MAKALAH amebiasis hati

15
LAPORAN KASUS SESI 1 Tn.M, 45 Tahun datang dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu yang lalu dan tampak kuning 5 hari yang lalu. Pasien hanya minum obat penurun panas yang dibeli di warung, panasnya turun setelah minum obat, setelah itu naik lagi. Keluhan tambahan : mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri perut kanan atas. SESI 2 Pada anamnesis tambahan didapatkan adanya diare akut krg lbh 5 hari yg lalu tetapi saat ini diarenya sudah membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, TD 110/70 mmhg, nadi 15x/mnt, RR 20x/mnt suhu 38C, mata konjuctiva anemis -/- sklera ikterik +/+. THT dalam batas normal. Paru dalam batas normal. Jantung dalam batas normal. Abdomen pembesaran hepar 3 jari dibawah arcus costae, adanya nyeri tekan. Ektremitas atas telapak tangan tampak berwana kekuningan. Ekstremitas bawah dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium. 1

Transcript of MAKALAH amebiasis hati

Page 1: MAKALAH amebiasis hati

LAPORAN KASUS

SESI 1

Tn.M, 45 Tahun datang dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu yang lalu dan tampak

kuning 5 hari yang lalu. Pasien hanya minum obat penurun panas yang dibeli di warung,

panasnya turun setelah minum obat, setelah itu naik lagi.

Keluhan tambahan : mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri perut kanan atas.

SESI 2

Pada anamnesis tambahan didapatkan adanya diare akut krg lbh 5 hari yg lalu tetapi saat ini

diarenya sudah membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, TD

110/70 mmhg, nadi 15x/mnt, RR 20x/mnt suhu 38C, mata konjuctiva anemis -/- sklera ikterik

+/+.

THT dalam batas normal. Paru dalam batas normal. Jantung dalam batas normal. Abdomen

pembesaran hepar 3 jari dibawah arcus costae, adanya nyeri tekan. Ektremitas atas telapak

tangan tampak berwana kekuningan. Ekstremitas bawah dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium.

Hb 12,7 g %, Ht 38,2 %, Leukosit 13.500, Trombosit 180.000, LED 45 mm/jam, SGOT 89 U/L,

SGPT 99 U/L, ALP 150 U/L, Bilirubin total 2,8 mg/dl, Bilirubin indirek 0,8 mg/dl, Bilirubin

direk 2 mg/dl, Anti HBs (+), Serologi E. histolytica IgM 0,5 OD units.

Ro thorak tampak elevasi diafragma dextra.

1

Page 2: MAKALAH amebiasis hati

PEMBAHASAN KASUS

ANAMNESIS

Identitas:

Nama : Tn. M

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : -

Alamat : -

MASALAH-MASALAH PADA PASIEN :

- Demam sejak 1 minggu yang lalu

- Tampak kuning sejak 5 hari yang lalu

- Mual, muntah

- Nafsu makan menurun

- Nyeri perut kanan atas

KELUHAN TAMBAHAN:

Diare akut kurang lebih 5 hari yang lalu tetapi saat ini diarenya sudah membaik.

2

Page 3: MAKALAH amebiasis hati

PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : compos mentis

- TD : 110/70 mmHg

- Nadi : 15x/mnt

- RR : 20x/mnt

- Suhu : 38oC

- Mata : konjuctiva anemis -/-

sklera ikterik +/+

- THT : dalam batas normal

- Paru : dalam batas normal

- Jantung : dalam batas normal

- Abdomen : pembesaran hepar 3 jari dibawah arcus costae

nyeri tekan (+)

- Ektremitas atas : telapak tangan tampak berwana kekuningan

- Ekstremitas bawah : dalam batas normal

RO THORAK

Tampak elevasi diafragma dextra

3

Page 4: MAKALAH amebiasis hati

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Menunjukkan

Hb 12,7 g% 13 – 16 g% Menurun

Ht 38,2% 40 – 54 % Menurun

Leukosit 13.500 5.000 – 10.000 Meningkat

Trombosit 180.000 150.000 – 440.000 Normal

LED 45 mm/jam < 15 mm/jam Meningkat

SGOT 89 u/l 40 u/l Adanya kerusakan

pada parekim hati

sehingga terjadi

peningkatan enzim

hati dan bilirubin

dalam darah

SGPT 99 u/l 41 u/l

ALP 150 u/l 45-190 u/l

Bilrubin Total 2,8 mg/dl 1 mg/dl

Biliubin indirek 0,8 mg/dl 0,8 mg/dl

Bilirubin direk 2,0 mg/dl 0,2 mg/dl

Anti HBs Positif - Pernah terinfeksi

atau vaksinasi

hepatitis B

Serologi E. histolytica

IgM

0,5 OD units < 0,4 OD units Positif terinfeksi

E.Histolytica

DIAGNOSA KERJA:

Amebiasis Hati

karena ditemukan Entaemoeba histolytica pada pemeriksaan serologi dan gejala klinis yang

mendukung.

4

Page 5: MAKALAH amebiasis hati

DIAGNOSA BANDINGNYA

penyakit hati karena obstruksi post hepatik.

