Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

31
KOMUNITAS TUMBUHAN ATAU VEGETASI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Ekologi Tumbuhan Yang dibina oleh Drs. Fatchur Rochman, M.Si Kelompok 3/ Offering G: 1. Fadilatus Soimah (120342400169) 2. Nina Mufida (120342422469) 3. Tiara Dwi Nurmalita (120342400172)

description

ekologi tumbuhan

Transcript of Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Page 1: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

KOMUNITAS TUMBUHAN ATAU VEGETASI

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Ekologi TumbuhanYang dibina oleh Drs. Fatchur Rochman, M.Si

Kelompok 3/ Offering G:

1. Fadilatus Soimah (120342400169)2. Nina Mufida (120342422469)3. Tiara Dwi Nurmalita (120342400172)

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGIFebruari 2014

Page 2: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Vegetasi didefinisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam

landskap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam

landskap yang belum dipengaruhi oleh manusia. Ilmu vegetasi sudah dimulai

hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih

diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam

mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa

vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup

bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies

sebagai komponenya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang

mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu

vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga

sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai

dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau

komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-

tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan

penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,

diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun

komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi

kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode

Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,

Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak,

Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich).

Tujuan:

1. Untuk mengetahui sejarah/ perkembangan ilmu vegetasi

2. Untuk mengetahui deskripsi dan analisis vegetasi

3. Untuk mengetahui metode analisis vegetasi

Page 3: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

BAB II

ISI

1. Sejarah Perkembangan Ilmu Vegetasi

Ilmu vegetasi telah menjadi satu tradisi selama hampir tiga abad. Kegiatan

pertama dan utama adalah terkait dengan gambaran perbedaan bentang alam

(lanskap) dan vegetasinya. Karakteristik bentang alam/lanskap sangat dipengaruhi

oleh : (1) tipe vegetasi, dan (2) perbedaan bentuk hidupnya (selalu hijau,

menggugurkan daunnya, tajuk daun jarum, tajuk daun lebar, dan yang lainnya) di

masing-masing jenis lahan (hutan tropika, savana, padang rumput, gurun kaktus,

dan lainnya).

Diskripsi sistematis tentang pola vegetasi dimulai oleh A. Von Humboldt

(1806) yang mengklasifikasikan bentuk pertumbuhan vegetasi dalam beberapa

tipe. Dalam klasifikasi tersebut, ia mempergunakan istilah ‘asosiasi’ untuk

pertumbuhan tanaman dalam komunitas. Sistem Von Humbold yang telah

mengklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan bentuk hidup tersebut

dikembangkan lebih lanjut secara khusus oleh Grisebach (1872) yang

menggambarkan vegetasi di dunia ini menjadi beberapa katagori berdasarkan

iklim makro (Rochman, 2001).

Gambar: A. Von Humboldt (sumber:http://upload.wikimedia.org)

Pada abad dua puluh, terdapat usaha untuk menyederhanakan deskrispsi

vegetasi untuk meningkatkan ketelitian serta untuk menemukan standar dasar

perhitungan kuantitatif. Banyak metode analisis vegetasi berlainan dikembangkan

yang menyajikan data detail dan tabulasi. Lahirlah beberapa metode yang dapat

Page 4: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

diterima secara baik oleh para ilmuwan seperti metode Raunkiaer (1913, 1918),

Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921, 1930), Braun (1915), dan Braun-

Blanquet (1928) (Rochman, 2001).

Para pelopor dalam ilmu vegetasi tidak membatasi usaha mereka untuk

hanya menjelaskan dan analisis lahan pada komunitas tumbuhan. Variasi yang

tidak terhitung dalam bentuk-bentuk tumbuhan dan kombinasi-kombinasi yang

diperlukan sistem-sistem yang jelas untuk penyajian dan diskusi pada komunitas

tumbuhan dari sudut padang khusus. Pada saat yang bersamaan ini menjadi suatu

keinginan untuk menjelaskan uraian komunitas dalam istilah pada hubungan

sebab-akibatnya dan fungsinya, dan untuk menerangkan lingkungannya serta

hubungan suksesional tersebut. Penekanan aspek ini pada penelitian vegetasi

mempunyai variasi dengan berkembangnya waktu (Rochman, 2001).

