MAKALAH BIOLOGI II

download MAKALAH BIOLOGI II

of 21

Transcript of MAKALAH BIOLOGI II

MAKALAH BIOLOGI II ANTIGEN DAN ANTIBODI

DISUSUN OLEH :1. Yi Cheong Mi 2. Trias Ambar 3. Ratu Novy Fatia Sary 4. Ilma Faizah 5. Paramita tjipta 6. Dyah Rosanti 7. Anna Novita 8. Destaria Fifani 9. Tiara Ayu Ramadhina 2011-11-169 2011-11-170 2011-11-171 2011-11-172 2011-11-173 2011-11-175 2011-11-177 2011-11-178 2011-11-196

Kelompok 5 Kelas C1 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Antigen dan Antibodiini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas bidang studi Biologi II semester satu Fakultas Kedokteran Gigi. Kami tidak mungkin menyelesaikan makalah ini sendiri, dan tentunya kami menerima bantuan dari berbagai pihak hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. Amien Thohari selaku dosen yang membimbing kami dan pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari bahwa makalah tulis kami ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari anda, apabila ada yang kurang baik dari makalah ini, dan apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf serta kami ucapkan terima kasih.

Jakarta,

September 2011

PENULIS

2 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN a. 1.1 Latar belakang b. 1.2 Tujuan BAB II PEMBAHASAN a. 2.1 Antigen b. 2.2Antibodi ........................................................................................... 5 .............................................................................................. 4 ............................................................................................. 4

........................................................................................... 13

BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

.......................................................................................... 20

BAB I3 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seperti yang kita ketahui dalam pembahasan imunologi dikatakan bahwa system imun merupakan suatu system dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit ataupun racun yang masuk ke dalam tubuh yang disebut antigen. banyak diantara kita yang kurang memiliki pengetahuan mengenai antigen dan antibody serta belum mengenal jenis-jenis antigen secara spesifik. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan ANTIBODI. Banyak diantara kita yang belum mengetahui cara kerja dan fungsi antibody, sehingga banyak diantara kita kurang menyadari pentingnya menjaga antibody didalam tubuh guna melawan benda asing atau antigen yang masuk kedalam tubuh.

1.2 TUJUANTujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai definisi, struktur, macam-macam, fungsi, dan cara kerja antigen dan antibody secara spesifik, serta hubungan antar keduanya. Sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami mengenai antigen dan antibody secara keseluruhan.

4 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANTIGEN

A. Pengertian Antigen

Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan molekul yang memacu respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi (Baratawidjaja, 2006). Antigen yaitu setiap substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun (Bloom, 2002). B. Letak Antigen

Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun.

C. Bagian Antigen Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa). Bagian dari molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah antibodi (oleh reseptor selT) atau bagian antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor

5 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

antibodi, membawa sifat antigen, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat denganspesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi, bisa juga disebut determinan antigen atau epitop.

2. Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil. Bahan kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk mengacu respon antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh molekul besar(ex. Antibiotik atau obat lainnya). Haptenmerupakan sejumlah molekul kecil yang dapat bereaksi dengan antibodinamun tidak dapat menginduksi produksi antibodi.

Imunogen

Digabungkan (EPITOP)

HAPTEN

3. Superantigen (supermitogen), molekul yang memproduksi respon imun yang dapat mengaktifkan s/d 30% sel T, dan berupa mikromolekul (22-30 kd) yang diproduksi oleh berbagai patogen untuk manusia, ex: y y y y y Stafilokok aureus (anterotoksin dan toksin eksfoliatif) Stafilokok piogenes (eksotoksin) Gram negatif (toksin yersinia, enterokolitika, yersinia pseudotuberklosis) Virus (EBV, CMV, HIV, Rabies) Parasit (Toksoplasma gondili)

6 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

D.Klasifikasi Antigen 1. Pembagian antigen menurut epitop : a. Unideterminan, univalen Hanya satu jenis determinan/ epitop pada satu molekul. b. Unideterminan, multivalen Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul. c. Multideterminan, univalen Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyaan protein). d. Multideterminan, multivalen Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul

2. Pembagian antigen menurut spesifisitas: a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T: a. T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk dapatmenimbulkan respon antibodi. b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk mebentuk antibodi. 4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi: a. Hidrat arang (polisakarida) Hidrat arang pada umumnya imunogenik.

