makalah

5
Robert H. Mathewson (1962), membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasa masing-masing pendekatan merupakan kontinum yang bipolar. Ketujuh strateg adalah sebagai berikut: 1. Edukatif versus Direktif, yaitu satusisi pelayanan bimbingandipandang sebagai pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri p pilihannya. Disisi yang lain pelayanan bimbingan ditafsirkan sebagai penentua oleh seorang ahli disertai rekomendasi-rekomendasi kepada siswa dan p orang tua. 2. Kumulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dilihat sebag yang kontinyu dan bersambung-sambung. Disisi yang lain hanya dianggap perlu p tertentu. 3. Evaluasi diri versus oleh orang lain, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dir membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakasa sendiri. Disisi banyak memberikan tanggapan, pandangan, pendapat dan saran Karena siswa diang membutuhkan hal itu. 4. Kebutuhan individu versus Kebutuhan Lingkungan, yaitu disisi satu pelayanan b menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi. Diujung y lain difokuskan pada kebutuhan lingkungan masyarakat atau lingkungan sendiri. 5. Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, yaitu disisi satu pela diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap diriny lingkungan hidupnya, disisi yang lain menitik beratkan pengumpulan da sumber di luar siswa sendiri. 6. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu di pelayanan bimbingan diprogramkan sedimikian rupa sehingga semua tantan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa tercakup didalamnya. Di sisi dipusatkan pada aspek-aspek perkembangan atau bidang permasalahan tertentu 7. Koordinatif versus Spesialistik, yaitu di satusisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudu sama dan harus bekerjasama erat dalam mendiskripsi cirri-ciri suatu program b yang dilaksanakan pada institusi pendidikan, di sisi yang lain ditangani seca berdasarkan keahlian. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan a. Bimbingan Klasikal Konselormemberikan layananbimbingankepada para siswa tersebut secara terjadwal. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para s sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para s

Transcript of makalah

Robert H. Mathewson (1962), membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing pendekatan merupakan kontinum yang bipolar. Ketujuh strategi dasar itu adalah sebagai berikut: 1. Edukatif versus Direktif, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri pilihanpilihannya. Disisi yang lain pelayanan bimbingan ditafsirkan sebagai penentuan diagnosis oleh seorang ahli disertai rekomendasi-rekomendasi kepada siswa dan para guru serta orang tua. 2. Kumulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan bersambung-sambung. Disisi yang lain hanya dianggap perlu pada saat tertentu. 3. Evaluasi diri versus oleh orang lain, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakasa sendiri. Disisi yang lain banyak memberikan tanggapan, pandangan, pendapat dan saran Karena siswa dianggap membutuhkan hal itu. 4. Kebutuhan individu versus Kebutuhan Lingkungan, yaitu disisi satu pelayanan bimbingan menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi. Diujung yang lain difokuskan pada kebutuhan lingkungan masyarakat atau lingkungan oleh sekoalh sendiri. 5. Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, yaitu disisi satu pelayanan bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yang lain menitik beratkan pengumpulan data siswa dari sumber di luar siswa sendiri. 6. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu di satu sisi pelayanan bimbingan diprogramkan sedimikian rupa sehingga semua tantangan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa tercakup didalamnya. Di sisi yang lain dipusatkan pada aspek-aspek perkembangan atau bidang permasalahan tertentu 7. Koordinatif versus Spesialistik, yaitu di satu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudukan sama dan harus bekerjasama erat dalam mendiskripsi cirri-ciri suatu program bimbingan yang dilaksanakan pada institusi pendidikan, di sisi yang lain ditangani secara spesifik berdasarkan keahlian. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan a. Bimbingan Klasikal Konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa tersebut secara terjadwal. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang

berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas. b. Bimbingan Kelompok Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif. c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa, membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.s 2. Strategi untuk Layanan Responsif a. Konsultasi

Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.

b. Konseling Individual atau Kelompok Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut. c. Referal (Rujukan atau Alih Tangan) Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis. d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation) Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

3. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual a. Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal) Dalam penilaian ini konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek

pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. b. Individual or Small-Group Advicement Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk beberapa hal, yaitu:(1) merumuskan tujuan dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan; (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya. 4. Strategi untuk Dukungan Sistem

a. Pengembangan Profesional Konselor secara terus-menerus berusaha untuk meng-update pengetahuan dan keterampilannya melalui: (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana). b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi serta umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak: (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan). c. Manajemen Program Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu. Dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals. Pendekatan-Pendekatan Bimbingan Dan Konseling

Menurut pandangan Gerald Corey (2005), menguraikan berbagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut. 1. Pendekatan Psikoanalitik Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis fdan pengalaman-pengalaman dini. motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. adapun perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflikkonflik masa kanak-kanak yang direpresi. 2. Pendekatan Eksistensial-Humanistik Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggug jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencrian makna yang unik didalam dddunia yang tak bermakna, ketika sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri. 3. Pendekatan Clien-Centered Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah berfungsi penuh.dalam konteks hubungan konseling, mengalami perasaan yang sebelumnya diingkari. klien mengaktualkan potensi danbergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan. 4. Pendekatan Gestalt Manusia terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. pandangannya anati deterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupanuntuk menyadaribagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan sekarang. 5. Pendekatan Analisis Transaksional Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan bingung dan sekenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran. 6. Pendekatan Tingkah Laku Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. pandangannya deterministik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian. 7. Pendekatan Rasional Emotif Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan kearah berpikir curang. mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang rasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganilisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai proses reduksi. 8. Pendekatan Realitas Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan anti deterministik.