Makalah Anggasta Fix
-
Upload
mohammad-anggasta -
Category
Documents
-
view
133 -
download
0
Transcript of Makalah Anggasta Fix
5/12/2018 Makalah Anggasta Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-anggasta-fix 1/6
M1
Desain dan Realisasi Sistem Antena MIMO
2x2 untuk Handset 4G TDD-LTE pada
Frekuensi 2.3 GHzMohammad Anggasta (13207113), Dr. Ir. Joko Suryana
Teknik Telekomunikasi, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung, Indonesia
Abstraksi — MIMO adalah sistem antena yang muncul
dengan menggunakan prinsip diversity dengan tujuan
meningkatkan data rate dalam range yang lebih besar
tanpa membutuhkan bandwidth atau daya transmisi yang
besar. Sistem ini terdiri dari beberapa antena pemancar
dan penerima dengan ide dasar untuk menciptakan
spatial diversity sinyal pemancar dari lokasi yang
berbeda. Konsep dasar ini merupakan akar dari sistem
komunikasi kooperatif.
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan
perancangan dan pengaplikasian untuk penggunaan
sistem antena MIMO pada handset 4G TDD-LTE dengan
frekuensi 2,3 GHz. Optimasi yang dilakukan terkait
dengan dimensi antena, konfigurasi beberapa buah posisi
dan orientasi antena pada handset sehingga didapat hasil
yang baik untuk parameter-parameter penting seperti S-
parameter, koefisien korelasi, mutual coupling, diversity
gain, dan lainnya yang akan dijelaskan lebih lanjut pada
bab dasar teori.
Pertama akan dilakukan perancangan model antena
terlebih dahulu dengan menggunakan software simulator
Microwave CST hingga didapat konfigurasi yang paling
optimal maka tahap selanjutnya ialah realisasi desain
antena pada handset lalu dilakukan pengukuran pada
kondisi sebenarnya. Dari penelitian ini diharapkan akan
didapat suatu rancangan antena MIMO yang optimal
pada handset LTE sehingga dapat diaplikasikan pada
berbagai jenis dan dimensi handset di pasaran
Kata kunci — LTE, MIMO, antena, handset, diversity
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini terjadi perubahan dalam dunia internet
dimana semakin menjamurnya situs – situs dengan kebutuhan
bandwidth tinggi seperti video dan photo sharing, social
networking, file sharing dan sebagainya . Tingginya tingkatmobilitas manusia juga membuat adanya kebutuhan
mengakses internet di mana saja dan kapan saja. Hadirnya
layanan 3G dengan data rate yang lebih tinggi ternyata belum
mampu mengakomodasi kebutuhan bandwidth tinggi pada
situs-situs tersebut. Maka sebagai pengembangannyadiperkenalkanlah teknologi LTE. Dengan teknologi LTE ini,
data rate secara teoritis dapat meningkat hingga 12 Mbps
untuk downlink dan hingga 5mbps untuk uplink sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pengguna untuk mengakses
berbagai situs multimedia tersebut.
Teknologi LTE diharapkan dapat memenuhi berbagai
parameter seperti bagaimana meningkatkan signal reliability,
mengurangi daya yang dibutuhkan, meningkatkan data rate
dan bahkan bagaimana memanfaatkan pita frekuensi yang
dimiliki dengan seoptimal mungkin. Untuk meningkatkan
signal reliability, LTE menggunakan sistem antena pintar
yang bernama MIMO (Multiple Input Multiple Output).
Sistem MIMO merupakan sistem antena yang
menggunakan lebih dari satu antena baik untuk transmitter
maupun receiver. Sistem MIMO ini menawarkan peningkatanyang signifikan dalam data throughput dan jangkauan link
tanpa tambahan bandwidth atau daya transmisi. Hal ini dapat
dicapai dengan efisiensi spektral yang lebih tinggi ( lebih
banyak bit tiap detik tiap hertz bandwidth) dan kehandalan
link atau diversitas ( fading yang lebih rendah) .
