Makalah 3 Kitik (GC&MS)
-
Upload
kamilaluthfiaputri -
Category
Documents
-
view
124 -
download
21
Transcript of Makalah 3 Kitik (GC&MS)
-
MAKALAH KIMIA ANALITIK
Problem Based Learning (PBL)
Pemicu 3
Kromatografi Gas dan Spektroskopi Massa
Ju
Disusun oleh :
Kelompok 8
Kamila Luthfia Putri (1306412193)
Khairunnisa(1306370934)
Meriell Jade E.T.( 1306447770)
Seffiani (1306370782)
Terry Muhammad Octaryno (1306370770)
Teknologi Bioproses
Departemen Teknik Kimia
Universitas Indonesia
Depok, 2014
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun sehingga makalah yang berjudul
KROMATOGRAFI GAS DAN SPKETROSKOPI MASSA dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini berisi tentang kromatografi, serta segala sesuatu yang berhubungan
dengannya, meliputi prinsip dasar, instrumen alat, cara kerja, parameter yang digunakan
serta penerapannya dalam analisis kandungan alkohol pada sampel darah.
Penyusun berharap agar makalah ini dapat membantu para pembaca untuk lebih
memahami materi bahasan kimia analitik yang tealh diberikan. Kami selaku penyusun,
mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada seluruh pihak yang telah
mendukung kami baik dalam bentuk dukungan fisik maupun mental, diantaranya:
kepada orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril sehingga kami
tetap bersemangat melaksanakan seluruh kegiatan perkuliahan;
kepada dosen Mata Kuliah Kimia Analitik, Ibu Ir. Dianursanti, M.T, yang telah
membimbing kami dalam belajar dan menyelesaikan makalah ini sehingga kami
dapat memberikan sebuah hasil yang maksimal;
pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun pun tetap manusia yang tidak pernah
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila terjadi kesalahan penulisan dalam makalah ini. Tak lupa penyusun juga memohon
kritik dan saran yang membangun dari penilai. Terima kasih.
Depok, November 2014
Penyusun
-
Daftar Isi
Lembar Judul .................................................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Teori Dasar .............................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan ...................................................................................................... 3
2.1 Tugas 1 .................................................................................................................... 3
2.2 Tugas 2 .................................................................................................................. 10
2.3 Tugas ..................................................................................................................... 21
BAB III Kesimpulan ................................................................................................... 27
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 28
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengidentifikasian suatu senyawa dapat dilakukan dengan berbagai macam
metode. Akan tetapi, tidak semua metode dapat dilakukan dengan mudah dan
efektif. Semakin berkembangnya zaman, maka semakin pula berkembang ilmu
pengetahuan . Hal ini mendukung perkembangan dan kemajuan metode analisis
yang digunakan. Salah satu metode yang dikenal saat ini adalah GC/MS. GC/MS
adalah teknik yang handal untuk memisahkan komponen dalam campuran.
Sampel disuntikkan pada GC untuk memisahkan semua protein, metabolit, obat,
dsb yang ada dalam sampel menjadi komponen individu. Komponen individu
kemudian dilewatkan ke MS untuk mengidentifikasi komponen campuran.
Kemampuan GC/MS dalam memisahkan dan mengidentifikasikan
komponen dalam suatu senyawa digunakan dalam mengecek kandungan alkohol
dalam darah seseorang yang diduga menggunakan alkohol. Oleh karena itu dalam
makalah ini, penulis membahas lebih dalam tentang teknik analisis GC/MS untuk
mengetahui aplikasi dari teknik ini dalam kehidupan.
1.2 Teori Dasar
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murni dan untuk mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan
atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis
dengan benar. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif
pada campuran bahan adalah kromatografi. Kromatografi dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu GLC, GSC dan GC.
Pada gas-solid chromatography, fasa diam yang digunakan berupa
padatan. Sistem gas padat ini telah digunakan dalam pemurnian gas dan
penghilangan asap. Secara umum, instrumen dan cara kerja yang digunakan dalam
sistem gas padat ini tidak berbeda dengan dengan sistem gas cair. Perbedaannya
adalah pada gas-liquid chromatography, fase diam yang digunakan berupa cairan
yang di injeksikan pada kolom, sedangkan pada gas-solid chromatography
senyawa padat berfungsi sebagai permukaan yang menyerap.
-
2
Sedangkan pada GC (Gas Chromatography) volume pembawa yang
diperlukan untuk menggerakkan pita zat terlarut pada keseluruhan panjang suatu
kolom adalah volume retensi (VR), yaitu besaran fundamental yang diukur dalam
kromatografi gas. Untuk suatu kolom tertentu yang dioperasikan pada temperatur
(tc) dan laju aliran gas pembawa (Rc), maka waktu yang diperlukan masing-
masing komponen untuk tinggal di dalam kolom dikenal sebagai waktu retensinya
(tR)
MS atau Mass Spectrometry atau mass-spec merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk menghitung rasio massa permuatan dari ion. Kegunaan dari
mass-spec adalah untuk menentukan komposisi sampel melalui mass spektra yang
menunjukan massa dari komponen sampel.
