Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

37
ANGGARAN BERBASIS KINERJA DAN POLITIK ANGGARAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA PENDAHULUAN Dalam proses manajemen organisasi, anggaran mempunyai peran yang penting karena mengungkapkan apa yang akan akan dilakukan di masa mendatang. Pemikiran strategis di setiap organisasi merupakan proses di mana manajemen berpikir tentang pengintegrasian aktivitas ke arah tujuan organisasi. Hal ini juga berlaku bagi sektor publik di Indonesia, dimana penganggaran merupakan salah satu proses yang penting untuk menentukan apa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di tahun mendatang dan menentukan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan untuk menjalankan program-program yang direncanakan. Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja (ABK), metode penganggaran yang digunakan di Indonesia adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan

description

Politik Anggaran dan Anggaran Berbasis Kinerja

Transcript of Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Page 1: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

ANGGARAN BERBASIS KINERJA DAN POLITIK ANGGARAN

SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Dalam proses manajemen organisasi, anggaran mempunyai peran yang penting

karena mengungkapkan apa yang akan akan dilakukan di masa mendatang. Pemikiran

strategis di setiap organisasi merupakan proses di mana manajemen berpikir tentang

pengintegrasian aktivitas ke arah tujuan organisasi. Hal ini juga berlaku bagi sektor

publik di Indonesia, dimana penganggaran merupakan salah satu proses yang penting

untuk menentukan apa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di tahun mendatang dan

menentukan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan untuk menjalankan program-

program yang direncanakan. Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja

(ABK), metode penganggaran yang digunakan di Indonesia adalah metoda tradisional

atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa

rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan,

namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem

pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah

digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya

ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja

namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut

gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan

sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari

pelayanan.

Di dalam penganggaran sektor publik tidak bisa dilepaskan dari kepentingan

politik. Karena penganggaran di sektor publik melibatkan institusi politik. Peng-

anggaran di sektor publik melibatkan peran masyarakat melalui legislatif yang akan

berusaha memperjuangkan keinginan konstituen dan juga keterlibatan eksekutif dalam

proses penganggaran, dimana eksekutif juga akan berusaha memperjuangkan hal-hal

strategis yang menjadi tujuannya. Disinilah terkadang terjadi kompromi yang bisa

berdampak positif maupun negatif bagi pembangunan.

Page 2: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Dari uraian diatas, makalah ini mencoba untuk membahas mengenai

penganggaran terutama mengenai ABK dan penerapannya di Indonesia juga

menjelaskan tentang politik anggaran.

TEORI PENGANGGARAN PUBLIK

Pengertian Anggaran Publik

National committee on Governmental Accounting (NGGA), yang saat ini telah

diubah menjadi Govermental Accounting Standards Board (GASB), mendefinisikan

anggaran sebagai berikut:

“.....rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.”

Sedangkan pengertian anggaran menurut pendapat beberapa ahli dan Undang-Undang (UU) sebagai berikut:1. Menurut John F. Due

“ Anggaran dalam pengertian umum adalah perencanaan keuangan untuk periode tertentu. Oleh karena itu anggaran pemerintah adalah laporan usulan pengeluaran dan penerimaan untuk periode mendatang, beserta data mengenai data aktual pengeluaran dan penerimaan untuk periode sekarang dan periode sebelumnya.”

2. Menurut J. Burkhead dan J. Minar

“Anggaran adalah rencana penerimaan pemerintah untuk satu tahun mendatang yang harus dihubungkan dengan rencana proyek-proyek untuk jangka waktu yang lebih lama.”

3. Menurut M. Soebagio

“Anggaran negara adalah suatu rencana yang diperlukan untuk membiayai segala kegiatannya, begitu pula biaya yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan disertai taksiran besarnya penerimaan yang didapat dan digunakan membelanjakan pengeluaran tersebut.”

4. Menurut M. Suparmoko

“Anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun.”

5. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

“Anggaran dalam hal ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan Anggaran Pendapatan dan

Page 3: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Belanja Daerah, selanjutnya disebut DPRD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”

Dari beberapa definisi di atas dapat diperoleh suatu persamaan bahwa anggaran

pada sektor publik merupakan suatu rencana untuk periode mendatang, dengan periode

umumnya satu tahun, yang berisi tentang pengeluaran yang akan dilakukan dan

penerimaan yang diharapkan untuk membiayai pengeluaran tersebut.

Di dalam penyusunan anggaran publik umumnya menyesuaikan dengan

peraturan yang berlaku. Di Indonesia penyusunan anggaran mengacu kepada empat

paket UU Keuangan yaitu, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU Nomor

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Selain itu juga

perlu memperhatikan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah.

Perlunya dibuat anggaran pada sektor publik karena anggaran dapat berfungsi

sebagai: hasil akhir dari proses penyusunan anggaran; cetak biru aktivitas yang akan

dilaksanakan di masa mendatang; alat komunikasi internal yang menghubungkan

berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antaratasan serta bawahan; alat pengendalian

unit kerja; alat motivasi dan persuasi tindakan yang efektif serta efisien dalam

pencapaian visi organisasi; instrumen politik; instrumen kebijakan fiskal (Bastian,

2010).

Tujuan Anggaran Sektor Publik

Tujuan utama dari pentingnya anggaran pada sektor publik yaitu sebagai alat

perencanaan, pengendalian dan administrasi, dan fungsi pelaporan dan evaluasi (Granof,

2005).

