Makalah Bu Jawiah

37
TUGAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DOKUMENTASI PADA KLIEN TERMINAL DENGAN KASUS LEUKEMIA OLEH : 1. Eka Rahayu Putri 2. Julian Falenza 3. Rheza Hakviasyah 4. Shinta Pratiwi Tingkat : II.A KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN 2011

Transcript of Makalah Bu Jawiah

TUGAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN

DOKUMENTASI PADA KLIEN TERMINAL DENGAN KASUS LEUKEMIA

OLEH :

1. Eka Rahayu Putri

2. Julian Falenza

3. Rheza Hakviasyah

4. Shinta Pratiwi

Tingkat : II.A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya yang telah

diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang

pendokumentasian keperawatan terhadap pasien terminal, khususnya penderita penyakit kanker

darah atau biasa disebut dengan leukemia.

Dalam penulisan makalah ini kami mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan sebelumnya. Kami selaku penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karnena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada

pembaca, agar makalah ini dapat lebih baik kedepannya.

Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca,

semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Palembang, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I: PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

b. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II: ISI

a. Prinsip Dokumentasi Pada Leukemia ................................................................................ 3

b. Peran Perawat Dalam Menghadapi Pasien Terminal ....................................................... 15

BAB III: PENUTUP

a. Kesimpulan ........................................................................................................17

b. Saran ........................................................................................................17

Daftar Pustaka ........................................................................................................18

Lampiran ........................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih

dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis:

neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal

atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid,

umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang

digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat

ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau

proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah

putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda,

misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari

sel lainnya.

Pembentukan sel-sel darah terjadi di sumsum tulang. Sumsum tulang adalah material

yang lunak di pusat dari kebanyakan tulang-tulang. Terdapat dua jenis sel sum-sum tulang yaitu

sel lymphoid dan sel myeloid. Sel lymphoid berfungsi untuk menghasilkan salah satu jenis sel

darah putih yaitu limfosit. Biasanya sel darah putih ini yang menghalau penyakit dalam tubuh.

Sedangkan sel myeloid berfungsi untuk menghasilkan sel darah merah, platelet dan jenis sel

darah lainnya yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan monosit. Leukemia digolongkan berdasarkan

seberapa cepat penyakitnya berkembang dan membuat kondisi tubuh memburuk. Apabila

leukemianya berkembang cepat maka disebut akut atau sakit parah, sedangkan apabila

leukemianya pertumbuhannya lambat maka disebut pula kronik

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang

tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang

tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh

memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan

tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali. Pada kasus

Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan.

Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang

dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang

abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan

kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena

penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

2. Tujuan

Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan para pembaca memahami bagaimana

memberikan asuhan keperawatan pada pasien terminal terutama pada kasus leukemia dan juga

pembaca bisa membimbing klien penderita leukemia yang sudah tidak ada harapan hidup

sehingga membuat klien bisa menerima keadaan dan penyakit yang dideritanya.

BAB II

ISI

1. Prinsip Dokumentasi Pada Leukimia

Sebelum membahas tentang prinsip dokumentasi pada pasien leukimia, akan dibahass

terlebih dahulu tentang prinsip-prinsip dokumentasi Keperawatan ( Carpenito 1991) yang terdiri

dari : aspek-aspek keakuratan data, brevity (ringkas) dan legibility (mudah dibaca). Hal yang

pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah :

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian

juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.

b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi / data

yang penting tentang keadaannya.

c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat.

d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini

perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai

dari pengkajian sampai evaluasi.

e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya

perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan

perawat.

f. Harus dihindari dokumentasi yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan

setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.

g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat,

harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat.

h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan

pinsil agar tidak mudah dihapus.

i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti

dengan yang benar kemudian ditanda tangani.

j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas

penulis.

k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis

data terakhir.

l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

Dalam pendokumentasian keperawatan pada pasien leukemia, sama seperti membuat

asuhan keperawatan pada kasus yang lain, yaitu ada pengkajia, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Salah satu contoh dokumentasi kasus leukemia adalah sebagai

berikut.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKIMIA

1. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang

akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.