Mass-spec sering dirangkaikan dengan gas kromatografi (GC/MS). Pada
teknik ini, gas kromatografi digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
dari campuran dan mass-spec memberikan karakteristik dari masing-masing
komponen. Dengan mengkombinasikan kedua teknik ini, seorang analisis dapat
mengetahui secara kualitatif mampun kuantitatif campuran yang mengandung
sejumlah komponen. Biasanya ion yang dihasilkan mass-spec membawa satu
muatan positif, maka rasio massa per muatan (m/z) akan sama dengan berat
molekul dari fragment. Analisis dengan mass-spec memberikan informasi
kumpulan fragmen yang terbentuk, kemudian menganalisis spectra ke belakang
(dari kiri ke kanan) untuk mendapatkan molekul yang sebenarnya. Setelah
komponen dari campuran terpisah oleh proses GC kemudian komponen tersebut
memasuki MS.
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tugas 1
Susunlah pertanyaan penting atau variabel penelitian untuk merancang
suatu penelitian analisis alkohol dan obat-obatan terlarang dalam darah,
paling sedikit terdapat tujuh pertanyaan
1. Apa saja komponen darah?
Darah tersusun atas empat komponen penyusun utama yaitu:
- plasma
- eritrosit (sel darah merah)
- leukosit (sel darah putih)
- trombosit
a. Plasma
Plasma merupakan komponen darah dengan komposisi tertinggi
yaitu 55% konten darah. Plasma tersusun atas 90% air, 8% protein, 0,9%
garam, dan 1,1% senyawa organik. Plasma mengandung lebih dari 40000
jenis protein dan memiliki konsentrasi 50-70 mg/mL plasma. Sementara
itu, garam yang terkandung dalam plasma terdiri atas natrium, kalium,
kalsium, karbonat, dan fosfat. Plasma berperan dalam transportasi nutrisi,
hormon, dan protein-protein ke seluruh bagian tubuh yang memerlukan.
b. Eritrosit
Eritrosit terdapat dalam darah sebanyak 4-8 x 106
sel per mikroliter
darah. Eritrosit tersusun atas 90% haemoglobin yang berperan dalam
fungsi penting eritrosit yaitu membawa oksigen ke seluruh tubuh.
c. Leukosit
Leukosit memiliki peran umum yaitu sebagai sistem pertahanan
tubuh terhadap virus, bakteri, dan benda-benda asing lainnya. Terdapat
tiga jenis umum leukosit yaitu:
- granulosit
- limfosit
- monosit
-
4
Granulosit terdiri dari tiga jenis yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Neutrofil berperan dalam fagositosis bakteri dan jamur dan mencakup 56%
total sel darah putih. Eosinofil berperan dalam serangan parasit dan reaksi
alergi, serta mencakup 4% total leukosit. Sementara itu, basofil berfungsi
mensekresi histamin dan berjumlah 3% total leukosit dalam tubuh. Jenis
leukosit berikutnya yaitu limfosit, memiliki fungsi memproduksi antibodi
dan menyusun 25% leukosit total. Monosit berfungsi membunuh bakteri.
d. Trombosit
Trombosit terdapat dalam darah sebanyak 150000-350000 per
mikroliter darah. Trombosit berperan dalam hemostatsis dan koagulasi
darah.
Gambar 1 Komponen Darah
(Sumber: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/69685/blood)
2. Apa saja sifat-sifat dari darah?
Total volume darah dalam tubuh manusia adalah sekitar 5L yang
merupakan 8% total berat tubuh. Darah memiliki osmolalitas atau
konsentrasi larutan dalam jumlah terlarut per kilogram larutan sebesar
275-295 miliosmol per kg. Terdapat beberapa karakteristik darah yang
perlu dijaga agar tetap pada nilai optimum. Sifat-sifat darah ini adalah
-
5
suhu, pH, kadar glukosa, dan tekanan darah. Suhu darah perlu dijaga agar
tetap berada pada kisaran 37-38oC atau 100,4
oF. Di sisi lain, pH perlu
dijaga agar tetap pada nilai di antara 7.35 hingga 7.45. Kadar glukosa
optimum darah adalah di antara 130-140 mg/L darah. Tekanan darah
normal seharusnya berkisar di nilai 120/80 mmHg.
Karakteristik-karakteristik darah ini dijaga nilainya agar tetap
optimum melalui proses homeostasis. Dalam pengaturan suhu, terjadi
sistem vasodilasi dan vasokonstriksi pembuluh darah. Vasodilasi terjadi
saat suhu tubuh naik, sehingga lebih banyak panas tubuh yang dikeluarkan
dengan darah. Vasokonstriksi terjadi saat suhu tubuh turun, sehingga lebih
sedikit panas yang keluar dari tubuh. Dalam pengaturan pH, digunakan
berbagai buffer dalam plasma dan eritrosit. Plasma memiliki buffer
NaHCO3/H2CO3 dan Na2HPO4/NaH2PO4, sedangkan eritrosit memiliki
buffer KHb/HHb dan KHb-O2/HHb-O2. Hati juga berperan dalam
mensekresi asam atau alkali tergantung pH darah. Kadar glukosa diatur
dalam darah dengan aksi-reaksi yang melibatkan insulin dan glukagon.
