Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

9
1. ETIOLOGI Bahan kimia aktif Berbagai jenis bahan kimia dalam bentuk aktif adalah mutagen yang poten dan dapat menginduksi kanker, meskipun beberapa kanker dapat timbul setelah waktu laten yang panjang. Waktu laten yang panjang menunjukkan bahwa untuk menjadi suatu tumor ganas membutuhkan lebih dari satu perubahan yang terjadi pada gen. Bahan kimia aktif ini ketika masuk kedalah tubuh dalam bentuk pro-mutagen, akan tetapi akan menjadi aktif ketika terjadi proses metabolisme didalam tubuh seseorang. Perbedaan genetik masing-masing individu juga mendukung dalam kemampuan metabolisme sehingga menentukan kecepatan mutagenesis. Beberapa contoh bahan kimia karsinogenik adalah hidrazin, trazin, khlorokarbon, agen alkilasi. Bahan karsinogenik organik berasal dari mikroorganisme dan tumbuhan, bahan karsinogenik anorganik misalnya cobalt, berillium, cadmium, chromium, dan nikel. Pada rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia, sebagian diantaranya merupakan karsinogan. Gas dalam asap rokok mengandung

Transcript of Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

Page 1: Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

1. ETIOLOGI

Bahan kimia aktif

Berbagai jenis bahan kimia dalam bentuk aktif adalah

mutagen yang poten dan dapat menginduksi kanker, meskipun

beberapa kanker dapat timbul setelah waktu laten yang panjang.

Waktu laten yang panjang menunjukkan bahwa untuk menjadi

suatu tumor ganas membutuhkan lebih dari satu perubahan yang

terjadi pada gen.

Bahan kimia aktif ini ketika masuk kedalah tubuh dalam

bentuk pro-mutagen, akan tetapi akan menjadi aktif ketika terjadi

proses metabolisme didalam tubuh seseorang. Perbedaan genetik

masing-masing individu juga mendukung dalam kemampuan

metabolisme sehingga menentukan kecepatan mutagenesis.

Beberapa contoh bahan kimia karsinogenik adalah hidrazin,

trazin, khlorokarbon, agen alkilasi. Bahan karsinogenik organik

berasal dari mikroorganisme dan tumbuhan, bahan karsinogenik

anorganik misalnya cobalt, berillium, cadmium, chromium, dan

nikel.

Pada rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia, sebagian

diantaranya merupakan karsinogan. Gas dalam asap rokok

mengandung uap nitrosamin, partikel asap rokok juga mengandung

polisiklik aromatik hidrokarbon dan nitrosamin yang dihasilkan

oleh alkaloid dalam tembakau nikotin dan nor-nikotin. Selain

senyawa-senyawa tersebut dalam rokok juga mengandung kadar

oksidan yang tinggi, sehingga mampu memperbesar kemungkinan

transformasi genetik. Asap rokok juga memiliki kemampuan

sebagai kofaktor untuk HPV dalam perkembangan kanker

meskipun belum jelas mekanismenya. Akan tetapi ada beberapa

kemungkinan lain bahwa sel yang terinfeksi virus terpapar pada

karsinogen dalam asap rokok yang merusak DNA sedangkan

Page 2: Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

onkoprotein HPV menghambat apoptosis dan mencegah siklus sel

terhenti.

Virus

Pada umumnya infeksi virus menyebabkan 2 hal, yaitu

sebagian besar virus hanya menyebabkan tumor jinak, sedangkan

tumor ganas biasanya terjadi karena infeksi kronis dan keganasan

umumnya baru diketahui beberapa tahun kemudian.

Ada dua kelompok virus yang dihubungkan dengan kanker,

yaitu virus yang mengandung DNA dan virus yang mengandung

RNA (Retrovirus). Transformasi sel yang disebabkan oleh virus

terjadi karena adanya integrasi dari seluruh bagian DNA virus

antara DNA copy dari RNA retrovirus dengan sel penjamu.

DNA/RNA virus yang terintegrasi akan direplikasi bersamaan

dengan DNA sel pada saat pembelahan, sehingga genom virus juga

akan diperbanyak. Integrasi DNA menyebabkan aktivasi gen yang

terlibat dalam pengaturan pertumbuhan sel sehingga menyebabkan

proliferasi yang tidak terkendali, serta disrupsi dari sebagian sel

penjamu.

Contoh virus yang dikaitkan dengan kanker adalah EBV

(Epstein Barr Virus). Virus ini menyandi sekitar 100 gen, 10 gen

diantaranya berinteraksi dan di ekspresikan dengan sel B yang

terinfeksi virus ini. Tiga gen yang diduga kuat berperan dalam

transformasi sel adalah EBNA-1, EBNA-2, dan LMP (Latent

membrane protein). EBNA-1 digunakan untuk replikasi DNA

plasmid virus dalam sel yang terinfeksi, EBNA-2 menyandi protein

90kDa yang terletak dalam nukleus sel yang terinfeksi yang diduga

sebagai protein pengganggu sifat pertumbuhan sel. LMP adalah

protein yang berfungsi sebagai reseptor, ekspresinya berperan

menimbulkan transformasi dan menghambat diferensiasi sel.

