Makalah Biologi
-
Upload
pri-ariadi-cahya-dinata -
Category
Documents
-
view
155 -
download
1
description
Transcript of Makalah Biologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Eksresi
Eksresi merupakan pengeluaran zat sisa hasil metabolisme yang sudah
tidak diperlukan lagi bagi tubuh organisme. Pada dasarnya peranan sistem eksresi
adalah untuk memelihara homeostasis tubuh.
Di dalam tubuh setiap makhluk hidup terjadi reaksi penyusunan dan
pembongkaran (Metabolisme). Zar sisa hasil metabolisme yang tidak diperlukan
oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat eksresi. Alat eksresi yang dimiliki oleh
makhluk hidup berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan makhluk hidup, semakin
kompleks alat eksresinya.
Alat eksresi yang di miliki manusia dan hewan vertebrata terdiri atas
ginjal, kulit, paru-paru dan hati.
B. Tujuan Penulisan
–Mengetahui alat eksresi pada manusia
–Mengetahui alat eksresi pada hewan
1
BAB II
I S I
A. Sistem Eksresi Pada Manusia
Alat Eksresi manusia terdiri atas ginjal, kulit, hati, dan paru-paru. Setiap
alat eksresi tersebut berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme yang berbeda,
kecuali air yang dapat dieksresikan melalui semua alat eksresi. Berikut ini akan
dibahas satu persatu peranan keempat alat eksresi tersebut.
1.Ginjal
Pada sistem eksresi manusia, sisa-sisa metabolisme diserap dari darah,
kemudian di proses dan akhirnya dikeluarkan melalui alat-alat eksresi. Ginjal
merupakan alat eksresi utama pada manusia.
a. Struktur Ginjal
Ginjal manusia berbentuk seperti kacang merah dengan panjang
sekitar 10 cm, berwarna merah, jumlahnya sepasang dan terletak di bagian
dorsal dinding tubuh sebelah kiri dan kanan tulang belakang. Diperkirakan
berat total ginjal sekitar 1 % dari berat badan, dan setiap menit sekitar 20-
25 % darah yang dipompa jantung mengalir menuju ginjal.
b. Proses Pembentukan Urine
Pada proses pembentukan urine di dalam ginjal, terjadi rangkaian
proses filtrasi, reabsorpsi dan urine terbentuk setelah melalui penyaringan
darah (Filtrasi) di ginjal. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal.
Ketika berada di membran giomerolus, zat-zat yang terdapat dalam darah
merembes keluar dari pembuluh darah, kemudian masuk ke simpai/kapsul
Bowman selanjutnya, zat-zat ini (urine primer) mengalir melalui saluran-
saluran halus (tubulus k prokssimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang
masih berguna, misalnya gula, akan diserap (Reabsorpsi) oleh darah
melalui pembuluh darah mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk
2
urine ini, kemudian masuk tubulus kontortus distal, dan mengalami
penambahan zat sisa metabolisme maupun zat yang tidak mampu di
simpan (Augmentasi). Akhirnya, terbentuk urine sesungguhnya yang
dialirkan kekandung kemih melalui ureter. Apabila kandung kemih telah
penuh dengan urine, tekanan urine pada kandung kemih akan
menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.
Urine mengandung zat pada ± 4 % dan air ± 96 %. Zat-zat padat
yang ada pada urine sebagai berikut :
a. Urea, asam urat, dan amonia sebagai sisa pembongkaran protein.
b. Zat warna empedu yang memberi warna kuning pada urine
c. Zat-zat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin, sisa obat-
obatan, hormon, dan zat-zat kimia yang berasal dari makanan.
d. Garam-garam, khususnya garam dapur.
Selain sebagai alat pengeluaran, ginjal juga berfungsi sebagai alat
osmoregular, untuk menjaga keseimbangan air dalam darah dan jaringan.
2.Paru-Paru
Paru-paru manusia berjumlah dua atau sepasang. Pada dasarnya fungsi
utama paru-paru adalah sebagai alat pernafasan, namun peranan tersebut juga
erat hubungannya dengan sistem eksresi. Hal ini dikarenakan CO2 dan air
yang merupakan hasil proses metabolisme di jaringan yang di angkat melalui
darah akhirnya akan dibawa keparu-paru untuk dibuang dengan cara difusi di
alveolus. Proses ini dapat berjalan dengan baik karena pada alveolus banyak
bermuara pembuluh kapiler yang memiliki selapis sel.