Perkembangan Sebelum Abad 19

C. Hart Meeriem, seorang peneliti biologi alam pada tahun 1889,

mengemukakan model persebaran tumbuhan berdasar variasi ketinggian pada

Gunung San Fransisco dari kaki hingga puncaknya. Model tersebut ternyata

sejalan dengan pola persebaran tumbuhan dari garis tropis ekuator hingga ke arah

utara maupun selatan. Karena temperatur berubah sesuai dengan ketinggian

sebagaimana pula garis lintang (latitude) selatan dan utara maka Meeriem

berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah dipengaruhi oleh

temperatur. Kemudian dapat dibuktikan bahwa faktor kelembapan ternyata lebih

berperan daripada faktor temperatur. Curah hujan yang tinggi dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan tanaman besar. Sebaliknya, semakin kita bergerak ke

daerah dengan curah hujan rendah tumbuhan akan didominasi oleh tumbuhan

kecil, belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir

lainnya (Osgood, 1944).

Page 5: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Beberapa yang paling awal makalah ekologi formal, datang kembali ke

abad ketujuh belas, prihatin dengan suksesi masyarakat sekitar secara bertahap

mengisi danau dan rawa, dan suksesi istilah yang digunakan dalam konteks

modern pada awal abad kesembilan belas (Clement 1916) . Namun,

perkembangan nyata ekologi tanaman datang melalui buku-buku tentang geografi

tanaman yang ditulis oleh orang yang terlatih sebagai ahli taksonomi atau ahli

botani umum. Eksplorasi dunia, terutama pada abad kesembilan belas, dibentuk

segi ekologi yang semakin ketat. Carl Ludwig Willdenow adalah pelopor dari

garis pemikiran ini. Dia adalah seorang ahli geografi tanaman awal yang mencatat

bahwa iklim serupa menghasilkan jenis vegetasi serupa, bahkan di daerah ribuan

kilometer terpisah seperti Afrika selatan dan australia (Osgood, 1944).

Perkembangan Pada Abad 19

Tak lama setelah lulus, Humboldt (Murid Willdenow) bertemu Johann

Forster yang telah menemani James Cook pada pelayaran penemuan dunianya.

Cerita Foster membuat Humboldt bertekad untuk mengunjungi daerah tropis baru.

Satu dekade kemudian humboldt bertemu seorang ahli botani Perancis muda

bernama Aime Bopand, yang memiliki keinginan serupa. Rencana cemerlang, dan

mereka menerima izin dan perlindungan raja Carlos IV dari Spanyol untuk

melakukan perjalanan di tempat yang sekarang dinamai Amerika latin. Mereka

membawa bekal peralatan terbaik untuk mengukur lintang, elevasi, suhu,

kelembaban, dan ada faktor fisik. Selama lima tahun, mereka melakukan

perjalanan dari hutan hujan dataran rendah beruap ke alpine paramo dingin dan

dari padang pasir gersang ke semak berduri. Mereka menjelajahi Cuba,

Venezuela, Equador, Peru, Mexico, dan Orinoco dan Sungai Amazon, mereka

naik hampir ke atas gunung Chimborazo (5900 m), mereka mengumpulkan

60.000 spesimen tumbuhan. Pada perjalanan kembali ke Eropa Humboldt adalah

Page 6: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

tamu rumah Presiden Jefferson di Washington. Jefferson sendiri sangat tertarik

dalam respon tanaman untuk iklim dan mempelajari fenologi tanaman kebun

sepanjang gradien lintang (Barbour, 1980).

Humboldt kembali ke Perancis dan mulai menulis monumental 30

pekerjaan volume, daerah pelayaran aux equinoxiales nya. Yang pertama 14 jilid

yang dikhususkan untuk botani, dan menciptakan istilah Assosiasi,

menggambarkan vegetasi dalam hal physigonomi, hubungan distribusi tipe

vegetasi dengan faktor lingkungan, dan menggambarkan efek sinergis dari

beberapa faktor fisik. Pernyataannya 'dalam rantai besar penyebab dan efek ada

hal dan tidak ada kegiatan harus memperhatikan isolasi', adalah pandangan

modern kita yang merupakan keterkaitan dalam komunitas dan ekosistem.

Menjelang akhir hidupnya ia menulis ensiklopedia lima volume, Kosmos yang

berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan seluruh alam semesta.

Humboldt adalah salah satu orang Renaissance terakhir, yang berusaha untuk

menguasai semua pengetahuan pada zamannya (Barbour, 1980).

Studi Humboldt tentang geografi tanaman dilanjutkan oleh Schouw, de

Candolle, Kerner, dan Grisebach. Schouw (1789-1852), seorang profesor di

Universitas Copenhagen, metodenya menggambarkan efek faktor llingkungan

terhadap distribusi tanamn di 1823 buku, yang lebih menekankan peran suhu.