Perencanaan terdiri dari proses menentukan aktivitas yang akan dilakukan

sumber daya yang diperlukan, dan alokasi atas sumber daya. Anggaran sebagai alat

perencanaan dalam sektor publik harus memperhatikan secara spesifik jenis, kuantitas,

dan kualitas atas pelayanan yang akan diberikan kepada konstituen, memperkirakan

biaya pelayanan, dan menentukan bagaimana membayar biaya atas pelayanan. Selain itu

Page 4: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

anggaran bertujuan sebagai alat kontrol dan administrasi karena anggaran membantu

meyakinkan bahwa sumber daya yang diperoleh dan dibebankan sesuai dengan yang

direncanakan. Manajer menggunakan anggaran untuk memonitor aliran sumber daya

dan penyesuaian operasional yang diperlukan, sedangkan legislatif menggunakan

anggaran untuk memaksakan anggaran belanja yang dimiliki eksekutif agar sejalan

dengan yang telah ditentukan. Terakhir, anggaran sebagai dasar laporan akhir periode

dan evaluasi. Perbandingan antara anggaran dan aktual mengungkapkan apakah

penerimaan dan pengeluaran yang dimandatkan dilakukan. Anggaran juga dapat

memfasilitasi penilaian akan efisiensi dan efektivitas (Granof, 2005).

Prinsip-Prinsip Anggaran Publik

Prinsip penganggaran yang sangat terkenal adalah apa yang dikenal dengan

“The Three Es” yaitu Ekonomis, Efisien, dan Efektif. Ekonomis berkaitan dengan

input, efektivitas hanya berkaitan dengan output, dan efisiensi berkaitan antara input

dan ouput (Jones dan Pendlebury,1988, dalam Bastian, 2010).

Adapula prinsip penganggaran dari konsep “good governance” yang

menekankan pada prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi (Agree, 2000,

dalam Bastian, 2010). Sedangkan menurut Shafritz dan Russel (1997) dalam Bastian

(2010) prinsip penganggaran sudah mengacu pada perkembangan terakhir dalam

masyarakat, yaitu demokratis, adil, transparan, bermoral tinggi, berhati-hati, dan

akuntabel. Prinsip-prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Demokratis, mengandung makna bahwa anggran, baik yang berkaitan dengan

pendapatan maupun yang berkaitan dengan pengeluaran harus ditetapkan melalui

suatu proses yang mengikutsertakan sebanyak mungkin unsur masyrakat, selain

dibahas dan mendapatkan persetujuan dari legislatif.

2. Adil, anggaran negara harus diarahkan secara optimal bagi kepentingan orang

banyak dan secara proporsional dialikasikan ke semua kelompok dalam masyarakat

sesuai dengan kebutuhannya.

3. Transparan, proses perencanaan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban

anggaran negara yang harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga

masyarakat umum.

Page 5: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

4. Bermoral tinggi, pengelolaan anggaran negara berpegang pada peraturan

perundangan yang berlaku, serta senantiasa mengacu pada etika dan moral yang

tinggi.

5. Berhati-hati, pengelolaan anggaran negara juga harus dilakukan secara berhati-

hati, karena posisi sumber daya jumlahnya terbatas dan mahal harganya. Hal ini

semakin terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang organisasi.

6. Akuntabel, pengelolaan keuangan organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan

setiap saat secara internal maupun eksternal kepada rakyat.

SISTEM PENGANGGARAN PUBLIK

Penganggaran merupakan suatu mekanisme birokrasi dalam mengalokasikan

sumber daya dalam bentuk barang dan jasa ke masyarakat. Dalam sejarahnya, sistem

penganggaran telah berkembang mengikuti tuntutan masyarakat dalam konteks sosial

dan politik tertentu. Beberapa jenis sistem penganggaran antara lain:

1. Line Item Budgeting/ Traditional Budgeting, adalah penyusunan anggaran yang

didasarkan pada dan dari mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa

dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran).

2. Incremental Budgeting, adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang

memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan

usulan anggaran periode tahun yang akan datang.

3. Planning Programming Budgeting System, adalah proses perencanaan, pembuatan

program, dan penganggaran yang terkait dalam suatu sistem sebagai kesatuan yang

bulat dan tidak terpisah, yang didalamnya terkandung identifikasi tujuan organisasi

serta permasalahan yang mungkin timbul.

4. Zero Based Budgeting, merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada

perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang dilakukan di masa lalu.

5. Performance Budgeting, adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada

output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, serta rencana strategis

organisasi.

6. Medium Term Budgeting Framework, adalah kerangka strategi tentang anggaran

belanja unit organisasi. Kerangka ini melimpahkan tanggung jawab yang lebih

Page 6: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

besar kepada unit organisasi menyangkut penetapan alokasi dan penggunaan

sumber dana pembangunan.

Dari beberapa jenis sistem penganggaran di atas, makalah ini akan lebih spesifik

membahas mengenai performance budgeting atau Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)

yang saat ini telah diterapkan dalam sistem penganggaran di Indonesia.

Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) diperkenalkan pertama kali di Amerika

Serikat pada tahun 1949, namun dalam prakteknya mengalami kegagalan (Schiavo-

Campo dan Tommasi, 1999 dalam Bastian 2010). Pada reformasi anggaran yang

dilakukan pada tahun 1990-an, beberapa karakteristik penting dari ABK masih dianggap

bermanfaat, dan kemudian dikembangkan bersama dalam konteks reformasi

administrasi publik.

ABK ini juga merupakan perubahan paradigma dalam manajemen di sektor

publik dari sistem manajemen yang tradisional yang terkesan kaku, birokratis dan

hirarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih

mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan perubahan yang kecil dan sederhana.

Perubahan ini juga mengubah peran pemerintah terkait hubungan pemerintah dengan

masyarakat. Paradigma inilah yang dikenal dengan New Public Management (NPM)

(Mardiasmo, 2010).

ABK berorientasi pada output organisasi dan berkaitan dengan visi, misi, serta

rencana strategis organisasi. ABK mengalokasikan sumber daya ke program, bukan ke

unit organisasi semata dan memakai pengukuran output sebagai indikator kinerja

organisasi. Disa dikatakan, ABK adalah teknik penyusunan anggaran berdasarkan

pertimbangan beban kerja (work load) dan biaya unit (unit cost) dari setiap kegiatan

yang terstruktur. Anggaran dengan penggunaan ABK dianggap sebagai pencerminan

program kerja.