Sebagian besar (75%) CO2 yang di angkut dalam plasma darah
berbentuk senyawa HCO3 (asam bikarbonat), dan sisanya (25 %) akan di ikat
oleh hubungan membentuk senyawa HbCO2 (Karboksi hemaglobin). Akan
tetapi akhirnya CO2 dan air dikeluarkan melalui udara yang dihembuskan.
3
3.Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam
rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati berwarna
merah tua karena mengandung banyak pembuluh darah dengan berat ± 2 kg.
berdasarkan fungsinya hati juga termasuk sebagai alat eksresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa
senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amino, urea, dan asam urat
dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa
racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan empedu yang mencapai 1/2 liter
setiap hari. Empedu berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua.
Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit. Zat ini disimpan di
dalam kantung empedu. Empedu mengandung kolestrol, garam mineral,
garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Empedu yang di
ekskresikan berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu
4
daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air
menjadi zat yang larut dalam air.
Sel-sel darah merah dirombak dalam hati, hemoglobin yang
terkandung di dalamnya di pecah menjadi besi globin, dan heme. Zat besi dan
globin di darul ulang, sedangkan heme di rombak menjadi bilirubin dan
biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat warna empedu ini
mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses dan urine
kekuningan.
Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk keperedaran
darah sehingga kulit penderita menjadi kekuning-kuningan. Orang yang
demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
Hati juga menghasilkan enzim arginase yang dapat mengubah arginin
menjadi ornitin dan urea. Ornitin yang terbentuk dapat mengikat NH3 dan CO2
yang bersifat racun.
Fungsi lain dari hati adalah mengubah zat buangan dan bahan racun
untuk dikeluarkan ke dalam empedu dan urine, serta mengubah glukosa yang
diambil dari darah menjadi glikogen yang disimpan dalam sel-sel hati.
Glikogen akan dirombak kembali menjadi glukosa oleh emzim amilase dan di
lepaskan ke darah sebagai respons meningkatnya energi oleh tubuh.
5
4.Kulit
Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi
sebagai alat ekskresi karena adanya keringat (kelenjar sudoripera) yang
terletak dilapisan dermis.
A. Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan
malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yag dapat
menglupas dan digantikan oleh sel-sel yang baru. Lapisan malpighi terdiri
atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum
berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan sel-sel pada lapisan
korneum. Lapisan malpighi mengandung pigmen melamin yang memberi
warna pada kulit.
B. Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf,
kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Banyaknya keringat yang
dikeluarkan dapat mencapai 2000 ml setiap hari, tergandung pada
kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam
dan urea. Fungsi lain kulit selain sebagi alat ekstresi adalah sebagai organ
penerima rangsang, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran dan
bibit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
6
B. Sistem Eksresi Pada Hewan
I. Sistem Pengeluaran Pada Hewan Tingkat Tinggi (Vertebrata)
1. Sistem Pengeluaran Eksresi pada Burung (Aves)
Alat pengeluaran burung terdiri atas paru-paru, hati ginjal, dan kulit.
Paru-paru burung selain berguna untuk alat pernapasan, juga berguna
untuk alat eksresi. Zat yang dikeluarkan dari paru-paru merupakan zat sisa
pembakaran (Oksidasi) zat makanan, yaitu gas karbon dioksida. Gas
tersebut dikeluarkan melalui proses pernapasan.
Fungsi hati pada burung sama dengan fungsi hati pada manusia. Ginjal
pada burung berwarna cokelat dan berjumlah manusia. Ginjal pada burung
berwarna cokelat dan berjumlah sepasang. Burung tidak memiliki
kandung kemih. Ginjal bermuara di saluran pengeluaran yang disebut
kloaka. Kloaka merupakan muara dari tiga saluran, yaitu saluran ginjal,
kelamin, dan pencernaan (usus). Ginjal burung mengekskresikan sisa
nitrogen yang berupa asam urat. Burung membuang zat-zat sisa berupa
yrine secara bersamaan melalui lubang pengeluaran yang sama. Asam urat
sebagai sisa dikeluarkan bersama kotoran (feses). Dalam bentuk pasta atau
setengah padat biasanya feses berwarna cokelat da asam urat berwarna
putih.
Pada burung yang hidup di laut terdapat kelenjar garam yang terletak di
dekat mata. Kelenjar ini bermuara melalui lubang hidung dan berfungsi
untuk membantu pengeluaran kelebihan garam. Kelebihan garam tersebut
selain dikeluarkan melalui kelenjar sekresi, juga dikeluarkan dalam bentuk
urine melalui saluran kemih.