Pencarian ini untuk tunggal, faktor yang paling penting adalah masih bersama kita

hari ini, tetapi lebih dan lebih kita mengerti dia saling ketergantungan dari semua

faktor. Schouw mempopulerkan prosedur asosiasi penamaan dengan

menggabungkan genus dominan dengan akhiran-etum. Dengan demikian,

quercetum adalah asosiasi hutan oak dan Pinetum adalah asosiasi hutan pinus.

Beberapa skema modern asosiasi nomenklatur masih menggunakan konsep

(Barbour, 1980).

Anton kerner von Marilaun (1831-1898) belajar kedokteran di Universitas

Vienna, tetapi menyerah praktek setelah ia mengalami epidemi kolera sebagai

dokter rumah sakit. Dia berbalik ke Botani sebagai karir yang kurang traumatis,

menjadi profesor botani di Universitas Innsbruck, dan kemudian ditugaskan oleh

pemerintah Hongaria untuk menggambarkan vegetasi di bagian timur Hungaria

dan Transylvania. Buku yang menyimpulkan “tanaman hidup dari cekungan

Page 7: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Danube”, untungnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, sehingga

audiens yang lebih besar sekarang dapat menikmati keindahan deskripsi vegetasi

dan pemahaman yang jelas tentang suksesi. Kemudian Kerner menjadi salah satu

ahli ekologi eksperimental pertama. Dia mendirikan beberapa kebun transplantasi

pada berbagai ketinggian di Tyrolean dari pada 180 m ke vilanya di 1200 m dan

sampai zona alpine pada 2200 m. Dalam setiap taman ia tumbuh alpine dan

dataran rendah bentuk lebih dari 3000 spesies bersama-sama. Ia menemukan

bahwa beberapa variasi yang disebabkan oleh modifikasi lingkungan (Barbour,

1980).

Agustus Grisebach (1814-1879) bepergian secara luas dan dijelaskan lebih

dari 50 jenis vegetasi utama dalam hal physiogonomic sangat modern, berkaitan

distribusi mereka ke berbagai faktor iklim. Candolle (1806-1893) adalah ahli

taksonomi herbarium sebuah geografi tanaman kursi, tetapi akses untuk koleksi

tanaman yang luas menuntunnya untuk mencoba untuk 'membedakan hukum

distribusi tanaman. Seperti Schouw, ia belajar suhu. Dia menyimpulkan suhu

sesuai dengan formula sangat berguna bahwa data 1874 kemudian menjadi dasar

untuk klasifikasi Koppen terkenal tentang iklim, diterbitkan setengah abad

kemudian (Barbour, 1980).

Ahli botani Jerman dan Denmark pertama kali dikembangkan ekologi -

studi tentang interaksi antara organisme hidup dan lingkungan - pada akhir abad

ke-19 , seperti Cowles sedang memasuki akademisi. Dia terdaftar di Universitas

Chicago pada tahun 1894 , ketika lembaga baru berusia dua tahun dan

bersemangat untuk menjelajahi bidang baru yang universitas elit timur

meremehkan . Ekologi begitu baru bahwa tidak ada buku pelajaran ada, dan

sebagian besar literatur yang diterbitkan dalam bahasa Jerman. Cowles

sebenarnya belajar sendiri Denmark sehingga ia bisa membaca studi kunci yang

hanya tersedia dalam bahasa aslinya (Richard, 1988).

Dia awalnya datang ke Chicago untuk mempelajari geologi, bukan botani.

Tapi dia tidak pernah lebih dari seorang geolog rata-rata. Dalam perjalanan

studinya, namun, ia belajar sejarah glasial dari Great Lakes, yang memberinya visi

dinamis alam dan meletakkan dasar literal untuk sukses di bidang baru (Richard,

1988).

Page 8: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Profesor John M. Coulter akhirnya merekrut Cowles ke Departemen

Botani . Coulter melihat ekologi sebagai hal yang akan datang . Dia tahu bukit

flora dan mendorong Cowles untuk menulis tesis doktornya pada subjek. Tesis

Cowles ' terhadap lingkungan Indiana Dunes menjadi salah satu studi ekologi

pertama di Amerika Utara. Ia diikuti dengan studi ekologi sekitar Chicago dan

makalah tentang suksesi tumbuhan, yang didirikan reputasinya di seluruh

Amerika Serikat dan Eropa. Masih seorang mahasiswa pascasarjana ketika ia

mulai mengajar di Chicago, Cowles menciptakan seluruh kurikulum ekologi saat

ia naik melalui jajaran akademik dan tegas dipengaruhi generasi pertama Amerika

ekologi (Richard, 1988).