(Budi Anna Keliat, 1994)

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

1) Pucat

2) Kelemahan

3) Sesak

4) Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia

1) Demam

2) Infeksi

d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :

1) Ptechiae

2) Purpura

3) Perdarahan membran mukosa

e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :

1) Limfadenopati

2) Hepatomegali

3) Splenomegali

f. Kaji adanya pembesaran testis

g. Kaji adanya :

1) Hematuria

2) Hipertensi

3) Gagal ginjal

4) Inflamasi disekitar rectal

5) Nyeri

(Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 17)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas

terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan dimana perawat bertanggung jawab (Wong,D.L, 2004 :331).

Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah

trombosit

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping

agen kemoterapi

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,

malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,

imobilitas.

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada

penampilan.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita

leukemia.

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk

mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi

untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan

oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan

sebagai berikut (Wong,D.L,2004):

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi :

1) Pantau suhu dengan teliti

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi

3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik

mencuci tangan dengan baik

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

4) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat

penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

5) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme

6) Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

7) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh

8) Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala

aktifitas sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau

penyambungan jaringan

c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi

d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah

trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi :

a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah

ekimosis.

Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia

b) Cegah ulserasi oral dan rectal

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah

c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional : untuk mencegah perdarahan

d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,

dan pucat)

Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan

f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung

Rasional : untuk mencegah perdarahan.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan :

Tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Pasien tidak mengalami mual dan muntah.

Intervensi :

a) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi.

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah.

b) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi.

Rasional : untuk mencegah episode berulang.

c) Kaji respon anak terhadap anti emetic.

Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil

d) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah

e) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

f) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping

agen kemoterapi

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

Intervensi :

a) Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera

b) Hindari mengukur suhu oral

Rasional : untuk mencegah trauma

c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut

kasa.

Rasional : untuk menghindari trauma

d) Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan

bikarbonat

Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan

e) Gunakan pelembab bibir

Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

f) Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang

mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang

g) Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak

h) Inspeksi mulut setiap hari

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

i) Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

j) Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,

memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan

mukosa

k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis

l) Berikan analgetik

Rasional : untuk mengendalikan nyeri

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,

malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi :

a) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual

dan muntah serta kemoterapi

b) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk

memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat

Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

c) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau

suplemen yang dijual bebas

Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

d) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan

e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

f) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk

menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting

dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.

g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya

bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal.

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia

Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat

yang dapat diterima anak

Intervensi :

a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau

keefektifan intervensi

b) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat

akses vena

Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

d) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional : sebagai analgetik tambahan

e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,

imobilitas

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

a) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal

Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi

b) Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit

c) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

d) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi

dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi

e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit

f) Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif

g) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi

Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada

penampilan

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Intervensi :

a) Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna

rambut anak sebelum rambut mulai rontok

Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap

kerontokan rambut

b) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin

atau dingin

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna

atau teksturnya agak berbeda

Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan

rambut baru

a) Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya

wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik

Rasional : untuk meningkatkan penampilan

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita

leukaemia

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik

atau terapi

Intervensi :

a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak

Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu

b) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff

Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan

c) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak

menjalani kehidupan yang normal

Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal

d) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak

sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup

Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut

secara realistis

e) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil

tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan

Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur

f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak

Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak

Intervensi :

a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga

Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau

reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga

lebih efektif menghadapi kondisinya

b) Berikan kontak yang konsisten pada keluarga

c) Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi

Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal

Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan

d) Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain

Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan

yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi

keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap

perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari

rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil

yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya

laporan peningkatan toleransi aktifitas.

c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f. Masukan nutrisi adekuat

g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti

ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuh

i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak

membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan

menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga

menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga

mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama

anak.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak

mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap

terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

2. Peran Perawat Dalam Menghadapi Klien Terminal

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan

masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan

yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam

menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?

Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah

membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan

dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena

pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs,

Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi

ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur

dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan

terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang

konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan

pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang

terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi)

agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun

peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting

terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati

sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan

menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis

kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan

perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah

akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut

selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat

meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat

mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.

Di dalam asuhan keperawatan pada kasus leukimia ada komponen yang harus

diperhatikan perawat selain memperhatikan tentang penyakitnya, yaitu dari sisi psikologis dan

spiritual klien. Perawat seringkali melupakan aspek yang satu ini, padahal tugas seorang perawat

adalah memenuhi kebutuhan klien secara menyeluruh yaitu bio-psiko-sosial-spiritual. Dari sisi

psikologis, klien yang menderita leukemia akan menderita stres karena memikirkan tentang

penyakitnya yang tidak akan sembuh, terlebih jika klien menderita leukemia kronis yang harapan

hidupnya sedikit. Pada posisi seperti ini, perawat harus memperhatikan sisi psikologis klien yang

membutuhkan support untuk memotivasi klien agar dapat menjalani hidupnya seperti sedia kala.

Dan juga tidak hanya sisi psikologis yang diperhatikan, tapi juga sisi spiritual klien. Dari sisi

spiritual, peran perawat yaitu membimbing rohani klien. Pada kasus leukemia kronis, klien yang

sudah tidak punya harapan hidup biasanya sudah pasrah dengan hidupnya, pada posisi ini,

perawat tetap berada di sisi klien supaya klien merasa nyaman dan perawat harus memenuhi

kebutuhan rohani klien. Pada saat-saat terakhir hidupnya, perawat harus membimbing klien agar

klien dapat kembali menghadap Tuhan dengan sebaik-baiknya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, perawat harus memenuhi segala

kebutuhan kliennya secara komprehensif yaitu bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam memberikan

asuhan keperawatannya, tidak hanya berfokus kepada penyakitnya tetapi juga seorang perawat

harus memperhatikan aspek spiritual pasien terutama pada pasien-pasien terminal. Pada pasien

terminal, dalam hal ini kasus leukemia memiliki harapan hidup yang sedikit, di akhir hidupnya

perawat harus membimbing klien agar bisa menghadap Tuhan dengan sebaik-baiknya.

B. Saran

Pada masa yang akan datang, diharapkan perawat di Indonesia mampu untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi, sesuai dengan peran perawat yang memberikan

pelayanan secara komprehensif yaitu menyeluruh dari segi bio-psiko-sosial-spiritual. Selama ini

perawat hanya memperhatikan penyakit yang diderita oleh klien tanpa memperhatikan sisi

lainnya. Pada pasien terminal yang memiliki harapan hidup yang sedikit, peran perawat

dibutuhkan untuk memberikan motivasi agar klien bisa menerima keadaannya serta pada saat

sakaratul maut, perawat membimbing klien sesuai dengan agama dan kepercayaan klien

sehingga klien bisa menghadap Tuhan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhtyo. 2009. Analisa Dokumentasi Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Kebutuhan dan

Keselamatan Klien. http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/analisa-dokumentasi-keperawatan-

pada.html. Diakses tanggal 29 November 2011.

Anonim. 2008. Penyakit Leukemia (Kanker Darah).

http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-leukemia-kanker-darah.html. diakses tanggal 30

November 2011.

Wikipedia. 2011. Leukemia. http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia. Diakses tanggal 30

November 2011.

Yudhasmara. 2010. Waspadai dan Kenali Leukemia Pada Anak.

http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/11/10/waspadai-dan-kenali-leukemia-pada-

anak/. Diakses tanggal 1 November 2011.

Lampiran : Artikel tentang leukemia

Janin Berisiko Mewarisi Sel Kanker Ibu

Rabu, 14 Oktober 2009 | 09:18 WIB

KOMPAS.com - Para peneliti membuktikan adanya kemungkinan janin mewarisi sel kanker yang dimiliki oleh ibunya meski jumlah kasusnya sangat jarang. Padahal, menurut teori, sistem kekebalan tubuh seharusnya bisa mencegah sel kanker yang masuk ke jaringan peredaran darah janin melalui plasenta.

