Makalah Bu Solichah
-
Upload
okky-maretha-octadevi -
Category
Documents
-
view
358 -
download
56
description
Transcript of Makalah Bu Solichah
1
MAKALAH TEKNOLOGI SOLID
Penanganan Keluhan dan Penarikan Produk, Serta
Dokumentasi
Disusun oleh :
ANITA HASYIM M3510
DINNAVI’A M3511018
HERNAWAN S. M3511029
INDAH KARUNIA D. M3511031
OKKY MARETA O. M 3511042
PEBRI ANDRIANTO M3511043
PRATIWI HENING P. M3511044
PUJANINGSIH P. M3511046
RAHMAWATI F. M3511047
SANTI NUR ERMAWATI M3511054
D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting
dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang
pembuatan obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan
vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia melahirkan
sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang
berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya
agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang
dipersyaratkan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin
tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan
setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia
yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan
pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk ke dalam produk selama
keseluruhan proses pembuatan.
Keluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai
kualitas, kuantitas, khasiat dan keamanan. Produk Kembalian adalah produk yang
dikembalikan dari semua mata rantai distribusi ke pabrik. Penarikan kembali (Re
Call) adalah kegiatan menarik kembali produk dari semua mata rantai distribusi
apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan penandaan atau adanya efek merugikan kesehatan.
Ruang lingkup CPOB edisi 2012 meliputi Manajemen Mutu, Personalia,
Bangunan dan Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan
Mutu, Inspeksi Diri dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk,
Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan
Analisis Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi.
3
Penanganan Keluhan terhadap Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kerusakan obat dapat bersumber dari dalam
maupun dari luar industri, dan memerlukan penanganan dan pengkajian
secara teliti.
Keluhan/informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain
dapat dari bagian produksi, bagianpengawasan mutu, bagian gudang dan
bagian pemasaran, sementara dari luar industri antara lain dapat berasal
dari pasien, dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, Distributor,
dll.
Penarikan Produk
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu
atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai
distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan produk yang
tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya
efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah keluar dari industri
dan beredar yang kemudian dikembalikan ke industri karena adanya
keluhan, mengenai kerusakan, kadaluarsa, atau alasan lain misalnya
mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan
keraguan akan keamanan, identitas, mutu serta kesalahan administratif
yang menyangkut jumlah dan jenis.
Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem
informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian
yang sangat penting dari pemastian mutu. Sistem dokumentasi yang
dirancang/digunakan hendaklah mengutamakan tujuannya, yaitu
menentukan, memantau dan mencatat seluruh aspek produksi serta
pengendalian danpengawasan mutu.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa tiap
personil menerimauraian tugas secara jelas dan rinci sehingga
4
memperkecil resiko terjadinyakekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Dokumentasi meliputi spesifikasi, dokumen produksi, prosedur,
laporan dan catatan.
Pada makalah ini, kami akan membahas mengenai penangan keluhan
terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian dan
dokumentasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
Bagaimanakah penanganan keluhan terhadap produk?
Bagaimanakah cara penarikan kembali produk?
Apakah yang dimaksud dengan dokumentasi dan dokumen apa saja yang
diperlukan?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Memahami cara penanganan keluhan terhadap produk
Mengetahui cara penarikan kembali produk
Mengetahui dan memahami tentang dokumentasi dan dokumen- dokumen
yang diperlukan.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui
metode studi pustaka. Yaitu, penulis mendapatkan data dari buku- buku sumber
yang ada hubungannya dengan penanganan keluhan dan penarikan kembali
produk serta dokumentasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah disusun dengan urutan sebagai berikut:
5
BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan, menjelaskan tentang isi dari makalah atau jawaban dari
rumusan masalah.
BAB III Penutup, berisi simpulan dan saran.
Daftar Pustaka, berisi referensi yang digunakan dalam pembuatan makalah ini.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penanganan Keluhan terhadap Produk
1. Prinsip
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis
(Anonim, 2012).
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga
cacat dari peredaran secara cepat dan efektif (Anonim, 2012).
2. Keluhan
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf
yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah
memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau
penarikan kembali produk.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan,
evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk
penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat
yang diduga cacat.
Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi
dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat
dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah
keluhan disebabkan oleh pemalsuan.
Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat
yang mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki
secara menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu
hendaklah dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.
7
Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka
hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk
memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang
mengandung hasil pengolahan ulang dari bets yang cacat hendaklah
diselidiki.
Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan
keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut.
Tindak lanjut ini mencakup:
- tindakan perbaikan bila diperlukan;
- penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang
bersang-kutan; dan
- tindakan lain yang tepat.
Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi
hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan
perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.
Badan POM hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi
mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan
kesalahan pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain
yang serius mengenai mutu produk (Anonim, 2012).
a. Jenis Keluhan dan Laporan :
Mutu
Menyangkut keadaan fisik, kimia dan biologi dari produk atau
kemasannya.
Efek Samping yang merugikan
Seperti alergi, reaksi toksik, reaksi fatal dan lain sebagainya
Medis
Seperti kurang memberikan manfaat atau kurang memberikan
respon klinis (khusus fitofarmaka) (Anoim, 2010).
b. Penanganan Keluhan dan Laporan
Keluhan dan laporan harus terdokumentasi
8
Keluhan dan laporan ditangani bagian yang bersangkut paut sesuai
dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima (Anonim, 2010).
c. Dilakukan penelitian dan evaluasi antara lain :
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau
laporan tersebut.
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang
diterima bila perlu memeriksa juga contoh pertinggal bets yang
bersangkutan.
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan,
termasuk catatan bets , catatan distribusi, catatan hasil pengujian,
dsb (Aonim, 2010).
d. Tindak Lanjut Penanganan Keluhan yaitu dengan:
Tindakan perbaikan yang perlu dilakukan.
Penarikan kembali bets produk jadi atau seluruh produk jadi yang
bersangkutan.
Tindak lanjut lainnya yang sesuai : mis : pemusnahan produk atau
penghentian produktersebut
Pencatatan dan pelaporan ke atasan (Anonim, 2010).
2.2 Penarikan Kembali Produk
Penarikan kembali (Re Call) adalah kegiatan menarik kembali produk dari
semua mata rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan penandaan atau adanya efek
merugikan kesehatan.
Tindakan penarikan kembali produk dilakukan, setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan,
dengan segera, dan agar pesan tiba dengan cepat, menggunakan sistem
komunikasi yang efektif seperti tilpon, surat elektronis (e-mail) , fax, radio dan
TV.
Setelah diketahui ada cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan yang berisiko tinggi, pendistribusian produk hendaklah
9
diembargo dan dilanjutkan dengan tindakan penarikan kembali sampai tingkat
konsumen.
Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi
hendaklah mencakup paling sedikit:
Prosedur penarikan kembali produk yang antara lain mencakup cara, alat,
dan tenggal (batas waktu) untuk melakukan embargo dan penarikan
produk lihat prosedur ini hendaklah divalidasi misal dengan cara mock
recall.
Format standar surat lengkap dengan amplop yang sudah dipersiapkan
untuk menarik kembali produk.
Catatan distribusi yang lengkap dan akurat.
Prosedur penarikan kembali produk yaitu sebagai berikut:
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang
oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali
sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen
terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah
memahami segala operasi penarikan kembali.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan
dimutakhirkan jika perlu, untuk meng-atur segala tindakan penarikan
kembali.
Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan
tiap saat.
Pelaksanaan penarikan kembali:
a. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera
setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan
mengenai reaksi yang merugikan;
b. Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah
dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan
10
kembali dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau
sampai tingkat konsumen;
c. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi,
hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali
dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas; dan
d. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah
dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat
dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan
kembali produk hendaklah didokumentasikan dengan baik.
Otoritas pengawas obat negara ke mana produk didistribusikan hendaklah
diinformasikan segera apabila akan dilakukan penarikan kembali karena
cacat atau dugaan cacat.
Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil (-
personil) yang bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan
distribusi hendaklah berisi informasi yang lengkap mengenai distributor
dan pelanggan yang dipasok secara langsung (dengan alamat, nomor
telepon, dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja,
nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri
untuk produk yang diekspor dan sampel medis.
Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan
terpisah di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap
produk tersebut.
Perkembangan proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat
laporan akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang
dikirim dan yang ditemukan kembali.
Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari
waktu ke waktu (Anonim, 2012).
a. Penarikan Kembali
Dasar Penarikan :
11
Mutu yang tidak memenuhi syarat dan adanya efek samping yang
diperhitungkan
Penarikan Produk :
Satu bets atau Seluruh produk jadi tertentu.