Saat kadar glukosa dalam darah naik, insulin akan disekresi untuk
mengubah glukosa menjadi glikogen untuk disimpan. Di sisi lain, saat
kadar glukosa turun, glukagon disekresi untuk mengubah glikogen
menjadi glukosa. Untuk tekanan darah, terdapat mekanisme sekresi renin
yang menginisiasi pembentukan vasokonstriktor yang menaikkan tekanan
darah saat tekanan darah turun dari nilai optimum. Saat tekanan darah
meningkat, jantung akan mensekresi hormon atrial natriuretic yang
menurunkan tekanan darah.
3. Bagaimana dampak alkohol dan obat terlarang dalam darah?
Konsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan berbagai dampak
buruk pada kondisi tubuh. Alkohol dan obat terlarang yang dikonsumsi
didistribusikan ke seluruh tubuh dalam darah. Alkohol dan obat terlarang
berdampak sangat burut terutama pada kesehatan organ hati. Hati bertugas
melakukan metabolisme alkohol dan substansi berbahaya lain. Dengan
tingginya konsumsi alkohol atau obat terlarang, hati harus bekerja lebih
keras untuk menetralisir toksisitas alkohol dan obat-obatan tersebut.
-
6
Akibatnya, dapat muncul penyakit hati seperti pembengkakan hati dan
cirrhosis atau luka pada hati. Organ yang terkena dampak berikutnya
adalah jantung. Konsumsi alkohol atau obat terlarang akan menyebabkan
detak jantung menjadi lebih cepat sehingga tekanan darah naik. Detak
jantung yang abnormal ini juga dapat mengakibatkan serangan jantung.
Keberadaan kedua substansi ini dalam tubuh juga menginisiasi sekresi
neurotransmiter dopamin yang mengatur pergerakan, emosi, dan perasaan
bahagia. Hal ini mengakibatkan ketergantungan pada alkohol dan obat-
obatan ini.
4. Apa yang dimaksud dengan Gas Chromatography dan apa kegunaannya?
GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi
gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali
pada tahun 1950-an. GC merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap
dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran
Perkembangan teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik,
komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah
serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis
dengan resolusi yang meningkat.
GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya.
Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi gascair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase
diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan
kadang-kadang berupa polimerik.(4)
-
7
Gambar 2 Gas Chromatography
(Sumber: http://lansida.blogspot.com/2010/06/gc-kromatografi-gas)
5. Bagaimana rancangan dari alat Gas Chromatography?
Gambar3. Rancangan Gas Chromatography
(Sumber: http://lansida.blogspot.com/2010/06/gc-kromatografi-gas)
Keterangan :
1. Kontrol dan penyedia gas pembawa
2. Ruang suntik sampel.
3. Kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik
4. Sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder)
5. Komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data
-
8
6. Bagaimana mekanisme Gas Chromatography?
1. Fase gerak
Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena
tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas
pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa
adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan
berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan
tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen) 4).
2. Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel ecara cepat
dan efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil
atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu
ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena
helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume
cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 L) akan segera
diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang
diinjeksikan akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100
% sampel masuk menuju kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang
diinjeksikan diuapkan dalam injector yang panas dan
selanjutnya dilakukan pemecahan.
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana
hampir semua sampel diuapkan dalam injector yang panas dan
dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana
ujung semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk
senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau penyuntikannya
melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan terjadi
peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau pirolisis.
-
9
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di
dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan
komponen sentral pada GC. Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom
kemas (packing column) , kolom kapiler (capillary column), dan kolom
preparative (preparative column).
4. Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah
detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung
kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa
komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu
sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan
komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif
maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di
antara fase diam dan fase gerak.
5. Komputer
Komponen GC selanjutnya adalah komputer. GC modern
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya
(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa
fungsi antara lain:
Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran
fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan
sampel secara otomatis.
Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan
menggunakan grafik berwarna.
Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan
dengan statistik.
Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa
tertentu.
7. Apa prinsip kerja dari Gas Chromatography?
-
10
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu
senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai
untuk dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas (menjadi lebih
mudah menguap). Alasan dilakukannya derivatisasi:
Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis
dengan GC terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.
Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa
senyawa tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus (misal
puncak kromatogram saling tumpang tindih) atau sampel yang dituju
tidak terdeteksi, karenanya diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan
analisis dengan GC.
Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama
derivatisasi adalah untuk meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa
yang tidak mudah menguap (non-volatil). Senyawa-senyawa dengan
berat molekul rendah biasanya tidak mudah menguap karena adanya
gaya tarik-menarik inter molekuler antara gugus-gusug polar
karenanya jika gugus-gugus polar ini ditutup dengan cara derivatisasi
akan mampu meningkatkan volatilitas senyawa tersebut secara
dramatis.
Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa
steroid.
Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami
dekomposisi parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi
untuk meningkatkan stabilitasnya.
Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap
elektron (ECD).
2.2 Tugas 2
Bila Anda hendak menggunakan GC/MS dalan analisis darah
1. Parameter apa saja yang harus Anda ketahui?
Parameter adalah hal-hal yang dapat menggambarkan karakteristik objek
yang diamati. Dalam analisis darah dengan menggunakan GC/MS, parameter
-
11
adalah hal-hal yang dapat menggambarkan kandungan alkohol dan obat-obat
terlarang dalam darah. Beberapa parameter yang penting dijelaskan sebagai
berikut.
Konsentrasi Alkohol dalam Darah
Konsentrasi alkohol dalam darah merupakan parameter yang sangat
penting untuk menganalisis kandungan alkohol dalam darah. Masing-masing
zat biasanya terkandung dalam darah dalam jumlah tertentu. Kelebihan atau
kekurangan jumlah zat dapat memberikan indikasi terjadinya masalah. Untuk
analisis sampel darah, konsentrasi alkohol yang melebihi rentang kewajaran
menunjukkan bahwa orang tersebut berada dalam pengaruh alkohol.
Penentuan konsentrasi zat, khususnya alkohol, dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari dua cara berikut:
1. Metode Calibration with Standards
Pada metode ini, sejumlah larutan standar zat alkohol yang diketahui
konsentrasinya dilewatkan pada kolom pemisah dan detektor GC/MS.
Kemudian, dibuat hubungan grafik antara tinggi puncak atau luas area di
bawah kurva dengan konsentrasi larutan standar. Grafik yang dihasilkan
adalah garis lurus; persamaan linear yang didapatkan digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat pada sampel dengan melihat tinggi puncak atau
area luas di bawah kurva yang terbaca pada detektor.
2. Metode Internal Standard Method
Metode ini merupakan metode yang lebih baik untuk analisis kuantitatif
karena mengurangi ketidakpastian yang muncul pada metode sebelumnya.
Pada metode ini, larutan standar internal diberikan pada sampel yang
dianalisis dan larutan standar yang disiapkan dengan volume yang sama.
Akibatnya, persen larutan pada campuran berbeda-beda. Kemudian, masing-
masing larutan dialirkan pada instrumen analisis GC/MS. Pada detektor, akan
terbentuk dua puncak yang mewakilkan puncak larutan standar/sampel dan
puncak larutan standar internal. Akhirnya, dibuat grafik antara konsentrasi zat
dan perbandingan tinggi puncak atau luas area di bawah puncak untuk larutan
-
12
standard an larutan standar internal. Garis lurus yang didapatkan digunakan
untuk menentukan konsentrasi zat pada sampel yang tidak diketahui.
Konstanta Distribusi
Konstanta distribusi menggambarkan karakteristik objek untuk terikat
pada fase bergerak dan fase diam pada kolom pemisah yang digunakan. Setiap
senyawa memiliki kosntanta distribusi yang berbeda sehingga besaran ini
dapat digunakan untuk melihat kandungan senyawa dalam darah. Pada
kromatografi, terjadi kesetimbangan zat pada fase diam dan fase bergerak.
Untuk zat A, reaksi kesetimbangan yang terjadi diberikan pada Persamaan (1):
A (fase bergerak) = A (fase diam) (1)
Konstanta kesetimbangan ini disebut konstanta distribusi, Kc, yang
dituliskan sebagai berikut:
(2)
dengan (aA)S dan (aA)M adalah aktivitas zat A pada fase diam dan fase
bergerak sedangkan cS dan cM adalah konsentrasi zat A pada fase diam dan
fase bergerak.
Retention Times
Retention times, tR, adalah waktu antara pemasukan sampel dan
kemunculan puncak pada detektor. Retention times dapat menjadi parameter
yang penting untuk menjelaskan karakteristik senyawa dalam darah. Karena
setiap zat memiliki konstanta distribusi yang berbeda, retention times yang
dikaitkan dengan lama sampel berada pada kolom pemisah juga berbeda
walaupun nilainya sama untuk zat yang sama dengan konsentrasi berbeda. Zat
yang memiliki retention times lebih lama menunjukkan zat ini lebih cenderung
terikat pada fase diam.
Gambar 2 memberikan ilustrasi kromatogram campuran yang terdiri atas
dua zat. Pada Gambar 2, salah satu zat (yang memberikan puncak terlebih
dahulu) merupakan zat yang tidak terikat pada fase diam. Retention times zat
ini disebut waktu mati (dead time), tM, dan zat ini hanya berada pada fase
-
13
bergerak ketike melewati kolom. Untuk zat yang kedua, retention times
dituliskan sebagai:
(3)
di mana tS adalah lama zat menempati fase diam.
Gambar 4 Kromatogram pada Campuran Berisi Dua Zat
(Sumber: Skoog, Douglas A., dkk. Fundamentals of Analitycal Chemistry, 8th
Edition.