Situs BBC News, yang mengutip hasil studi tim peneliti Inggris dari National Academy of Sciences, Selasa (13/10), menyebutkan ada 17 kasus ibu dan anak yang menderita kanker yang sama (biasanya leukemia atau melanoma). Penelitian ini fokus pada seorang ibu dan anak yang menderita leukemia.

Para peneliti menggunakan teknik pemeriksaan sidik jari genetis untuk membuktikan sel-sel leukemia janin yang berasal dari ibunya. Hasilnya, sel leukemia keduanya sama-sama memiliki 8gen kanker yang telah bermutasi. Sistem kekebalan janin ternyata tidak memiliki kemampuan mengenali sel-sel kanker itu sebagai ”benda asing”. Akibatnya, ketika sel itu masuk, tidak ada perlawanan sama sekali.

Ketua tim peneliti, Profesor Mel Greaves, dari Institute of Cancer Research mengatakan, sel kanker bisa menyeberangi plasenta dengan leluasa ke janin karena tidak dianggap berbahaya oleh sistem kekebalan tubuh. ”Tetapi, kasus ini masih sangat jarang sehingga peluang pewarisan sel kanker ibu ke janin ini masih tipis,” ujarnya. (LUK)

Sumber http://www.kompas.com/lipsus052009/antasariread/2009/10/14/09181315/Janin.Berisiko.Mewarisi.Sel.Kanker.Ibu

Apakah Leukemia Itu...?

Senin, 14 Nov 2011 01:47 WIB

Oleh: An’nisa. PENYAKIT Leukemia sering juga disebut sebagai kanker darah. Berkaitan dengan kanker dalam darah, sangat menakutkan bagi masyarakat. Penderita leukemia yakni pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih yang tidak normal atau disebut juga sel-sel leukemia. Sel-sel leukemia ini akan mendesak sel-sel darah merah dan platelet sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sel darah merah yang tidak dapat melaksanakan tugas utamanya sangat mempengaruhi terhadap kesehatan tubuh.

Pembentukan sel-sel darah terjadi di sumsum tulang. Sumsum tulang adalah material yang lunak di pusat dari kebanyakan tulang-tulang. Terdapat dua jenis sel sum-sum tulang yaitu sel lymphoid dan sel myeloid.

Sel lymphoid berfungsi untuk menghasilkan salah satu jenis sel darah putih yaitu limfosit. Biasanya sel darah putih ini yang menghalau penyakit dalam tubuh. Sedangkan sel myeloid berfungsi untuk menghasilkan sel darah merah, platelet dan jenis sel darah lainnya yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan monosit.

Leukemia digolongkan berdasarkan seberapa cepat penyakitnya berkembang dan membuat kondisi tubuh memburuk. Apabila leukemianya berkembang cepat maka disebut akut atau sakit parah,sedangkan apabila leukemianya pertumbuhannya lambat maka disebut pula kronik.

Pada awal leukemia kronis, sel-sel darah yang abnormal masih dapat melakukan pekerjaan mereka sehingga tidak tampak gejala-gejala pada penderita. Secara perlahan-lahan, sel abnormal

akan bertambah banyak dan menimbulkan gejala. Sedangkan pada leukemia akut, sel-sel darah yang abnormal tidak dapat melakukan pekerjaannya, jumlah sel-sel abnormal juga meningkat dengan cepat sehingga penyakit memburuk dengan cepat pula.

Berdasarkan cepat lambatnya perkembangan penyakit leukemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe sel darah putih yang terkena. Sel darah putih dapat berasal dari sel myeloid atau sel lymphoid. Apabila yang terkena adalah sel myeloid, maka disebut myeloid leukemia sedangkan apabila yang terkena adalah sel lymphoid maka disebut lymphocytic leukemia.