Di Indiana Dunes, Henry Cowles bisa menghadapi jauh dari Danau

Michigan, mendaki pedalaman, dan lihat hasilnya selama berabad-abad suksesi

tanaman, proses di mana komunitas tanaman datang ke landscape, berkembang,

dan menciptakan kondisi untuk penggantian mereka dengan masyarakat lain.

Sebagai Cowles berjalan melalui ruang, ia berjalan melalui waktu (Richard,

1988).

Suksesi mudah diikuti pada lanskap sedikit vegetasi dari Indiana Dunes.

Tidak ada tanaman tumbuh di tepi Danau Michigan karena gelombang mencuci

terus-menerus atas tanah. Di bagian belakang pantai, dimana gelombang datang

lebih sering, beberapa tanaman tumbuh di pasir dan menstabilkan dengan sistem

akar mereka. Selama banyak generasi pertumbuhan, reproduksi, dan pembusukan,

pelopor ini menghasilkan tanah organik yang kaya disebut humus, yang

memungkinkan kelompok baru tanaman untuk bergerak dan menggantikan

mereka. Sebuah generasi ketiga akhirnya mengikuti generasi kedua ini, dan

keempat menggantikan ketiga, sampai titik akhir, yang disebut klimaks, tercapai.

Klimaks masyarakat di bukit-bukit pasir ini merupakan hutan - apakah oak tidak

berubah sampai sesuatu mengganggu atau menghancurkan itu. Jika hutan

terbakar, misalnya, suksesi dimulai lagi, tetapi sering dari tahap peralihan. Cowles

menerbitkan studi sebagai " The Hubungan ekologi Vegetasi di bukit pasir Danau

Michigan" pada tahun 1899. Meskipun suksesi tanaman pertama kali dicatat di

zaman kuno dan dikenal banyak ilmuwan hari Cowles ', ia menggambarkan lebih

jelas dan komprehensif daripada siapa pun di depannya (Richard, 1988).

Page 9: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Dari sekitar 1900-1960, bagaimanapun, pemahaman suksesi didominasi

oleh teori Frederic Clements, yang hidup sezaman dengan Cowles, yang

menyatakan bahwa seres yang sangat diprediksi dan deterministik dan berkumpul

di sebuah komunitas klimaks stabil ditentukan terlepas dari kondisi awal.

Clements eksplisit dianalogikan perkembangan suksesi dari komunitas ekologi

dengan perkembangan ontogenetik organisme individu, dan model itu sering

disebut sebagai teori pseudo- organismic ekologi masyarakat. Clements dan

pengikutnya mengembangkan taksonomi kompleks masyarakat dan jalur suksesi

(Richard, 1988).

Henry Gleason menawarkan kerangka kontras pada awal 1920-an. Model

Gleasonian lebih kompleks dan jauh lebih deterministik daripada Clementsian. Ini

berbeda paling mendasar dari pandangan Clementsian dalam menunjukkan peran

yang jauh lebih besar dari faktor kebetulan dan menyangkal keberadaan koheren,

jenis masyarakat dibatasi tajam. Gleason mengatakan bahwa distribusi spesies

menanggapi faktor lingkungan, dan masyarakat yang terbaik dianggap sebagai

artefak dari penjajaran distribusi spesies. Ide Gleason, pertama kali diterbitkan

pada tahun 1926, sebagian besar diabaikan dari publikasi awal mereka sampai

akhir 1950-an (Richard, 1988).

Dua kutipan menggambarkan pandangan kontras Clements dan Gleason.

Clements menulis pada tahun 1916 : " Studi perkembangan vegetasi selalu

bersandar pada asumsi bahwa unit atau pembentukan klimaks adalah entitas

organik. Sebagai organisme formasi muncul, tumbuh, dewasa, dan mati.

Selanjutnya, setiap formasi klimaks mampu mereproduksi dirinya sendiri,

mengulangi dengan penting perkembangannya”. Sementara Gleason, dalam

makalahnya tahun 1926, mengatakan " Sebuah asosiasi bukanlah suatu organisme,

bahkan hampir unit vegetasi, tetapi hanya kebetulan. Ide Gleason pada

kenyataannya lebih konsisten dengan pemikiran asli Cowles tentang suksesi.