Hal. 924)
Laju Migrasi
Laju migrasi adalah laju suatu zat mengalir pada kolom pemisah. Laju
migrasi dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan lama proses
pemisahan diperlukan. Walaupun tidak secara langsung menjelaskan
karakteristik objek, laju migrasi merupakan besaran yang penting diketahui
dalam analisis GC/MS. Laju linear migrasi, v, adalah:
(4)
dengan L adalah panjang kolom dan tR adalah retention times. Sedangkan
kecepatan linearsuatu zat pada fase bergerak, u, adalah:
(5)
Faktor Selektivitas
Faktor selektivitas merupakan parameter yang penting dalam melihat
selektivitas kolom pemisah terhadap zat-zat yang terdapat pada darah yang
dianalisis. Faktor selektivitas, , untuk campuran yang mengandung zat A dan
B adalah:
(6)
-
14
Dengan B merupakan zat yang lebih tertahan pada fase diam dibandingkan
zat A. Karena itu, nilai selalu lebih dari satu.
(7)
dan nilai ini dapat diperoleh melalui kromatogram sesuai dengan
Persamaan (7):
(8)
Efisiensi Kolom
Efisiensi kolom, walaupun tidak menjelaskan secara langsung karakteristik
senyawa dalam darah, besaran ini sangat penting karena dapat memberikan
kualitas pemisahan campuran pada kolom. Besaran yang menunjukkan
efisiensi kolom adalah tinggi pelat, H, dan jumlah pelat, N. Kata pelat tidak
menunjukkan arti sebenarnya. Kata ini dipakai karena pertama kali digunakan
untuk menjelaskan efisiensi kolom distilasi. Efisiensi kolom ditunjukkan
dengan nilai N yang besar dan nilai H yang rendah. Nilai H adalah:
(9)
Nilai N dapat didapatkan melalui kromatogram menurut rumus:
(10)
dengan W adalah lebar band yang terbaca pada kromatogram yang dapat
dilihat pada Gambar 1. Karena distribusi pada kromatogram biasanya adalah
Distribusi Gaussian, nilai H dipengaruhi oleh standar deviasi, , dan varian,
. Nilai H adalah:
(11)
di mana besar H juga bisa ditulis sebagai jarak L dan L .
Resolusi Kolom
Sama seperti efisiensi kolom, resolusi kolom tidak memberikan gambaran
langsung karakteristik objek yang diamati. Walaupun demikian, besaran ini
memberikan gambaran tentang kualitas pemisahan dalam kolom dan akhirnya
dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat keabsahan analisis kualitatif
dan kuantitatif yang dilakukan terhada sampel darah selanjutnya.
-
15
Resolusi kolom, Rs, didefinisikan sebagai jarak dua puncak yang muncul
pada detektor kromatografi relatif terhadap lebar dasar puncak masing-masing.
Untuk contoh kromatogram yang diberikan pada Gambar 2, nilai resolusi
kolom diberikan pada Persamaan (12) berikut:
(12)
dengan adalah jarah dua puncak kurva, WA, adalah lebar kurva zat
pertama, WB, adalah lebar kurva zat kedua, adalah retention times zat
kedua, dan adalah retention times zat pertama. Biasanya, semakin besar
resolusi kolom, pemisahan pada kolom semakin baik karena tidak ada zat A
yang tercamput pada zat B, dan sebaliknya.
Gambar 5 Kromatogram untuk Kolom dengan Tiga Resolusi Berbeda
(Sumber: Skoog, Douglas A., dkk. Fundamentals of Analitycal Chemistry, 8th
Edition.
Hal. 937.)
2. Mengapa metoda GC/MS sering digunakan untuk penentuan
kandungan alkohol dan obat-obatan terlarang dalam darah?
Metode GC/MS memiliki beberapa keuntungan disbanding metode
analisis alkohol lainnya yaitu:
Sangat akurat, spesifik dan sensitif dan merupakan prosedur standar
untuk oanalissi alkohol dan senyawa-senyawa volatil lainnya.
Akurat dan spesifik karena teknik ini menghasilkan molecular
fingerprint atau spektrum massa yang unik. Spektrum ini dapat
-
16
digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya alkohol dalam
sampel. Sensitif karena alkohol dalam darah dapat diketahui
jumlahnya atau kadarnya walaupun dalam kuantitas kecil
Dengan menggunakan analisis darah GC/MS, sampel yang sama
dapet diuji beberapa kali, jika sampel dijaga dengan baik
Waktu yang diperlukan cepat (penentuan alkohol dapat dilakukan
dalam 6-8 menit) bila alat-alatnya dihangatkan secara teratur
3. Dalam analisis komponen, dikenal juga metode HPLC. Apa yang
Anda ketahui tentang alat tersebut?
Pengertian High-Performance Liquid Chromatography (HPLC)
HPLC merupakan jenis kromatografi yang menggunakan fase gerak
cair dan fase diam yang terpisah dengan baik. Pada dasarnya metode ini
merupakan pengembangan dari kromatografi kolom. Dengan metode ini,
pelarut diberi tekanan tingg yang dapat mencapai hingga 400 atm
sehingga prosesnya menjadi lebih cepat. Metode ini juga memungkinkan
untuk memakai partikel dengan ukuran yang jauh lebih kecil sehingga
memberikan luas permukaan yang lebih besar untuk interaksi antara fase
diam dan molekul-molekul yang mengalir melewati kolom. Hal ini
memungkinkan pemisahan jauh lebih baik dari komponen-komponen
campuran.