PENATALAKSANAAN

Setiap pasien yang menderita amebiasis hati diharuskan di rawat di rumah sakit dan diet

makanan lunak. Untuk terapi medikamentosa dapat di berikan:

Metronidazol

merupakan suatu derivat dari nitromidazole, telah dicoba untuk mengobati amebiasis hati

dengan hasil yang memuaskan. Pemberian dengan dosis 3x750 mg.

Hidroemetin

dikombinasikan dengan metronidazol dengan dosis 3x500 mg selama 10 hari.

Paracetamol

Untuk menurunkan gejala demam pada pasien.

PROGNOSIS

- Ad vitam : ad bonam

- Ad sanationam : ad bonam

- Ad fungsionam : ad bonam

5

Page 6: MAKALAH amebiasis hati

TINJAUAN PUSTAKA

ETIOLOGI

E. histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal

di usus besar manusia. Entamuba histolitika mempunyai 3 bentuk, yaitu: bentuk minuta, bentuk

kista, dan bentuk aktif (vegetatif). Bentuk aktif menembus dinding usus untuk membentuk ulkus.

Lokalisasi ulkus amebika biasanya di sekum. Parasit tersebut merusak jaringan dengan cara

sitolitik dan terdapat kemungkinan pembuluh darah juga terkena, sehingga dapat menimbulkan

perdarahan. Adanya erosi di vena dapat menyebabkan terjadinya penyebaran parasit melalui

vena porta dan masuk ke hati, terutama di lobus kanan dan terjadi hepatitis amebika.

PATOFISIOLOGI

Trofozoid yang mula-mula hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar, dapat

berubah menjadi pathogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan ulus. Faktor yang

menyebabkan perubahan sifat trofozoit tersebut diduga berupa kerentanan tubuh pasien, virulensi

amoeba, maupun lingkungan. Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase

dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk

ulkus ameba sangat khas, yaitu dilapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa

dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya pada permukaan mukosa usus hanya terjadi

reaksi radang yang minimal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan

frekuensi urutannya adalah sekum, kolon asendens, rectum, sigmoid, apendiks, dan ileum

terminalis.

Dari ulkus di dalam dinding usus besar, ameba dapat mengadakan metastasis ke hati

melewati cabang vena porta dan menimbulkan abses hati. Embolisasi lewat pembuluh darah atau

pembuluh darah getah bening dapat pula terjadi ke paru, otak, atau limpa, dan menimbulkan

abses di daerah tersebut.

6

Page 7: MAKALAH amebiasis hati

GEJALA KLINIS

Keluhan yang timbul dapat bermacam-macam. Gejala dapat timbul secara mendadak

(bentuk akut), atau secara perlahan-lahan (bentuk kronik). Dapat timbul bersamaan dengan

stadium akut dari amebiasis intestinal, atau berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah

keluhan intestinal sembuh. Pada bentuk akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam

masa kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering

diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan atas. Rasa nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan

panas, demikian nyerinya sampai perut dipegang terutama kalau berjalan sampai membungkuk

ke depan kanan. Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin disebabkan

karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada akhirnya dapat timbul tanda-tanda Pleuritis. Rasa

nyeri Pleuropulmonal lebih sering timbul pada abses hepatis jika dibandingkan dengan hepatitis.

Rasa nyeri terebut dapat menjalar ke punggung atau skapula kanan.

Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk - batuk. Keadaan serupa ini timbul

pada waktu terjadinya perforasi abses hepatis ke paru-paru. Batuk disertai dengan sputum

berwarna coklat susu. Sebagian penderita mengeluh diare. Pada pemeriksaan didapatkan

penderita tampak kesakitan. Kalau jalan membungkuk ke depan kanan sambil memegang perut

kanan atas yang sakit, badan teraba panas hati membesar dan bengkak. Pada tempat abses teraba

lembek dan nyeri tekan. Di bagian yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri, berarti tempat

tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari mudah diketahui terutama bila

letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan tanda Ludwig positif dan merupakan

tanda khas abses hepatis. Lokalisasi abses yang terbanyak ialah di lobus kanan, jarang di lobus

kiri. Batas paru-paru hati meninggi.

PEMERIKSAAN LABORATORIK

Pada pemeriksaan tinja jarang sekali ditemukan ameba. Menurut beberapa kepustakaan

ditemukan sekitar 4 - 10%. Ditemukannya ameba dalam tinja, akan banyak rembantu diagnosis.

Walaupun demikian, pemeriksaan tinja harus dilakukan berulang kali. Jumlah lekosit meninggi

sekitar 10 20 ribu/mm3. Pada bentuk akut sering jumlah. lekosit melebihi 16.000/mm3. sedang

7

Page 8: MAKALAH amebiasis hati

pada bentuk kronik terdapat sekitar 13.000/mm3. Tes faal hati menunjukkan batas-batas normal.

