LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

21
BAGIAN ILMU BEDAH LONG CASE FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN LUKA BAKAR KIMIA Disusun Oleh : Setia Budiarto C111 01 215 Amalia Dewi Pontoh 110 208 082 A. Dhini Alfiandari C111 09 119 Eka Utami C111 09 291 Supervisor: Dr. Fonny Josh, Sp.BP 1

Transcript of LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

Page 1: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

BAGIAN ILMU BEDAH LONG CASE

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LUKA BAKAR KIMIA

Disusun Oleh :

Setia Budiarto C111 01 215

Amalia Dewi Pontoh 110 208 082

A. Dhini Alfiandari C111 09 119

Eka Utami C111 09 291

Supervisor:

Dr. Fonny Josh, Sp.BP

PADA BAGIAN ILMU BEDAH SUBDIVISI BEDAH PLASTIK

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

1

Page 2: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

LUKA BAKAR KIMIA

I. PENDAHULUAN

Luka bakar kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia yang

disebabkan oleh paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan bahan kimia

atau uapnya. Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung

dengan jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+), dan basa didefinisikan

sebagai akseptor proton (OH-).

Variasi luas dari kimia mungkin menyebabkan luka bakar kutaneus dan okular

dan juga efek sistemik baik dari absorpsi maupun inhalasi,yang paling membutuhkan

penanganan medis dan atau terapi bedah. Diberikan agen alami yang terlibat dan tipe

dari luka (kedalaman, luka pada paru, keterlibatan mata, dsb). Mereka memproduksi

kehilangan yang relevan pada waktu bekerja. Sekuel untuk jangka panjang,

sayangnya bukan hal yang biasa terjadi.

Lebih dari 25.000 bahan kimia umumnya digunakan dalam industri,

agrikultur, pembersh rumah dan lainnya, dan banyak dari mereka yang telah

diidentifikasi potensial menyebabkan luka bakar. Hal ini membuat luka bakar kimia

merupakan risiko yang penting dalam pengaturan rumah tangga dan industri.

Pengetahuan tentang bahaya potensial pada agen ini sangat rendah dalam pengaturan

rumah tangga, dimana di industri hal ini sering disalahartikan. Beberapa tahun yang

lalu, dideteksi adanya peningkatan dalam menggunakan agen kimia dalam

keterlibatan agresi pada kekerasan dalam rumah tangga, utamanya pada wanita,

menggunakan mereka pada wajah dan tubuh, dengan kepentingan yang selanjutnya

dan meninggalkan sisa-sisa luka bakar, tetapi penggunaan bahan kimia yang bersifat

kriminal untuk menyerang yang lainnya bukan merupakan hal yang biasa terjadi. Di

lain pihak, ketidakseimbangan internasional pada beberapa area di dunia dengan

banyaknya angkatan bersenjata telah meningkatkan penggunaan dan ancaman dari

bahan kimia. Ada tinjauan dalam beberapa tahun terakhir yang telah menunjukkan

predominansi dari luka yang disebabkan oleh fosforus putih. Variasi dari agen kimia

2

Page 3: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

yang sangat meluas dimana tinjauan pendek ini tidak dapat menggambarkan semua

agen dan penanganannya, tetapi kita dapat menyediakan prinsip-prinsip umum untuk

penanganan dari luka bakar kimia. Fakta bahwa mereka hanya menghadirkan kembali

sekitar 3% dari semua luka bakar tidak harus mengikuti prinsip-prinsip tersebut.

Mereka hadir dengan morbiditas yang penting (sekitar 55% dari kebutuhan bedah

mereka), umumnya melibatkan kosmetik tubuh seperti wajah, thorax dan tangan, dan

dalam beberapa seri mereka membawa sekitar 30% dari kematian luka bakar. Luka

bakar kimia kutaneus dapat hadir dengan variasi dari dilema untuk para spesialis

klinik dalam mengatur kasus-kasus. Penanganan dari kedalaman luka bakar seringkali

sulit dan keputusan apakah untuk mengeksisi luka lebih awal tidak selalu dalam

potongan bersih. Dalam tinjauan ini, agen umum diklasifikasikan, prinsip dasar dari

manajemen dan rekomendasi spesifik telah diperiksa. Komplikasi yang muncul dari

paparan dalam bahan kimia ini dan pengukuran suportif dibutuhkan selama terapi

juga digambarkan.

II. EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 2008, American Association of Poison Control Centers (AAPCC),

melaporkan sebanyak 26.596 kasus terpapar zat kimia asam, 34.741 kasus terpapar

zat kimia basa, 9.958 kasus terpapar peroksida, dan 58.892 kasus terpapar zat

pemutih. Selama tahun 2008 tersebut, 1.868 kasus terpapar fenol. Cedera luka bakar

karena zat kimia berjumlah sekitar 2-6% dari keseluruhan cedera luka bakar pada

pusat perawatan lanjutan.2

A. Internasional

Diseluruh dunia, zat korosif pada umumnya digunakan untuk kejahatan

penganiayaan. Zat korosif yang paling banyak digunakan adalah larutan alkali dan

asam sulfat.

B. Mortalitas dan Morbiditas

Pada tahun 2008, the American Association of Poison Control Centers,

melaporkan paparan asam dan produk yang mengandung asam dan zat kimia

3

Page 4: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

berbahaya lainnya memperlihatkan bahwa 10 korban meninggal, 83 kasus

keracunan tingkat berat, dan 1788 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan dari

produk yang mengandung alkali dan zat kimia lainnya terdapat 9 korban

meninggal, 168 kasus keracunan tingkat berat, dan 2684 kasus keracunan tingkat

sedang. Paparan akibat peroksida tidak ada korban yang meninggal, 9 orang

keracunan tingkat berat, dan 154 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan akibat

bahan pemutih dan produk yang mengandung hipoklorit terdapat 2 orang

meninggal, 43 kasus keracunan tinhkat berat, dan 2016 kasus keracunan tingkat

sedang. Paparan dari produk yang mengandung fenol tidak ada korban yang

meninggal, 2 kasus keracunan tingkat berat, dan 70 kasus keracunan tingkat

sedang.

C. Jenis Kelamin

Penganiayaan dengan bahan zat kimia berbahaya di seluruh dunia lebih sering

terjadi terhadap wanita.

D. Umur

Orang dewasa dan anak-anak hampir sama jumlahnya terpapar dengan zat

kimia berbahaya. Orang dewasa yang terpapar dengan zat kimia yang bersifat

korosif lebih sering menderita luka bakar yang berat.

III. PATOFISIOLOGi

Tubuh memiliki proteksi spesifik yang sangat sedikit dan memperbaiki

mekanisme luka bakar suhu, listrik, radiasi dan bahan kimia. Denaturasi protein

adalah efek yang umum dari semua jenis luka bakar. Bagaimanapun, luka akibat

bahan kimia memiliki beberapa perbedaan penting jika dibandingkan dengan luka

bakar akibat suhu. Luka bakar akibat bahan kimia lebih suka diproduksi oleh paparan

dalam jangka waktu lama untuk kimia, dan paparan ini mungkin masih akan

berlangsung terus menerus dalam ruang gawat darurat sebaliknya dengan luka akibat

suhu, dimana secara tipikal diproduksi oleh paparan dalam jangka waktu yang sangat

pendek untuk panas yang hebat yang secara relative berhenti dengan cepat.

4

Page 5: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

Ada juga beberapa perbedaan biokimia yang penting diantara mereka.

Struktur dari protein biologis melibatkan bukan hanya urutan asam amino spesifik,

tapi juga struktur tiga dimensi yang berdiri sendiri pada kekuatan yang lemah, seperti

ikatan hidrogen atau kekuatan van der Waal. Struktur tiga dimensi ini adalah elemen

kunci untuk atktivitas biologis dari protein, dan sangat mudah diganggu oleh faktor

dari luar. Aplikasi dari panas ataupun bahan kimia, khususnya gangguan pH, dapat

menyebabkan struktur-struktur tersebut terpecah. Pada luka bakar akibat suhu, ada

koagulasi cepat dari protein yang disebabkan oleh reaksi penyilangan irreversible,

dimana pada luka bakar kimia kerusakan protein berlanjut oleh karena mekanisme

lain, terutama oleh karena hidrolisis. Mekanisme ini mungkin berlanjut lama sebagai

jejak dari agen yang merupakan sumber, khususnya pada lapisan yang lebih dalam.

Sebagai tambahan, agen kimia mungkin berperan dalam mode sistemik jika

komponen mereka diedarkan sepanjang korban dengan toksisitas potensial.

Tingkat keparahan dari luka bakar kimia ditentukan oleh:

a. konsentrasi

b. jumlah agen luka bakar

c. durasi dari kontak kulit

d. penetrasi

e. mekanisme aksi.

Luka bakar kimia diklasifikasikan baik dari mekanisme aksi pada kulit

ataupun dari kelas agen bahan kimia.