7 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

b. Lipid Lipid biasanya tidak imunogenik kecuali bila diikat protein pembawa. c. Asam nukleat Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. d. Protein Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminandan univalent.

5. Cara masuk dalam tubuh: y y y y Parental: Melalui pembuluh darah (jarum suntik) Oral : Makanan

Kontak mukosa : Berhubungan badan Kontak kulit

6. Produk Bakteri: y y y y Toksin Virus Parasit Obat dengan BM meningkat (ex. Insulin, penicilin, dll)

E. Sifat-Sifat Antigen

Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas pada antigen tersebut, sifatsifattersebut antaralain:

1. Keasingan

Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes.8 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

2. Sifat-sifat Fisik Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu, yaitu mempunyai berat molekul > 40.000 dalton, respon terhadap hospes minimal, umumnya berupa protein asing, alergen bersifat stabil (tahan bila dipanaskan, sukar dipecahkan), mampu merangsang terbentuknya AB serta antigen poten alamiahnya berupa makromolekul dan kompleks polisakarida, serta fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan.

Hapten dapatmerangsang terjadinya respon imun yang kuat jika bergabung proten pembawa dengan ukuran sesuai.Perlu diperhatikan bahwa hapten-proten diarahkan pada (1)hapten,(2)pembawa, dan (3)daerah spesifikasi tumpang tindih. yang melibatkan hapten dan unsur yang berdekatan lainnya. Pada imunitas humoral, spesifisitas diarahkan pada hapten. Sedangkan pada imunitas selular, reaktifitas diarahkan baik pada hapten maupun pada proten pembawa. 3. Kompleksitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun kimia molekul.

4. Bentuk-bentuk (Conformation)

Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun.

9 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

5. Muatan (charge) Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu; tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan.

6. Kemampuan masuk

Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menentukan hasil respon imun.

F. Reaksi Antigen dan Antibodi Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkanmolekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk berfungsi sebagai reseptor antigen.

Jumlahnya mencapai 50.000 sampai 100.000per sel dan semuanya spesifik bagi satu determinan antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut10 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksirespon imun disebut imunogenitas.Kespesifikan reaksi antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui penelitianpenelitian yang dilakukan oleh Landsteiner.

Ia menggabungkan radikal-radikal organik kepada protein dan menghasilkan antibodi terhadap antigen-antigen tersebut. Keputusan yang diperolehi menunjukkan antibodi dapat membedakan antara kelompok berbeda pada protein ataupun kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan. Ikatan yang terjadi terdiri dari ikatan non kovalen (seperti ikatan hidrogen, van der Waals, elektrostatik, hidrofobik), sehingga reaksi ini dapat kembali ke semula (reversible). Kekuatan ikatan ini bergantung kepada jarak antara paratop dan bagian-bagian tertentu pada epitop.

Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain: 1. Primer Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibodipada situs identik yang kecil, bernama epitop.

2. Sekunder Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya: a. Netralisasi Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkaneffect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibodymencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan. b. Aglutinasi Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yangtidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.

11 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

c. Presipitasi Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap. d. Fagositosis Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikatreseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut. e. Sitotoksis Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan selpembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya. 3. Tersier Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi antigenantibodiyang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba, dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

Contoh-contoh antigen antara lain: 1. Bakteri 2. Virus 3. Sel darah yang asing 4. Sel-sel dari transplantasi organ 5. Toksin

12 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

2.2 ANTIBODIPada tahun 1940, Tinolius dan Kabet melihat bahwa kelinci yang dihiporimunisasikan dengan polisakharide pnemohokus timbul antibodi dengan kadar yang tinggi terhadap antigen tersebut. Bila asrum tersebut dilakukan pada medan elektroforesis, maka selain gambaran fraksi albumin, alfa glasulin, betaglasulin yang sesuai dengan serum normal (dari kelinci sebelum di imunisasi). Maka tampaklah frasi gamma-glasulin yang meningkat. Serum tersebut kemudian di absorbsi dengan antigen monokokus, sehingga timbul suatu endapan, dan bila di letakkan pada medan elektroforesis, tampak suatu perubahan, yaitu fraksi gammaglobulin yang terendah. Dari percobaan ini terbukti bahwa antibodi itu dibawakan oleh suatu molekul protein serum gamma-globulin.