Tentang perbedaan Clements antara suksesi primer dan suksesi sekunder, Cowles

menulis (1911): Klasifikasi ini tampaknya tidak menjadi nilai fundamental, karena

memisahkan seperti fenomena terkait erat dengan yang dari erosi dan

pengendapan, dan menempatkan bersama-sama seperti tidak seperti hal-hal

sebagai lembaga manusia dan penurunan tanah (Richard, 1988).

Page 10: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

2. Deskripsi dan Analisis Vegetasi

Vegetasi merupakan keseluruhan tumbuhan dari suatu area, vegetasi

berfungsi sebagai area penutup lahan. Penutupan oleh vegetasi memberi efek

positif bagi daerah tersebut, penutup lahan nantinya akan mengurangi aliran

permukaan, mencegah erosi tanah dan banjir, serta menjaga suhu tanah dan daerah

sekitar. Persebaran vegetasi dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik lahan yang ada,

diantaranya adalah kondisi topografi lahan (Maryantika dkk, tanpa tahun).

Gambar: vegetasi (sumber: http://id.upphotos.net).

Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi tumbuhan yang

berguna untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau

populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang. Selain itu

dengan melakukan analisis vegetasi, dapat diketahui keadaan vegetasi tumbuhan

dimasa sekarang dan dapat menduga-duga kemungkinan perkembangan dimasa

depan (Supeksa dkk, tanpa tahun).

Page 11: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari

ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor

lingkungan dan sejarah dari faktor-faktor itu dalam suatu bentuk yang mudah

diukur dan nyata. Dengan demikian, analisis begetasi secara hati-hati dipakai

sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-

komponen lainnya dari suatu ekosistem (Syafei, 1990).

Menurut Kaninde dkk (2011), struktur vegetasi dapat didefinisikan sebagai

organisasi individu-individu tumbuhan dalam ruang yang membentuk tegakan dan

secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Kershaw

dalam Kaninde dkk (2011) menambahkan bahwa bentuk vegetasi dibatasi oleh

tiga komponen pokok, yaitu : (1) stratifikasi yang merupakan lapisan penyusun

vegetasi (strata) yang dapat terdiri dari pohon, tiang, perdu, sapihan, semai, dan

herba (2) sebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut yang

menggambarkan kedudukan antar individu (3) banyaknya individu (abundance)

dari jenis penyusun vegetasi tertentu. Latifah (2005) mempunyai pendapat

berberda mengenai stratifikasi. Menurutnya stratifikasi tumbuhan dibagi menjadi

4 yaitu (a) semai yang merupakan anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi

< 1,5 meter (b) pancang yang merupakan anakan pohon yang tingginya ≥ 1,5

meter dan diameter < 7 cm (c) tiang yang merupakan pohon muda dengan

diameter 7 cm sampai ≤ 20 cm (d) pohon yang merupakan pohon dewasa

berdiameter ≥ 20 cm. Selanjutnya, Kershaw dalam Kaninde dkk (2011)

mengatakan bahwa penguasaan suatu jenis terhadap spesies lainmya ditentukan

berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP), yang merupakan penjumlahan dari

kerapatan, dominansi relatif, dan frekuensi relatif.

Page 12: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

Gambar: struktur vegetasi (sumber:

http://tommywenno.blogspot.com/2013/09/kompo

sisi-dan-struktur-vegetasi-hutan.html)

Marpaung (tanpa tahun), mendeskripsikan struktur vegetasi sebagai

berikut.

1. Pohon

Tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. Pengukuran yang akan

dilakukan untuk pohon adalah diameter batang. tinggi pohon serta jumlah

individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang dilakukan pada

ketinggian 1,3 meter atau 20 cm di atas akar papan jika akar papan lebih

tinggi dari 1,3 meter. Ukuran petak (kuadran) untuk pengukuran pohon

adalah 20 x 20 meter.

2. Tiang

Tumbuhan dengan diameter antara 10—20 cm. Pengukuran dilakukan

pada petak subkuadran berukuran 10 x 10 m. Sama dengan pohon. maka

parameter pengukuran adalah diameter tiang, tinggi tiang bebas cabang.

jumlah tiang dan jumlah jenis. Pengukuran diameter batang juga dilakukan

pada ketinggian 1,3 meter.

3. Pancang

Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5

meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan

yang digunakan untuk pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter. Tidak

seperti tiang dan pohon, diameter pancang tidak diukur. Pengukuran hanya

dilakukan pada jumlah mdividu dan jumlah spesies. Karena pada tahap

pertumbuhan pancang, yang penting untuk diketahui adalah kerapatan dan

frekuensi

4. Semai / anakan

Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran

ketinggian kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk

pengukuran anakan adalah 2x2 meter. Sebagaimana pancang, tahap

Page 13: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

pertumbuhan anakan hanya dihitung individu serta jenis anakan saja.

