makalah anak CHF,

download makalah anak CHF,

of 27

description

bnm,mn

Transcript of makalah anak CHF,

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangDekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis berupa dispnu (sesak nafas ), fatik ( saat istirahat atau aktivitas ), dilatasi vena dan edema, yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung. Istilah gagal jantung atau dekompensasi kordis sering disebut gagal jantung kongestif.Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. Dimana jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart Failure (CHF). Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Sedang pada anak anak yang menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5 15 tahun.Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.1. TujuanDengan mengetahui dasar-dasar asuhan keperawatan pada anak dengan Congestive Heart failure, maka di harapkan mahasiswa mampu:1. Memahami secara kognitif, motorik dan afektif materi tentang gagal jantung kongestif1. Mengetahui penanganan secara umum baik medis maupun non medis pada anak dengan Congestive Heart failure 1. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Congestive Heart failure.1. Mempu menentukan diagnosa keperawatan yang tepat pada anak dengan Congestive Heart failure.1. Mampu merencanakan tindakan keperawatan yang di berikan pada anak dengan Congestive Heart failure.1. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pada anak dengan Congestive Heart failure.

BAB IIPEMBAHASAN

1. DEFINISI Decompensasio cordis (gagal jantung) adalah suatu keadaan patofisiolgis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastoloik secara abnormal (Arif masjoer 2001). Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer,2001).Gagal jantung kongestif (CHF) adalah sindroma yang terjadi bila jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dan oksigenasi jantung. (Carpenito, 1999)

1. ETIOLOGIa. Kelainan otot jantungGagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasib. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardiumKarena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.c. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after loadf. Faktor sistemikTerdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.

1. PATOFISIOLOGIKelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru. Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (smeltzer 2001).

29

Pohon masalah

Ket : Preload : jumlah darah yang mengisi jantung berbanding tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung. Synkope : pingsan hilangnya kesadaran sementara waktu LVED : tekanan akhir diastolik ventrikel kiriRAA : Renin Angiotensin Resti Ggn. pertukarangasDisfungsi Miokard (AMI) MiokarditisBeban tekanan berlebihanBeban sistolik berlebihanPeningkatan keb.metabolismeKontraktilitas Beban systole PreloadKontraktilitas Hambatan Pengosongan VentrikelCOP GJBeban jantung meningkatGagal jantung kananBeban Volume berlebihanRenal flow Suplai O2 otak Suplai darah jar. Backward FailureMetab. anaerobAsidosis metabolik& ATP FatigueIntoleransi aktivitasSyncopePenurunan Curah jantung LVED Kelebihan Volume Cairan VaskulerRetensi Na + H2OADH ADH ADH Aldosteron RAA Tek. Vena pulmonalis Tek. kapiler paru Edema ParuBeban VentrikelKanan Ronkhi basahHipertropy ventrikel kananReflek Batuk Iritasi mukosa paruPenyempitan lumenventrikel kananPenumpukan secretBendungan vena sistemikPenimbunan as. LaktatBendungan atrium kananTekanan Diastole Lien Hepar Splenomegali Hepatomegali Mendesak diafragmaSesak NafasPola nafas inefektifGagal pompa ventrikel kiriGagal pompa ventrikel kanan Forward FailureVolume cairan ektrasel

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG0. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.0. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.0. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.0. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.0. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.0. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.0. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.0. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).1. MANIFESTASI KLINISGagal Jantung Kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :a. DispneaTerjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)b. Batukc. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.d. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuke. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baikGagal jantung kanan :a. Kongestif jaringan perifer dan visceralb. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting, penambahan BB.c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena hepard. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomene. Nokturiaf. Kelemahan1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANPertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yang bersifat progresif dari perubahan yang teratur dan koheren (Hurlock,1999). Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Pada anak dengan gagal jantung kongestif, perawat tetap memantau tumbuh kembang anak agar tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Buat jadwal aktivitas ringan untuk anak sewaktu sakit, tetapi beri anak kebebasan memilih aktivitas yang sesuai. Berikan informasi pada anak dan keluarga bahwa meskipun anak sudah merasa lebih baik, tubuh belum sepenuhnya sembuh secara adekuat. Tingkatkan pula istirahat dengan mengatur tindakan asuhan keperawatan yang memungkinkan periode istirahat adekuat.

1. HOSPITALISASIHospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai :1. Pengalaman yang mengancam 2. Stressor Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena : 7. Anak tidak memahami mengapa dirawat/terluka. 7. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. 7. Keterbatasan mekanisme koping. Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi :1. Takut a. Unfamiliarityb. Lingkungan rumah sakit yang menakutkanc. Rutinitas rumah sakit d. Prosedur yang menyakitkan e. Takut akan kematian 2. Isolasi Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun. Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus (masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung. 3. Privasi yang telambat Terjadi pada anak remaja : rasa malu, tidak bebas berpakaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak :2. Berpisah dengan orang tua dan sibling. 2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxienties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing. binatang buas. 2. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan 2. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit. 2. Prosedur yang menyakitkan 2. Takut akan cacat atau mati. Pendekatan yang dapat dilakukan perawat dalam hospitalisasi :5. Pendekatan EmpirikDalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam hospitalisasi, metode pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu : a. Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik. b. Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka sendiri dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.2. Pendekatan Melalui Metode Permainan Yaitu pendekatan dilakukan melalui permainan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Raksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya reaksi anak trhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.Tujuan bemain di rumah sakit : Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat. Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui permainanPrinsip bermain di rumah sakit :1. Tidak membutuhkan banyak energi1. Waktunya singkat.1. Mudah dilakukan1. Aman1. Kelompok umur.1. Tidak bertentangan dengan terapi.1. Melibatkan keluarga 1. PENATALAKSANAANRespons fisiologis pada gagal jantung memberikan rasional untuk tindakan. Sasaran penatalaksanaan gagal jantung kongestif adalah:a. Menurunkan kerja jantung;b. Meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokardium;c. Menurunkan retensi garam dan cairan.Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif . Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.Ada dua kelompok pengobatan yang digunakan untuk meningkat fungsi miokard pada CHF :1.Digital glikosit yang memperbaiki kontraksi.2.Agiontension converting enzim inhibitor, mengurangi overload pada jantung, membuat jantung mudah memompa.Digitalis mempunyai tiga reaksi mayor yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi (positif inotropik) : mengurangi kecepatan jantung (negatif inotropik) dan melemahkan atau memperlambat induksi pada impuls nodus AV (negatif) dromotropik) : dan secara tidak lansung, meningkatkan diuresis dengan peningkatan perfusi ginjal/ renal. Efek yang bermanfaat yaitu meningkatkan kardiak outpout, menurunkan ukuran jantung, menurunkan tekanan vena dan mengurangi edema.Pada anak-anak, digoksin (lanoxin) digunakan karena pada mereka biasanya terjadi serangan yang tiba-tiba dan mengurangi resiko toksititas yang meningkatkan short half - life (umur paru singkat/pendek). Obat ini tersedia dalam bentuk elixir (50 ug/ml) pemberian peroral atau preparasi parenteral (0,1 mg/ml). pada bayi dosis biasa kalkulasi dalm miogram (1000ug = 1mg). Karena dihoxin mempunyai makna keselamatan sangat terbatas/kecil maka dosisnya harus dipertimbangkan secara tepat : bayi prematur lebih sensitif terhadap digoxin sehingga pemberiannya harus dalam dosis kecil karena akumulasi obat ini dalam aliran darah cepat pada masa bayi dan anak-anak (friedman, 1992).Pengobatan didasarkankepada dosis digitalis, pemberian secara IV atau peroral, dosisnya dibagi dalam periode waktu yang pendek sehingga mempengaruhi tingkatan digoxin serum antara jarak terapi. Dosis dipertahankan, biasanya 1/8 dari dosis digitalis, pemberiannya peroral 2x/hari untuk mempertahankan tingkatan darah. Selama pemberian digitalis anak harus dimonitor dengan EKG untuk mengobservasi efek ( perpanjangan interval P-R dan berkurangnya kecepatan ventrikel ) dan mendeteksi efek samping, terutama distritmia.Tabel dosis digoxin pada bayi dan anak *UmurDosis digitalis totalDosis harian yang dipertahankan

Bayi prematur205

Bayi cukup umur308 - 10

< 2 tahun40 - 5010 - 12

2 - 10 tahun308 - 10

Keterangan :* : Dosis dalam g/kg BB kecuali ada indikasi : Dosis total yang diberikan dalam beberapa dosis yang dinginkan > 12-24 jam : Dosis dipertahankan pemberianya dalam 2 dosis yang diinginkan.