Tujuan dari penetapan pengukuran output (output measurement) yang dikaitkan

dengan biaya adalah mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas. Karena itu ABK dapat

menjadi alat untuk menjalankan prinsip akuntabilitas karena yang diterima oleh

masyarakat pada akhirnya adalah output dari suatu proses kegiatan organisasi. Ukuran-

ukuran kinerja pada sistem ABK juga berguna bagi legislatif ketika menjalankan fungsi

Page 7: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

pembentukan kebijakan, fungsi penetapan anggaran, dan fungsi pelaksanaan

pengawasan. Bagi eksekutif, manajemen puncak bertugas melakukan pengendalian

manajemen dan pengendalian kualitas yang dapat diterapkan pada sistem insentif

pegawai.

Dari penjelasan tersebut dapat kita lihat bahwa karakteristik utama dari ABK

adalah: mengandung tiga unsur pokok yaitu pengeluaran organisasi yang

diklasifikasikan menurut program dan kegiatan, pengukuran kinerja, dan pelaporan

program; lebih fokus pada pengukuran kinerja bukan pada pengawasan; setiap kegiatan

harus dilihat dari sisi efisiensi dan maksimalisasi output; terakhir, bertujuan

menghasilkan informasi biaya dan kinerja yang dapat digunakan untuk penyusunan

target dan evaluasi pelaksanaan kerja.

Agar ABK dapat dioperasionalkan maka ABK memerlukan instrumen sebagai

berikut:

1. Indikator kinerja, merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja;

2. Standar biaya, adalah satuan biaya yang ditetapkan baik berupa standar biaya

masukan maupun standar biaya keluaran sebagai acuan perhitungan kebutuhan

anggaran;

3. Evaluasi kinerja, merupakan penilaian terhadap capaian sasaran kinerja,

konsistensi perencanaan dan implementasi, serta realisasi penyerapan anggaran.

Keunggulan-keunggulan dari ABK yaitu: memungkinkan pendelegasian

wewenang dalam pengambilan keputusan; merangsang partisipasi dan memotivasi unit

kerja melalui proses pengusulan dan penilaian anggaran yang bersifat faktual;

membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pmbuatan keputusan; memungkinkan

alokasi dana secara optimal dengan didasarkan pada efisiensi unit kerja; dan terakhir

menghindarkan pemborosan. Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu: tidak semua

kegiatan dapat distandardisasikan; tidak semua kinerja diukur secara kuantitatif; dan

tidak semua jelas mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa yang menanggung

beban keputusan tersebut.

Karakteristik dari ABK sangat bertolak belakang dengan sistem penganggaran

tradisional yang hanya melakukan pengendalian keuangan sangat berorientasi pada

input organisasi, penetapannya melalui pendekatan inkremental, dan menggunakan

Page 8: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

kemampuan menyerap anggaran sebagai salah satu indikator dalam mengukur

keberhasilan organisasi.

Dengan penggunaan ABK maka tidak ada lagi pengkategorian anggaran ke

dalam anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Setiap program dapat dibiayai dari

dua kategori tersebut.

PELAKSANAAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

Sebelum kita membahas pelaksanaan ABK terlebih dahulu kita harus

mengetahui mengenai siklus anggaran. Siklus anggaran adalah masa atau jangka waktu

mulai saat anggaran disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan

undang-undang. Siklus anggaran berbeda dengan tahun anggaran. Tahun anggaran

adalah masa satu tahun untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran atau

waktu di mana anggaran tersebut dipertanggungjawabkan. Siklus anggaran bisa

mencakup tahun anggaran atau melebihi tahun anggaran karena pada dasarnya,

berakhirnya suatu siklus anggaran diakhiri dengan perhitungan anggaran yang disahkan

oleh UU. Siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap yaitu: tahap penyusunan anggaran;

tahap pengesahan anggaran; tahap pelaksanaan anggaran; tahap pegawasan pelaksanaan

anggaran; tahap pengesahan perhitungan anggaran.

Sebelum menyusun ABK harus didahului dengan menyusun perencanaan

strategik (Renstra). Renstra harus disusun secara obyektif dan melibatkan seluruh

komponen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. Untuk meyakini sistem

akan berjalan dengan baik maka harus ditentukan standar harga, tolok ukur kinerja

dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundangundangan. Pengukuran kinerja (tolok ukur) digunakan untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan

sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi

pemerintah pusat/daerah. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja

pemerintah adalah aspek keuangan berupa ABK.

Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator

terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia

dan metode kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu

anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai

Page 9: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya

(ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya

yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan

urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.

Pelayanan dasar yang dimaksud dalam SPM adalah jenis pelayanan publik yang

mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial,

ekonomi dan pemerintahan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan suatu organisasi dalam melaksanakan

ABK meliputi:

1. Menentukan Visi dan misi (yang mencerminkan strategi organisasi), tujuan,

sasaran, dan target.

Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target merupakan tahap pertama yang

harus ditetapkan suatu organisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang hendak dicapai

sehingga setiap indikator kinerja harus dikaitkan dengan komponen tersebut. Oleh

karena itu, penentuan komponen-komponen tidak hanya ditentukan oleh

pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat sehingga dapat diperoleh

informasi mengenai kebutuhan publik. 

2. Menentukan Indikator Kinerja.

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

indikator kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta

digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam

tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai dan

bermanfaat (berfungsi). Indikator kinerja meliputi: Masukan (Input) adalah

sumber daya yang digunakan dalam suatu proses untuk menghasilkan keluaran

yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Indikator masukan meliputi

dana, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, data dan informasi lainnya yang

diperlukan; Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu

dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Indikator keluaran dijadikan

landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tolok ukur dikaitkan dengan

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur; Hasil (Outcome)

Page 10: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu

keluaran. Indikator hasil adalah sasaran program yang telah ditetapkan; Manfaat

(Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak

setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan hal-hal yang

diharapkan dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi secara optimal.

Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat dari suatu

kegiatan. Indikator dampak merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang

terjadi, dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu kemudian.

3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas

program.

Kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat alternatif dan selanjutnya

mengambil keputusan atas program/kegiatan yang dianggap menjadi prioritas.

