedera (corpus alienum) tidak terjadi.alat lengkap sesuai dengan persiapan waktu operasi.P : Rencana dihentikan.

2Diagnosa 208.4007.3009.0010.00

1. Memonitor tanda-tanda vital2. Mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.3. Memberi cairan RL. 4 kolf sesuai dengan instruksi dr. Anestesi (20tetes/menit4. Menghitung cairan keluar,urine (urobag) 1300 cc10.25

S : Tidak dapat dikajiO : TD 110/80 mmHg, nadi 104 x/menitRR 20 x/menit, mukosa membran bibir agak kering, mulut lembab, turgor kulit baik.RL 2000 cc, Urine 1300 cc.A : Resiko keseimbangan cairan tetap dipantau.P : Perencanaan diteruskan.

Diagnosa 307.4507.4008.1008 401. Mengecek alat diatermi 2. Memeriksa barang logam atau bahan nilon pada tubuh pasien3. Memasang plat diatermi pada bagian betis4. Memasang fiksasi, pada plat diatermi (tidak terlalu kuat)5. Menjaga lokasi diatermi tetap kering.6. Memeriksa alat diatermi setiap 10 - 15 menit10.20S : Tidak dapat dikajiO : Alat diatermi terpasang dan berfungsi baikPada area pemasangan plat tidak terjadi tanda-tanda luka bakar.A : Cedera luka bakar tidak terjadiP : Rencana dihentikan.

4.Diagnosa 410.2010.251. Melakukan penghisapan/suction pada endotracheal tube2. Melepaskan endorakheal tube (ekstubasi)3. Memberikan oksigen 6L/menit, sampai nafas spontan dan pasien dipindah ke ruang pemulihan anestesi.

10.30S : Tidak dapat dikajiO : Bunyi nafas bersih ronchi -/-, tracheal tube bebas hambatan.A : Resiko aspirasi tidak terjadiP : Perencanaan dilanjutkan/observasi sampai pasien ke ruang pemulihan anestesi.

2.4PASCA ANESTESI

Pengkajian Pemulihan Pasca AnestesiNama Klien : Tn. RRuang :Pemulihan Anestesi/Jam ..Jam/tanggal : 30 April2002/ Keadaan Umum ;Klien dalam keadaan lemah, kesadaran samnolen, GCS:3-4-6 sudah dilakukan ekstubasi di OK. menggunakan oksigen 6l/menit, tidur terlentang dengan kepala ekstensi, terpasang infus RL( sisa dari OK.), terpasang dower kateter.

Body System:a. Breathing :Pernafasan spontan, pergerakan dada simetris, tidak sianotik, RR:20X/menit(monitor ), teratur, suara nafas bersih, tidak terdengar ronchi ataupun wheezing.b. KardiovaskulerBentuk precordium simetris, bunyi jantungS1, dan S2 tunggal, reguler, tidak terdengar bising jantung TD: 110/80mmHg., nadi 88X/menit,akral hangatc. PersyarafanKesadaran samnolen,GCS: 3-4-6, klien belum merasakan nyeri pada daerah operasi.d. Eliminasi urineProduksdi urine 1350 CC e. MuskuloskeletalTangan kanan terpasang infus, klien belum mampu bergerak atif, turgor baikf. Sistem digestifBising usus positip, klien masih puasa, bibir agak kering.g. IntegumenTidak terdapat tanda perdarahan.ANALISA DATANoDataPenyebabMasalah

1.S : Tidak terkaji.O : Klien post operasi TUR P, dengan general anestesi ( Pentotal, N2O, Halothan dan Norcuron ) kesadaran samnolen, GCS: 3-4-6, TD 110/80 mmHg. Nadi 88 X/menit, RR 20 X/menit) nafas spontan.Efek Genaral anestesi

Resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi..