Dari globulin dapat didefinisikan sebagai serum protein yang mempunyai sifat pergerakan kearah anode (+) yang lambat sekali bila diletakan pada lapangan elektroforesi yang standart (Buffer Borbital, pH 8,6, ionic strength 0,1). Setelah perkembangan tehnik biokimia sudah maju, maka orang baru tahu bahwa protein antibodi dapat bergerak lebih cepat dengan tehnikimuno elekroforesis dapat dilihat bahwa keantigenan antibodi berbeda-beda, dengan ultracentri fugasi ternyata protein antibodi ada yang dibawakan oleh protein 75 (Svedberg unit) atau 198. Oleh karena itu, Hereman menganjurkan untuk mempergunakan nama/istilah: IMUNOGLOBULIN (Ig) untuk : Semua protein yang bertindak sebagai antibodi Semua protein yang mempunyai antigenic determinan seperti molekul Antibodi

A. PENGERTIAN ANTIBODI

Antibodi adalah protein globulin gamma yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lainnya pada vertebrata, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi dan menetralisir benda asing, seperti bakteri dan virus. Antibodi biasanya terbuat dari struktur dasar unit masing-masing dengan dua13 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

rantai berat besar dan dua lampu kecil rantai untuk membentuk, misalnya, dengan satu unit monomer, dimer dengan dua unit atau pentamers dengan lima unit. Antibodi diproduksi oleh jenis sel darah putih yang disebut sel plasma.

Ada beberapa jenis antibodi rantai berat dan beberapa jenis antibodi yang dikelompokkan ke dalam isotype berbeda berdasarkan berat rantai yang mereka miliki. Lima isotypes antibodi melakukan peran yang berbeda dan membantu mengarahkan respon imun yang tepat untuk setiap jenis yang berbeda dari benda asing yang mereka hadapi. Meskipun struktur umum dari semua antibodi sangat mirip, sebuah daerah kecil di ujung protein sangat bervariasi dan memungkinkan adanya jutaan antibodi dengan struktur ujung yang sedikit berbeda. Wilayah ini dikenal sebagai daerah hypervariable. B. STRUKTUR ANTIBODI

Sebelumnya telah dikatakan bahwa antibodi termasuk protein. Jadi, pertamatama mari kita pelajari struktur protein tersebut. Protein tersusun dari asam amino. Dua puluh jenis asam amino berbeda disusun dalam urutan yang berbeda untuk membentuk protein-protein yang berlainan, seperti membuat pelbagai kalung menggunakan manik-manik dengan dua puluh warna berbeda. Perbedaan utama antara protein-protein tersebut adalah urutan asam aminonya. Perlu diingat, setiap kesalahan dalam urutan asam amino menjadikan protein tidak berguna, dan bahkan berbahaya. Karena itu, tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun dalam urutannya. Instruksi untuk setiap protein dengan ribuan tipe yang berbeda dilakukan oleh gen yang ditemukan di bank data genetik pada inti sel. Dengan demikian, gen-gen ini dibutuhkan untuk memproduksi antibodi. Di dalam tubuh manusia hanya ada seratus ribu gen, padahal antibodi yang dihasilkan 1.920.000. Artinya, sekitar sembilan ratus ribu gen hilang. Sel menggabungkan seratus ribu gen yang dikandungnya itu dengan kombinasi berbeda untuk membentuk suatu antibodi baru.