Dilakukannya pemilihan dan prioritas program/kegiatan mengingat sumber daya

yang terbatas.

4. Analisa Standar Biaya (ASB)

ASB merupakan standar biaya suatu program/kegiatan sehingga alokasi anggaran

menjadi lebih rasional. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir kesepakatan antara

eksekutif dan legislatif untuk melonggarkan alokasi anggaran pada tiap-tiap unit

kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Dalam menyusun ABK perlu

memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran, perolehan data dalam membuat

keputusan anggaran, siklus perencanaan anggaran, struktur APBN/APBD, dan

penggunaan ASB. Dalam menyusun ABK yang perlu mendapat perhatian adalah

memperoleh data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya.

Perolehan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan pemahaman

berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan,

menjelaskan bagaimana manfaat setiap program bagi rencana strategis.

Berdasarkan data kuantitatif kemudian dilakukan pemilihan dan prioritas program

yang melibatkan tiap level dari manajemen pemerintahan.

Dalam menetapkan ASB harus wajar bukan markup sehingga anggaran atas

program/kegiatan yang dibuat menjadi berkualitas dan efisien karena adanya

Page 11: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

pembandingan (benchmarking) biaya per unit setiap output dan diperoleh praktek-

praktek terbaik (best practices) dalam desain aktivitas.

Dalam rangka penyusunan analisis biaya diperlukan prosedur-prosedur yang dapat

menjawab pertanyaan berikut :

Berapa biaya yang harus dibebankan pada suatu pelayanan sehingga dapat

menutupi semua biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan pelayanan

tersebut?

Apakah lebih efektif jika mengontrakkan pelayanan kepada pihak luar daripada

melaksanakannya sendiri?

Jika volume pelayanan ditingkatkan/diturunkan, apakah berpengaruh pada

biaya yang akan dikeluarkan? Biaya apa yang akan berubah dan berapa banyak

perubahannya?

Biaya pelayanan apa saja yang harus dibayar tahun ini bila dibandingkan

dengan tahun selanjutnya?

5. Formulasi Analisis Standar Belanja 

Untuk melakukan perhitungan ASB, unit kerja terkait perlu terlebih dahulu

mengidentifikasi belanja yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak

langsung. Total biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan program/ kegiatan

merupakan gabungan dari kedua biaya tersebut.

Karakteristik dari belanja langsung yaitu input (alokasi belanja) yang ditetapkan

dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Sedangkan

belanja tidak langsung, pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara

bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan

unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran belanja tidak

langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau

kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Pengalokasian belanja tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

alokasi rata-rata sederhana dan alokasi bobot belanja langsung.

Page 12: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Alokasi rata-rata sederhana yaitu metode alokasi anggaran belanja tidak langsung

ke setiap kegiatan non investasi dengan cara membagi jumlah anggaran yang

dialokasikan dengan jumlah kegiatan non investasi. Sedangkan Alokasi bobot

belanja langsung yaitu metode alokasi anggaran belanja tidak langsung ke setiap

kegiatan non investasi berdasarkan besarnya bobot (nilai relatif) belanja langsung

dari kegiatan non investasi yang bersangkutan.

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah

program atau kegiatan non investasi. Program atau kegiatan investasi yang

menambah aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak

langsung, karena output program atau kegiatan investasi adalah berupa aset

pusat/daerah yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. ASB merupakan

hasil penjumlahan belanja langsung setiap program atau kegiatan dengan belanja

tidak langsung yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang bersangkutan. 

Perhitungan ASB tidak dapat distandarisasi antara propinsi/kabupaten/kota dengan

propinsi/kabupaten/kota lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat

dengan tempat lainnya dapat berbeda. Misalnya harga obat di Jawa Barat dengan

Papua sangat berbeda. Demikian juga, tarif perjalanan dinas, honor-honor dll dapat

berbeda antara Jawa Barat dan Papua.

POLITIK PENGANGGARAN DI INDONESIA

Pendahuluan

Pernahkah kita berpikir bahwa banyak keputusan yang berpengaruh terhadap kehidupan

kita sehari-hari dibuat melalui proses politik? Semuanya, mulai dari sistem pendidikan

jaringan jalan, hingga harga-harga barang kebutuhan kita ditentukan oleh proses politik.

Politik juga mempunyai kendali terhadap besaran pajak yang harus kita bayar. Politik

juga menentukan siapa yang mendapatkan dukungan dari pemerintah agar bisa mencari

penghasilan sebanyak-banyaknya, atau bisnis yang seperti apa yang menerima bantuan

berupa subsidi dari pemerintah.

Page 13: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Proses politik di sebuah negara didasari oleh perundang-undangan yang disusun oleh

konstitusi negara tersebut. Indonesia sebagai negara demokratis, memberikan hak

kepada masyarakatnya untuk mengusulkan atau memilih Kepala Pemerintahan maupun

wakilnya di lembaga legislatif secara langsung melalui Pemilihan Umum dengan cara

voting. Hasil dari proses tersebut tergantung pada hasil voting serta perilaku para

politisi, para kandidat Pemilihan Umum, kelompok dengan kepentingan tertentu, dan

birokrat. Proses politik lebih dari sekedar penghitungan suara dan memutuskan aturan

untuk mencapai kesepakatan, akan tetapi agenda aksi politik sudah disiapkan oleh partai

politik, yang mana mereka akan memberikan informasi-informasi (janji kampanye) agar

para pemilih memberikan suaranya untuk mereka.

Teori “public choice” mempelajari bagaimana keputusan untuk mengalokasikan dan

sumber daya dan mendistribusikan pendapatan dilakukan melalui sistem politik suatu

negara. Proses politik, tentu saja, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain ekonomi,

seperti ideologi. Namun, dari sudut pandang ekonomi, tujuan politik adalah untuk

menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi warga negara. Teori “public

choice” meneliti bagaimana proses politik digunakan untuk menentukan jumlah barang

dan jasa yang disediakan oleh pemerintah (Hyman, 2010).