Tindak Lanjut :
Penghentian pembuatan satu jenis produk jadi yang Bersangkutan
(Anonim, 2010).
b. Keputusan Penarikan
1. Penarikan karena :
Pra Karsa Produsen sendiri atau Instruksi Instansi Pemerintah yang
berwenang.
2. Tanggung Jawab :
Apoteker Penanggung Jawab dan pimpinan perusahaan .
3. Produk yang ditarik :
Satu bets atau beberapa bets atau seluruh produk jadi.
4. Keputusan Tindak Lanjut :
Penghentian Pembuatan (Anoim, 2010).
c. Produk Kembalian
- Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari
pengawasan industri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk
tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke
bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya masih memuaskan
setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis.
Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi
penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk
serta lama produk dalam peredaran. Bilamana ada keraguan
terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk
didistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang
secara kimia untuk memperoleh kembali bahan aktif
12
dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaklah dicatat
dengan baik.
- Industri hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan
keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau
harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis.
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan
karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan;
b. produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c. produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan
tidak dapat diproses ulang.
- Prosedur hendaklah mencakup:
1. identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
2. penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
3. penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh
bagian Pengawasan Mutu;
4. evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan
apakah produk dapat diproses ulang atau tidak; dan
5. pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil
pengolahan ulang.
- Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah
dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan
produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur ini hendaklah
mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan
dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang(Anonim, 2012).
d. Dokumentasi Produk Kembalian
Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah
didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan,
13
dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang
diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan
personil yang menyaksikan pemusnahan (BPOM, 2012)
e. Cotoh Penarikan Kembali
Pelaksanaan Penarikan :
- Waktu : Segera
- Tindakan Khusus : Penghentian Peredaran (embargo)
- Tingkat Penarikan : Sampai konsumen (bila reaksi besar
terhadap kesehatan)
Sistem Dokumentasi :
- Ada sistem dokumentasi
- Dibuat protap penarikan kembali
- Catatan dan Laporan pelaksanaan
Produk Kembalian :
Jenis
Karena keluhan, kerusakan, daluarsa, masalah, keabsahan atau
sebab lain kondisi produk jadi, wadah atau masalah kemasan
sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas,
mutu dan kuantitas produk jadi yang bersangkutan.
Penggolongan :
1. Memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan
2. Dapat diolah ulang
3. Tidak dapat diolah ulang.
Produk Penanganan :
Dibuat protap penanganan Produk dengan memperhatikan :
1. Jumlah dan identifikasi produk kembalian hendaklah di
catat.
2. Produk kembalian yang diterima hendaklah dikarantina.
3. Dilakukan penelitian, pemeriksaan dan pengujian oleh
bagian pengawan mutu untuk menentukan tindak lanjut.
14
4. Keputusan pengolahan kembali dilakukan oleh pimpinan
perusahaan atas dasar pertimbangan yang seksama.
5. Produk hasil olahan ulang hendaklah dilakukan
pemeriksaan dan pengujian mutu yang seksama.
6. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang
dimusnahkan. Setiap pemusnahan produk kembalian di
buat berita acara yang ditanda tangani oleh pelaksana dan
saksi
Produk Kembalian :
- Pelaksanaan penanganan produk kembalian dan tindak lanjut
yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan.
- Setiap pemusnahan produk kembalian dibuat Berita Acara
yang ditandatangani oleh pelaksana dan saksi (Anoim, 2010)
f. Contoh Dokumen
Laporan keluhan
15
Protab Penarikan Kembali Produk Jadi
(Anonim, 2010).
2.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Dokumen merupakan Spesifikasi yang menguraikan secara rinci
persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau
diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi
mutu.
Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi
16
Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang
digunakan serta menguraikan semua operasi pengo-lahan dan pengemasan.
Dokumen merupakan Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi
tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan.
Dokumen berupa Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk
distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu
produk akhir.
Secara umum, dokumen memiliki ketentuan sebagai berikut:
Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan
cermat. Bagian dokumen pembuatan dan hendaklah sesuai dengan
dokumen persetujuan izin edar yang relevan.
Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personil yang sesuai dan diberi wewenang.
Isi dokumen hendaklah tidak bermakna ganda; judul, sifat dan tujuannya
hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen hendaklah
dibuat rapi dan mudah dicek. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas
dan terbaca. Reproduksi dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh
menimbulkan kekeliruan yang disebabkan proses reproduksi.
Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu
mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem
untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku
secara tidak sengaja.