Yang perlu diperhatikan perawat afalah rentang terapi digoxin serum dari 0,8-2,0 g/l Menghilangkan penumpukan cairan dan sodium (menurunkan preload).Obat ini terdiri dari diuretik yang merupakan terapi utama untuk mengeluarkan garam dan cairan yang berlebihan serta mencegah penumpukan cairan.Pemberian furosimida dan thiazide menyebabkan hilangnya potasium. Yang harus diperhatikan perawat ialah jumlah serum potasium dari efek digitalis, meningkatnya resiko toksikasil digitalis. Tingkat serum potasium harus dimonitor.Restriksi cairan diperlukan pada keadaan CHF akut dan harus dihitung dengan tepat untuk menghindari dehidrasi pada anak, terutama cianotic congenital heart disease (CHD) dan adanya polisitemia. Bayi jarang memerlukan restriksi cairan karena CHF membuat kesulitan diberi makan sehingga membuat mereka akan berusaha mempertahankan cairan .Diit restriksi jarang dimanfaatkan pada anak-anak dibanding orang dewasa untuk mengontrol CHF karena mereka potensial menimbulkan efek negatif pada anak yaitu berkurangnya napsu makan dan pertumbuhan anak. Jika intake garam direstriksi, diitnya adalah harus menghindari penembahan garam pada sayur dan hindari makanan yang tinggi garamnya. Mengurangi kerusakan jantung.Untuk mengurangi kerja jantung yang berlebihan perlu meminimalkan metabolik dengan: 1. Memberikan suhu lingkungan yang netral unruk mencegah stres dingin pada bayi.2. Pengobatan jika ada infeksi.3. Mengurangi usaha napas dengan posisi semi fowlers.4. Menggunakan pengobatan untuk menenangkan anak yang iritable (lekas marah atau tidak tenang). Memperbaiki oksigen jaringan dan menurunkan konsumsi oksigen.Pada umumnya didahului dengan melakukan pengukuran terhadap oksigen untuk meningkatkan oksigen setiap jaringan dengan perbaikan fungsi miokard atau dengan mengurangi tuntutan oksigen pada jaringan. Bagaimanapun, penembahan kelembaban udara mungkin diperlukan untuk mengurangi persediaan oksigen selama inspirasi. Pemberian oksigen penting untuk pasien odema paru, infeksi saluran napas (infeksi pernapasan) dan meningkatkan pulmonary vaskuler resistensi (pemberian oksigen membuat vasoodilatasi sehingga mengurangi pulmonary vaskuler resistensi). Masker udara lebih baik pada bayi yang baru lahir atau bayi muda untuk meningkatkan konsentrasi gas. Nasal kanul satu masker wajah mungkin digunakan pada bayi yang lebih tua dan anak-anak. Nasal kanula baik untruk pemberian oksigen jangka panjang karena dapat ambulasi dan makan minum dengan mudah. Kelembaban diperlukan untuk menetralkan kekeringan akibart oksigen. Jumlah kelembaban diatur dengan hati-hati untuk mencegah kedinginan.1. TERAPI8. TERAPI OKSIGENPemberian oksigen terutama ditujukan pada klien dengan gagal jantung yang disertai dengan adema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.8. TERAPI NITRAT DAN VASOLIDATOR KORONERPenggunaan nitrat, baik secara akut maupun kronik, sangat dianjurkan dalam penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded (penurunan afterload-beban akhir) dengan adanya vasolidatasi perifer. Peningkatan curah jantung lanjut akan menurunkan pulmonary artery wedge pressure (pengukuran yang menunjukkan derajat kongesti vaskular pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri) da penurunan pada konsumsi oksigen miokardium.8. TERAPI DIURETIKSelain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air serta pemberian diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan preload (beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan menurunkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolit lainnya, yaitu kalium, magnesium, klorida, dan bikarbonat. Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium digolongkan sebagai diuretik yang tidak menahan kalium.8. TERAPI DIGITALISDigitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis bila diberikan dalam dosis yang sangat besar dan diberikan secara berulang dengan cepat, kadang-kadang menyebabkan klien mengalami mabuk, muntah, pandangan kacau, objek yang terlihat tampak hijau dan kuning, klien melakukan gerakan yang sering dan kadang-kadang tidak mampu untuk menahannya. Digitalis juga menyebabkan sekresi urine meningkat, nadi lambat hingga 35 denyut dalam satu menit, keringat dingin, kekacauan mental, sinkope dan kematian. Digitalis juga bersifat laksatif. Pada kegagalan jantung, digitalis diberikan dengan tujuan memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi serta meningkatkan efesiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan yang melewati ginjal akan meningkat untuk difiltrasi dan diekskresi, sehingga volume intravaskuler menurun.8. TERAPI INOTROPIK POSITIFDopamin-merupakan salah satu obat inotropik positif-bila juga dipakai untuk meningkatkan denyut jantung (efek beta-1) pada keadaan bradikardia saat pemberian atropin pada dosis 5-20 mg/kg/menit tidak menghasilkan kerja yang efektif. Kerja dopamin bergantung pada dosis yang diberikan, pada dosis kecil (1-2 g/kg/menit), dopamin akan mendilatasi pembuluh darah ginjal dan pembuluh darah mesenterik serta menghasilkan peningkatan pengeluaran urine (efek dopaminergik); pada dosis 2-10 g/kg/menit, dopamin akan meningkatkan curah jantung melalui peningkatan kntraktilitas jantung (efek beta) dan meningkatan tekanan darah melalui vosokonstriksi (efek alfa-adrenergik). Penghentian pengobatan dopamin harus dilakukan secara bertahap, penghentian pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan hipotensi berat. Dobutamin (Dobutrekx) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta-1 adrenergik. Efek beta-1 adalah meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).8. TERAPI SEDATIFPada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedatif dapat mengurangi kegelisahan. Obat-obatan sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital 15-30 mg empat kali sehari dengan tujuan untuk mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.1. KOMPLIKASIBeberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:1) Syok kardiogenikSyok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.2) Edema paru Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:a. Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan tekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli.b. Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan secara cepat keluar dari kapiler.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian. Lakukan pengkajian fisik Lakukan pengkajian jantung Dapatkan riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan masalah jantung sebelumnya Observasi adanya manifestasi gagal jantung kongestif: Kerusakan fungsi miokardia Takikardia Berkeringat (tdak tepat) Penurunan keluaran urin Keletihan Kelemahan Gelisah Anoreksia Ekstremitas pucat, dingin Nadi perifer lemah Penurunan tekanan darah Irama gallop Kardiomegali Kongesti pulmonal Takipnea Dispnea Retraksi (bayi) Pernapasan cuping hdung Intoleransi latihan Ortopnea Batuk, serak Sianosis Mengi Mengorok Kongesti vena sistemik Penambahan berat badan Hepatomegali Edema perifer, khususnya periorbital Asites Distensi vena leher (anak-anak) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, mis., radiografi, elektrokrdiografiBayiKardiovaskular Ringan: takikardi saat istirahat (di atas 160 kali/menit) Berat: penurunan nadi perifer (+1 atau +2; jika penyebabnya adalah PDA dapat ditemukan hasil +4)Respirasi Ringan: takipnea saat istirahat (di atas 60 kali/menit) Kompensasi: upaya respirasi yang berlebihan (takipnea saat istirahat, retraksi substernal dan interkostal, pernapasan cuping hidung, ronki kasar, batuk kering, dispnea, dan ortopnea)Gastrointestinal Ringan: peningkatan berat badan perlahan-lahanGenitourinaria Berat: penurunan haluaran urine (kurang dari 1 ml/jam)Muskuloskeletal Ringan: kelelahan bila makan, gagal untuk bertumbuh, hambatan perkembanganIntegumen Ringan: diaforesis (kepala dan wajah), pucat, kehitaman Kompensasi: edema orbita, edema perifer, ekstremitas dingin, edema skrotum (pada bayi pria yang menderita gagal jantung berat)Anak dan RemajaKardiovaskular Ringan: takikardia saat istirahat Berat: penurunan denyut perifer (+1 atau +2; jika penyebabnya adalah PDA dapat menyebabkan hasil +4)Respirasi Ringan: takipnea saat istirahat, dispnea saat bekeja Kompensasi: upaya bernapas yang berlebihan (termasuk takipnea saat istirahat, retraksi substernal dan interkostal, pernapasan cuping hidung, ronki kasar, dan batuk kering), mengi, ortopneaGastrointestinal Ringan: kehilangan nafsu makan, peningkatan berat badan yang cepat (berat air)Genitourinaria Berat: menurunnya haluaran urine (kurang dari 1 ml/jam)Muskuloskeletal Ringan: kelelahan saat beraktivitasIntegumen Ringan: diaforesis (pada daerah dahi) Kompensasi: edema orbita, edema yang terjadi di area yang terkena pada lengan dan tungkai, pucat, kehitaman, serta ekstremitas dingin