Tidak perlu dilakukan pengukuran diameter batang.

5. Liana :

Liana adalah tumbuhan yang biasanya tumbuh melilit atau memanjat

pohon (woody climbers). Yang tergolong dalam kelompok liana berkayu

ini jika panjarig batang utamanya lebih dari 1,5 meter. Liana tidak berkayu

(non-woody liana) jika panjang batang utamanya kurang dari 1.5 meter.

Pengenalan jenis liana ini agak rumit sehingga jika tidak dimungkinkan

spesimen yang terdiri dari batang. Daun dan bunga/biji (jika ada) perlu

untuk diambil dan dilakukan penomoran spesimen (misal: Liana sp1.

Liana sp2.). Petak contoh untuk pengamatan liana berukuran 5x5 meter.

6. Epifit :

Epifit adalah tumbuhan yang menempel di pohon lain atau yang

menjadikan pohon lain sebagai inangnya. Anggrek adalah jenis epifit yang

banyak diternui di dalam hutan. Selain jenis-jenis anggrek, epifit berupa

paku-pakuan juga banyak dijumpai. Untuk memperlancar pengamatan

dilapangan, pengamatan terhadap epifit hanya dilakukan sampai pada

ketinggian 2 meter dari permukaan tanah karena pengamatan pada

ketinggian lebih dari 2 meter akan sulit dilakukan atau diperlukan

pemanjatan pohon kecuali jika fokus pengamatannya adalah epifit.

Pengukuran terhadap epifit dilakukan terhadap jumlah individu dan

spesies, jika bisa diidentifikasi oleh pengenal pohon karena biasanya jenis

epifit sulit untuk dikenali, kecuali oleh ahli epifit. Pengukuran terhadap

epifit dilakukan pada petak 5x5 meter.

7. Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai hutan

kecuali regenerasi pohon (anakan dan pancang). Beberapa tumbuhan

bawah diantaranya adalah: (1) keluarga palma. jika tingkatan pohon

dewasanya lebih tinggi dari 1,5 meter; (2) pandan. tidak ada kategori untuk

jenis tumbuhan bawah ini: (3) pakupakuan: dan (4) semak atau herba

lainnya. Sebagaimana liana dan epifit jika tidak dimungkinkan pengenalan

jenis, penomoran spesimen/contoh (Palma sp1.. Paku-pakuan sp1., Herba

Page 14: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

sp1., dst). Ukuran petak contoh pengamatan tumbuhan bawah berukuran

5x5 meter.

Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu jenis dalam suatu

areal. Semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai frekuensinya semakin

besar, sedangkan jenis yang frekuensinya kecil, penyebarannya semakin tidak

merata pada suatu areal atau kawasan yang diamati. Kerapatan dari suatu jenis

merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu jenis persatuan

luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan suatu

jenis terhadap jenis lain pada suatu komunitas. Semakin besar nilai dominansi

suatu jenis, semakin besar penguasaan jenis tersebut terhadap jenis lain. INP suatu

jenis merupakan nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis

dalam komunitas. Semakin besar INP suatu jenis, maka semakin besar pula

peranan jenis tersebut dalam komunitas. INP dengan nilai yang tersebar merata

pada banyak jenis lebih baik daripada bertumpuk atau menonjol pada sedikit jenis

karena menunjukkan terciptanya relung (niche) yang lebih banyak dan tersebar

merata, spesifik, dan bervariasi. INP yang merata pada banyak jenis juga sebagai

indikator semakin tingginya keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem dan

perkembangan ekosistem yang baik untuk mancapai pada tahap klimaks (Kaninde

dkk, 2011).

Dalam menganalisis suatu vegetasi, diperlukan suatu metode. Menurut

Web dalam Syafei (1990), metode dalam analisis vegetasi yang dipilih yang

penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang

ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini

adalah pengetahuan dalam sistematik), dan vegetasi secara alami itu.

Pakar ekologi berkecenderungan untuk melakukan pendekatan secara

floratika dalam menampakkan suatu vegetasi, yaitu berupa komposisi dan struktur

tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut. Pendekatan kajian juga bergantung pada

permasalahan bersifat autoekologi atau sinekologi, dan juga menyangkut masalah

produktivitas atau hubungan sebab akibat. Pakar autoekologi biasanya

memerlukan pengetahuan tentang kekerapan atau penampakan dari suatu spesies

tumbuhan, sedangkan pakar sinekologi berkepentingan dengan komunitas, yaitu

Page 15: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

masalah yang dihadapi tentang keterkaitan antara alam dengan variasi vegetasi

(Syafei, 1990).