Pemanfaatan teknologi MIMO pada handset merupakan
sebuah tantangan tersendiri karena dimensi handset yang
sedemikian rupa (relatif kecil) , sedangkan ada beberapa
parameter penting yang harus diperhatikan seperti dimensi
antena, jarak antar antena dan sebagainya. Pada penelitian ini,
penulis akan mengoptimasi penggunaan sistem MIMO pada
handset LTE sehingga didapatkan konfigurasi yang paling
tepat dan dapat diaplikasikan pada berbagai handset yang
tersedia di pasaran.
II. TEORI DASAR
Sistem komunikasi seluler terus berkembang sejak
pertama kali ditemukan pada tahun 1980an. Generasi pertama(1G) seperti AMPS menggunakan sistem analog dengan
penggunaan hanya sebatas pada layanan suara. Lalu
berkembanglah sistem komunikasi yang menggunakan sistem
digital yang memiliki beberapa kelebihan. Kebutuhan akan
komunikasi data melalui jaringan seluler mengakibatkanpengembangan teknologi seluler lebih lanjut dan
diperkenalkanlah teknologi bernama GRPS dan kemudian 3G
dan HSDPA.Tetapi dengan semakin bertambahnya kebutuhan
akan teknologi dengan data rate yang semakin tinggi
membuat layanan 3G dan HSDPA dirasa sudah tidak
mencukupi lagi. Oleh karena itu dikembangkanlah sebuahsistem 4G dengan nama Long Term Evolution (LTE) [1]
5/12/2018 Makalah Anggasta Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-anggasta-fix 2/6
M2
A. Long Term Evolution (LTE) [2]
LTE merupakan pengembangan dari teknologi seluleryaitu GSM (3G) dan HSDPA dengan kelebihan terutama
berupa throughput data yang jauh lebih tinggi, coverage jauh
lebih luas, end to end IP network dan akses broadband dimana
saja kapan saja. Keuntungan lain ialah latency yang lebih
rendah, efisiensi spektral yang lebih tinggi, dan sekuriti yang
lebih baik. LTE juga menjamin interkoneksi dengan legacynetwork seperti GSM 2G, 3G, CDMA, dan UMTS. Frekuensi
yang digunakan bervariasi, mulai dari 700 , 800, 1800, 1900,
2300, 2600 MHz.
Berbagai peningkatan teknologi digunakan pada LTE
seperti penggunaan antena MIMO, teknologi modulasiOFDMA untuk download dan SCFDMA untuk upload, dan
beberapa perubahan pada perangkat jaringan seperti BTS dan
perangkat core network. Dengan meningkatnya kebutuhan
komunikasi multimedia saat ini, sistem komunikasi wireless
seperti LTE diharapkan dapat memenuhi berbagai parameter
seperti bagaimana meningkatkan signal reliability,mengurangi daya yang dibutuhkan, meningkatkan data rate
dan bahkan bagaimana memanfaatkan pita frekuensi yangdimiliki dengan seoptimal mungkin.
Sistem LTE tradisional menggunakan sistem FDD
(Frequency Division Duplexing) dimana transmitter dan
receiver beroperasi pada frekuensi pembawa yang berbeda.BTS harus mampu mengirim dan menrima sebuah transmisi
sinyal di waktu yang sama. Syarat ini dapat dipenuhi dengan
mengubah sedikit frekuensi untuk pengiriman dan
penerimaan. Pada operasi dengan sistem FDD, terdapat dua
buah frekuensi carrier, satu untuk transmisi uplink (fUL) dan
satu lagi untuk downlink (fDL).
Di satu sisi, dengan semakin terbatasnya spektrum yang
dapat digunakan, dikembangkanlah teknologi LTE yang
menggunakan sistem TDD (Time Division Duplexing).Dengan menggunakan metode TDD, sebuah kanal frekuensi
tunggal ditetapkan untuk transmitter dan receiver. Baik trafik pada uplink dan downlink menggunkan frekuensi yang sama
f0 tapi pada waktu yang berbeda. Dengan metode ini utilisasi
spektrum akan lebih efisien.
B. Perancangan Antena pada Handset Seluler [3]
Teknologi komunikasi nirkabel telah berkembang dengansangat pesat dewasa ini dan ukuran handset seluler menjadi
semakin kecil saja. Pada awalnya antena pada handset
diperlakukan hanya sebagai bagian tambahan, tapi tren yang
berkembang belakangan ini adalah menjadikannya
terintegrasi dengan bodi handset. Untuk memenuhi kebutuhanminiaturisasi handset, antena yang ditempatkan pada handset
arus memiliki dimensi yang tereduksi dengan cukup.