IV. MEKANISME AKSI

Ada 6 mekanisme aksi untuk agen kimia dalam sistem biologis, yaitu:

1) Oksidasi; denaturasi protein disebabkan oleh masuknya oksigen, sulfur, ataupun

atom halogen melalui protein tubuh (sodium hipoklorid, potassium permangan,

dan asam kromik).

2) Reduksi; agen reduksi berperan dalam pengikatan electron bebas dalam protein

jaringan. Panas mungkin juga menjadi produk dari reaksi kimia, yang

5

Page 6: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

menyebabkan gambaran campuran. Agen tersebut lebih mungkin ditemui sebagai

asam hidroklorik, asam nitrit, dan campuran alkali merkuri.

3) Korosi; korosi menyebabkan denaturasi protein pada kontak. Mereka mengarah

ke penghasilan eskar yang lembut, yang mungkin mengalami progress menjadi

ulserasi yang dangkal. Contoh agen korosif adalah fenol, sodium hipoklorid, dan

fosforus putih.

4) Racun protoplasma; mereka menghasilkan efek mereka dengan menyebabkan

pembentukan ester dengan protein atau oleh pengikatan atau penghambatan

kalsium atau ion organic lainnya untuk kelangsungan hidup dan fungsi jaringan.

Contoh pembentuk ester adalah formiat, dan asam asetat, sedangkan yang

termasuk inhibitor adalah oxalid dan asam hidrofluorid.

5) Vesicants; mereka menghasilkan iskemik dengan nekrosis anoksik di sisi kontak.

Agen ini memiliki karakteristik untuk menghasilkan cutaneous blisters. Mereka

termasuk ke dalam mustard gas, dimetil sulfoxida (DMSO), dan Lewisite.

6) Dessicants; substansi ini menyebabkan kerusakan oleh karena dehidrasi jaringan.

Kerusakan tersebut seringkali mengalami eksaserbasi oleh karena produksi panas,

reaksi ini biasanya bersifat eksotermik. Dalam kelompok ini kami menemukan

asam sulfat dan asam muriat (konsentrasi hidroklorid).

V. TIPE-TIPE BAHAN KIMIA

Klasifikasi ini berdasarkan atas reaksi kimia yang menginisiasi agen kimia.

Metode klasifikasi ini kurang akurat jika dibandingkan dengan gambaran bagaimana

mereka melakukan koagulasi pada protein. Kemampuan untuk mempengaruhi pH

adalah satu dari karakteristik yang paling penting dari sebuah agen luka bakar

kimiawi. Konsentrasinya juga memainkan peran penting dalam pengaktifan kembali.

Meskipun mekanisme aksi untuk asam atau basa secara individu mungkin berbeda,

luka yang dihasilkan cukup sama untuk menggolongkan mereka dalam grup berbeda

sebagai keseluruhan.

6

Page 7: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

Kami menganggap empat kelas, antara lain: asam, basa, larutan organik dan

inorganik.

1. Asam sebagai donor proton. Mereka melepaskan ion hydrogen dan mereduksi pH

dari 7 turun menjadi 0. Asam dengan pH kurang dari 2 dapat menghasilkan

nekrosis koagulasi pada kontak kulit. Predictor yang lebih baik dari pH itu sendiri

adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk meningkatkan pH asam menjadi

netral. Hal ini mungkin mencerminkan luasnya keterlibatan asam.

2. Basa sebagai penerima proton. Mereka akan memecah ion hydrogen dari

golongan proton amin dan golongan karboksilat. Alkali dengan pH yang lebih

besar dari 11,5 menghasilkan kerusakan jaringan yang berat melalui nekrosis

liquefakta. Liquefakta menghilangkan jaringan dan mengijinkan penetrasi yang

lebih dalam dari agen tersebut. Untuk alasan ini, luka bakar alkali cenderung

menjadi lebih parah dibandingkan dengan luka bakar asam.

3. Larutan organik berperan dalam melarutkan membran sel lemak dan mengganggu

struktur protein seluler.

4. Larutan inorganik merusak kulit dengan pengikatan secara langsung dan

pembentukan garam. Hal itu yang perlu diperhatikan dari semua reaksi yang ada

yang mungkin disertai oleh eksotermik, yang juga berperan dalam kerusakan

jaringan.

VI. DAMPAK LUKA BAKAR KIMIA TERHADAP ORGAN

A. Mata

Luka bakar kimia pada mata merupakan luka yang mengenai bola

mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang

dapat merusak struktur bola mata tersebut. Luka bakar kimia biasanya hasil

dari suatu zat yang disemprotkan atau disiramkan di muka. Luka bakar kimia

alkali lebih sering terjadi daripada luka bakar kimia asam dan cenderung lebih

merugikan.