Diagnosa keperawatanResiko terhadap perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi berhubungan dengan efek general anestesiRENCANA ASUHAN KEPERAWATANNama Klien

: Tn. RRuang

: RRDiagnosaTujuan-KriteriaIntervensiRasional

Resiko terjadi perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi berhubungan dengan efek narkose (GA)Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko perubahan fungsi kardiopulmonal tidak terjadi.Kriteria :a. Klien sadar, GCS 4-5-6b. Tanda-tanda vital stabil (Tekanan darah; 110-120/80-90 mmHg., Nadi 60-100X/menit. RR16-20X/menit, c. Nafas spontand. Akral hangate. Klien tidak sianotik1. Atur posisi dan berikan posisi ekstensi pada kepala, sampai pasien sadar.2. Monitor vital sign (Tekanan darah, nadi RR, dan suhu) 3. Monitor tingkat kesadaran.4. Berikan O2 masker 6l/menit.(sesuai dengan program terapi dr.anestesi)5. Kaji patency jalan nafas dengan meletakan tangan diatas mulut atau hidung6. Kaji keadekuatan ekspansi paru., pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafsan7. Kaji sirkulasi darah, nadi, dan suara jantung.8. Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna dan temperatur)Mencegah aspirasi pada waktu muntahDeteksi dini perubahan patologis.Berkurangnya efek narkose.Membantu oksigenasiPerubahan pernafasan sebagai tanda depresi narkoticRetraksi sternal efek anestesi yang berlebihan.Penurunan tekanan darah, nadi dan kelainan suara jantung sebagai tanda depresi miokard.Perubahan sirkulasi perifer sebagai tanda gangguan sirkulasi.

TINDAKAN DAN EVALUASI PASCA PEMULIHAN ANESTESINama Klien : Tn. RRuang : OKReg. : ...Diagnosa Kep.Jam/ImplementasiTanggal/jamEvaluasi

Resiko terjadi perubahan pada fungsi pernafasan dan sirkulasi berhubungan dengan efek narkose umum.10.40 : Mengkaji patency jalan nafas dan memberikan oksigen 6 l/menit s/d program terapi.

10.45 : Mempertahankan posisi ekstensi pada kepala.10.50 : memonitor vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, dan RR.)11.00 : Inspeksi & auskultasi pada rongga dada11.20 : Memantau sirkulasi perifer11.45 : Monitor tingkat kesadaran(klien sadar)30-04-200211.45S : Klien mengeluh agak pusing.O : Klien sadar GCS4-5-6, Tekanan darah 110/80mmHg.Nadi 88 X/menit, RR 16X/menit, suhu 36.8 C, akral hangat, klien tidak sianotik, nafas spontan.A : Resiko perubahan pada pernafasan dan sirkulasi tidak terjadiP : Rencana diteruskan no.5,6 7 dan 8 sampai pasien benar-benar sadar .

BAB IVPENUTUP

4.I KESIMPULAN

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Penyebab kanker prostat adalah faktor usia , riwayat keluarga. Toksin, adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat., meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati. Tanda dan gejala seperti sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari, kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni, aliran air seni lemah atau terganggu, adanya darah pada air seni atau air mani, gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi, sering nyeri atau kaku pada punggung bawah, pinggul, atau paha atas, merasa kandung kencing tidak kosong sempurna, kadang-kadang,aliran air seni berhenti sendiri dll. Penatalaksanaan pada kanker prostat yang biasa dilakukan yaitu melelui operasi, radioterapi, terapi hormon, kemoterapi.

4.2 SARAN

Penulis menyarankan bagi pembaca untuk melakukan pencegahan terhadap kanker prostat dengan melakukan gaya hidup sehat khususnya pada laki-laki seperti banyak minum air dan mengkonsumsi makanan yang sehat.DAFTAR RUJUKAN

Guyton, A & Hall, J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.

Iswanto, R.H. 2011. Makalah Kanker Prostat, (Online), (http://hasanuddin-nudi.blogspot.com/), diakses pada 21 Mei 2015.

Maajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Kanker Prostat-Gambaran, Gejala, Pengobatan, (Online), (www.itokindo.org), diakses pada 21 Mei 2015.

Notrou, P. 2007. Tingkat Kalsium Tinggi dapat Naikkan Risiko Kanker Prostat. Antara News.

Siregar, SV. 2012. Kanker Prostat, (Online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31128/4/Chapter%20II.pdf), diakses pada 2 Mei 2015.45