Dokumen hendaklah tidak ditulistangan; namun, bila dokumen
memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan
dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan
ruang yang cukup untuk mencatat data.
Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen
hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah
memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu, alasan
perubahan hendaklah dicatat. Pencatatan hendaklah dibuat atau dilengkapi
17
pada tiap langkah yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua
aktivitas yang signifikan mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri.
Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun
setelah tanggal daluwarsa produk jadi.
Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem pengolahan data
elektronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan, namun
prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia,
dan akurasi catatan hendaklah dicek. Apabila dokumentasi dikelola dengan
menggunakan metode pengolahan data elektronis, hanya personil yang
diberi wewenang boleh mengentri atau memodifikasi data dalam komputer
dan hendaklah perubahan dan penghapusannya dicatat; akses hendaklah
dibatasi dengan menggunakan kata sandi (password) atau dengan cara lain,
dan hasil entri dari data kritis hendaklah dicek secara independen. Catatan
bets yang disimpan secara elektronis hendaklah dilindungi dengan transfer
pendukung (back-up transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm,
kertas atau cara lain. Adalah sangat penting bahwa data selalu tersedia
selama kurun waktu penyimpanan.
Dokumen- dokumen yang diperlukan adalah:
1. Spesifikasi
Hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk
jadi yang disahkan dengan benar dan diberi tanggal; di mana perlu, hendaklah
juga tersedia spesifikasi bagi produk antara dan produk ruahan.
Spesifikasi Bahan Awal
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
a. Deskripsi bahan, termasuk:
- nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
- rujukan monografi farmakope, bila ada;
- pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
- standar mikrobiologis, bila ada;
b. petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
c. persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
18
d. kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e. batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
Spesifikasi Bahan Pengemas
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
a) deskripsi bahan, termasuk
- nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
- rujukan monografi farmakope, bila ada;
- pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
- standar mikrobiologis, bila ada;
- spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna;
b) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
c) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
d) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e) batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
Spesifikasi Produk Antara dan Produk Ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan hendaklah tersedia, apabila
produk tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila data dari produk antara
digunakan untuk mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi hendaklah mirip dengan
spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai keperluan.
Spesifikasi Produk Jadi
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup:
a) nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk);
b) formula/komposisi atau rujukan;
c) deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan, termasuk ukuran
kemasan;
d) petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
e) persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
f) kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila
diperlukan; dan
g) masa edar/simpan.
19
2. Dokumen Produksi
Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:
a) Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk
dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;
b) Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur
pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan
ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum
mendapat pengesahan untuk digunakan; dan
c) Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.
Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam
Prosedur Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara rinci.
3. Dokumen Produksi Induk
Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah
mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun
dan bagiannya, nama pemeriksa serta daftar distribusi dokumen dan berisi hal
sebagai berikut:
a) informasi bersifat umum yang menguraikan jenis bahan pengemas primer yang
harus digunakan atau aternatifnya, pernyataan mengenai stabilitas produk,
tindakan pengamanan selama penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang
harus dilakukan selama pengolahan dan pengemasan produk;
b) komposisi atau formula produk untuk tiap satuan dosis dan untuk satu sampel
ukuran bets;
c) daftar lengkap bahan awal, baik yang tidak akan berubah maupun yang akan
mengalami perubahan selama proses;
d) spesifikasi bahan awal;
e) daftar lengkap bahan pengemas;
f) spesifikasi bahan pengemas primer;
20
g) prosedur pengolahan dan pengemasan;
h) daftar peralatan yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pengemasan;
i) pengawasan selama-proses pengolahan dan pengemasan; dan
j) masa edar/simpan.
Dokumen produksi nduk terdiri dari:
Prosedur Pengolahan Induk
Prosedur Pengolahan Induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets yang akan dibuat. Prosedur
Pengolahan Induk hendaklah mencakup:
a) nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;
b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;
c) daftar dari semua bahan awal yang harus digunakan, dengan menyebutkan
masing-masing jumlahnya, dinyatakan dengan menggunakan nama dan referen
(kode produk) yang khusus bagi bahan itu; hendaklah dicantumkan apabila ada
bahan yang hilang selama proses;
d) pernyataan mengenai hasil akhir yang diharapkan dengan batas penerimaan,
dan bila perlu, tiap hasil antara yang relevan;
e) pernyataan mengenai lokasi pengolahan dan peralatan utama yang harus
digunakan;
f) metode atau rujukan metode yang harus digunakan untuk mempersiapkan
peralatan kritis (misalnya pembersihan, perakitan, kalibrasi, sterilisasi);
g) instruksi rinci tahap proses (misalnya pemeriksaan bahan, perlakuan awal,
urutan penambahan bahan, waktu pencampuran, suhu);
h) instruksi untuk semua pengawasan selama-proses dengan batas penerimaannya;
i) bila perlu, syarat penyimpanan produk ruahan; termasuk wadah, pelabelan dan
kondisi penyimpanan khusus, di mana perlu; dan
j) semua tindakan khusus yang harus diperhatikan.