Deskripasi vegetasi juga merupakan bagian yang integral dengan kegiatan

survei sumber daya alam, misalnya inventarisasi kayu untuk balok di hutan, dan

menelaah kapasitas tampung suatu lahan untuk tujuan ternak atau

penggembalaan. Mendeskripsikan suatu vegetasi harus dimulai dari suatu titik

pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuhan yang

hidup bersama di dalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik

oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan

fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau

fisiognomi (Syafei, 1990).

3. Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi

Menurut Syafei (1990) secara garis besar, metode analisis vegetasi dapat

dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Metode destruktif

Metode ini dilakukan untuk mengetahui jumlah materi organic yang dapat

dihasilkan oleh sutu komunitas tumbuhan. Variabel yang digunakan dapat berupa

produktivitas primer maupun biomassa. Dengan demikian, dalam pendekatannya

selalu dilakukan pengrusakan terhadap vegetasi tersebut. Pada umumnya, metode

ini dilakukan untuk vegetasi sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara 1

m2 - 5 m2. Penimbangan dapat didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat

keringnya.

Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang

rumput terbuka terkait dengan pencarian lahan pengembalaan dan menentukan

kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara

floristika yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

b. Metode non-destruktif

Metode ini dapat dilakukan dengan cara pendekatan berdasarkan

penelaahan organisme hidup/tumbuhan. Sehingga dikenal dengan pendekatan

non-floristika. Sedangkan pendekatan yang didasarkan pada penelaahan

organisme tumbuhan secara taksonomi dinamakan pendekatan floristika.

Page 16: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

1) Metode non-destruktif non-floristika

Metode ini banyak dikembangkan oleh beberapa pakar vegetasi, seperti Du

Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian

diekspresikan juga dengan cara lain oleh Eiten (1968) dan UNESCO (1973). Para

pakar ini memiliki dasar pemikiran masing-masing. Pada prinsipnya mereka

berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian

dunia tumbuhan secara taksonomi diabaikan. Mereka membuat klasifikasi sendiri

dengan dasar-dasar tertentu.

2) Metode non-destruktif floristika

Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman

dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi

spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut. Jadi dalam hal ini diperlukan

pemahaman tumbuhan secara taksonomi.

Pada metode ini didukung dengan variable-variabel yang diperlukan untuk

menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi, antara lain:

Kerapatan

Untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis

Kerimbunan

Variabel yang menggambarkan luas penutup suatu populasi di suatu

kawasan, dapat juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi

tertentu atau dominansinya

Frekuensi

Variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi di suatu

kawasan. Variabel tersebut merupakan sebagian tetapi dari sejumlah variabel yang

diperlukan adalah variabel yang dapat menjabarkan suatu karekteristik vegetasi

yang biasanya dikenal dengan variabel yang bersifat kuantitatif. Variabel lainnya

dikelompokkan pada variabel kualitatif seperti stratifikasi, perioditas, dan

vitalitas.

Berbagai metodologi telah dikembangkan oleh para pakar untuk

memperoleh hasil seakurat mungkin dan sudah disesuaikan dengan tujuannya.

Beberapa metodologi yang umum dan efektif serta efisien untuk dilakukan antara

Page 17: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

lain: metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot (metode titik dan metode

kwarter).

a) Metode kuadrat

Bentuk cuplikan pada metode ini dapat berupa segiempat atau lingkaran

yang menggambarkan luasan area (kuadrat). Luasnya bisa bervariasi sesuai

dengan betuk vegetasi atau ditentukan terlebih dahulu luas minimumnya. Sistem

analisinya meliputi: (1) kerapatan, (2) kerimbunan, (3) frekuensi, dan (4) nilai

penting.

b) Metode garis

Bentuk cuplikan pada metode ini berupa garis. Untuk vegetasi hutan

sangat dipengaruhi oleh kompleksitas dari hutan tersebut. Makin sederhana,

makin pendek garisnya. Pada dasarnya, panjang garis sekitar 50-100m sudah

cukup memperlihatkan hasil yang memadai. Untuk vegetasi semak belukar

diperlukan garis sepanjang 5m-10m sedangkan untuk vegetasi sederhana cukup

dengan garis sepanjang satu meter. Sistem analisisnya meliputi: (1) kerapatan, (2)

kerimbunan, (3) frekuensi, dan (4) nilai penting.

c) Metode kwarter

Bentuk cuplikan pada metode ini berupa titik, sehingga metode ini sering

disebut dengan metode tanpa area cuplikan atau “plotless methods”. Biasanya

sering dilakukan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.