2.

Page 3: Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

3.

4. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Imunohisto(sito)kimia

Pemeriksaan ini berprinsipkan pada ikatan antara antibodi

dengan antigen. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan

mengkonjugasikan antibodi dengan enzim, misalnya peroksidase,

yang mampu mengkatalisa reaksi dan menghasilkan warna. Ikatan

antigen dengan antibodi dapat terjadi pada sitoplasma maupun inti

sel.

Imunokimia dapat dilakukan dengan cara menggambil

jaringan blok paraffin ataupun sitologi. Blok parafin adalah hasil

pengolahan dari jaringa-jaringan yang diambil melalui biopsi atau

pun operasi yang kemudian dikirim ke bidan Patologi, pemeriksaan

ini dinamakan Imunohistokimia. Sedangkan sediaan sitologi dapat

berupa cairan jaringan yang diambil dengan cara biopsi aspirasi,

cervix smear, dll yang sering disebut pemeriksaan imunositokimia.

Sel-sel tumor yang terwarnai dinilai intensitas warnanya

yang dinyatakan dalam peringkat sangat kuat, kuat, sedang, lemah

dan banyaknya sel yang terwarnai yang dinyatakan dalan

persentase.

Keuntungan dari pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi

adanya molekul spesifik atau molekul yang merupakan ciri khas

pada suatu tumor ganas. Hal ini akan memudahkan untuk

mengetahui etiologi, diagnosis, pengobatan, rekurensi dan

prognosis.

5. MACAM

Limfoma Hodgkin

Ciri khas tumor ini berinti tunggal, inti banyak atau berinti

sepasang secara terpisah yang disebut sel Hodgkin atai sel Reed-

Steenberg yang tersebar sporadis. Pada tahun 2001 WHO

Page 4: Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

mengklasifikasikan Limfoma Hodgkin yang dibagi menjadi

Limfoma Hodgkin jenis predominan dan Limfoma Hodgkin klasik.

a. Limfoma Hodgkin jenis predominan limfosit nodular

Adalaha neoplasia sel B Monoklonal dengan ciri

khas adanya proliferasi pleomorfik nodular yang tersebar

sporadis dalam jaringan neoplasia yang berbeda dengan

morfologi sel Reed-Steenberg, tampak sel berinti tunggal

yang besar dengan sedikit plasma, inti tampak terlipat

yang disebut sel popcorn.

b. Limfoma Hodgkin klasik

Adalah neoplasia yang didapati adanya sel Reed-

Steenberg klasik. Limfoma Hodgkin klasik dibagi menjadi

4 subtipe histologi yang memiliki ekspresi imunologi dan

ciri yang sama, tetapi secara klinis berbeda dan erat

kaitannya dengan infeksi EBV:

I. Limfoma Hodgkin klasik kaya limfosit

Limfoma jenis ini kaya akan limfosit kecil dengan

latar belakang tidak ditemukan granulosit netrofilik

dan granulosit eosinofilik difus. Limfoma jenis ini

paling sering mengenai kelenjar limfe superfisial,

jarang ditemukan mengenai kelenjar limfe

mediastinal.

II. Limfoma Hodgkin klasik nodular sklerosis

Limfoma jenis ini ditandai dengan adanya nodul

yang dikelilingi serabut kolagen. Limfoma jenis ini

umumnya ditemukan pada wanita usia muda, paling

sering mengenai area mediastinum, ekspresi

kodenya adalah LMP-1 dari EBV rendah sekitar 10-

40%

III. Limfoma Hodgkin klasik sel campuran

Page 5: Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

Limfoma jenis ini ditandai latar belakang

inflamatorik nodular samar. Sering ditemukan pada

orang dewasa, dalam lesi yang tidak terdapat fibrosis

nodular sklerosis. Paling sering mengenai kelenjar

limfe superfisial, limpa, jarang mengenai

mediastinum, ekpresi kodenya adalah LMP-1 dari

EBV tinggi sekitar 75%

IV. Limfoma Hodgkin klasik deplesi limfosit

Limfoma jenis ini ditandai adanya deplesi limfosit

non-neoplastik, sering disertai deplesi difus. Sering

mengenai organ abdominal, kelenjar limfe

retroperitoneal, dan sumsum tulang. Kelenjar limfe

superfisial relatif jarang terkena, gejala klinis sering

pada stadium lanjut, sering dengan infeksi HIV dan

EBV

Daftar pustaka

Desen, wan. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke 2. Diterjemahkan

oleh: Willie Japaries. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Hastuti, Neni wahyu. et.al. 2011. Manfaat Pemeriksaan

Imunohisto(sito)kimia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra

Page 6: Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas

Utara. Volume 4 No. 5.

(

www.kalbemed.com/Portals/6/34_186Praktismanfaatpemeriksaani

munohisto.pdf. diakses 22 September 2015)

Kresno, Siti Boedina. Prof., dr. 2011. Ilmu Dasar Onkologi. Edisi Kedua.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.