21
Prosedur Pengemasan Induk
Prosedur Pengemasan Induk yang disahkan secara formal hendaklah
tersedia untuk tiap produk dan ukuran bets serta ukuran dan jenis kemasan.
Dokumen ini umumnya mencakup, atau merujuk, pada hal berikut:
a) nama produk;
b) deskripsi bentuk sediaan dan kekuatannya, di mana perlu;
c) ukuran kemasan yang dinyatakan dalam angka, berat atau volume produk
dalam wadah akhir;
d) daftar lengkap semua bahan pengemas yang diperlukan untuk satu bets standar,
termasuk jumlah, ukuran dan jenis bersama kode atau nomor referen yang
berkaitan dengan spesifikasi tiap bahan pengemas;
e) di mana sesuai, contoh atau reproduksi dari bahan pengemas cetak yang relevan
dan spesimen yang menunjukkan tempat untuk mencetak nomor bets dan tanggal
daluwarsa bets;
f) tindakan khusus yang harus diperhatikan, termasuk pemeriksaan secara cermat
area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur (line clearance) sebelum
kegiatan dimulai;
g) uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan yang
signifikan serta peralatan yang harus digunakan; dan
h) pengawasan selama-proses yang rinci termasuk pengambilan sampel dan batas
penerimaan
4. Catatan Pengolahan Bets
Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengolahan Induk yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah
mencantumkan nomor bets yang sedang dibuat.
Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang
dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen
22
sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang
direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya.
Selama pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat
tiap tindakan dilakukan dan - setelah lengkap - hendaklah catatan diberi tanggal
dan ditandatangani dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab
untuk kegiatan pengolahan:
a) nama produk;
b) tanggal dan waktu dari permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari
penyelesaian pengolahan;
c) nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses;
d) paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan, di mana
perlu, paraf personil yang memeriksa tiap kegiatan ini (misalnya penimbangan);
e) nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan awal
yang ditimbang atau diukur (termasuk nomor bets dan jumlah bahan hasil
pemulihan atau hasil pengolahan ulang yang ditambahkan);
f) semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan utama
yang digunakan;
g) catatan pengawasan selama-proses dan paraf personil yang melaksanakan serta
hasil yang diperoleh;
h) jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan penting;
dan
i) catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya dengan tanda
tangan pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap Prosedur Pengolahan
Induk.
5. Catatan Pengemasan Bets
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang
dikemas. Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari Prosedur
Pengemasan Induk yang berlaku dan metode pembuatan catatan ini hendaklah
didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah
23
mencantumkan nomor bets dan jumlah produk jadi yang direncanakan akan
diperoleh.
Sebelum suatu kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan
pemeriksaan yang dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari
produk dan dokumen sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk
pengemasan yang direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk
penggunaannya.
Selama pengemasan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat
tiap tindakan dilakukan dan setelah lengkap hendaklah catatan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kesimpulan dari penjabaran di atas adalah:
Prinsip dari penanganan keluhan terhadap produk adalah semua keluhan
dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan
obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Tindakan penarikan kembali produk dilakukan, setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan, dengan segera, dan agar pesan tiba dengan cepat,
menggunakan sistem komunikasi yang efektif seperti tilpon, surat
elektronis (e-mail) , fax, radio dan TV.
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumen- dokumen yang diperlukan adalah dokumen spesifikasi,
dokumen produksi, dokumen produksi induk, dokumen catatan
pengolahan dan pengemasan bets.
3.2 Saran
Semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat
menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat
yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri
untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penanganan Terhadap Hasil Pengamatan, Keluhan dan
Penarikan Kembali Produk yang Beredar. Jakarta : BPOM RI
Anonim. 2012. Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta:
BPOM RI
Anonim. 2010. Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik. Jakarta: BPOM RI