Sistem analisis metode ini, titik-titik dibuat dan disebar secara acak atau

sistematik. Titik-titik tersebut merupakan pusat dari suatu daerah pengamatan

yang secara abstrak dibagi menjadi 4 sektor pengamatan (metode empat penjuru)

sesuai dengan arah mata angin. Daerah I adalah daerah barat-utara, daerah II

adalah daerah utara-timur, daerah III adalah daerah timur-selatan, dan daerah IV

adalah daerah selatan-barat.

Tumbuhan yang dianalisis (dicuplik datanya) pada setiap sektor daerah

pengamatan adalah hanya satu pohon yang paling dekat dengan pusat pengamatan

(titik pusat). Data yang dikumpulkan adalah jarak pohon ke titik pusat , diameter

pohon, dan juga tinggi pohon.

Page 18: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3
Page 19: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari isi makalah ini adalah:

1. Ilmu vegetasi telah menjadi satu tradisi selama hampir tiga abad. Kegiatan

pertama dan utama mengetahui gambaran bentang alam (lanskap) dan

vegetasinya. Karakteristik bentang alam/lanskap sangat dipengaruhi oleh :

(1) tipe vegetasi, dan (2) perbedaan bentuk hidupnya (selalu hijau,

menggugurkan daunnya, tajuk daun jarum, tajuk daun lebar, dan yang

lainnya) di masing-masing jenis lahan (hutan tropika, savana, padang

rumput, gurun kaktus, dan lainnya). Deskripsi sistematis tentang pola

vegetasi dimulai oleh A. Von Humboldt (1806) yang mengklasifikasikan

bentuk pertumbuhan vegetasi dalam beberapa tipe.

2. Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi tumbuhan yang

berguna untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas

atau populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang.

3. Secara garis besar, metode analisis vegetasi dapat dikelompokkan menjadi

2, yaitu metode destruktif dan non-destruktif. Metode non-distruktif dibagi

menjadi metode non-destruktif non-floristika dan metode non-destruktif

floristika. Beberapa metodologi yang umum dan efektif serta efisien untuk

dilakukan antara lain: metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot

(metode titik dan metode kwarter).

Page 20: Makalah Analisis Vegetasi Kelompok 3

DAFTAR RUJUKAN

Barbour, M.G. 1980. Terestrial Plant Ecology. California: B. Curning.Kainde, R.F., Ratang, S.P., Tasirin, J.S., dan Faryanti, D. 2011. Eugenia. Analisis

vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa, 17 (3). (Online), (http://repo.unsrat.ac.id/290/1/ANALISIS_VEGETASI_HUTAN_ LINDUNG_GUNUNG_TUMPA.pdf), diakses 8 Februari 2014.

Latifah, Siti. 2005. Analisis vegetasi Hutan Alam. (Online), (http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/968/1/hutan-siti12.pdf), diakses pada 8 Februari 2014.

Marpaung, Boy Andreas. Tanpa Tahun. Struktur Vegetasi. (Online), (http://xa.yimg.com/kq/groups/17149844/2112086958/name/STRUKTU), diakses pada 9 Februari 2014.

Maryantika, Norida., Jaelani, Lalu Muhammad., Setiyoko, Andie. Tanpa tahun.

Analisa Perubahan Vegetasi Ditinjau dari Tingkat Ketinggian dan

Kemiringan Lahan Menggunakan Citra Satelit Landsat dan Spot 4 (Studi

Kasus Kabupaten Pasuruan). (Online), (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-

Undergraduate-18369-Paper-654871.pdf), diakses pada 9 Februari 2014.

Osgood, H Wilfred. 1944. Biographical Memoir of Clinton Hart Merriam. USA: National Academy Of Sciences.

Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang.

Supeksa, Ketut., Deviana, Ni Putu Ella., Dewi, Ni Luh Gede Krisna., Ratmini, Ni Made., Karolina, Yusita. Tanpa tahun. Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat pda Plot yang Dibuat dalam Bentuk Lingkarandi Kebun Raya Eka Karya Bali. (Online), (http://supeksa.files.wordpress.com/2012/07/ analisis-vegetasi-dengan-metode-kuadrat-pada-plot-yang-dibuat-dalam-bentuk-lingkaran-di-kebun-raya-eka-karya-bali.pdf), diakses 8 Februari 2014.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.