Kulit burung tidak memiliki kelenjar minyak, kecuali di bagian ekor
atau tungginya. Kelenjar tersebut menghasilkan minyak yang berguna
untuk melumasi bulu-bulunya.
2. Sistem Pengeluaran (Eksresi) pada Hewan Malata (Reptilia)
Alat pengeluaran pada Reptilia berupa paru-paru, hati, ginjal, dan
kulit. Paru-paru sebagai alat eksresi berfungsi untuk mengeluarkan sisa
7
pembakaran zat makanan yang berupa gas karbon dioksida (CO2) melalui
proses pernapasan.
Hati pada Reptilia mempunyai fungsi yang sama dengan fungsi hati
pada manusia. Ginjal replitia berfungsi mengeluarkan zat sisa berupa
urine. Dari ginjal, urine masuk ke kandung kemih yang berupa kantong
kecil dan tipis. Kandung kemih bermuara di kloaka. Kloaka berfungsi
sebagai alat pelepas zat-zat sisa dari tiga saluran, yaitu kemih. Saluran
pencernaan, dan saluran kelamin. Pada reptil yang hidup di daerah kering,
sisa nitrogen dari dalam tubuh dikeluarkan dalam bentuk asam urat yang
berwarna putih dan berbentuk setengah padat. Asam urat tidak laut dalam
air sehingga tidak memerlukan banyak air untuk mengeluarkan. Asam urat
dikeluarkan bersama feses yang berwarna hitam atau cokelat.
Kulit Reptilia pada umumnya berlapis zat taduk dan mempunyai
kelenjar minyak. Reptilia tertentu dapat mengeluarkan bau menyengat dari
kulit yang berguna untuk menghalau musuh, misalnya kura-kura dan
buaya.
Reptilia yang hidup di laut, seperti penyu, memiliki kelenjar sekresi
garam di bagian kepalanya. Pada penyu kelenjar tersebut terletak di
belakang mata dan mengeluarkan cairan bergaram. Hal ini yang
menyebabkan penyu selalu tampak menangis.
3. Sistem Pengeluaran (Eksresi) pada Katak (Amphibia)
Alat pengeluaran pada Amphibia terdiri atas paru-paru, hati, ginjal,
dan kulit. Paru-paru pada Amphibia sebagai alat eksresi berfungsi untuk
mengeluarkan zat sisa pembakaran berupa gas karbon dioksida (CO2).
Fungsi hati pada Amphibia sama dengan fungsi hati pada manusia.
Aves, dan Reptilia. Ginjal berfungsi dalam pengeluaran urine. Urine
ditampung pada kandung kemih (kantong kencing). Kandung kemih pada
katak berdinding tipis da bermuara di kloaka.
Ginjal katak berfungsi mengeluarkan kelebihan. Bila katak berada di
darat, air terserap oleh darah sehingga urine menjadi pekat, sedangkan
pada saat berada di air, kandung kemih berisi urine encer.
8
Susunan alat pengeluaran katak jantan dan betina berlainan. Pada
katak jantan saluran ginjal bersatu dengan saluran kelenjar kelamin dan
bermuara di kloaka. Pada katak betina kedua saluran tersebut terpisah.
Kandung kemih, saluran kelamin, dan saluran pencernaan pada katak
betina maupun jantan bermuara di kloaka. Melalui kloaka inilah kotoran
katak dikeluarkan.
Kulit katak mempunyai kelenjar yang dapat menghasilkan lendir untuk
membasahi kulitnya. Kulit yang basah itu berguna untuk menyesuaikan
dirinya di darat dan berguna untuk membantu dalam pernapasan katak.
Katak gurun. Seperti Chiroleptes sp,. Memyimpan banyak urine di
kandung kemihnya sehingga tubuhnya membengkak. Sisa nitrogen pada
katak juga dikeluarkan dalam bentuk asam urat.
4. Sistem Pengeluaran (Eksresi) pada Ikan (Pisces)
Ikan mempunyai alat eksresi yang terlebih yang terlebih atas insang,
hati, ginjal, san kulit. Insang berfungsi sebagai alat pengeluaran sisa
pembakaran zat makanan melalui proses pernapasan. Zat sisa pembakaran
zat makana berupa gas karbon dioksida. Selain itu, insang juga
mengeksresikan garam-garaman.
Fungsi hati pada ikan sama dengan fungsi hati pada manusia, Aves,
Reptilia atau Amphibia. Ikan mempunyai sepasang ginjal berbentuk
memanjang dan berwarna cokelat. Saluran kemih dan saluran urogenital
dan bermuara di lubang urogenitalia yang terletak di belakang anus. Zat
sisa yang dikeluarkan berupa cairan.
