Makalah B2M2= Paradigma Sehat

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di negara-negara berkembang (misalnya Indonesia) pada prinsipnya menyangkut dua aspek, aspek fisik dan aspek nonfisik. Aspek fisik menyangkut aspek nonperilaku (misalnya lingkungannya). Aspek nonfisik menyangkut perilaku kesehatan. Berdasarkan dua masalah kesehatan tersebut, pendekatan dalam memecahkan masalah kesehatan dibagi menjadi dua, pendekatan fisik dan pendekatan nonfisik (melalui peningkatan perilaku). Kedua pendekatan tersebut harus sejalan dalam memecahkan masalah kesehatan dan masing- masing memiliki kontribusi yang sama. Pemberian fasilitas fisik tanpa diikuti oleh peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan memberikan hasil yang jauh dari harapan. 1 1.2 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk belajar bagaimana cara mengubah paradigma masyarakat, mengenal dan mengetahui pentingnya paradigma sehat dan kesehatan masyarakat. Sehingga penulis dan pembaca mampu memahami 1

description

aaa

Transcript of Makalah B2M2= Paradigma Sehat

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan di negara-negara berkembang (misalnya Indonesia) pada prinsipnya menyangkut dua aspek, aspek fisik dan aspek nonfisik. Aspek fisik menyangkut aspek nonperilaku (misalnya lingkungannya). Aspek nonfisik menyangkut perilaku kesehatan. Berdasarkan dua masalah kesehatan tersebut, pendekatan dalam memecahkan masalah kesehatan dibagi menjadi dua, pendekatan fisik dan pendekatan nonfisik (melalui peningkatan perilaku). Kedua pendekatan tersebut harus sejalan dalam memecahkan masalah kesehatan dan masing-masing memiliki kontribusi yang sama. Pemberian fasilitas fisik tanpa diikuti oleh peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan memberikan hasil yang jauh dari harapan.11.2 TujuanTujuan penulisan makalah ini yaitu untuk belajar bagaimana cara mengubah paradigma masyarakat, mengenal dan mengetahui pentingnya paradigma sehat dan kesehatan masyarakat. Sehingga penulis dan pembaca mampu memahami dan belajar betapa pentingnya menggunakan paradigma sehat dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Teori

2.1.1 Paradigma Sehat

Paradigma sehat teramat penting dalam kehidupan manusia di dunia. Ini dimaksudkan upaya pencegahannya tidak terlalu jauh ketinggalan dari aspek kuratif atau pada masa pengobatan penyakit dengan bidang preventiv tertier atau pada masa rehabilitasinya.2Paradigma sehat adalah keadaan dimana menjaga yang sehat tetap sehat dan yang sakit supaya menjadi sehat. Paradigma sehat bertujuan mewujudkan masyarakat sehat. Menurut anggapan orang awam, masyarakat sehat berarti tidak ada lagi yang sakit. Padahal paradigma sehat adalah bertujuan untuk mencegah daripada mengobati.Paradigma sehat ditopang dengan empat pilar strategi yakni, pembangunan berwawasan sehat, profesionalisme, desentralisasi dan jaringan pengaman kesehatan masyarakat (JPKM) belum signifikans mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Karena kondisi di Indonesia sekarang dilaporkan angka kematian Ibu masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Brunai dan Thailand.

Tingginya angka kematian tersebut menggambarkan rendahnya kualitas hidup Bangsa Indonesia seperti rendahnya tingkat pengetahuan Ibu mengenai kesehatan, sehingga diperlukan peran petugas kesehatan untuk membimbing ibu berperilaku hidup kesehatan. Akan tetapi sampai sekarang jumlah tenaga kesehatan belum sesuai dengan harapan misalnya Bidan termasuk Bidan PTT, idealnya untuk menurunkan kondisi di atas diperlukan seorang Bidan melayani seribu penduduk, namun kenyataannya melayani 2000 penduduk. Begitu juga Sarjana Kesehatan Masyarakat standarnya seorang SKM melayani 5000 penduduk, namun nyatanya masih melayani diatas seratus ribu jiwa. Kondisi seperti ini dari tahun ketahun tidak menunjukkan perubahan yang bermakna. Ironisnya, seoalah-olah pemerintah lepas tangan, termasuk tenaga kesehatan yang lain. Karena hal ini disebabkan kemampuan dan keterampilan manajemen aspiratif bagi aparatur belum membudaya. Oleh karena itu, diperlukan aparatur yang mampu dan terampil, beorientasi pada permasalahan yang aktual (problem based approach).