Pemilihan umum melibatkan interaksi politik dari banyak orang sesuai dengan aturan

yang telah ditetapkan. Proses pemilihan umum menghasilkan Kepala Pemerintahan

(Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota) dan wakil rakyat di lembaga legislatif (DPR,

DPRD, DPD). Penyediaan barang publik dilakukan oleh institusi politik (anggaran

diusulkan eksekutif dan harus disetujui oleh legislatif) melalui proses penganggaran

yang pada akhirnya menghasilkan dokumen anggaran yang berisi antara lain kuantitas

barang publik yang akan disediakan serta biayanya. Pemerintah menyediakan barang

dan jasa bagi masyarakat sebagian besar dibiayai oleh pajak. Warga negara yang

mendukung pihak yang kalah pada saat pemilihan umum, harus mematuhi hasil pemilu

serta semua konsekuensi yang ditimbulkan dari proses politik tersebut termasuk

kebijakan anggaran.

Penganggaran telah menjadi fokus utama bagi para pengambil kebijakan baik oleh

eksekutif maupun legislatif di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Pada tingkat

pemerintah daerah, terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Page 14: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah, membawa perubahan fundamental dalam tata pemerintahan

dan hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan

keuangan daerah.

Dengan terbitnya UU tersebut, pemerintah daerah memiliki wewenang antara lain untuk

mengelola keuangan daerah dimana dalam proses pengelolaan tersebut pemerintah

daerah memiliki kesempatan untuk menerapkan proses perencanaan dan penganggaran

partisipatif, penyusunan anggaran berbasis kinerja, dan alokasi anggaran sebagian besar

untuk kepentingan masyarakat. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah khususnya

penganggaran merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah. Hal ini

disebabkan karena pengelolaan keuangan daerah melibatkan sumber pendapatan yang

sebagian besar dari rakyat, dan terkait juga dengan pemenuhan kebutuhan rakyat atas

barang publik.

Anggaran merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk memahami kebijakan

pengelolaan keuangan daerah. Namun proses penganggaran tidak dapat dilepaskan dari

aspek politik dan konflik kepentingan, sehingga sering kali terlihat bahwa anggaran

pemerintah hanya memihak pada pihak-pihak tertentu saja. Politik anggaran merupakan

bagian yang integral dari upaya untuk menemukan suatu cara yang baik bagi

pengelolaan anggaran agar bermanfaat secara sosial bagi rakyat (Pratiwi).

Proses penyusunan anggaran diterbitkan oleh pemerintah setiap tahun, yang mana di

dalamnya memuat tentang mekanisme atau prosedur-prosedur yang harus dilakukan

pada saat proses penyusunan anggaran. Namun proses tersebut hanya sebagai formalitas

dan jauh dari nilai-nilai keadilan serta good governance (Pratiwi).

Penganggaran pada dasarnya adalah masalah pembuatan berbagai pilihan atau prioritas

untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (Dye, 1972). Penyusunan

anggaran seharusnya mencerminkan pilihan-pilihan yang rasional, ekonomis dan tidak

dipengaruhi oleh politik. Namun kenyataannya tidak demikian, anggaran justru dapat

dikategorikan sebagai aktivitas politik, sehingga proses serta hasil dari penganggaran

merupakan produk dari politik.

Menurut Wildavsky dan Caiden (2004), penganggaran merupakan proses dimana

berbagai kelompok kepentingan mengekspresikan keinginan-keinginan berbeda

Page 15: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

sehingga dapat menghasilkan keputusan yang berbeda. Keputusan dari hasil

menyatukan beberapa kepentingan didasari oleh argumen mengenai apa yang mereka

anggap benar dan adil. Di samping itu, pada tingkat pemerintah juga terjadi konflik

terkait pemilihan kebijakan dalam penganggaran. Karena sumber daya yang tersedia

terbatas, maka alokasinya harus proporsional dan dalam proses ini sering terjadi

benturan kepentingan antar kelompok dalam rangka menguasai anggaran tersebut. Jika

ada kelompok kepentingan mencoba untuk mendapatkan lebih banyak program atau

proyek yang disukai, maka strategi mereka jelas yaitu “mengatur proses penganggaran”.

Hal tersebut berakibat kelompok kepentingan yang satu lebih banyak mendapatkan

sesuatu namun kelompok yang lain tidak. Lebih lanjut Wildavsky dan Caiden (2004)

menyatakan bahwa tujuan penganggaran itu sama beragamnya dengan tujuan orang-

orang yang terlibat didalam pembuatannya, anggaran bertujuan untuk

mengoordinasikan berbagai aktivitas yang berbeda, saling melengkapi satu sama lain,

namun anggaran juga bertujuan untuk kesenangan mereka, misalnya anggaran untuk

sarana yang dipergunakan mereka, dengan cara memobilisasi dukungan kelompok

lainnya. Seperti dibuat berbagai keputusan penting siapa yang menang, siapa yang

kalah, siapa yang bakal “kecipratan” rezeki pembangunan (berapa banyak) dan siapa

tidak dapat, karena proses kebijakan implisit atau eksplisit, sesungguhnya merupakan

“political choice”.

DPRD harus menyetujui rancangan APBD, pada saat itu proses penyusunan dan

penetapan APBD telah melewati prosedur atau mekanisme yang telah ditetapkan oleh

pemerintah sehingga dapat mencapai titik tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh

Dryzek (1996) sebagai demokrasi yang eksklusif, bukan inklusif artinya mekanisme

proses perumusannya melalui perjalanan panjang hampir-hampir steril dari pengaruh

politik. Namun dalam prosesnya ternyata kepentingan publik menjadi “the most

powerless” yakni mereka yang secara sosial, ekonomi, politik lemah, seperti orang

lanjut usia, kaum perempuan anak-anak dan orang miskin pada umumnya (Wahab,

2002). Lebih lanjut Johnson(1994) menemukan bahwa birokrasi merespons tekanan

yang diberikan oleh legislatif dalam proses pembuatan kebijakan dan anggaran. Hyde

dan Shafritz (1978) menyatakan bahwa penganggaran adalah sebuah proses legislatif

apapun yang dibuat eksekutif dalam proses anggaran pada akhirnya tergantung legislatif

karena legislatif mempunyai kekuasaan untuk mengesahkan atau menolak usulan

Page 16: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

anggaran yang diajukan eksekutif. Dobell dan Ulrich (2002)menyatakan bahwa peran

penting legislatif adalah mewakili kepentingan masyarakat, pemberdayaan pemerintah,

dan mengawasi kinerja pemerintah Ketiga peran ini menempatkan legislator memiliki

kemampuan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan pemerintah.