2.Diagnosa Keperawatan.1. C. O menurun b. d perubahan irama dan denyut jantung2. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi3.Kelebihan volume cairan b. d kelebihan masukan cairan (edema) .4.Intoleransi aktivitas b. d ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen5. Inefektif bersihan jalan napas b. d sekresi berlebihan6.Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b. d ketidakmampuan melakukan aktivitas.7.Kecemasan orang tua b. d perubahan status kesehatan

3. Rencana Keperawatan.

Diagnosa Keperawatan

Hasil yangDiharapkan

Intervensi Keperawatan/

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama dan denyut jantung

Tujuan :Pasien menunjukkan perbaikan curah jantung

Hasil yang diharapkan : Denyut jantung kuat, regular, dan dalam batas normal sesuai usia Perfusi perifer adekuat.

Beri digoksin (Lanoxin) sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas. Pastikan dosis dalam batas aman Bayi jarang menerima lebih dari 1 ml (50 g atau 0,05 mg) dalam satu dosis; dosis yang lebih tinggi mengindikasikan adanya kesalahan dosis. Pastikan preparat yang sesuai untuk rute Periksa dosis dengan perawat lain untuk menjamin keamanan. Hitung nadi, apikal selama satu menit penuh sebelum pemberian obat. Tahan obat-obatan dan beritahu praktisi bila frekuensi nadi kurang dari 90-110 denyut/menit (bayi) atau 70-85 denyut/ menit (anak yang lebih besar), bergantung pada pembacaan nadi sebelumnya. Kenali tanda-tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia). Seringkali diambil strip irama EKG untuk mengkaji status jantung sebelum pemberian. Jamin masukan kalium yang adekuat Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia (kelemahan otot, hipotensi, disritmia, takikardia atau bradikardia, peka rangsang, mengantuk) atau hiperklemia (kelemahan otot, kedutan, bradikardia, fibrilasi ventrikel, oliguria, apnea). Pantau kadar kalium serum karena penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin. Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload, sesuai instruksi. Periksa tekanan darah Observasi adanya tanda-tanda hipotensi Pantau kadar elektrolit Hubungkan pada monitor jantung bila diinstruksikan.

2. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi.

Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan fungsi pernapasan.

Hasil yang diharapkan :Pernapasan tetap dalam batas normal, warna baik, dan anak beristirahat dengan tenang.

Tujuan : Pasien mengalami penurunan ansietas.

Hasil yang diharapkan:Anak beristirahat dengan tenang dan bernapas dengan mudah.

Tempatkan pada posisi tinggi 30 sampai 45 derajat untuk mendorong ekspansi dada maksimum; angkat pendukung matras incubator; tempatkan bayi yang lebih besar pada dudukan bayi Hindari pakaian yang ketat atau restrain yang meingkari abdomen dan dada Berikan oksigen lembab sesuai ketentuan Kaji frekuensi pernapasan, kemudahan pernapasan, warna, dan saturasi oksigen yang diukur dengan oksimetri.

Terapkan jadwal pemberian makanan yang fleksibel, yang menurunkan keresahan yang berhubungan dengan lapar Atasi dengan lembut Gendong dan nyamankan bayi Terapkan tindakan kenyamanan yang efektif untuk anak secara individual Dorong keluarga untuk memberikan rasa nyaman dan penghiburan Jelaskan tentang peralatan dan prosedur pada anak untuk menurunkan ansietas.

3. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan masukan cairan (edema)

Tujuan : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti kelebihan cairan.

Hasil yang diharapkan :Bayi menunjukkan bukti-bukti penurunan cairan (sering berkemih, berat badan turun).

Beri diuretik sesuai ketentuan Pertahankan masukan dan keluaran yang adekuat Timbang berat badan setiap hari pada waktu dan dengan timbangan yang sama untuk mengkaji penambahan atau penurunan cairan. Kaji adanya bukti peningkatan atau penurunan edema Pertahankan pembatasan cairan, bila diinstruksikan Beri perawatan kulit pada edema Ganti posisi dengan sering untuk mencegah kerusakan kulit yang berhubungan dengan edema.

4. Intoleransi aktivitas b.dketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhanoksigen.

Tujuan : Pasien tidak menunjukkan stress pernapasan atau stress jantung tambahan.

Hasil yang diharapkan :Anak istirahat dengan tenang.