Jadi, untuk mewujudkan masyarakat sehat, diperlukan pemahaman paradigma sehat secara benar melalui model keterampilan manajemen aspiratif. Pertama, memiliki kemampuan menetapkan sasaran pokok dengan tepat, jelas, terukur, objektif dan realistis (MBO). Walaupun pada pelaksanaannya masih ditemui ketimpangan keterampilan MBO terutama bagi pengambilan keputusan kepala daerah kab/kota, DPRD dalam menetapkan kerangka sasaran pokok pembangunan yang terpadu antara dinas/instansi dan stakeholder. Secara jujur pemerintah belum mengimplementasikan kerangka pembangunan tersebut, tetapi masih terpragmentasi walau berorientasi paradigma lintas sector tetapi hanya bersifat kordinasi. Padahal tujuan atau sasaran pokok pemerintah bila dirumuskan dalam kerangka pembangunan yang terpadu dan terarah mampu melahirkan program yang efisien, efektif produktif sinergis dan komparatif yang significan. Kedua, Memiliki kemampuan berpikir sistem. Artinya berkemampuan menganalisis permasalahan, (problems based approach) yang mengedepankan cara pikir menelusuri sistem, mampu mengidentifikasi persoalan dan penyebabnya secara benar dan utuh, memberikan alternatif pemecahan persoalan yang baik. Ketiga, monitoring. Merupakan aspek yang selama ini menjadi kelemahan, karena monitoring hanya bersifat pemantauan dan pelaporan tanpa ada tindak lanjut. Ironisnya berbagai kendala atau kesalahan pun terus bergulir tanpa ada upaya perbaikan. Padahal monitoring merupakan unsur pengawasan internal yang menerapkan metode pemecahan permasalahan (problems solving) sehingga berhasil-guna dan dapat ditindak lanjuti.32.1.2 Kesehatan LingkunganDalam kesehatan lingkungan ada beberapa ilmu yang mempelajari dan memperkuat peranan kesehatan lingkungan, yaitu: Ilmu lingkungan

Ilmu lingkungan adalah penerapan berbagai prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan manusia. Penerapan prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi, yaitu:

a. Pendekatan holistik

Pendekatan seutuhnya berupa analitik dan redusionistik

b. Pendekatan evolusioner

Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi padapara pelaku dalam lingkungan hidup, baik secara individual, populasi, maupun komunitas.

c. Pendekatan interaktif

Suatu kehidupan harus dilihat dari hubungan-hubungan interaktif antar-komponen penyusun dan merupakan suatu pendekatan bottom-up untuk mengenal ekosistem atau lingkungan hidup dengan lebih baik

d. Pendekatan situasional

Pendekatan ekologi dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu permasalahan timbul

e. Pendekatan Sosiosistem dan Ekosistem

Pendekatan ini berupaya memisahkan lingkungan hidup ke dalam sistem sosial dan sistem alami serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi , energi, dan informasi. Dari antara keduanya akan menghasilkan proses seleksi adaptasi.

f. Pendekatan peranan dan perilaku manusia

Pendekatan ini berupaya mempelajari peranan manusia dala program MAB (man and Biosphere) atau pendekatan pemanfaatan oleh manusia.

g. Pendekatan kontekualisasi progresif

Pendekatan ini bersifat interdisipliner dab dapat ditelusuri secara progresif sehingga setiap permasalahan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik.

h. Pendekatan kualitas lingkungan

Pendekatan ini merupakan kelanjutan pendekatan kontektualisasi progresif yang kemudian dikembangkan dengan penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

Ilmu kesehatan lingkungan

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Ilmu sanitasi lingkungan

Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Manusia dan lingkungannya

Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungnanya disebut ekologi. Ekologi memperlajari seluk beluk satu jenis (spesies) mahluk hidup dengan lingkungan sisebut autekologi, sedangkan ekologi yang mempelajari seluk beluk beberapa jenis mahluk hidup sekaligus dalam suatu habitat atau komunitas disebut sinekologi. Contoh ekologi perkotaan, hujan ,perairan, dan sebagainya. Sementara itu, ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan disebut ekologi manusia.Interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungan abiotik dalam suatu komunitas yang didasari pada pola makan, keanekaragaman biota, dan daur ulang demi kelangsungan hidup disebut ekosiste. Lingkupan hidup pada manusia maupun mahluk hidup lainnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Lingkungan hidup internal

Lingkungan hidup internal adalah proses fisiologis dan biokimia yang berlangsung dalam tubuh manusia pada saat tertentu yang juga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan keadaan yang terjadi di laur tubuh untuk kelangsungan hidupnya atau disebut juga bersifat homeostatis.

b. Lingkungan hidup eksternal

Lingkungan hidup eksternal adalah segala sesuatu yang berupa benda hidup atau mati, ruang energi, keadaan sosial, ekonomi, maupun budaya yang dapat membawa pengaruh terhadap perikehidupan manusia di permukaan bumi.4,52.1.3 Pendidikan Kesehatan

Menurut Nyswander, pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai.