Acute lymphocytic leukemia bertanggungjawab atas kira-kira 3.800 kasus baru setiap tahunnya dan paling sering pada anak-anak, namun juga dapat mempengaruhi orang dewasa.

Acute myeloid leukemia bertanggung jawab atas kira-kira 10.600 kasus baru setiap tahunnya dan terjadi pada dewasa dan anak-anak. Chronic lymphocytic leukemia bertanggung jawab atas kira-kira 7.000 kasus baru setiap tahun dan sering dijumpai pada orang yang berumur di atas 55 tahun.

Chronic myeloid leukemia bertanggung jawab atas kira-kira 4.400 kasus baru setiap tahunnya dan terutama mempengaruhi orang dewasa. Tidak ada penyebab tunggal yang diketahui menyebabkan semua tipe leukemia. Tipe leukemia yang berbeda kemungkinan besar mempunyai penyebab yang berbeda. Namun, seringkali dokter tidak dapat menjelaskan mengapa seseorang terkena leukemia sedangkan yang lainnya tidak. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu lebih rentan terkena leukemia. Faktor resiko tersebut antara lain paparan terhadap radiasi yang tinggi seperti ledakan nuklir dan bom.Kasus yang terjadi kecelakaan Chernobyl pada tahun 1986.

Sama halnya seperti sel-sel darah lainnya, sel-sel leukemia juga beredar ke seluruh tubuh sehingga gejala dari leukemia tergantung pada jumlah sel-sel leukemia dan dimana sel-sel tersebut berkumpul. Sel-sel leukemia yang merupakan sel darah putih yang tidak fungsional tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik, dengan demikian sistem imun tubuh tertekan atau malah menyerang sel tubuh sendiri. Karena fungsinya yang tidak normal, penderita leukemia sering terkena infeksi mulai dari infeksi tonsil, diare, hingga pneumonia yang membahayakan nyawa ataupun infeksi oportunistik.

Sel-sel tersebut juga dapat menyerang platelet sehingga penderita mudah mengalami perdarahan baik perdarahan di gusi, tanda kebiruan pada kulit yang menunjukkan perdarahan dalam kulit atau bintik-bintik pada kulit. Selain platelet, sel darah merah juga dapat terkena sehingga penderita menjadi anemia. Pada beberapa pasien, gejala-gejala yang lain juga muncul seperti demam, menggigil, keringat malam, dan gejala-gejala lain yang menyerupai flu.

Beberapa penderita mengalami perasaan mual karena pembesaran hati dan limpa. Jika sel-sel

leukemia masuk ke sistem saraf pusat dapat menimbulkan gejala neurologis seperti sakit kepala.

Pemeriksaan leukemia dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap dimana akan dijumpai tingkat sel darah putih yang sangat tinggi dan dibarengi dengan tingkat sel darah merah dan platelet yang sangat rendah serta hemoglobin yang rendah juga.

Deteksi darah secara aktif juga dapat dilakukan untuk menemukan sel-sel leukemia di dalam darah. Selain dengan pemeriksaan darah, dapat juga dilakukan biopsi sumsum tulang. Petugas medis atau kokter ahli akan mengangkat beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya dan dibawa ke ahli patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop untuk menemukan sel-sel leukemia. Biopsi merupakan pemeriksaan pasti (gold standard) untuk diagnosa leukemia.

Pengobatan leukemia tergantung pada tipe dan luasnya penyakit,penderita yang mungkin mendapat kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, atau transplantasi sumsum tulang.

Sedangkan, pada beberapa tipe leukemia, pasien diberikan terapi biologi yaitu terapi untuk memperbaiki pertahanan tubuh terhadap sel-sel kanker. Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan menggunakan sinar-sinar berkekuatan tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Sinar biasanya diarahkan ke limpa, otak, atau bagian tubuh lain dimana sel-sel leukemia berkumpul. Kadangkala radiasi dapat diarahkan ke seluruh tubuh.

Sumber : http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/14/21527/apakah_leukemia_itu/