Ginjal ikan air tawar sedikit berbeda dengan ginjal ika air laut. Ginjal
ikan air tawar mengandung banyak glomerulus sehingga penyaringan
berjalan cepat. Amonia dikeluarkan bersama urine yang sangat encer dan
banyak.
Ginjal ikam air laut yang bertulang keras mengandung sedikit
glomerulus sehingga penyaringan berjalan lambat. Nitrogen sisa
penyaringan yang berupa urea diekskresikan bersama uine yang hanya
9
sedikit. Urine ini bersifat isotonik atau mempunyai konsentrasi air yang
sama dengan cairan tubuh ikan.
Ika laut yang bertulang rawa memiliki ginjal yang mampu menyerap
kelebihan air dan menyerap kembali zat-zat yang masih bisa
dimanfaatkan. Nitrogen sebagai zat sisa juga dikeluarkan bersama urine .
Kulit ikan terdiri atas demis dan epidemis. Kulit ika selalu basah
karena selalu keluar lendir dari lapisan di antara epidermisnya. Ika
memiliki warna kulit atau sisa yang berbeda-beda dan ada juga yang
berwarna-warni. Warna kulit ikan disebabkan oleh butir yang dihasilkan
oleh kromatofora. Kromatofora berada di dalam lapisan demis.
II.Sistem Eksresi Pada Hewan Tingkat Rendah (Invetebrata)
Cacing tanah termasuk Intertebrata. Sistem pengeluaran hewan-hewan
Intertebrata berbeda dengan Vertebratam terutama mengenai alat-alat
pegeluarannya. Intertebrata mempunyai alat pengeluaran yang lebih
sederhana. Contoh Intertebrata adalah serangga, cacing, da hewan bersel satu
(Protozoa).
1.Sistem Ekresi Pada Serangga (insecta)
Alat pengeluaran serangga berupa ginjal dan trakea. Salah satu contoh
serangga yang dapat kita amati yaitu belalang. Belalang mempunyai
ginjal yang berbentuk buluh-buluh halus berwarna kuning yang disebut
buluh Mahpighi. Organ ini melekat pada usus tengah dan usus belakang.
Buluh/tubulus Malpighi berfungsi menyerap sisa-sisa metabolisme yang
berupa sisa nitrogen dalam bentuk asam urat kering untuk dikeluarkan
dari darat. Penyerapan ini berlangsung di buluh Malpighi. Zat-zat sisa
tersebut dibawa ke usus yang berada di belakang lambung untuk
dikeluarkan bersama-sama feses melalui anus.
Sisa metabolisme tersebut ada yang mengalami proses lanjut, misalnya
unsur nitrogen untuk pembentukan kitin (zat tanduk). Kitin berguna
sebagai bahan untuk membentuk kerangka luar bersama-sama dengan zat
kapur.
10
Trakea berfungsi sebagai alat pengeluaran sisa pernapasan berupa gas
karbon dioksida (CO2) melalui lubang halus (spirakel/stigma) yang
tersebar di permukaan tubuhnya.
2.Sistem Ekresi Pada Cacing (Vermes)
Alat pengeluaran pada kebanyakan cacing, misalnya cacing pipih
(Playhelminthes) dan cacing giling atau bulat (Nemathelminthes) berupa
sel api. Sel-sel ini berambut getar atau mempuyai silia atau flame cell.
Silia selalu bergetar sehingga menyerupai nyala api. Sel api berguna untuk
menyerap zat-zat sisa metabolisme. Karena getaran silianya, zat-zat ini
mengalir ke saluran pengeluaran yang bermuara di permukaan tubuh yang
berupa lubang pengeluaran. Zat sisa metabolisme yang dialirkan melalui
sel api biasanya berupa sisa nitrogen yang dikeluarkan dalam bentuk
amonium. Amonium tersebut mudah larut dalam air yang terdapat di
lingkungan sekitarnya, sedangkan urine dikeluarkan melalui lubang
pengeluaran.
Alat pengeluaran cacing tanah (lumbricus terrestris) berupa nefridia.
Di setiap segmen tubuhnya terdapat sepasang nefridia. Nefridia bermula
dari nefrostoma yang berbentuk corong dan berambut getar serta saluran
yang berkelok-kelo0k dan bermuara di lubang nefridia. Bagian belakang
nefridia berupa saluran melingkar yang mengandung banyak pembuluh
darah kapier dan melebar membentuk kadung kemih. Nefridia berfungsi
membuang sisa nitrogen dari cairan selom dan mengatur zat-zat tubuh.