Menurut WHO, secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku mencakup hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut. a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. oleh

sebab itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara

hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang ada

dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi

tidak menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.6Pendidikan kesehatan merupakan bentuk interverensi terutama terhadap faktor perilaku. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Lingkungan

Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh instansi, baik pemerintah, swasta, maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Banyak pula proyek pengadaan sarana sanitasi lingkungan dibangun untuk masyarakat, misalnya jamban (kakus, WC) keluarga, jamban umum, MCK (sarana mandi, cuci, dan kakus), tempat sampah, dan sebagainya. Namun, karena perilaku masyarakat, sarana atau fasilitas sanitasi tersebut, kurang atau tidak dimanfaatkan dan dipelihara sebagaimana mestinya. Agar sarana sanitasi lingkungan tersebut dimanfaatkan dan dipelihara secara optimal, maka perlu didalam pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Demikian pula dengan lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial banyak warga masyarakat yang menderita stres dan gangguan jiwa. Oleh karena itu baik dalam memperbaiki masalah sosial maupun dalam menangani akibat masalah sosial (stres dan gangguan jiwa), diperlukan pendidikan kesehatan.

Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku

Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan bila mana sakit, dan sebagainya. Kesadaran masyarakat tentang kesehatan disebut "melek kesehatan" (health literacy). Lebih dari itu, pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai "melek kesehatan" pada masyarakat saja, namun yang lebih penting ialah mencapai perilaku kesehatan (healthy behaviour). Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan/dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hari ini berarti bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style). Peran Pendidikan Kesehatan dalam pelayanan Kesehatan. Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (puskesmas). Tidak kurang dari 7.000 Puskesmas tersebar di seluruh Indonesia. Namun pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat belum optimal. Peran Pendidikan Kesehatan dalam faktor hereditas, orang tua khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya kesehatan orang tua, khususnya kesehatan ibu yang rendah dan kurang gizi, akan mewariskan kesehatan yang rendah pula kepada anaknya. Rendahnya kesehatan orang tua, terutama ibu, bukan hanya karena sosial ekonomi tetapi sering juga disebabkan karena orang tua, atau ibu tidak mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya atau tidak tahu makanan yang bergizi yang harus dimakan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan diperlukan pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat rnewariskan kesehatan yang baik kepada keturunan mereka. Di samping itu, banyak penyakit yang dapat diturunkan kepada anak oleh orang tuanya, baik ayah ataupun ibu. Bagi kelompok masyarakat yang berisiko menderita penyakit turunan (misal asma, rematik, jantung koroner, dan sebagainya) harus diberikan pengertian sehubungan dengan penyakit-penyakit tersebut agar lebih berhati-hati dan mengurangi akibat serius dari penyakit tersebut.62.1.4 Imunisasi

Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu/ toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/ nontoksin. Imunitas perlu dikembangkan untuk jenis antibodi/ sel efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya (toksin). Antibodi mencegah adherens mikroba masuk ke dalam sel intuk menginfeksinya, atau efek yang merusak sel dengan menetralkan toksin (difteri, klostridium). Dalam hal ini, imunisasi dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain yang telah mendapat imunisasi aktif. Transfer sel yang kompeten imun kepada pejamu yang sebelumnya imun inkompeten, disebut transfer adotif. Imunisasi aktif menginduksi respon imun. Pencegahan sebelum terjadi pajanan biasa dilakukan sebagai imunisasi aktif pada anak. Antiserum kuda telah digunakan secara luas di waktu yang lalu tetapi penggunaannya sekarang lebih terbatas oleh karena bahaya penyakit serum . imunisasi pasif dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan. Imunisasi pasif juga dibagi menjadi dua yaitu,a. Imunisasi pasif alamiah

Imunisasi maternal melalui plasenta

Imunitas maternal melalui kolostrum

b. Imunisasi pasif buatan

Immune serum globin nonspesifik (human normal immunoglobulin)