Ada beberapa tantangan yang muncul dalam pendesainan
antena pada handset dewasa ini. Yang pertama ialah dengan
semakin mengecilnya ukuran handset dengan berbagai fungsi
yang digabungkan sehingga mengurangi ruang yang tersisa
untuk antena. Biasanya desainer antena harus menyesuaikan
antena yang akan dipasang dengan ruang yang tersedia di
antara item seperti loudspeaker, kamera, dll. Hal-hal tersebut
dapat mengurangi performa antena. Ukuran ground yang
terbatas pun harus menjadi perhatian. Pada teori antena
konvensional menggunakan teknik bayangan untuk
memungkinkan ground plane tidak terbatas. Teknik ini tidak
dapat digunakan pada ground plane dengan panjang elektris
yang kecil. Harus mengetahui distribusi arus pada ground
agar dapat memposisikan coaxial feed pada antena dengan
baik dan coupling dengan pemasangan lain pada handset.
C. Antena PIFA dan Penggunaannya pada Handset Seluler
[4]
Tipe antena yang paling populer untuk penggunaan pada
handset ialah tipe antena planar, salah satu jenisnya ialah
PIFA (Planar Inverted F type Antenna). Antena planar
mempunyai fitur yang menarik seperti low profile, ukuran
yang kecil, dan kemampuan untuk disesuaikan dengan tempat
pemasangan. Antena PIFA beresonansi pada seperempat
panjang gelombang (λ/4) sehingga mengurangi spasi yang
dibutuhkan pada telepon seluler. Bentuk antena tersebut
menyerupai F terbalik sehingga dinamakan PIFA.
Gambar 1 Antena PIFA secara umum
PIFA memiliki radiasi backward menuju kepalapengguna yang minimal sehingga mengurangi SpecificAbsorption Rate (SAR) dan meningkatkan performa antenna.
Dengan ukuran gain sedang hingga tinggi yang dihasilkannya
baik pada polarisasi vertikal maupun horisontal, PIFA sangat
cocok digunakan pada komunikasi nirkabel dimana orientasi
antena tidak tetap dan dapat terjadi refleksi dari beberapa
sudut yang berbeda pada lingkungan sekitar. Pada kasustersebut, parameter yang perlu dipertimbangkan adalah total
medan yang merupakan vektor penjumlahan dari polarisasi
vertikal dan horizontal.
D. Multiple Input Multiple Output
Multiple Input Multiple Output (MIMO) merupakansistem antena yang menggunakan lebih dari satu antena baik
untuk transmitternya maupun receivernya. Sistem yang umumialah MIMO 2x2 , 4x2 dan 4x4 dimana angka yang disebut
pertama ialah jumlah transmitter dan angka kedua adalah
receiver. Pada sistem 2x2 secara teoritis dapat meningkatkan
data rate hingga 2 kali lipat jika hanya menggunakan antena
tunggal dan begitu juga sistem 4x4 secara teoritis dapat
meningkatkan data rate hingga 4 kali lipat.
5/12/2018 Makalah Anggasta Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-anggasta-fix 3/6
M3
Gambar 2 Sistem antena MIMO 2x2
III. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
A. Rancangan Awal Antena PIFA Tunggal
Desain awal antena akan diambil dari referensi sebuah
paper tentang meander PIFA. (Wang, Plettemeier, & Zhang)
Desain tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 3 Realisasi
antena PIFA referensi. Antena tersebut mempunyai
frekuensi resonansi 2.6 GHz sehingga harus diubah beberapavariabelnya agar didapat frekuensi resonansi 2.3 GHz dan
dilakukan optimasi lebih lanjut dengan mengubah-ubah
beberapa variabel lain
Gambar 3 Realisasi antena PIFA referensi
Antena referensi direalisasikan menggunakan potongan
pelat logam yang berdiri di atas ground plane pada PCBdengan bahan FR-4 Epoxy seperti pada Substrat yang
digunakan ialah udara, sedangkan penulis melakukan
perancangan desain di atas substrat FR-4 epoxy dengan
konstanta dielektrik 4,3 dengan ketebalan 1.6 mm pada bagian
bawah elemen planar. Substrat berukuran 20x20 mm karena
merupakan ukuran terkecil yang dapat difabrikasi.