Sementara menurut Havens (1996) tidak ada keharusan bagi legislatif untuk mempunyai

preferensi yang sama dengan pemerintah atas kebijakan termasuk anggaran. .

Selama ini proses politik penyusunan dan penetapan, hingga disahkannya APBD

melibatkan elit politik (bupati/walikota dan DPRD). Kontrol masyarakat terhadap

proses itu bisa dikatakan tidak ada, tentu hal ini dapat merugikan masyarakat. Kondisi

ini makin diperburuk oleh fakta bahwa struktur politik dan kepedulian terhadap

kesejahteraan publik yang sangat rendah. Lewat pemelintiran politik dan korupsi politik

(Porta, 1996) bisa saja agenda publik yang sudah dengan susah payah digelar rapi sejak

di tingkat desa akan mudah dikebiri dan dikalahkan oleh agenda institusional yang

penuh muatan politik. Agenda institusional tak lain dan tak bukan adalah kristalisasi

kepentingan politik kolektif dari partai politik maupun birokrasi daerah.

Kerangka Teoritis

Dalam konteks modern, menurut Mark Hagopian dalam Amal (1987) demokrasi secara

ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat mewakili kepentingan

tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing serta

menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah dan damai.

Demokrasi sebagai upaya untuk mengontrol mempengaruhi dan membangun tindakan

pemerintah yang peduli terhadap negara dan rakyatnya. Anderson (1975) demokrasi

adalah suatu bagian output yang dihasilkan oleh proses pembuatan keputusan di dalam

sistem politik. Dimensi demokrasi dalam anggaran menjadi penting sebagai agenda

perubahan paradigma maupun proses penyusunan dan perumusan kebijakan anggaran

yang berpihak kepada publik. Menurut Wildavsky dan Caiden (2004):

1. Anggaran adalah persoalan rumit dan rewel. Untuk memahaminya seseorang harus

memiliki kecakapan dan tingkat pendidikan tertentu, karena anggaran memiliki

struktur, sistem dan mekanisme.

2. Anggaran hanyalah urusan-urusan proyek pembangunan dan sumber finansial

lainnya.

Page 17: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

3. Anggaran adalah semata-mata urusan yang boleh dimonopoli pemerintah hingga

saat ini pemerintah mendudukkan anggaran sebagai persoalan yang sangat

eksklusif, tanpa ada ruang keterlibatan bagi masyarakat.

Lebih lanjut Irianto (2005) salah satu unsur yang penting dan harus dipenuhi dalam

demokrasi anggaran adalah tersedianya ruang yang luas bagi rakyat atas seluruh

profesional, politik dan ekonomi. Terpenuhinya unsur keterbukaan dalam pengelolaan

anggaran merupakan syarat terpenting bagi terwujudnya demokrasi anggaran.

Penyimpangan yang terjadi akibat dari ekonomi politik anggaran, maka diperlukan cara

baru dalam merumuskan dan mengelola anggaran agar dapat memberikan pelayanan

kepada rakyat, cara sepihak memperjuangkan golongan, institusi sendiri adalah

pengkhianatan terhadap rakyat.

Menurut Wildarsky dan Caiden (2004) lembaga politik yang menjadi anggota legislatif

dapat menggunakan pengaruh politiknya dengan mendistribusikan anggaran secara

lebih mudah, mereka dapat memotong atau menambah suatu rancangan anggaran

kegiatan atau perjuangan politik menjadi lebih baik dan menguntungkan untuk satu

pihak, namun dapat pula merugikan kepada pihak lain, bahkan negosiasi sering

dilakukan oleh aktor-aktor politik dalam meloloskan anggaran tertentu.

Anggaran menampilkan konflik terhadap preferensi siapa yang harus dipenuhi, maka

orang tidak dapat berbicara tentang anggaran dengan lebih baik tanpa

mempertimbangkan siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan atau dengan

menunjukkan bahwa tidak ada yang kalah, maka latar belakang yang tersembunyi dalam

kebijakan anggaran, rentang waktu dan metode perhitungan semuanya mempunyai

implikasi politik.

Menurut Bowman C. Kearney (2003) terdapat empat pelaku dalam proses

penganggaran yaitu kelompok kepentingan, agenda dinas, kepala eksekutif dan badan

legislatif. Kelompok kepentingan melaksanakan testimoni atau kesaksian pada budget

hearing dan memberikan tekanan kepada tiga pelaku lainnya untuk mendukung

kebijakan dan program yang diinginkan. Peran dinas atau departemen adalah

mempertahankan base jumlah perkiraan tahun fiskal yang lalu dan menyarankan

program baru atau penyempurnaan program kepala dinas atau departemen adalah para

profesional yang mempercayai nilai organisasi mereka dan program-programnya.

Page 18: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Namun mereka sering kali mendapati diri mereka ternyata bermain untuk mendapatkan

jumlah yang mereka inginkan. Apa yang biasanya dilakukan oleh kepala dinas adalah

mengevaluasi lingkungan fiskal-politik. Mereka mempertimbangkan peristiwa-peristiwa

tahun lalu, komposisi legislatif, iklim ekonomi, pernyataan kebijakan oleh kepala

eksekutif, kekuatan kelompok dan faktor-faktor lainnya.

Mereka cenderung mengajukan suatu angka yang lebih besar daripada yang sebenarnya.

Kepala eksekutif memiliki peran yang sangat berbeda dalam proses penganggaran.