Immune serum globulin spesifik Serum asal hewan

Antibodi heteroloog versus antibodi homolog

Imunisasi Aktif

Dalam imuniasasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup/ dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik. Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktivitasi dengan suntikan booster antigen. Baik sel B maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi.Selain itu, imunisasi biasanya dimulai pada anak dengan memberikan toksoid difteri dan tetanus, kuman B. Anak usia di bawah umur dua tahun menunjukan ketidakmampuan imun untuk membentuk antibodi terhadap pemberian parenteral polisakarida kapsul bakteri seperti H, influenza tipe B, berbagai N, meningitidis dan S, pneumoni.7

2.1.5 Kesehatan Masyarakat

Secara umum kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yakni kesehatan individu dan kesehatan agregat (kumpulan individu) atau kesehatan masyarakat. Ilmu yang mempelajari masalah kesehatan individu ini adalah ilmu kedokteran (medicine), sedangkan ilmu yang mempelajari ilmu kesehatan agregat adalah ilmu kesehatan masyarakat (public health).

Menurut batasan dibuat oleh Winslow seorang ahli kesehatan masyarakat, dan sampai sekarang masih relevan yaitu, kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:

a. Perbaikan sanitasi lingkungan

b. Pembersihan penyakit-penyakit menular

c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan (personal hygiene)

d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini serta pengobatan, dan

e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin agar setiap orang terpenuhi kebutuhan hidupnya yang layak dalam memelihara kesehatannya.8Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni interverensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas. Interverensi terhadap faktor lingkungan fisik adalah dalam bentuk perbaikkan sanitasi lingkungan. Interverensi terhadap faktor pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan atau perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan dan sebagainya. Sedangkan interverensi pada faktor hereditas antara lain dengan perbaikan gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi ibu hamil. Karena dengan gizi yang baik, ibu hamil akan menghasilkan anak yang sehat dan cerdas, begitu juga sebaliknya jika ibu hamil kurang gizi, maka akan menghasilkan anak dengan berat badan yang kurang, sakit-sakitan dan bodoh. Di samping itu pendidikan kesehatan bagi kelompok yang mempunyai faktor risiko menurunkan penyakit tertentu.62.1.6 Peranan Partisipasi MasyarakatPartisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Untuk mendapatkan/ membentuk peranan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan, sebagai berikut.a. Pendekatan yang sempit

Pendekatan yang sempit berfokus pada pencegahan penyakit dan pengendalian biaya dengan mengartikan kesehatan sebagai keadaan tanpa penyakit. Teori yang mendasarinya mengatakan bahwa cara manusia hidup (apa yang mereka makan serta lakukan, apakah ereka merokok atau minum minuman keras atau mempunyai perilaku beresiko) menjadi penyebab utama penyakit. Motivasi untuk mengubah perilaku didasarkan pada pengurangan resiko ditingkat individu. Basisi evidensnya berasal dari epidemiologi klinis dan molekular. Untuk mengenali perbedaan dalam faktor resiko ditingkat individu. Basis evidensnya berasal dari epidemiologi klinis dan molekular untuk mengenali berbagai perbedaan dalam faktor resiko dilakukan riset, dan berdasarkan informasi dari hasil riset tersebut disampaikanlah saran kepada masyarakat bahwa jika mereka merubah perilakunya, mereka akan mengurangi resiko timbulnya penyakit (penyakit kanker atau penyakit jantung dan sebagainya) dalam diri mereka. Pendekatan ini mengaitkan perilaku seseorang dengan resiko penyakit. Beban (biaya) pencegahan dan promosi kesehatan berada pada individu itu sendiri dan dapat dianggap sebagai tanggung jawab mereka dalam menangani perilaku mereka yang beresiko. Pendekatan tersebut bertujuan untuk mengenali permasalahan yang dekat dan nyata pada saat ini serta menanganinya pada saat ini pula. Kerugian pada pendekatan yang sempit adalah bahwa ancaman fundamental dalam masyarakat yang berada di luar kontrol individu dapat terlupakan (ancaman fundamental merupakan penyebab dasar melantari seperti faktor sosioekonomi yang lebih luas, pendidikan serta akses pada pelayanan kesahatan, faktor lingkungan dan nilai-nilai yang melingkupi masyarakat).b. Pendekatan yang luas

