MAKALAH bdp.docx

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagaimana dijelaskan Suharsono (2001), pembelajaran adalah kegiatan penciptaan situasi yang memungkinkan terjadinya tindak belajar secara optimal. Optimalisasi tindak belajar itu bisa terjadi karena adanya rancangan skenario kegiatan belajar dan variasi pola interaksi yang memungkinkan siswa berkembang segenap kecakapan intelektual dan kecerdasan emosionalnya secara optimal. Interaksi itu bisa terjadi antara guru, siswa, bahan dan media belajar secara teratur dalam rangka mencapai tujuan (Moedjiono dan Dimyati, 1992:1). Kegiatan belajar mengajar secara empirik merupakan wujud dari interaksi antara guru dengan siswa dalam prosedur intruksional (Hasibuan dan Moedjiono, 1986 : 3). Kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai hubungan interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa (Roestiyah, 1986:44). Berdasarkan atas pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan pola umum hubungan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang didukung oleh semua komponen belajar mengajar, untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil yang 1

Transcript of MAKALAH bdp.docx

Page 1: MAKALAH bdp.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagaimana dijelaskan Suharsono (2001), pembelajaran adalah kegiatan

penciptaan situasi yang memungkinkan terjadinya tindak belajar secara optimal.

Optimalisasi tindak belajar itu bisa terjadi karena adanya rancangan skenario

kegiatan belajar dan variasi pola interaksi yang memungkinkan siswa berkembang

segenap kecakapan intelektual dan kecerdasan emosionalnya secara optimal.

Interaksi itu bisa terjadi antara guru, siswa, bahan dan media belajar secara teratur

dalam rangka mencapai tujuan (Moedjiono dan Dimyati, 1992:1).

Kegiatan belajar mengajar secara empirik merupakan wujud dari interaksi

antara guru dengan siswa dalam prosedur intruksional (Hasibuan dan Moedjiono,

1986 : 3). Kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai hubungan interaktif antara

guru dengan siswa, siswa dengan siswa (Roestiyah, 1986:44). Berdasarkan atas

pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar

mengajar merupakan pola umum hubungan antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa yang didukung oleh semua komponen belajar mengajar, untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil yang diharapkan bisa memiliki

dampak pengajaran dan dampak pengiring secara berkesinambungan di sepanjang

hayat, termasuk didalamnya siswa dapat berpikir kritis, kreatif, aktif, sopan, dan

terampil.

Jika ditelusuri sejarah pendidikan ke belakang dapat diketahui bahwa

kebanyakan guru mengajar sampai saat ini, menggunakan metode ceramah, serta

didasarkan pada satuan pelajaran yang disusun sedemikian rupa atas dasar buku

paket yang disajikan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu tidak

ada salahnya, sepanjang tidak menyimpang dari kurikulum, dan Garis Besar

Program Pengajaran (GBPP) sebagai bahan acuannya. Namun demikian, perlu

diingat bahwa guru memiliki kewenangan untuk memilih bahan-bahan yang

cocok (relevan) dengan kepentingan para siswa. Jadi, sebenarnya proses belajar

mengajar tersebut bersifat fleksibel. Artinya, selaras dengan situasi, kondisi,

1

Page 2: MAKALAH bdp.docx

kebutuhan, tuntutan dengan kepentingan serta metode dan media yang tepat.

Dengan kata lain, secara singkat dapat dijelaskan bahwa cara tradisional semacam

itu harus diperbaharui melalui inovasi-inovasi tertentu agar hasil dapat dicapai

secara maksimal dan optimal.

Untuk meningkatkan kualifikasi dan kemampuan guru, guru yang kreatif

dan inovatif dapat melakukan inovasi dalam metode belajar mengajar dalam

berbagai macam metode, strategi, pendekatan, dan dan model pembelajaran

inovatif, seperti internet, e-learning dan quantum teaching. Sebagaimana

dipaparkan Santyasa (2005), paradigma baru pembelajaran lebih meletakkan

landasan bahwa belajar merupakan aktivitas konstruktif siswa itu sendiri.

Aktivitas pembelajaran itu akan terakomodasi secara optimal jika didukung oleh

keberadaan fasilitas dan produk-produk pembelajaran yang memadai.