Zat-zat sisa metabolisme diserap oleh nefrostoma, kemudian dialirkan
kesaluran dan di keluarkan melalui lubang nefridia yang terdapat di
sepanjang tubuh cacing, dan di sebut nefridiofor. Silia pada corong
nefrostoma mendorong sisa metabolisme dari darah masuk ke dalam
nefridia.
Zat-zat pengeluaran dari hasil pencernaan makanan berupa asam urat,
urea, dan amonia. Zat sisa pernapasan berupa gas karbon dioksida (CO2)
dikeluarkan melalui permukaan kulitnya secara difusi, sama berupa lendir.
Oleh karea itu, tubuh cacing tanah licin.
11
3.Sistem Ekresi Pada Hewan Bersel Satu (Protozoa)
Hewan bersel satu tidak mempunyai alat pengeluaran khusus karena
susunan tubuhnya sangat sederhana. Kebanyakan hewan bersel satu
mempunyai alat pengeluaran berupa rongga berdenyut (vakuola
kontraktil). Rongga berdenyut ini juga berfungsi mengatur kadar air
dalam protoplasma. Jika kadar air dalam protoplasma leih tinggi daripada
sekitarnya, air akan dikeluarkan melalui rongga berdenyut. Bersamaan
dengan keluarnya air tersebut, zat-zat sisa metabolisme juga ikut keluar.
Dalam keadaan biasa, zat-zat sisa dikeluarkan secara difusi melalui
permukaan tubuhnya. Demikian juga zat sisa yang berupa gas karbon
dioksida.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil tulisan diatas, dapat kami simpulkan bahwa sistem ekresi
sangat penting dalam tubuh kita. Sistem ekresi mempunyai arti yaitu pengeluaran zat
sisa hasil metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi bagi tubuh organisme. Alat
ekresi ini mempunyai fungsi dan peranan masing-masing.
Sistem ekress pada manusia dan vertebrata terdiri dari ginjal, kulit, paru-paru
dan hati. Kami ambil contoh salah satunya sistem ekresi pada manusia yang terjadi
pada ginjal kita ginjal terdiri dari sepasang sebelah kanan dan kiri yang mana apabila
yang satunya rusak berarti tidak dapat berekresi. Proses pembentukan urine terjadi di
dalam ginjal. Adapun fungsi ginjal lainnya sebagai alat osmoregulator, serta untuk
menjaga keseimbangan air dalam darah dan jaringan. Sistem ekresi yang lain sudah di
se jelaskan di depan.
Sistem ekresi pada inverbrata (hewan tingkat rendah) biasanya alat
pengeluarannya lebih sederhana. Salah satu contohnya serangga (insecta) ginjal dan
trakea, cacing (vermes) ada sel api dan lain-lain.
Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat sistem ekresi yang mempunyai
peranan yang sangat penting.
Demikian yang dapat kami simpulkan adapun kekurangannya kami meminta
saran dan kritik yang bersifat dapat melengkapi atau menyempurnakan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
– Astuti, Yuni. 2004 PR Biologi. Klaten PT. Intan Pariwara
– Syamsuri, Istamar. 2006. Biologi untuk SMA Kelas IX. Jakarta : Erlangga
14
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Biologi Umum pada waktu yang telah ditentukan.
Di bawah pengawasan Dosen Pengasuh mata kuliah Biologi Umum, di dalam
makalah ini kami diberikan tugas menyusun karya tulis dengan tema sistem ekskresi.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Rabiatul Adawiyah, S. Pd selaku dosen mata kuliah Biologi Umum, juga kepada
semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari sepenuh hati bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu kami mengharapkan berbagai kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini sehingga dapat berguna dikemudian hari.
Banjarmasin, November 2009
15i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Tujuan Penulisan ………………………………………………. 1
BAB II. PEMBAHASAN …………………………………………………… 2
A. Sistem Ekskresi Pada Manusia ………………………………… 2
B. Sistem Ekskresi Pada Hewan ………………………………….. 7
BAB III. PENUTUP …………………………………………………………. 13
Kesimpulan ………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 14
16ii
MAKALAH BIOLOGI UMUMSISTEM EKSKRESI
Rabiatul Adawiyah, S.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Erni Sulistyas Tuti NPM. 306 09 24 073 Nining Setyaningsih NPM. 306 09 24 051
Noor Anisah NPM. 306 09 24 044 Murlina NPM. 306 09 24 047 Masliani NPM. 306 09 24 012
Iriani NPM. 306 09 24 043
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN 2009
17
18