Pendekatan yang luas mengartikan kesehatan lebih dari keadaan tanpa penyakit. Pendekatan ini memandang keadaan sehat-sejahtera dala pengertian sehat jiwa dan fisik dan juga meliputi perasaan memiliki kontrol tertentu atas hidup anda. Pendekatan yang luas mengaitkan ilmu kesehatan masyarakat dengan kebijakan: tindakan dan struktur yang disepakati masyarakat dan bertujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan kesehatan. Model teoritis yang melatari adalah model sosiokultural. Pendekatan ini berfokus pada lingkungan yang lebih luas dan berupaya memahami faktor-faktor yang memudahkan orang dalam melakukan pilihan yang sehat atau menghambatnya. Persoalan penting yang memotivasi pendekatan ini adalah tentang penanganan faktor sosiokultural yang melantari seperti kemiskinan, masalah global dan berbagai struktur ditingkat lokal, regional, nasional, serta internasional yang mempengaruhi kesehatan. Basis evidens bagi pendekatan yang luas berasal dari epidemiologi, seperti pendekatan lainnya, lebih sesuai untuk mengali konteks sosiokultural tersebut. Pendekatan yang luas memandang kasus serta solusi dalam jangka waktu yang lebih lama dan menangani masalah struktural dalam masyarakat yang membuat seseorang lebih sulit untuk melakukan pilihan yang optimal. Kerugian pada pendekatan yang luas tidak pernah dapat mengatasi langkah-langkah penting yang membatasi laju (key rate- limiting steps) pada waktu yang tepat.9Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini mengandung berbagai dimensi sebagai berikut.

Perubahan perilaku

Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan rnenjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau dari perilaku negatif ke perilaku yang positif. Perilaku yang merugikan kesehatan yang perlu diubah, misalnya merokok, rninum-minuman keras, ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, ibu tidak mau mengimunisasikan anak balitanya, dan sebagainya.

Pembinaan perilaku

Pembinaan terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya, artinya masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healty life style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya olahraga teratur, rnakan dengan menu seimbang, menguras bak mandi secara teratur, membuang sampah di tempatnya, dan sebagainya.

Pengembangan Perilaku

Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat bagi anak seyogianya dimulai sedini mungkin, karena kebiasaan perawatan terhadap anak, termasuk kesehatan yang diberikan oleh orang tua, akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak selanjutnya. Contoh, bayi yang buang air atau pipis, secara naluri merasa tidak enak (risih) lalu menangis. Apabila orang tua tidak merespons dalam arti tidak segera mengganti popoknya, maka lama kelamaan anak akan berhenti menangis dan tidur lagi. Untuk selanjutnya apabila buang air kecil lagi anak tidak akan menangis lagi. Hal ini berarti anak sudah dibiasakan untuk berperilaku tidak sehat atau jorok.62.2 Analisis Masalah

2.2.1 Berdasarkan aspek kesehatan

a. Aspek PromotifSasaran pendidikan adalah kelompok orang sakit (80-85% populasi). Derajat kesehatan cukup dinamis meskipun dalam kondisi sehat, tetapi perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.

b. Aspek Preventif

Pada aspek ini, upaya pendidikan kesehatan mencakup tiga upaya kegiatan.c. Pencegahan tingkat pertama (primer)

Sasaran pendidikan adalah kelompok risiko tinggi (misalnya, ibu hamil dan menyusui, perokok, obesitas, dan pekerja seks). Tujuan upaya pendidikan adalah menghindari mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.

d. Pencegahan tingkat kedua (sekunder)

Sasaran pendidikan adalah penderita penyakit kronis (misalnya, asma, diabetes melitus, TBC). Tujuan pendidikan adalah memberi penderita kemampuan mencegah penyakitnya bertambah parah.

e. Pencegahan tingkat ketiga (tersier)

Sasaran pendidikan adalah kelompok pasien yang baru sembuh. Tujuannya adalah memungkinkan penderita segera pulih kembali dan mengurangi kecacatan seminimal mungkin.1,62.2.2 Berdasarkan tingkat pelayanan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dengan konsep five levels of prevention (Leavell dan Clark, 1965).

1. Health Promotion (peningkatan kesehatan)

2. Specific Protection (perlindungan khusus)

3. Dearly diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)

4. Disability limitation (pembatasan kemungkinan cacat)

5. Rehabilitation (rehabilitasi)12.2.3 Tahap-tahap kegiatan

Mengubah perilaku seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah melalui tahap sensitisasi, publisitas, edukasi, dan motivasi.1. Tahap sensitisasi

Untuk tahap ini, dilakukan pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan (misalnya, kesadaran terhadap adanya pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan, dan kegiatan imunisasi). Kegiatan pada tahap ini, tidak dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan tidak mengarah pada perubahan sikap serta tidak atau belum bermaksud mengubah perilaku tertentu. Kegiatan tersebut hanya sebatas pemberian informasi tertentu. Bentuk kegiatan berupa radio spot, poster dan selebaran.2. Tahap publisitas

Tahap ini merupakan kelanjutan tahap sensitisasi yang bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, misalnya di puskemas, posyandu, polindes, dan pustu.