Untuk mewujudkan terjadinya proses belajar dan pembelajaran yang

optimal seperti itu, diperlukan sejumlah asumsi dan cara pandang tertentu dari

para guru, tentang bagaimana memperlakukan siswanya. Berikut ini disajikan

beberapa pola perlakuan guru kepada siswa agar inovasi pembelajaran di kelas

dapat tercipta.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Inovasi Pembelajaran?

2. Internet Sebagai Media Pendidikan?

3. Inovasi Pembelajaran E-learning?

4. Inovasi Pembelajar Quantum Teaching?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mahasiswa dapat memahami inovasi dalam pembelajaran.

2. Mahasiswa dapat memahami inovasi pembelajaran e-learning.

3. Mahasiswa dapat memahami tentang inovasi pembelajaran quantum

Teaching.

2

Page 3: MAKALAH bdp.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INOVASI PEMBELAJARAN

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai

pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari

yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode

atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu

identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode. Dari

uraian di atas, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya

baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode,

pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan

pembelajaran. Hasbullah, 2001, berpendapat bahwa “baru” dalam inovasi itu

merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si

penerima inovasi.

2.2 INTERNET SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN

Internet sering disebut sebagai jaringan komputer. Padahal tidak semua

jaringan komputer termasuk internet. Jaringan sekelompok komputer yang

sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area Network). “Internet

merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di

dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon,

kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002)”. Jaringan ini

bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak

ada pihak yang mengatur dan memilikinya.

Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang

mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global. Karena internet

terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh siapapun dan

dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu

3

Page 4: MAKALAH bdp.docx

sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi

menjadi mudah. Dalam hal ini Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet

juga telah mengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau

informasi secara fleksibel dan mengintegrasikan seluruh bentuk media massa

konvensional seperti media cetak dan audio visual.

Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari

teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video,

multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu

meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat

interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan gudangnya sumber

informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media

pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao

Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya,

internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru

yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.

Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo

(1998) paling tidak ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam

pendidikan yaitu:

1. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di

seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.

2. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang

diminatinya.

3. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia

tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar.

Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya,

manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber

informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada

sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses

hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber

bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai

4

Page 5: MAKALAH bdp.docx

media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama

atau membuat semacam makalah bersama.

Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi

dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif

(Pavlik, 19963)). Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special

Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan

menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik”. Internet sebagai media

pendidikan memiliki banyak keunggulan,. Namun tentu saja memiliki kelemahan;

seperti yang disampaikan oleh Budi Rahardjo (2002) adalah infrastruktur internet

masih terbatas dan mahal, keterbatasan dana, dan budaya baca kita masih lemah.

Di sinilah tantangan bagaimana mengembangkan model pembelajaran melalui

internet.

2.3 INOVASI PEMBELAJARAN E- LEARNING

E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan

cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik

khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar

dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada

penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell

(2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam

pendidikan sebagai hakekat e-learning.

Hal ini menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah

pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran

konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet.

Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh

dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi

e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran

konvensional.

5

Page 6: MAKALAH bdp.docx

Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut:

1. e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,

pelatihan secara on-line

2. e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai

belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap

buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat

menjawab tantangan perkembangan globalisasi.

3. e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di

dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan

content dan pengembangan teknologi pendidikan.

4. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara

penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar content dan alat

penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa

yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

2.4 PENGEMBANGAN MODEL E-LEARNING

Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai

tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga

termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu

dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga

kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu:

1. Web course

Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan,

yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak

diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,

penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya

disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan

sistem jarak jauh.

2. Web centric course

Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara

belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi

6

Page 7: MAKALAH bdp.docx

disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka.

Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan

petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web

yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber

lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan

pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari

melalui internet tersebut.

3. Web enhanced course

Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk

menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.

Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi

antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota

kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu

peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari

informasi di internet, membimbing siswa mencari dan menemukan situs-

situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi

melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan

komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan meteri

pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi

pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar

komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan

e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga

hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana,

personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik

dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada

panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri,

sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri

dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal

berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru

yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan

7

Page 8: MAKALAH bdp.docx

interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta

dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik

betah berlama-lama di depan layar komputernya.

Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat

terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian

perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau

pengelola. Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan

perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan

sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games komputer yang

berkembang sangat pesat. Bermain games komputer sangatlah mengasyikan. Para

pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat komputer

tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut

dengan senang hati.

Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan

membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk

mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain

sebuah games. Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu

dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.

Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik

belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital

melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang

biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari

perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada pre test,

membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi

yang jelas, contoh-contoh kongkrit, tanya jawab, diskusi, post test, sampai

penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-laarning

perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi,

programmer, seniman, dll.

8

Page 9: MAKALAH bdp.docx

2.5 PERMASALAHAN PENERAPAN E-LEARNING

1) Sumber daya manusia.

E-Learning membutuhkan skill tertentu dari penggunanya. Guru sebagai

pengelola diharuskan menguasai konsep, merencanakan dan melaksanakan

desain E-learning. Penyampaian materi dalam bentuk e-learning, tentu

berbeda dengan penyampaian materi dalam training konvesional.

Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang

learner-centric. Membuat desain e-Learning yang menarik bagi peserta

didik memerlukan skill yang memadai juga membutuhkan kreativitas.

SDM di sini meliputi pengajar dan siswa/mahasiswa. Masih banyak

pengajar, terutama pengajar yang lama belum bisa menggunakan e-learning dalam

pembelajaran karena mereka memang belum pernah mengenal apa itu e-learning

dan karena sudah lamanya mereka menggunakan sistem klasik ini. Dari

siswa/mahasiswanya pun masih banyak yang belum bisa menggunakan e-learning

secara maksimal.

2) Sarana dan prasarana

E-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pelatihan, akan tetapi

memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya. Sarana

prasarana yang harus tersedia akan memakan banyak biaya. Dari segi

infrastruktur, bila yang kita butuhkan dari sistem e-Learning adalah

sebatas aplikasi tutorial yang cukup kita install per PC, kita hanya perlu

komputer yang stand alone. Sebaliknya bila sistem yang kita inginkan

benar-benar punya akses kapan saja dimana saja, maka kita butuh

infrastruktur Internet, baik wireless maupun tidak. Sarana prasarana yang

harus disiapakan antara lain komputer, internet, software penunjang,

hardware penunjang, tenaga ahli.

9

Page 10: MAKALAH bdp.docx

3) Kebijakan institusi

E-learning juga sangat membutuhkan kebijakan instansi agar berjalan

dengan baik, jika kebijakan tidak mendukung maka pelaksanaannya juga

tidak akan berjalan. Peran instansi dalam hal ini adalah menyediakan

berbagai sarana prasarana sebagai penunjang. Selain itu juga

mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan E-learning di Institusi

tersebut. Masalah ynag muncul adalah Belum banyak instansi-instansi

pendidikan di Indonesia yang berbasis e-learning, sehingga banyak juga

yang belum bisa merasakan e-learning ini.

2.6 QUAMTUM TEACHING

  Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya

melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

  Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka

ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan,

betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi

yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana

menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

  Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan

kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian

di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut

mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.

  Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang

memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan  yang deduktif

dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang

bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan

rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.

10

Page 11: MAKALAH bdp.docx

  Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh

imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang

memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak

kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat

melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan

mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.

 2.7 PRINSIP QUANTUM TEACHING

 Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:

1) Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan

pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari

materi yang kita ajarkan.

3) Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh

banyak konsep.

4) Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.

5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian

pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan

memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.

Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan model kuantum

menunjukkan ciri-ciri:

1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu;

2) pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat belajar

siswa;

3) penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa

belajar sesuai dengan modalitas kecerdasannya;

4) penggunaan bahasa yang unggul;

5) suasana belajar yang saling memberdayakan;

6) penyajian materi pelajaran yang prima.

11

Page 12: MAKALAH bdp.docx

Penyajian materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan:

1) penumbuhan minat siswa,

2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian,

3) penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia,

4) adanya demonstrasi oleh siswa,

5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar

tahu, dan

6) penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat,

atau tepukan.

 2.8 PETUNJUK PELAKSANAAN QUANTUM TEACHING

1. Guru wajib memberi keteladanan sehingga layak menjadi panutan bagi

peserta didik, berbicaralah yang jujur , jadi pendengar yang baik dan selalu

gembira (tersenyum).

2. Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan/kegembiraan.