7

Page 8: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

Insidens terjadinya luka bakar kimia pada mata lebih dari 60% trauma

kimia terjadi di tempat kerja, 30% terjadi di rumah dan 10% adalah dari

tindakan kekerasan. Luka bakar karena bahan kimia pada mata lebih sering

terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan

dominasi laki-laki dalam bidang industri, seperti konstruksi dan

pertambangan, sehingga terjadi resiko tertinggi untuk cedera mata.

B. Kulit

Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat

menyebabkan trauma pada kulit yang irreversible dan terjadi kematian sel.

Bahan kimia pun dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat

merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang

mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir

sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai

macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi,

ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress pernapasan.

Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan

distress emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka

bakar dan bekas luka (scar).

C. Paru

Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia,

klorin, atau bahan kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini.

Edema saluran pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon

monoksida (CO) adalah contoh dari luka bakar kimia dari inhalasi. Gejala ini

muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah kejadian luka bakar. Juga

suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia mengoksidasi

hemoglobin paru-paru yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen

(methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan.

8

Page 9: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

D. Saluran Pencernaan

Di negara maju dan berkembang, luka bakar kimia pada sistem

pencernaan akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri

sendiri telah berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan

peraturan yang lebih ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta

kesan dari kesadaran umum.

Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia

asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster

dengan 44,4% menyebabkan komplikasi stenosi pilorus atau antrum.10

VII. Gejala Klinis

A. Mata

Gejala-gejala awal yang biasa terjadi pada luka bakar kimia pada mata

adalah mata terasa sakit, kemerahan, iritasi pada mata, ketidakmampuan untuk

membuka mata, sensasi benda asing di mata, pembengkakan pada kelopak

mata dan penglihatan jadi kabur.

B. Kulit

Gejala yang nyata pada luka bakar bahan kimia tergantung pada bahan

kimia yang menyebabkannya. Gejala tersebut termasuk gatal-gatal,

pengelupasan, eritema, erosi, kulit bewarna gelap, melepuh dan ulserasi,

nyeri, rasa terbakar, gangguan pernapasan, batuk darah dan atau jaringan yang

nekrosis.

C. Paru

Menghirup bahan kimia beracun dapat menyebabkan luka bakar di

jalan napas atas dan bawah. Individu dengan luka bakar inhalasi bahan kimia

datang dengan radang tenggorokan, sesak napas, dan nyeri dada.

9

Page 10: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

D. Saluran Pencernaan

Gejala yang dapat ditemukan seperti muntah, tersedak, kesulitan untuk

menelan dan berbicara, nyeri dada, nyeri di seluruh abdomen dan tenesmus

juga bisa didapatkan dalam luka bakar kimia.

VIII. DASAR-DASAR UMUM PENATALAKSANAAN

ABC trauma, penanganan primer dan sekunder dan semua dasar-dasar umum

dari trauma dan perawatan luka bakar berlaku juga untuk luka bakar kimia.

Bagaimanapun, ada juga beberapa pengukuran yang relevan dari penanganan pertama

yang harus diingat ketika menganggap suatu luka bakar kimia. Kunci utama dalam

penatalaksanaan luka bakar kimia dapat dilihat dalam ringkasan tabel 1.

Tabel 1. Tujuan dari pengobatan luka bakar kimia

1. Pembersihan bahan kimia

2. Penipisan

3. Latihan luka bakar

4. toksisitas sistemik

5. kontak mata

6. cedera inhalasi

Menghilangkan partikel debris, menolak bahan kimia kering,

Memperbanyak pancaran tingkat tinggi dengan keran air (20-

30 menit), jangan dicelupkan.

Luasnya luka bakar normalnya lebih dalam daripada yang

tampak dari luar.

Mengingat perubahan metabolic. Menghubungi pusat

toksikologi untuk informasi.

Water lavage secara terus menerus. Konsultasi oftalmologist.