Gambar 4 Rancangan antena menggunakan software simulator
Desain inilah yang akan menjadi desain awal untuk
digunakan pada perancangan berikutnya. Selanjutnya akan
dilakukan optimasi pada berbagai variabel sehingga didapat
spesifikasi dan dimensi yang optimal. Perubahan variabel
menggunakan fitur Parametric Sweep pada Microwave CST
dimana dalam satu kali run simulasi akan didapat semua hasil
untuk setiap perubahan variabel. Variabel desain pada antena
ini yang dapat diubah-ubah antara lain tinggi elemen planar
dari ground plane, lebar shorting strip, jarak shorting strip dari
feed pin, ketebalan substrat dan panjang ground plane.
Tabel 1 Ukuran desain akhir antena PIFA tunggal
Variabel Ukuran (mm)
Panjang Patch Keseluruhan 11
Lebar Patch Keseluruhan 7
Tinggi dari Ground 8
Lebar Shorting Strip 3
Jarak Shorting Strip dari Feed 2
Ketebalan Substrat 1.6
Panjang Ground 100
Lebar Ground 55
Gambar 5 S11 desain akhir antena PIFA tunggal
Antena tersebut memiliki frekuensi resonansi pada 2.308 GHz
dengan S11 sebesar -29 dB dan bandwidth sekitar 70 MHz.
B. Perancangan dan Implementasi Antena MIMO
Setelah didapat antena tunggal yang optimal, maka
dirancanglah sistem antena MIMO 2x2 menggunakan dua
buah antena tersebut yang identik. Beberapa karakteristik
yang menjadi pertimbangan antara lain S-Parameter masing-
masing antena (S11 dan S22), Coupling (S12 dan S21),
Koefisien Korelasi, dan Diversity Gain. Akan dilihatpengaruh beberapa variabel seperti jarak antar antena,
orientasi antena, dan orientasi antena terhadap antena satunya
terhadap karakteristik tersebut. Konfigurasi kedua antena
yang menghasilkan karakteristik paling optimal adalah seperti
diperlihatkan pada Gambar 6
Gambar 6 Konfigurasi MIMO paling optimal
Jarak antar kedua antena ialah sekitar 30 mm. Coupling antar
kedua antena sangat baik yaitu -29.44 dB. Koefisien korelasi
sangat kecil yaitu 0.00068 dan diversity gain sangat baik yaitu
9.9999 dB. Ketika karakteristik tersebut secara berturut-turut
ditampilkan pada Gambar 7, Gambar 8dan Gambar 9
5/12/2018 Makalah Anggasta Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-anggasta-fix 4/6
M4
Gambar 7 S21 dan S12
Gambar 8 Koefisien korelasi
Gambar 9 Diversity gain
IV. ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM
A. Hasil dan Analisis Pengukuran S- Parameter
Berikut karakteristik antena yang didapat melalui pengukuran.
Dapat diamati terjadi sedikit pergeseran frekuensi namun
masih dalam batas wajar. Pada hasil simulasi, antena memiliki
frekuensi resonansi 2,344 GHz dengan S11 sebesar -24,67
dB sedangkan pada hasil pengukuran 2,3175 GHz dengan S11
sebesar -18,55 dB. Dari segi bandwidth antena pada simulasimemiliki bandwidth sebesar kurang lebih 100 MHz dari 2296MHz hingga 2392 MHz. Sedangkan pada hasil pengukuran
didapat bandwidth sebesar 90 MHz pada 2272,5 MHz hingga
2362,5 MHz.
Begitu pula dengan hasil pengukuran yang didapat untuk S22,
terjadi pergeseran frekuensi pada hasil pengukuran yang lebih
besar dibandingkan hasil pada S11. Namun bandwidth yang
didapat lebih besar yaitu sekitar 122 MHz dari frekuensi
2242,5 MHz hingga 2370 MHz.
Untuk nilai pengukuran S21 dan S12 sudah cukup baik dan
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan hasil
simulasi dimana pada frekuensi 2,344 GHz didapat S21 dan
S12 sebesar -29.94 dB yang menunjukkan coupling antara
kedua antena sangat kecil. Untuk hasil pengukuran didapatnilai sebesar -17 dB pada frekuensi resonansinya yaitu 2,3175
GHz.