“learning is most effective when it’s fun. ‘Kegembiraan’ disini berarti

bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna,

pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) , dan nilai yang

membahagiakan pada diri peserta didik.

a. Lingkungan Belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa

kegembiraan:

b. Pengaturan meja dan kursi diubah dengan berbagai bentuk seperti

bentuk U, lingkaran

c. Beri tanaman, hiasan lain di luar maupun di dalam kelas

d. Pengecatan warna ruangan, meja, dan kursi yang yang menjadi

keinginan dan kebanggaan kelas

e. Ruangan kelas dihiasi dengan poster yang isinya slogan, kata

mutiara pemacu semangat, misalnya kata: “Apapun yang dapat

Anda lakukan, atau ingin Anda lakukan, mulalilah. Keberanian

12

Page 13: MAKALAH bdp.docx

memiliki kecerdasan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya”

(Goethe).

3. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan

berpengaruh yang kuat pada proses belajarnya. Guru dapat mempengaruhi

suasana emosi siswa dengan cara :

a. kegiatan-kegiatan pelepas stres seperti menyanyi bersama,

mengadakan permainan, outbond dan sebagainya.

b. aktivitas-aktivitas yang menambah kekompakan seperti melakukan

tour, makan bersama dan sebagainya. 

c. menyediakan forum bagi emosi untuk dikenali dan diungkapkan

yaitu melalui bimbingan konseling baik oleh petugas BP/BK

maupun guru itu sendiri.

4. Memutar musik klasik  ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Namun sekali-kali akan diputarkan instrumental dan bisa diselingi jenis

musik lain untuk bersenang-senang dan jeda dalam pembelajaran.

5. Sikap guru kepada peserta didik :

a. Pengarahan “Apa manfaat materi pelajaran ini bagi peserta didik”

dan tujuan

b. Perlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat

c. Selalu menghargai setiap usaha dan merayakan hasil kerja peserta

didik

d. Memberikan stimulus yang mendorong peserta didik

e. Mendukung peserta 100% dan ajak semua anggota kelas untuk

saling mendukung

f. Memberi peluang peserta didik untuk mengamati dan merekam

data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan

jawaban, menjelaskan sambil memberikan argumentasi, dan

sejumlah penalaran.

13

Page 14: MAKALAH bdp.docx

6. Terapkan 8 kunci keunggulan ini kedalam rencana pelajaran setiap hari.

Kaitkan kunci-kunci ini dengan kurikulum.

a. Integritas: Bersikaplah jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan

nilai-nilai dengan perilaku Anda

b. Kegagalan Awal Kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan

hanyalah memberikan informasi yang Anda butuhkan untuk sukses

c. Bicaralah dengan Niat Baik: Berbicaralah dengan pengertian

positif, dan bertanggung jawablah untuk berkomunikasi yang jujur

dan lurus. Hindari gosip.

d. Hidup di Saat Ini: Pusatkan perhatian pada saat ini dan kerjakan

dengan sebaik-baiknya

e. Komitmen: Penuhi janji dan kewajiban, laksanakan visi dan

lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

f. Tanggung Jawab: Bertanggungjawablah atas tindakan Anda.

g. Sikap Luwes dan Fleksibel: Bersikaplah terbuka terhadap

perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu Anda

memperoleh hasil yang diinginkan.

h. Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa Anda.

Sisihkan waktu untuk membangun dan memelihara tiga bidang ini.

7. Guru yang seorang Quantum Teacher mempunyai ciri-ciri dalam

berkomunikasi yaitu :

a. Antusias : menampilkan semangat untuk hidup

b. Berwibawa : menggerakkan orang

c. Positif : melihat peluang dalam setiap saat

d. Supel : mudah menjalin hubungan dengan beragam peserta didik

e. Humoris : berhati lapang untuk menerima kesalahan

f. Luwes : menemukan lebih dari satu untuk mencapai hasil

g. Menerima : mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk

menemukan nilai-nilai inti

h. Fasih : berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur

i. Tulus : memiliki niat dan motivasi positif

14

Page 15: MAKALAH bdp.docx

j. Spontan : dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil

k. Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan

pengalaman hidup peserta didik dan peduli akan diri peserta didik

l. Menganggap peserta didik “mampu” : percaya akan keberhasilan

peserta didik

m. Menetapkan dan memelihara harapan tinggi : membuat pedoman

kualitas hubungan dan kualitas kerja yang memacu setiap peserta

didik untuk berusaha sebaik mungkin.