Sel tersebut menerima informasi dari beberapa gen dan menggabungkannya dengan informasi gen lain dan membuat produksi yang diinginkan berdasarkan14 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

kombinasi informasi tersebut. Sebanyak 1.920.000 antibodi berbeda dibentuk dari 5.200 buah kombinasi.Tak terhingga jumlah kombinasi yang dapat diwujudkan dengan menggunakan seratus ribu gen tersebut. Akan tetapi, sel dengan kecerdasan luar biasa, hanya menggunakan 5.200 kombinasi dasar dan menghasilkan 1.920.000 antibodi spesifik. Satu sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya kepermukaan luar membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y. Bagian tetap dari rantai itu sama di pelbagai jenis antibodi. Tetapi bagian bergerak ujung lengan masing-masing mempunyai rongga berbentuk unik yang tepat sesuai dengan bentuk bagian protein yang "dipilih" antibodi. Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag. Lagi pula, kombinasi yang dihasilkan memiliki tujuan tertentu, dan dimaksudkan untuk memproduksi antibodi pelawan antigen yang masuk ke tubuh. Jadi, sel tersebut juga memahami karakter jutaan antigen yang masuk ke tubuh manusia. Tidak satu pun ahli di dunia mampu menghasilkan desain sempurna tiada banding seperti ini. Akan tetapi sel-sel yang berukuran hanya seperseratus milimeter, mampu melakukannya. Lalu, bagaimana sel tersebut mempelajari sistem spesial itu? Nyatanya, tidak ada sel yang berkesempatan "mempelajari" fungsi biologis dalam artian sebenarnya. Ini dikarenakan sel tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan hal itu sejak lahir. Mereka tidak pula berkesempatan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan selama masa hidupnya. Kalau15 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

demikian halnya, adalah suatu keniscayaan bahwa sistem yang ada di dalam sel pastilah sudah siap dan lengkap sejak awal kehidupan. Sel-sel itu juga tidak mempunyai keterampilan untuk mempelajari kombinasi kunci, tidak pula ia punya waktu untuk mempelajarinya, karena hal itu akan menyebabkan kegagalannya menghentikan antigen yang memasuki tubuh, dan tubuh akan kalah dalam pertempuran itu. Antibodi dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen: y 2 fragmen C tetap memiliki sifat AB yang dapat mengikat AG secara spesifik bereaksi dengan determinan AG dan hapten (fragmen antigen dinding) y 1 fragmen dapat dikristalkan dari lar. (fragmen crystalligate/FC) dan tidak dapat mengikat AG -> menunjukkan f/biologis setelah AG diikat oleh fab.

Mempunyai 4 rantai polipeptida dasar: y y 2 rantai berat (Heavy Chain) -> 450.000 As. Amino 2 rantai ringan (Light Chain) -> identik 230 As. amino

Imunoglobulin digolongkan dalam beberapa kelas sesuai dengan tipe L-chain dan H-chain yang menyusunnya. Kita mengenal 2 tipe L-chain, yaitu kappa dan lambda, sedangkan H-chain dibedakan lagi menjadi 5 kelas, yaitu: 1. Imunoglobulin G (IgG) Terbanyak dalam serum (75%). Kadar dalam serum 13 mL/ml, BM 160.000 dalton. Ditemukan dalam berbagai cairan (darah, LCS, urin, & peritoneal) Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit, dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil. Kadarnya meningkat pada infeksi kronis dan penyakit autoimun. Pada manusia terdiri dari 4 sub kelas (IgG1, IgG2, IgG3, IgG4).

2. Imunoglobulin A (IgA)

16 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu (IgA sekretori/SIgA). BM 165.000 Dalton. Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak antara toksin/ virus dengan sel sasaran dan mengumpalkan/mengganggu gerak kuman yang

memudahkan fagositosis melalui jalur alternatif. Kadarnya tinggi pada infeksi kronis (ISPA; Tuberkulosis; cerna; girosis alkoholik, dll)

3. Imunoglobulin M (IgM) Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Merupakan makroglobulin (BM: 900.000 Dalton). Ig paling efisien dalam aktifasi komplemen (jalur klasik). Kebanyakan sel b mengandung imunoglobulin M pada permukaan. Bayi yang baru lahir hanya mengandung 10% dari kadar dewasa, kadar tinggi dalam darah (umbilikus). Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap antigen. 4. Imunoglobulin D (IgD) Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Merupakan komponen permukaan utama sel B dan pertanda diferensiasi sel B yang matang. Ditemukan banyak pada membran sel B bersama IgM. Tidak dapat mengikat komplemen dan mempunyai aktifitas AB terhadap AG berbagai makanan serta autoantigen. Diduga dapat mencegah terjadi toleransi imun (mekanisme belum jelas).