Metode pada HPLC
HPLC dapat dikelompokkan menjadi fase normal (jika fase
diamnya lebih polar dibandingkan dengan fase geraknya) atau fase
terbalik (jika fase diamnya kurang non-polar dibanding dengan fase
geraknya). Selain itu HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan sifat
fasa diam atau berdasarkan mekanisme adsorbsi larutan seperti :
Kromatografi Partisi
Kromatografi Partisi merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan dari semua prosedur kromatografi cair. Metode ini dapat
dibagi menjadi kromatografi cair-cair dan kromatografi fase cairan-
-
17
terikat. Perbedaan di antara kedua metode ini adalah dari fase diam
mana yang terbentuk oleh bentuk partikel pendukung. Dengan cair-
cair, penyimpanan dilakukan dengan adsorpsi fisik, sementara dengan
fase terikat, ikatan kovalen terlibat.
Kromatografi Adsorpsi
Kromatografi ini berdasarkan penyerapan senyawa analit pada
permukaan fasa diamnya. Fase diamnya berupa silika atau alumina
sedangkan fase geraknya dapat berupa pelarut organik atau campuran
dari pelarut organik. Variabel yang mempengaruhi koefisien partisi
dari analit adalah komposisi dari fase geraknya.
Kromatografi Pertukaran-Ion
Kromatografi ini menggunakan fase diam yang dapat menukar kation
dan anion dengan suatu fase gerak. Kelebihan dari metode ini adalah
kapasitas sampel yang diperlukan hanya sedikit. Senyawa pada fase
diam yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin.
Sedangkan fase geraknya dapat berupa air atau campuran air dan
alkohol ataupun pelarut organik. Pada kromatografi penukar ion
dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar
garam/kekuatan ionik dan pH-nya. Kenaikan kadar garam dalam fase
gerak menurunkan retensi larutan analit. Hal ini disebabkan oleh
penurunan kemampuan ion sampel dibanding ion fase gerak.
Kromatografi Size-Exclusion (SEC)
Disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan
untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul
>2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau
polimer yang bersifat porus. Molekul analit yang mempunyai berat
molekul yang jauh lebih besar akan terelusi kemudian molekul-
molekul ukuran medium dan terakhir adalah molekul yang berukuran
jauh lebih kecil. Dengan demikian, tidak terjadi interaksi kimia antara
analit dan fase diam seperti pada kromatografi yang lain.
Kromatografi Afinitas
-
18
Dalam kasus ini, permisahan terjadi karena interaksi-interaksi
biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus
molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi atau
muatan tertentu dari campuran yang sangat kompleks
Instrumen HPLC
G
a
m
b
a
r
6
H
PLC secara skematis
(Sumber: http://www.cem.msu.edu/~cem333/Week16.pdf)
a. Wadah Fase Gerak dan Sistem Perlakuan Pelarut
Perlengkapan HPLC moderen dilengkapi dengan astu atau lebih
wadah kaca atau stainless steel, masing-masing menampung 500 mL
atau lebih pelarut. Perlengkapan lain juga sering terdapat pada alat ini
untuk menyingkirkan embun dan debu dari cairan.
b. Sistem Pompa
Persyaratan untuk pompa kromatografi cairan mneliputi: (1)
tekanan yang mencapai 6000 psi (lb/in2), (2) Bebas getaran, (3) laju
alir berkisar antara 0.1 hingga 10 mL/min, (4) reproduksibilitas alir
0.5% atau lebih baik, dan (5) tahan karat untuk berbagai jenis pelarut.
Yang paling sering digunakan adalah pompa bolak-balik
(reciprocating pump). Keuntungan dari pompa ini adalah volume
internal yang kecil, tekanan output tingkat tinggi (mencapai 10.000
-
19
psi), sesuai untuk elusi gradien, dan laju alir yang konstan. Alat ini
juga independen untuk kolom tekanan balik dan viskositas larutan.
c. Sistem Injeksi Sampel
Sistem injeksi yang biasa digunakan pada kromatografi cair adalah
injeksi semprotan melalui septum elastomeric. Namun pada prosedur
ini ternyata hanya terbatas untuk tekanan kurang dari 1500 psi
sehingga digunakan injeksi stop-flow dimana aliran pelarut
diberhentikan secara bertahap. Metode pengenalan sample yang paling
sering digunakan pada kromatografi cair adalah didasarkan pada
putaran sampel .
d. Kolom HPLC
Kolom yang digunakan merupakan tabung stainles steel untuk
tekanan tinggi dengan panjang 10-30 cm dan diameter dalam 4-10 mm.