Selain menyesuaikan anggaran dengan prioritas program, dia bertindak sebagai

“economizer”. Permintaan departemen harus disesuaikan, yang berarti bahwa

permintaan tersebut harus dipangkas, karena jumlah total permintaan biasanya melebihi

pendapatan yang diperkirakan. Tentu saja, gubernur/walikota/bupati yang

berpengalaman akan mengenali permainan yang dimainkan oleh para administrator, dia

mengetahui bahwa permintaan anggaran akan cenderung dilebihkan untuk

mengantisipasi pemotongan. Pada kenyataannya berbagai studi mengenai penganggaran

negara bagian dan daerah menunjukkan bahwa partisipasi yang paling berpengaruh

adalah eksekutif. Tidak mengejutkan, administrator yang teliti akan mencurahkan waktu

dan sumber lainnya untuk mengolah dukungan kepala eksekutif untuk aktivitas dinas

atau departemen mereka. Peran dari badan legislatif pada tahap awal siklus anggaran

adalah merespons dan memperbaiki usulan anggaran dari gubernur, walikota/bupati

dengan melakukan fungsi reviu terhadap pembelanjaan dinas dan departemen serta

responsnya terhadap keluhan konstituen (Bowman, 2003).

Selanjutnya Wildavsky dan Caiden (2004) menyatakan sebagian besar dari masing-

masing anggaran adalah produk dari keputusan tahun sebelumnya, anggaran dapat

dipahami sebagai gunung es terapung, dengan bagian terbesar berada di bawah

permukaan, di luar kontrol siapapun. Banyak item-item anggaran yang standar, sekedar

digunakan kembali setiap tahun kecuali ada alasan khusus untuk menentangnya.

Lembaga politik yang menjadi anggota legislatif dapat menggunakan pengaruh

politiknya dengan mendistribusikan anggaran secara lebih mudah, mereka dapat

memotong atau menambah suatu rancangan anggaran, kegiatan atau perjuangan politik

semacam ini menjadi lebih baik dan menguntungkan untuk satu pihak namun dapat pula

merugikan kepada pihak lain, bahkan negosiasi-negosiasi yang dilakukan oleh aktor-

Page 19: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

aktor politik dalam meloloskan suatu anggaran tertentu. Bahkan menurut Samuels

(2000) ada dua kemungkinan perubahan yang dapat dilakukan legislatif yaitu mengubah

jumlah anggaran dan mengubah distribusi belanja atau pengeluaran dalam anggaran

Bowman dan Kearney (2003) menyatakan bahwa pejabat negara bagian dan daerah

harus mengalokasikan jumlah uang yang besar setiap tahun, dimana memang tujuannya

tidak begitu jelas atau kontroversial dan sering kali saling bertentangan satu dengan

lainnya. Hal yang tidak mungkin untuk memprioritaskan ratusan bahkan ribuan item

dalam agenda publik mengingat terbatasnya sumber daya, waktu dan oleh kemampuan

aktor-aktor yang terlibat dalam menetapkan kebijakan anggaran. Magner dan Johnson

(1995) menyatakan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran

memiliki kecenderungan untuk memaksimalkan utilitisnya melalui pengalokasian

sumber daya dalam anggaran yang ditetapkan.

Eksekutif atau badan yang menjadi pengusul anggaran dan juga pelaksana atau

pengguna dari anggaran tersebut berupaya untuk memaksimalkan jumlah anggaran

(Smith dan Bertozzi,1998). Di sini setiap aktor memainkan peranya sendiri, menurut

strategi atau caranya sendiri dalam upaya menentukan hasil akhir kebijakan.

Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Freeman & Shoulders (2003) menyatakan bahwa anggaran yang ditetapkan dapat

dipandang sebagai suatu kontrak kinerja antara legislatif dan eksekutif. Menurut Rubin

(1992) penganggaran publik adalah pencerminan dari kekuatan relatif dari berbagai

budget actors yang memiliki kepentingan atau preferensi berbeda terhadap outcomes

anggaran. Adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah menjadi alasan

mengapa penganggaran menjadi mekanisme terpenting untuk pengalokasian sumber

daya. Bagi Hagen et.al (1996) penganggaran di sektor publik merupakan bargaining

process antara eksekutif dan legislatif.

Menurut Samuels (2000) penganggaran setidaknya mempunyai 3 tahapan, yakni (1)

perumusan proposal anggaran, (2) pengesahan proposal anggaran, (3)

pengimplementasi-an anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk hukum.

Sedangkan menurut Von Hagen (2002) penganggaran terbagi ke dalam empat tahapan

yaitu executive planning, legislative approval, executive implementation dan ex-post

accountability.

Page 20: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Konsep Agen dalam Anggaran Sektor Publik dalam Penganggaran Sektor Publik

Moe (1984) dan Strom (2000) menyatakan bahwa hubungan keagenan dalam

penganggaran publik adalah antara (1) pemilih dan legislator, (2) legislator dan

pemerintah, (3) menteri keuangan dan pengguna anggaran, (4) Birokrat dan (5) pejabat

pemberi pelayanan.

Menurut Zimmerman (1977) dalam Moore (2000), terdapat sejumlah problem dalam

hubungan principal-agent. Pertama adanya perbedaan kepentingan, prinsipal

mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai dan agen juga memiliki keinginan sendiri

yang berbeda dengan tujuan prinsipal. Problem ini akan menimbulkan konflik. Dalam

upaya menjaga supaya agen berperilaku sesuai dengan keinginan prinsipalnya

diciptakan sejumlah mekanisme kontrol ini menimbulkan biaya yang disebut sebagai

agency cost. Problem selanjutnya muncul jika mekanisme pengendalian dalam

pemantauan agen tidak dilakukan maka agen akan berperilaku disfungsional. Mereka

akan menggunakan sumber dari kantornya untuk kepentingan pribadi.