5. Imunoglobulin E (IgE) Jumlah paling sedikit dalam serum (BM 200.000 Dalton) tapi efeknya sangat efisien, mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil, dibentuk oleh sel plasma. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.

17 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

C. FUNGSI ANTIBODI Diaktifkan sel B berdiferensiasi menjadi baik memproduksi antibodi sel yang disebut sel-sel plasma yang mensekresi antibodi larut atau sel-sel memori yang bertahan dalam tubuh selama bertahun-tahun sesudahnya dalam rangka untuk memungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk mengingat antigen dan merespon lebih cepat pada paparan di masa depan. Pada tahap pralahir dan bayi hidup, kehadiran antibodi disediakan oleh imunisasi pasif dari ibu. Awal produksi antibodi endogen bervariasi untuk berbagai jenis antibodi, dan biasanya muncul dalam tahun pertama kehidupan. Karena antibodi yang ada secara bebas dalam aliran darah, mereka dikatakan menjadi bagian dari sistem kekebalan humoral. Beredar antibodi diproduksi oleh sel B klonal yang secara khusus merespon hanya satu antigen (contoh adalah kapsid virus fragmen protein). Antibodi untuk kekebalan berkontribusi dalam tiga cara: mereka mencegah patogen memasuki atau merusak sel dengan mengikat mereka, mereka merangsang penghapusan patogen oleh makrofag dan sel-sel lain dengan lapisan patogen, dan mereka memicu penghancuran patogen dengan merangsang responimun lain seperti jalur komplemen.

Aktivasi komplemen

Antibodi yang mengikat ke permukaan antigen pada, misalnya, bakteri menarik komponen pertama dari kaskade melengkapi dengan daerah Fc mereka dan memulai aktivasi dari sistem "klasik" melengkapi.

Aktivasi sel efektor

Untuk memerangi patogen yang meniru sel luar, antibodi mengikat patogen untuk menghubungkan mereka bersama-sama, menyebabkan mereka untuk menggumpalkan. Karena antibodi memiliki setidaknya dua paratopes bisa mengikat18 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

lebih dari satu antigen dengan epitop yang identik mengikat dilakukan pada permukaan antigen tersebut. Dengan lapisan patogen, merangsang fungsi efektor antibodi terhadap patogen dalam sel yang mengenali wilayah Fc mereka. Penolakan organ xenotransplantated dianggap, sebagian, akibat dari antibodi alami beredar dalam serum penerima mengikat antigen -Gal diekspresikan pada jaringan donor.

19 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

BAB III

KesimpulanSel sistem imun, atau sistem kekebalan, pada awalnya adalah sel normal yangmelalui tahapan pelatihan yang berbeda. salah satunya sel antibodi sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut dan melalui berbagai tahapan reaksi. Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan ke dalam kelas yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat.,antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh dan memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh,yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE, yang mempunyai perbedaan area C.

Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan ke dalam kelas (en:isotype) yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat. Antigen (imunogen) salah satu zat yang merangsang responimun, terutama dalam menghasilkanant antibodi.

20 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011

DAFTAR PUSTAKABaratawidjaja, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ke-7, Penerbit FKUII, Jakarta.

Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Edisi 12, diterjemahkan oleh Jan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sudiana, 2005, Konsep Dasar Imunologi, Universitas Airlangga, Surabaya available at http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/DASAR%20IMUNOLOGI.pdf (diakses Oktober 2009). Dr. Arjatmo Tjokronegoro,1978, Dasar-Dasar Imunobiologi, Penerbit badan biologi FKUI,Jakarta www.harunyahya.com

21 Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (beragama) Jl. Bintaro Permai Raya No. 3 Jakarta Selatan 2011