Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas
Transcript of Mahasiswa Mampu Mengetahui Dan Memahami Etiologi Tumor Ganas
1. ETIOLOGI
Bahan kimia aktif
Berbagai jenis bahan kimia dalam bentuk aktif adalah
mutagen yang poten dan dapat menginduksi kanker, meskipun
beberapa kanker dapat timbul setelah waktu laten yang panjang.
Waktu laten yang panjang menunjukkan bahwa untuk menjadi
suatu tumor ganas membutuhkan lebih dari satu perubahan yang
terjadi pada gen.
Bahan kimia aktif ini ketika masuk kedalah tubuh dalam
bentuk pro-mutagen, akan tetapi akan menjadi aktif ketika terjadi
proses metabolisme didalam tubuh seseorang. Perbedaan genetik
masing-masing individu juga mendukung dalam kemampuan
metabolisme sehingga menentukan kecepatan mutagenesis.
Beberapa contoh bahan kimia karsinogenik adalah hidrazin,
trazin, khlorokarbon, agen alkilasi. Bahan karsinogenik organik
berasal dari mikroorganisme dan tumbuhan, bahan karsinogenik
anorganik misalnya cobalt, berillium, cadmium, chromium, dan
nikel.
Pada rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia, sebagian
diantaranya merupakan karsinogan. Gas dalam asap rokok
mengandung uap nitrosamin, partikel asap rokok juga mengandung
polisiklik aromatik hidrokarbon dan nitrosamin yang dihasilkan
oleh alkaloid dalam tembakau nikotin dan nor-nikotin. Selain
senyawa-senyawa tersebut dalam rokok juga mengandung kadar
oksidan yang tinggi, sehingga mampu memperbesar kemungkinan
transformasi genetik. Asap rokok juga memiliki kemampuan
sebagai kofaktor untuk HPV dalam perkembangan kanker
meskipun belum jelas mekanismenya. Akan tetapi ada beberapa
kemungkinan lain bahwa sel yang terinfeksi virus terpapar pada
karsinogen dalam asap rokok yang merusak DNA sedangkan
onkoprotein HPV menghambat apoptosis dan mencegah siklus sel
terhenti.
Virus
Pada umumnya infeksi virus menyebabkan 2 hal, yaitu
sebagian besar virus hanya menyebabkan tumor jinak, sedangkan
tumor ganas biasanya terjadi karena infeksi kronis dan keganasan
umumnya baru diketahui beberapa tahun kemudian.
Ada dua kelompok virus yang dihubungkan dengan kanker,
yaitu virus yang mengandung DNA dan virus yang mengandung
RNA (Retrovirus). Transformasi sel yang disebabkan oleh virus
terjadi karena adanya integrasi dari seluruh bagian DNA virus
antara DNA copy dari RNA retrovirus dengan sel penjamu.
DNA/RNA virus yang terintegrasi akan direplikasi bersamaan
dengan DNA sel pada saat pembelahan, sehingga genom virus juga
akan diperbanyak. Integrasi DNA menyebabkan aktivasi gen yang
terlibat dalam pengaturan pertumbuhan sel sehingga menyebabkan
proliferasi yang tidak terkendali, serta disrupsi dari sebagian sel
penjamu.
Contoh virus yang dikaitkan dengan kanker adalah EBV
(Epstein Barr Virus). Virus ini menyandi sekitar 100 gen, 10 gen
diantaranya berinteraksi dan di ekspresikan dengan sel B yang
terinfeksi virus ini. Tiga gen yang diduga kuat berperan dalam
transformasi sel adalah EBNA-1, EBNA-2, dan LMP (Latent
membrane protein). EBNA-1 digunakan untuk replikasi DNA
plasmid virus dalam sel yang terinfeksi, EBNA-2 menyandi protein
90kDa yang terletak dalam nukleus sel yang terinfeksi yang diduga
sebagai protein pengganggu sifat pertumbuhan sel. LMP adalah
protein yang berfungsi sebagai reseptor, ekspresinya berperan
menimbulkan transformasi dan menghambat diferensiasi sel.
2.
3.
4. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Imunohisto(sito)kimia
Pemeriksaan ini berprinsipkan pada ikatan antara antibodi
dengan antigen. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan
mengkonjugasikan antibodi dengan enzim, misalnya peroksidase,
yang mampu mengkatalisa reaksi dan menghasilkan warna. Ikatan
antigen dengan antibodi dapat terjadi pada sitoplasma maupun inti
sel.