Meskipun terkadang tabung gelas dengan dinding tebal digunakan
untuk aplikasi tekanan rendah (
-
20
membawa sampel kedalam kolom HPLC. Didalam kolom tersebut
terdapat packing material atau fase diam yang digunakan untuk
melakukan pemisahan. Detektor digunakan untuk mendeteksi dan melihat
senyawa yang sudah terelusi dari kolom HPLC. Sebagian besar senyawa
tidak berwarna sehingga tidak dapat dilhat dengan kasat mata. Fase gerak
keluar dari detektor sebagai buangan, atau diolah lebih lanjut. Saat larutan
analit telah bercampur dengan fase gerak, HPLC memiliki kemampuan
untuk mengumpulkan senyawa murninya yang disebut preparative
chromatography.
Perbandingan HPLC dengan Kromatografi Gas-Cair (GLC)
Ketika kedua merode ini dapat digunakan, GLC memiliki kelebihan
dalam kecepatan dan perlengkapan yang lebih simpel. Pada sisi lain,
HPLC dapat digunakan untuk zat yang mudah menguap (termasuk ion
anorganic) dan zat yang memiliki suhu tidak stabil, sementara
kromatografi gas-cair tidak. Dibawah ini adalah perbandingan secara
umum antara HPLC dengan GLC:
Karakteristik Kedua Metode
- Efisien, tingkat selektifitas tinggi, dapat digunakan secara luas.
- Memerlukan sampel dalam jumlah sedikit
- Kemungkinan tidak merusak sampel
- Mudah disesuaikan untuk analisis kuantitatif
Keuntungan dari HPLC
- Dapat mengakomodasi zat yang mudah menguap dan suhu tidak
stabil
- Dapat digunakan secara umum pada ion anorganik
- Dapat digunakan pada suhu kamar
- Detektor HPLC bersifat peka
- Pelarut bisa dipakai berulang kali demikian juga dengan kolomnya
- Memiliki daya pisah yang baik
- Dapat terhindar dari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang
di analisis
-
21
Keuntungan dari GLC:
- Simpel dan peralatannya tidak mahal
- Cepat
- Resolusi yang tidak tertandingi (dengan kolom kapiler)
- Mudah dihubungkan dengan spektroskopi massa
2.3 Tugas 3
Bagaimana Anda menentukan:
1. Kandungan senyawa etanol dalam sampel darah?
Jawab:
Metode yang digunakan untuk menentukan etanol dalam darah adalah
metode kalibrasi standar. Pada metode kalibrasi standard terdapat larutan
standar zat alkohol yang telah diketahui konsentrasinya dan dilewatkan pada
kolom pemisah dan detektor GC/MS. Kemudian akan dibuat grafik hubungan
antara tinggi puncak dengan konsentrasi larutan standar. Dari grafik tersebut
akan didapatkan persamaan linear untuk mengetahui konsentrasi zat pada
sampel.
Berikut adalah cara menentukan kandungan etanol dalam sampel dengan
menggunakan metode kalibrasi standar
a. Menentukan volum etanol dalam larutan standar dalam persentase
Tabel 1: Persentasi Volum etanol dalam larutan standar (%)
Volume
Etanol/VE
(mL):
Volume n-
Propanol/VP
(mL):
Persentasi Volume Etanol
(%):
0,1 1,9 5
0,2 1,8 10
0,3 1,7 15
0,4 1,6 20
0,5 1,5 25
-
22
b. Membuat grafik hubungan antara persentase volum etanol dalam larutan
standar dengan tinggi puncak kurva
Tabel 2: Hubungan antara Persentasi Volum dan Tinggi Puncak Kurva
Persentasi Volume Etanol
(%):
Tinggi
Puncak
Kurva
(mm):
5 3.75
10 7.5
15 11.25
20 15
25 18.75
Berdasarkan data diatas maka dapat dicari kurva kalibrasinya dengan
menggunakan least square dimana y adalah tinggi puncak kurva etanol (mm)
dan x adalah persentase volume etanol (%). Berdasarkan least square, maka
akan didapatkan hasil sebagai berikut.
No Xi Yi Xi2 Yi
2 XiYi
1. 5 3.75 25 14.0625 18.75
2. 10 7.5 100 56.25 75
3. 15 11.25 225 126.5625 168.75
4. 20 15 400 225 300
5. 25 18.75 625 351.5625 468.75
75 56.25 1375 773.4375 1031.25
= 0
-
23
= 0.75
b = y
= 0
y2 =
= 0
Sehingga didapatkan grafik sebagai berikut dengan persamaan y = 0,75x+0
Grafik.1 : Hubungan Tinggi Kurva dengan Persentasi Volum Etanol
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diketahui kandungan atau
volume etanol dan n-propanol dalam sampel darah jika diketahui tinggi kurva
(y) sebesar 12,5mm maka persentase volume sampel sebesar,
y = 0,75x + 0
x =
=
= 16,67 %
-
24
Volum sampel total adalah 5L, maka kandungan / volume etanol dan n-
propanol dalam darah adalah,
Volum etanol = 5 x 16,67% = 0,8335 l
Volum n-propanol = 5 L 0,8335 L = 4,1665 L
2. Resolusi Kolom (Rs)?
(1)
dengan adalah jarah dua puncak kurva, WA, adalah lebar kurva zat pertama,
dalam percobaan adalah etanol, WB, adalah lebar kurva zat kedua, dalam
percobaan adalah n-propanol, adalah retention times n-propanol, dan
adalah retention times etanol.