Bronkoskopi untuk diagnosis

Pengukuran penanganan pertama untuk luka bakar kimia melibatkan beberapa

aspek seperti :

Membersihkan agen kimiawi

Pengobatan dari toksisitas sistemik jika ada dan efek samping dari

agen

10

Page 11: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

Pendukung umum

Pertimbangan khusus untuk agen spesifik jika diperlukan

Penanganan lokal pada luka bakar ( jika relevan pada tahap ini,

tergantung dari bahan kimia alami yang terlibat , sebagai contoh asam

hidrofluorik)

IX. KESIMPULAN

Cedera luka bakar kimia dihadirkan dalam porsi kecil dari total cedera luka

bakar. Bagaimanapun, mereka termasuk cedera yang unik yang membutuhkan

perhatian dan penanganan khusus karena pengaruh mereka yang sangat besar

terhadap manusia dan ekonominya.

Modalitas utama untuk terapi ini adalah masih dengan menggunakan irigasi

air yang berlebihan, kecuali pada beberapa bahan kimia. Bahan kimia baru yang

merupakan penetral bukan hanya harus steril, tapi juga polivalen, amfoterisin, non-

toksik, larutan hipertonik dan cairan seharusnya diingat tetapi mereka masih harus

membutuhkan uji klinis.

DAFTAR PUSTAKA

11

Page 12: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

1. Cox RD. Burns Chemical. Emedicine emergency Medicine.[online] 11

September 2012. [cited 2010 Agustus 15]. Available From: URL:

http://emedicine.medscape.com/article.

2. D Cox, Robert. 2010. Epidemiology. In : Chemical Burns In Emergency

Medicine, [online] 31 Oktober 2011 [cited 2010 June 28]. Available from :

URL : http://emedicine.medscape.com/article/769336-overviewc

3. Ratna dkk. Definisi asam-basa menurut lewis dan usanovich. [serial online]

11 September 2012.. [cited 2010 agustus 13]. Available from URL:

http://www.chem-is-try.ogr/situs kimia indonesia.

4. Ming ALS, Constable IJ. Color atlas of Opthalmology, 3 edition. Ocular

injuries. World science.

5. Trivedi HL, Venkatesh R. Trauma kimia-ocular trauma. Bombay hospital

journal vol.51 no.2. 2009.

6. Weaver CMN. Burns ocular. [online] 11 September 2012. [cited Mei, 28

2010]. Available from : www.emedicine.com

7. K. Lang Gerhard. 2000. Chemical Injuries. In : Ophthalmology Pocket

Textbook. Stuttgart New York

8. Palao R, Monge I, Ruiz M, Barret JP. 2009. Review Chemical Burns:

Pathophysiology and treatment. Available from: www.sciencedirect.com

9. Denise S, Nazarian EB, Connoly H. Inhalation Injury. [online] 21 September

2012. [cited May 25 2010]. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/1002413-overview#showall

10. Keh SM, Onyekwelu N, McManus K, McGuigan J. Corrosive injury to upper

gastrointestinal tract: Still a major surgical dilemma. World J Gastroenterol

2006 August 28; 12(32): 5223-5228

11. K. Lang Gerhard. 2006. Chemical Injuries. In : Ophthalmology Pocket

Textbook 2nd. Thieme : Stuttgart New York

12

Page 13: LUKA BAKAR KIMIA - long case.doc

12. Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith, Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest,

Amy S. Paller, David J. Leffell, eds. Thermal Injuries. In: Dermatology In

General Medicine 7th ed. Mc Graw Hill Medical

13. The Eye Center. Chemical Eye Injury. [online] 22 September 2012. [cited 11

Jan 2005]. Available from URL:

http://www.theeyecenter.com/2010/08/11/chemicaleyeinjury/

14. Denise S, Nazarian EB, Connoly H. Inhalation Injury. [online] 21 September

2012. [cited May 25 2010]. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/1002413-clinical#showall

15. Knight Bernard. 1997.Corrosive and Metallic Poisons. In : Simpson’s

Forensic Medicine. India : Delhi

16. Tony Burns, Stephen Breathnach, Neil Cox, Christopher Griffiths. 2004.

Textbook of Dermatology. Blackwell Science.

17. Forensic Toxicology. [online] 22 Sepetember 2012. Available from :

http://medicinembbs.blogspot.com201109forensic-toxicology.html

18. Denise S, Nazarian EB, Connoly H. Inhalation Injury. [online] 21 September

2012. [cited May 25 2010]. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/1002413-workup#showall

19. Adair TW, Dobersen MJ, Lear-Kaul K. Appearance of Chemical Burns

Resulting from the washing a deceased body with bleach. J Forensic Sci, May

2007, Vol. 52, No. 3.

20. Cox RD. Burns Chemical. Emedicine emergency Medicine.[online] 11

September 2012. [cited 2010 Agustus 15]. Available From:

http://emedicine.medscape.com/article/769336-treatment#showall

13