8. Semua peserta didik diusahakan untuk  memiliki modul/buku sumber

belajar lainnya, dan buku yang bisa dipinjam dari Perpustakaan. Tidak

diperkenankan guru mencatat/menyuruh peserta didik untuk mencatat

pelajaran di papan tulis

9. Dalam melakukan penilaian guru harus berorientasi pada :

a. Acuan/patokan. Semua kompetensi perlu dinilai sesuai dengan

acuan kriteria berdasarkan indikator hasil belajar.

b. Ketuntasan Belajar. Ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran

atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat

dipertanggungjawakan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi

berikutnya.

c. Metoda penilaian dengan menggunakan variasi, antara lain

Tes Tertulis : pertanyaan-pertanyaan tertulis

Observasi : pengamatan kegiatan praktik

Wawancara : pertanyaan-pertanyaan langsung tatap muka

Portfolio : Pengamatan melalui bukti-bukti hasil belajar

Demonstrasi : Pengamatan langsung kegiatan praktik/pekerjaan

yang sebenarnya

15

Page 16: MAKALAH bdp.docx

11. Kebijakan sekolah dalam KBM yang patut diperhatikan oleh guru :

a. Guru wajib mengabsensi peserta didik setiap masuk kelas

b. Masuk kelas dan keluar kelas tepat waktu. Jam pertama misalnya

07.30 dan jam terakhir harus pulang sama-sama setelah bel

berbunyi. Pada jam istirahat tidak diperkenankan ada kegiatan

belajar mengajar.

c. Guru wajib membawa  buku absen & daftar nilai, Silabus, RPP,

program semester, modul/bahan ajar sejenisnya  ketika sedang

mengajar

d. Selama KBM tidak boleh ada gangguan yang dapat mengganggu

konsentrasi peserta didik. Misalnya guru/peserta berkomitmen

bersama untuk tidak mengaktifkan HP ketika PBM berlangsung

e. Guru harus mendukung kebijakan sekolah baik yang berlaku baik

untuk dirinya sendiri maupun untuk peserta didik dan berlaku

proaktif.

f. Untuk pelanggaran oleh peserta didik maka hukuman dapat

ditentukan secara musyawarah bersama peserta didik, namun untuk

pelanggaran kategori berat sekolah berat menentukan kebijakan

sendiri.

12. Pengalaman belajar hendaknya menggunakan sebanyak mungkin indera

untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.

a. Terdapat kegiatan membaca, menjelaskan, demonstrasi, praktek,

diskusi, kerja kelompok, pengulangan kembali dalam menjelaskan

dan cara lain yang bisa ditemukan oleh guru.

b. Gunakan spidol warna-warni dalam membantu menjelaskan di

papan tulis.

c. Disarankan menggunakan media pendidikan seperti projector,

bagan, dan sebagainya.

d. Diperbolehkan belajar di luar kelas seperti di bawah pohon dan

tempat menarik lainnya.

16

Page 17: MAKALAH bdp.docx

Siswa belajar : 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,

30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang di lihat dan dengar, 70% dari apa

yang  dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan lakukan (Vernon A.

Magnessen, 1983). Ini menunjukkan guru mengajar dengan ceramah, maka siswa

akan mengingat dan menguasai hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan.

Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan

melaporkanknya maka akan mengingat dan menguasai sebanyak 80%. 

Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa serta

memberikan stimulus yang mendorong siswa untuk berbuat dan berpikir sambil

menghasilkan karya dan pikiran kreatif.

17

Page 18: MAKALAH bdp.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki

atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih

hidup dan bermakna. Berbagai inovasi tersebut diharapkan dapat memberikan

motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang belajar.

Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet

menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan

semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakekat e-

learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet.

Disamping itu prinsip sederhana, personal dan cepat perlu dipertimbangkan. Di

sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai kebutuhan.

Pembelajaran kuantum merupakan salah satu pembaharuan pembelajaran,

menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar

yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahan

pembelajaran dan bagaimana menyederhanakan proses belajar sehingga

memudahkan belajar siswa.

18

Page 19: MAKALAH bdp.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anwas, Oos M. (2000), Internet: Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Darsono, M. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.

Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif

Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Udin Syaefudin, 2009, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

http://e-dufiesta.blogspot.com/2008/06/pengertian-e-learning.html

http://blog.unila.ac.id/satriamadangkara/2008/07/07/syaratkeunggulan-dan-

kendala-e-learning/html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/quantum-learning/html

http://r-doc.blogspot.com/2009/11/perkembangan-intelektual.html

19