Pada keadaan yang berat dapat ditemukan penurunan kadar albumin dan sedikit peninggian

kadar globulin, dengan protein total dalam batas normal. Setelah penyakit sembuh, segala fungsi

hati kembali normal.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologi banyak membantu menegakkan diagnosis. Pada foto Toraks

terlihat diafragma kanan meninggi. Apabila dengan pemeriksaan sinar tembus jelas nampak

bahwa diafragma kanan selain meninggi juga tak bergerak, bentuk diafragma melengkung ke

atas atau bagian tengah diafragma kanan meninggi, berarti adanya abses hati. Pada abses di lobus

kiri hati, gambaran seperti tersebut di atas tidak nyata. Abses di lobus kiri hati sering

memberikan penekanan pada lambung, yang dapat dilihat pada foto lambung dengan kontras

barium.

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

Dengan seringnya pemakaian alat ultrasonik sebagai alat diagnostik, alat ini sering pula

dipakai untuk membantu menentukan diagnosis abses hati ameba. Gambaran ultrasonografi yaitu

akan terlihat suatu daerah kosong atau daerah sonolusen di hati dengan dinding ireguler. Bila

intensitas atau gain ditinggikan, akan terlihat sedikit pengisian internal ekho. Cara pemeriksaan

ultrasonografi ini mudah dikerjakan, tidak menimbulkan efek sampingan atau merusak jaringan

DIAGNOSIS

Gambaran seseorang dengan amebik abses hati, ialah adanya rasa nyeri di perut terutama

hipokondrium kanan, disertai dengan kenaikan suhu badan. Kalau jalan membungkuk ke depan

kanan sambil memegang bagian yang sakit, ada tanda hepatomegali dan tanda Ludwig positif.

Sebelum keluhan tersebut di atas timbul, didahului dengan diare berdarah dan berlendir. Pada

pemeriksaan sinar tembus, terlihat diafragma kanan meninggi dan tidak bergerak. Gambaran

darah menunjukkan lekositosis. Bila pada pemeriksaan tinja ditemukan ameba histolitika, ini

8

Page 9: MAKALAH amebiasis hati

akan lebih memperkuat penentuan diagnosis. Pada sidikan hati akan tampak suatu daerah

pengosongan.

PERAWATAN DAN PENGOBATAN

Setiap penderita yang diduga menderita amebiasis hati sebaiknya dirawat di rumah sakit

dan dianjurkan untuk istirahat. Pengobatan yang dianjurkan ialah :

1. Diloksanid Furoat

Dosis: 3x500mg sehari, selama 10 hari. Saat ini merupakan amebisid luminal pilihan

karena efektifitasnya cukup tinggi, sedangkan efek sapingnya minimal hanya berupa

mual dan kembung.

2. Kloroquin

Obat ini sangat efektif untuk mengobati amebiasis hati, walaupun efeknya agak

kurang bila dibandingkan dengan emetin. Dosis yang dianjurkan ialah 2 x 500

mg/hari selama 2 hari pertama, kemudian dilanjutkan 1 x 500 mg atau 2 x 250

mg/hari selama 3 minggu. Walaupun obat ini diberikan dalam waktu jangka lama,

tidak menunjukkan tanda-tanda toksis.

3. Metronidazole

Obat ini telah dicoba untuk mengobati amebiasis hati dengan hasil yang memuaskan.

Bila ada kontra indikasi terhadap pemberian emetin, maka dianjurkan untuk

memberikan metronidazole dengan dosis 3x500 mg selama 5 hari.

ASPIRASI

Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara tersebut di atas tidak berhasil,

dalam arti kata hati masih membesar, nyeri tekan tetap ada, suhu badun tidak turun dan lain-lain

gejala lagi, maka perlu sekali dilakukan aspirasi. Aspirasi sebaiknya dilakukan di ruangan khusus

dan dalam keadaan aseptik, untuk mencegah kontaminasi. Lokalisasi aspirasi ialah di tempat

yang paling lembek dan nyeri. Jarum yang dipakai ialah jarum panjang dengan diameter kira-kira

1 - 2 mm, dan didahului dengan anestesi local di tempat insersi jarum. Nanah harus dikeluarkan

sampai habis, dan dihentikan bila terlihat keadaan penderita kurang baik. Setelah aspirasi harus

diberikan pengobatan medikamentosa seperti tersebut di atas. Aspirasi dianjurkan terhadap

penderita yang diduga dengan abses yang multipel.

9

Page 10: MAKALAH amebiasis hati

EDUKASI

Pasien perlu diberikan edukasi, seperti:

Menjaga kebersihan personal dan lingkungan

Memasak air minum sampai mendidih

Mencuci tangan dan sayuran dengan air mengalir

Mengatur limbah pembuangan

Menutup makanan agar tidak terkontaminasi oleh lalat, lipas,dll

10

Page 11: MAKALAH amebiasis hati

DAFTAR PUSTAKA

1. Helbert Matthew. Flesh and Bones of Immunology. Mosby. 2006

2. Abbas A K, Lichtman A H. Basic Immunology Function and Disorders of the Immune

System Second Edition. Saunserd: 2004.

3. Samsudihajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta.

Penerbit buku kedokteran EGC, 1997.

4. Stefan Silbernagl, Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. 2006.

5. Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi: keenam,

volume dua. 2006.

11