Sedangkan Garamfalvi (1997) dalam Pratiwi menyatakan politisi menggunakan

pengaruh dan kekuasaan untuk menentukan alokasi sumber daya yang kemudian akan

memberikan keuntungan kepada mereka secara pribadi atau secara kelompok. Lebih

lanjut politisi dalam hal ini adalah para anggota dewan dapat memanfaatkan posisinya

untuk memperoleh keuntungan khususnya keuntungan ekonomi, melakukan manipulasi

politik atas kebijakan publik menyebabkan pengalokasian sumber daya dalam anggaran

tidak efektif dan efisien.

Camarer (1997) dalam Pratiwi menyatakan bahwa representasi politik yang tidak layak

dan institusi yang lemah mengakibatkan banyak peluang untuk melakukan political

corruption, karena beberapa faktor: (1) adanya discretionary system dalam pembuatan

keputusan dan kurangnya mekanisme perencanaan partisipasi, (2) ketidaklengkapan

dalam formulasi anggaran, (3) ketiadaan regulasi mengenai rent seeking.

Kecenderungan misalokasi dalam pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari

pertarungan politik di antara politisi yang tidak pernah menguntungkan kaum miskin.

Preferensi legislatif adalah pada proyek infrastruktur karena lebih mudah digunakan

sebagai bentuk pemenuhan atas janji kepada pendukung-nya (Keefer dan Khemani,

2003).

Page 21: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Perubahan posisi legislatif menyebabkan legislatif memiliki kekuasaan untuk mengubah

usulan anggaran yang diajukan eksekutif. Ini penyalahgunaan discretionary power

dengan melanggar kesepakatan (agreement) yang telah dibuat. Colombatto (2001)

adanya discretionary power akan menimbulkan pelanggaran atas kontrak keagenan dan

karenanya dapat diprediksi bahwa semakin besar discretionary power yang dimiliki

legislatif semakin besar pula kecenderungan mereka mengutamakan kepentingan

pribadi.

Teknis Penyusunan APBD 2015

Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 (Permendagri 37/2014)tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015. Dalam

peraturan Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2015, pemerintah daerah dan

DPRD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Penetapan APBD harus tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember 2014

sebagaimana diatur dalam Pasal 116 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah

daerah harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD, mulai dari penyusunan dan

penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas dan

disepakati bersama paling lambat akhir bulan Juli 2014. Selanjutnya KUA dan PPAS

yang telah disepakati bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk

menyusun, menyampaikan dan membahas rancangan APBD Tahun Anggaran 2015

antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengan tercapainya persetujuan

bersama antara kepala daerah dengan DPRD terhadap rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD, paling lambat tanggal 30 November 2014, sebagaimana diatur dalam

ketentuan Pasal 105 ayat (3c) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 Tahun 2011, dengan tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:

No. Uraian Waktu Lama1 Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei  2 Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan

PPAS oleh Ketua TAPD kepada kepala daerahMinggu 1 bulan Juni 1 minggu

Page 22: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

No. Uraian Waktu Lama3 Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan

PPAS oleh kepala daerah kepada DPRDPertengahan bulan Juni 6 minggu

4 Kesepakatan antara kepala daerah dan DPRD atas Rancangan KUA dan Rancangan PPAS

Akhir bulan Juli

5 Penerbitan Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman penyusunan RKASKPD dan RKA-PPKD

Awal bulan Agustus 8 minggu

6 Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta penyusunan Rancangan Perda tentang APBD

Awal bulan Agustus sampai dengan akhir bulan September

7 Penyampaian Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD

Minggu 1 bulan Oktober

2 bulan

8 Pengambilan persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah

Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan

9 Menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada MDN/Gub untuk dievaluasi

3 hari setelah persetujuan bersama

 

10 Hasil evaluasi Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD

Paling lama 15 hari kerja setelah Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD diterima oleh MDN/Gub.

 

11 Penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD sesuai hasil evaluasi yang ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD tentang DPRD tentang penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD

Paling lambat 7 hari kerja (sejak diterima keputusan hasil evaluasi)

 

12 Penyampaian keputusan DPRD tentang penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD kepada MDN/Gub

3 hari kerja setelah keputusan pimpinan DPRD ditetapkan

 

13 Penetapan Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi

Paling lambat akhir Desember (31 Desember)

 

14 Penyampaian Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada MDN/Gub

Paling lambat 7 hari kerja setelah Perda dan Perkada ditetapkan

 

Page 23: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Daftar Pustaka

Abdul Wahab, Solichin, 2008. Analisis Kebijakan Publik, Teori dan Aplikasinya. PT.

Danar Wijaya, Brawijaya Universitas Press.

Abdul Wahab, Solichin, 1999. Ekonomi Politik Pembangunan, Bisnis Indonesia Era

Orde Baru di tengah Krisis Moneter. Brawijaya, University Press, Malang.

A. Caporasso, James dan David P. Levine, 1992. Teori Ekonomi Politik, Cambridge

University Press.

Anggaran, K. K. (2009). Dipetik Maret 21, 2015, dari Dirjen Anggaran:

www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=628

Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Erlangga.

Caiden Gerald, 1982. Public administration 2nd ed. California: Palisaces Publisher.

Granof, M. H. (2005). Government and Not-For-Profit Accounting: Concept and

Practices. Texas: John Wiley & Sons.

Indonesia, P. R. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Jakarta.

Indonesia, R. (2003). Undang-Undang No. 17 tentang Keuangan Negara. Indonesia.

Kamaroesid, H. (2013). Sistem Administrasi Anggaran Negara: Sistem Administrasi

APBN mulai T.A. 2013. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Mardiasmo. (2010). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Porta, Della, Donatella, 1998. Actors in Corruption: Business Politicians in Itali:

Unesco.

Pratiwi, Ratih Nur. Politisasi Anggaran Sektor Publik

R. Dye, Thomas 1060, Understanding Public Policy. Third Edition Prentice Hall Inc.

Englewood Cliffs N.J. 0732.

Page 24: Makalah ASP Politik Anggaran Dan Anggaran Berbasis Kinerja

Wildavsky. Aarone Naomi Caider, 2004. The New Politic of The Budgetary Process

Fifth Edition Published by Pearson Education Inc.