Bila diketahui = 7,2 menit, = 2,4 menit, WA =1,45 menit dan
WB = 3,65 menit.
3. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)?
Jumlah pelat atau piringan merupakan salah satu besaran yang
menunjukkan efisiensi kolom. Nilai N dapat didapatkan melalui kromatogram
menurut rumus:
(2)
dengan W adalah lebar dasar puncak yang terbaca pada kromatogram dan
adalah retention times.
Bila diketahui lebar dasar puncak untuk etanol, WA, adalah 1.45 menit dan
waktu retensi etanol adalah 2.4 menit, maka nilai NA untuk larutan etanol
adalah:
Sedangkan diketahui pula lebar dasar puncak untuk n-propanol, WB, adalah 3,65
menit dan waktu retensi n-propanol adalah 7,2 menit, maka nilai NB untuk
larutan n-propanol adalah:
-
25
Berdasarkan nilai NA dan NB yang didapatkan, maka Nilai rata-rata N, Navg,
adalah:
4. Tinggi piringan (H) dalam m?
Tinggi piringan, H, dihitung dengan rumus
(3)
dengan L adalah panjang kolom.Dengan menggunakan hasil percobaan bahwa
panjang kolom sebelum perubahan resolusi kolom adalah 30 m dan N1 adalah 53,
maka tinggi piringan (H) adalah:
m
5. Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1.5?
Nilai resolusi kolom, Rs, juga dapat dituliskan dengan menggunakan
Persamaan (33):
(4)
dengan adalah faktor selektivitas untuk campuran dan adalah retention
factor untuk zat yang lebih terikat pada fase diam. Apabila pada percobaan
resolusi kolom diubah menjadi 1,5, maka sesuai Persamaan (4), nilai N berubah
sedangkan nilai dan tetap karena larutan yang dianalisis tidak berubah.
Karena itu, Persamaan (4) dapat diubah menjadi:
(5)
Dengan hasil percobaan bahwa adalah 1,882, N1 adalah 53, dan
adalah 1,5, nilai N2 adalah:
Panjang kolom setelah perubahan resolusi kolom, L, dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (3). Tinggi piringan, H, tidak berubah, yakni 0,566 m.
-
26
Substitusi nilai ini dengan Persamaan (3) menghasilkan panjang kolom setelah
perubahan resolusi kolom, L2, adalah:
m
6. Waktu elusi senyawa etanol pada kolom yang telah diperpanjang?
Waktu retensi atau waktu elusi adalah waktu antara pemasukan sampel
dan kemunculan puncak pada detektor. Zat yang memiliki waktu retensi yang
lebih lama meunjukkan zat ini lebih cenderung pada fasa diam.
(6)
Pada saat panjang kolom diubah, nilai , kB, H, dan kecepatan linear pada fase
bergerak, u, tetap. Akibatnya, Persamaan (6) dapat diubah menjadi:
(7)
Dengan nilai untuk etanol adalah 2,4 menit, adalah 1,882, dan
adalah 1,5 maka didapatkan hasil , adalah:
menit
-
27
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian jawaban soal di
atas adalah:
1. GC/MS merupakan dua teknik yang berkaitan satu sama lain; GC
berfungsi memisahkan zat pada campuran sedangkan MS merupakan
detektor untuk melihat massa jenis senyawa dalam campuran.
2. GC menghasilkan kromatogram yang dapat digunakan untuk mengetahui
konsentrasi sampel yang dianalisis.
3. GC/MS dapat digunakan pada analisis kandungan alkohol dalam darah
karena, salah satunya, alkohol bersifat volatil.
4. Analisisi kandungan alkohol pada darah dengan teknik GC/MS sangat baik
karena lebih murah, efisien, dan tidak harus diulang untuk mendapatkan
hasil yang valid.
5. Beberapa parameter penting dalam analisis GC/MS, diantaranya: resolusi
kolom, jumlah piringan rata-rata, tinggi piringan, waktu elusi, konsentrasi
zat, dan massa jenis zat.
-
28
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar konsep-konsep inti. Jakarta: Erlangga
Day, R.A, dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Skoog, Douglas A, Donald M.West dan F. James Holler. 1978. Fundamental of
Analytical Chemistry. London: Saunders College Publishing
Khopkar S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Anonim, Liquid Chromatography (Chapter 28),
http://www.cem.msu.edu/~cem333/Week16.pdf
Anonim, HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY HPLC,
http://www.chemguide.co.uk/analysis/chromatography/hplc.html
Campbell. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga
http://www.recovergateway.org/substance-abuse-resources/drug-addiction-
effects/ (diakses pada tanggal 24 November 2014 pukul 21.00)
http://www.sigmaaldrich.com/life-science/metabolomics/enzyme-
explorer/learning-center/plasma-blood-protein/blood-basics.html (diakses
pada tanggal 24 November 2014 pukul 21.00)