Imunokimia dapat dilakukan dengan cara menggambil
jaringan blok paraffin ataupun sitologi. Blok parafin adalah hasil
pengolahan dari jaringa-jaringan yang diambil melalui biopsi atau
pun operasi yang kemudian dikirim ke bidan Patologi, pemeriksaan
ini dinamakan Imunohistokimia. Sedangkan sediaan sitologi dapat
berupa cairan jaringan yang diambil dengan cara biopsi aspirasi,
cervix smear, dll yang sering disebut pemeriksaan imunositokimia.
Sel-sel tumor yang terwarnai dinilai intensitas warnanya
yang dinyatakan dalam peringkat sangat kuat, kuat, sedang, lemah
dan banyaknya sel yang terwarnai yang dinyatakan dalan
persentase.
Keuntungan dari pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi
adanya molekul spesifik atau molekul yang merupakan ciri khas
pada suatu tumor ganas. Hal ini akan memudahkan untuk
mengetahui etiologi, diagnosis, pengobatan, rekurensi dan
prognosis.
5. MACAM
Limfoma Hodgkin
Ciri khas tumor ini berinti tunggal, inti banyak atau berinti
sepasang secara terpisah yang disebut sel Hodgkin atai sel Reed-
Steenberg yang tersebar sporadis. Pada tahun 2001 WHO
mengklasifikasikan Limfoma Hodgkin yang dibagi menjadi
Limfoma Hodgkin jenis predominan dan Limfoma Hodgkin klasik.
a. Limfoma Hodgkin jenis predominan limfosit nodular
Adalaha neoplasia sel B Monoklonal dengan ciri
khas adanya proliferasi pleomorfik nodular yang tersebar
sporadis dalam jaringan neoplasia yang berbeda dengan
morfologi sel Reed-Steenberg, tampak sel berinti tunggal
yang besar dengan sedikit plasma, inti tampak terlipat
yang disebut sel popcorn.
b. Limfoma Hodgkin klasik
Adalah neoplasia yang didapati adanya sel Reed-
Steenberg klasik. Limfoma Hodgkin klasik dibagi menjadi
4 subtipe histologi yang memiliki ekspresi imunologi dan
ciri yang sama, tetapi secara klinis berbeda dan erat
kaitannya dengan infeksi EBV:
I. Limfoma Hodgkin klasik kaya limfosit
Limfoma jenis ini kaya akan limfosit kecil dengan
latar belakang tidak ditemukan granulosit netrofilik
dan granulosit eosinofilik difus. Limfoma jenis ini
paling sering mengenai kelenjar limfe superfisial,
jarang ditemukan mengenai kelenjar limfe
mediastinal.
II. Limfoma Hodgkin klasik nodular sklerosis
Limfoma jenis ini ditandai dengan adanya nodul
yang dikelilingi serabut kolagen. Limfoma jenis ini
umumnya ditemukan pada wanita usia muda, paling
sering mengenai area mediastinum, ekspresi
kodenya adalah LMP-1 dari EBV rendah sekitar 10-
40%
III. Limfoma Hodgkin klasik sel campuran
Limfoma jenis ini ditandai latar belakang
inflamatorik nodular samar. Sering ditemukan pada
orang dewasa, dalam lesi yang tidak terdapat fibrosis
nodular sklerosis. Paling sering mengenai kelenjar
limfe superfisial, limpa, jarang mengenai
mediastinum, ekpresi kodenya adalah LMP-1 dari
EBV tinggi sekitar 75%
IV. Limfoma Hodgkin klasik deplesi limfosit
Limfoma jenis ini ditandai adanya deplesi limfosit
non-neoplastik, sering disertai deplesi difus. Sering
mengenai organ abdominal, kelenjar limfe
retroperitoneal, dan sumsum tulang. Kelenjar limfe
superfisial relatif jarang terkena, gejala klinis sering
pada stadium lanjut, sering dengan infeksi HIV dan
EBV
Daftar pustaka
Desen, wan. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke 2. Diterjemahkan
oleh: Willie Japaries. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Hastuti, Neni wahyu. et.al. 2011. Manfaat Pemeriksaan
Imunohisto(sito)kimia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara. Volume 4 No. 5.
(
www.kalbemed.com/Portals/6/34_186Praktismanfaatpemeriksaani
munohisto.pdf. diakses 22 September 2015)
Kresno, Siti Boedina. Prof., dr. 2011. Ilmu Dasar Onkologi. Edisi Kedua.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.