Pertahankan lingkungan termal yang netral karena hipotermia atau hipertermia akan meningkatkan kebutuhan oksigen. Tempatkan bayi baru lahir dalam inkubator atau di bawah penghangat Jaga agar bayi tetap hangat Atasi demam dengan segera Beri makan sedikit tapi sering (setiaap 2-3 jam) dengan menggunakan putting lembut dengan lubang sedang karena bayi dengan GJK medah merasa lelah. Implementasikan pemberian makan dengan selang bila bayi menjadi lelah sebelum jumlah makanan yang dimakan cukup Buat jadwal aktivitas perawatan agar sedapat mungkin tidak mengganggu anak Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.

4. Evaluasi.1.C.O dalam batas normal ditandai dengan denyut jantung kuat, reguler, dan perfusi perifer adekuat.2.Pernapasan dalan batas normal, warna kulit baik, anak istirahat dengan tenang.3.Volume cairan dalam batas normal.4.Toleransi terhadap aktifitas meningkat.5.Status nutrisi dalam batas normal.6.Pertumbuhan dan perkembangan normal.7. Proses keluarga baik.8. Kecemasan orangtua berkurang.

BAB IVPENUTUP

1. KesimpulanDari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa:0. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah sindroma yang terjadi bila jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dan oksigenasi jantung.0. Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.0. Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka.1. SaranDisarankan kepada seluruh tenaga keperawatan, yang memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan Congestive Heart Failure (gagal jantung Kongestif) untuk tetap memperhatikan tumbuh kembang anak dengan tetap beraktivitas namun dengan skala ringan dan meningkatkan istirahat. Pendidikan kesehatan juga perlu diberikan oleh perawat kepada anak dan orangtua tentang penyakit anak.

DAFTAR PUSTAKA1. Amro, Khaled. Pattern of Congenital Heart Disease in Jordan. European Journal of General Medicine, 2009; 6(3): 161-165.

2. Roebiono P.S. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Jakarta: Bagian Kardiologi Dan Kedokteran Vaskuler FKUI Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, 2010.

3. Rahayoe A.U. Saat yang Tepat Untuk Intervensi pada Penyakit Jantung Bawaan. Jurnal kardiologi Indonesia, 1996; Vol. 21(3): 1-6.

4. Rahman M.A., Ontoseno T. Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan Pada Neonatus : Diagnosis Dan Saat Rujukan. Surabaya: Divisi Kardiologi Lab/Smf I Kesehatan Anak Fk Unair/Rsud Dr Soetomo Surabaya, 2006.

5. Nousi D, Apostolos C.Factors Affecting the Quality of Life in Children with Congenital Heart Disease. Health Science Journal. 2010;4:2:94-100.

6. Baraas F. Kardiologi Klinis dalam Praktik Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung pada Anak. Jakarta: FKUI, 1995.

7. Rudolph AM, Julien IEH, Colin DR. Buku ajar Pediatri. Volume3. Jakarta: EGC, 2007.

8. Khan Hamzullah, Hikmatullah Jan, Muhammad Hafizullah. A Hospital-Based Study on Causes Paculiar to Heart Failure. J Teh Univ Heart Ctr 1: 2009; 25-28

9. Woods WA, Michael AMcC. Cardiovascular Emergencies in the Pediatric Patient. Emerg Med Clin N Am. 2005;23: 1233-1249.

10. Speer KM. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathway. Jakarta: EGC, 2007.

11. Hohnloser SH, Harry JGMC, Martin VE, et al. Dronedarone in Patient with Congestive Heart Failure: Insights from ATHENA. European Heart Journal (2010) 31, 17171721.

12. Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, edisi 4. Jakarta:EGC, 2003.

13. Wiley J. Nursing Diagnoses: Definition & Classification. USA: United Kingdom. 2010.

14. Nasution A. Fallot. Majalah Kedokteran Nusantara. 2008;41:1. 48-53.

15. Miatton M, Daniel DW, Katrien F, Evert T, Guy V. Intellectual, Neuropsychological, and Behavioral Functioning in Children with Tetralogy of Fallot. J Thorac Cardiovasc Surg 2007;133:449-455.

16. Dewayani R., Siswanto B.B., Roebiono P.S., Rahajoe A.R., Sakidjan I, Harimurti G.M. Korelasi Antara Durasi QRS, Fungsi Ventrikel Kanan dan Disinkroni Ventrikel Kiri Pasca Koreksi Tetralogi Fallot. Jurnal Kardiologi Indonesia, 2007; Vol. 28 (4).

17. Sudoyo, W. A et al. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

18. Muscari, ME. 2001. Panduan belajar keperawatan anak edisi 3. Jakarta: EGC