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
1.5 2 2.5 3
S 1 1
( d B )
Frekuensi (GHz)
Pengu
kuran
-25
-20
-15
-10
-5
0
1.5 2 2.5 3
S 2 2
( d B )
Frekuensi (GHz)
Pengu
kuran
-80
-60
-40
-20
0
1.5 2 2.5 3
S 2 1
( d B )
Frekuensi (GHz)
Pe…
5/12/2018 Makalah Anggasta Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-anggasta-fix 5/6
M5
B. Hasil dan Analisis Pengukuran Pola Radiasi Antena
Gambar 0.10Pola Radiasi theta 90 bidang XY antena kiri dari depan
Gambar 0.11 0.12Pola Radiasi theta 90 bidang XY antena kanan dari depan
Menurut hasil simulasi, pola radiasi kedua antena pada bidang
XY
Gambar 0.13 0.14Pola Radiasi phi 0 bidang XZ antena kanan dari depan
Gambar 0.15 16Pola Radiasi phi 0 bidang XZ antena kiri dari depan
V. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tugasakhir ini adalah:
1. Hasil simulasi perancangan antena tunggal paling
optimal menunjukkan hasil yang baik dengan
frekuensi resonansi 2,308 GHz dan S11 sebesar -
29,25 dB dan gain sekitar 0.7 dB. Dimensi antena
meander cukup kompak dan memiliki panjang 11
mm dengan lebar 7 mm.2. Hasil simulasi perancangan sistem antena MIMO
dengan dua antena paling optimal dengan
konfigurasi feeding kedua antena saling berhadapan
seperti ditunjukkan pada bab Error! Reference
source not found. dan menunjukkan hasil yang baik dengan frekuensi resonansi 2,344 GHz dan S11
sebesar -24,67 dB, bandwidth 100 MHz, coupling
yang sangat rendah yaitu -29 dB, koefisien korelasi
sangat rendah yaitu 0.0006 dan diversity gain sangat
besar yaitu 9.9999 dB
3. Hasil yang didapat pada pengukuran antena MIMO2x2 tidak berbeda jauh dengan hasil simulasi dimana
terjadi pergeseran frekuensi menjadi sedikit lebih
rendah yaitu 2,3175 GHz dengan S11 sebesar -18,55
dB. Untuk karakteristik lain juga tidak berbeda jauh
dengan hasil simulasi.
4. Pola radiasi hasil simulasi sudah sesuai dengan
karakteristik antena PIFA yaitu mendekati isotropis(memiliki gain yang sama ke segala arah) dan
backward radiation yang sedikit. Hasil pengukuran
menunjukkan pola yang sedikit berbeda dengan hasil
simulasi.
DAFTAR PUSTAKA
-8-6
-4-202
010203040
506070
8090100
110120
130140150160170
180190200210220
230240
250260270280
290300
310320330340350
Pengukura
n
Simulasi
-8
-6
-4
-20
20
102030
405060
708090100
110120
130140
150160170
180190200
210220
230240
250260270280290
300310320
330340350
Pengukuran
Simulasi
-10-505
100
1020304050
60708090100
110120
130140
150160170180
190200210220
230240
250260270280290300
310320330340350
Pengukura
n
Simulasi
-6-4-20246
010 20
3040
5060
70
80
90
100110
120130
140150
160170180
190200210
220230
240250
260
270
280
290300
310320
330340350
Pengukuran
Simulasi
5/12/2018 Makalah Anggasta Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-anggasta-fix 6/6
M6
[1] Rosu, Iulian; PIFA – Planar Inverted F Antenna
[2] Wang, Qiong, Plettemeier, Dirk ; ―Diversity Performance
of an Optimized Meander PIFA Array for MIMO
Handset‖
[3] Wong, Kin-Lu ; ―Planar Antenna for WirelessCommunnication,‖ John Wiley and Sons. 2003
[4] Harri Holma and Antti Toskala, "LTE for UMTS
OFDMA and SC-FDMA Based Radio Access," John
Wiley and Sons, Ltd., 2009.
[5] Mishra, Kanchan; ―Design of a Compact PIFA for PCS
Application‖