3. Tahap edukasi

Tahap selanjutnya adalah tahap edukasi, yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar.

4. Tahap motivasi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Ini berarti bahwa setelah mengikuti pendidikan kesehatan, individu atau masyarakat mampu mengubah perilaku sehari-harinya sesuai dengan perilaku yang dianjurkan. Kegiatan-kegiatan dilakukan secara berurutan dan bertahap. Oleh karena itu, pendidik kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi san publisitas serta menguasai ilmu belajar mengajar untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap edukasi dan motivasi.1,52.2.4 Kesehatan komunitas versus kesehatan personal- Aktivitas kesehatan personal

Aktivitas kesehatan personal adalah tindakan dan pengambilan keputusan secara perorangan yang dapat memengaruhi kesehatan seseorang atau anggota keluarga terdekatnya. Sifat aktivitas tersebut dapat berupa preventif ataupun kuratif tetapi jarang yang dapat berpengaruh langsung pada perilaku orang lain. Contoh aktivitas kesehatan personal antara lain memilih makanan secara bijak, selalu menggunakan sabuk pengaman, dan berkunjung kedokter. Aktivitas kesehatan komunitas

Aktivitas kesehatan komunitas merupakan aktivitas yang ditunjukan untuk melindungi atau memajukan kesehatan suatu populasi atau komunitas. Pemeliharaan catatan kelahiran dan kematian yang akurat, perlindungan terhadap persediaan air, makanan dan partisipasi dalam pengumpulan dana untuk organisasi kesehatan sukarela seperti American Lung Association merupakan contoh aktivitas kesehatan komunitas.8BAB III

PENUTUP

3.1 SimpulanBerdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis dapat diterima. Hipotesis benar, karena kejadian luar biasa (KLB) pada suatu penyakit itu dapat dicegah dan diatasi dengan mengetahui faktor-faktor yang terlibat di dalamnya, seperti faktor pendidikan, kesehatan lingkunganya, dan imunisasi. Dari berbagai faktor inilah seseorang dapat belajar dan mengetahui cara mengatasinya dan cara merubah paradigma masyarakat dengan terlebih dahulu memahami tujuan paradigma sehat itu sendiri. 3.2 SaranDari hasil kajian di atas, dalam merubah paradigma masyarakat tidaklah mudah, maka dari itu perlu adanya serangkaian tujuan kegiatan untuk mencapai hasil yang baik dan maksimal. Seperti dilakukan penyuluhan yang didahulukan dengan melakukan pendekatan, dan mengikutsertakan peran masyarakat di dalamnya. Selain itu, pada saat penyuluhan perlu dilakukannya simulasi dan penyesuaian diri dengan keadaan masyarakat setempat. Kemudian baru diadakannya pelatihan besar seputar kebersihan dan kesehatan lingkungan mereka, serta yang lebih penting perlu dilakukannya sanitasi lingkungan sekitar. Lalu yang terakhir lakukan imunisasi dan ajarkan cara imunisasi kepada kader yang dipilih/ dipercaya oleh masyarakat setempat. Serta yang terakhir berikan fasilitas kesehatan bila perlu. DAFTAR PUSTAKA

1. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC, 2007.2. Tadda, Anurogo D. Definisi paradigma sehat. Edisi Agustus 2010. Di unduh dari: http://www.infokedokteran.com/articel/definisi-paradigma-sehat-pdf-word-free-ebooks-download.html, 1 Desember 2010.

3. Purwowiyoto BS. Paradigma Sehat harus pentingkan aspek preventif. Edisi Desember 2003. Diunduh dari: http://www.infokedokteran.com/articel/paradigma-sehat-pdf-word-free-ebooks-download.html, 3 Desember 2010.4. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC, 2007.

5. Chang W. Moral lingkungan hidup. Yogyakarta: Kanisius, 2005.6. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.7. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta: FKUI, 2009.8. Mckenzie JF, Pinger RR, Kotecki JE. Kesehatan masyarakat. Edisi 4. Jakarta: EGC, 2007.9. Editor Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM,Arab L. Gizi kesehatan masyarakat.

Jakata : EGC, 2008.PAGE 8