LUKA AKUT & KRONIK
-
Upload
marjan-husni -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of LUKA AKUT & KRONIK
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
1/9
LUKA
Luka didefinisikan sebagai suatu kerusakan integritas epithel dari kulit(1) atau terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan
akibat suatu trauma. (2) Definisi lain menyebutkan luka sebagai hilang atau
rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau animal bite. (9) Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka.
Namun yang umum luka dapat diklasifikasikan atas dasar :
1. Usia luka ( Wound Age ) : (3)
a. Luka Akut
b. Luka Kronik
2. Kedalaman luka ( Wound Depth ): (3)
a. Superficial
b. Partial Thickness
c. Full Thickness
3. Warna luka ( Wound Color ): (3)
a. Merah (warna jaringan granulasi yang sehat)
b. Kuning ( warna lapisan fibrin melekat pada jaringan)
c. Hitam (warna jaringan nekrotik atau avaskuler diatas luka)
4. Waktu terjadinya luka (4)
a. Luka Kontaminasi yakni luka yang belum melewati
batas waktu kontaminasi atau golden periode ( kurang
dari 6 jam )
b. Luka Infeksi yakni luka yang sudah melewati batas
waktu kontaminasi atau golden periode ( lebih dari 6 jam )
5. Jenis Luka Operasi (5,6)
a. Tipe I : Luka Bersih
b. Tipe II : Luka Bersih Terkontaminasi
c. Tipe III : Luka Terkontaminasi
d. Tipe IV : Luka Terinfeksi
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
2/9
Klasifikasi luka berdasarkan waktu terjadinya luka dapat dibagi menjadi
luka kontaminasi dan luka infeksi. Pembagian luka ini berdasarkan waktu
kontaminasi (golden periode) yaitu 6-8 jam dimana setelah waktu 6-8 jam
setelah terjadi luka maka bakteri yang ada telah mencapai koloni tertentu dan
mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau pembuluh darah.
Pada kondisi ini luka disebut sebagai luka infeksi. (4)
Saat kita menentukan usia sebuah luka maka pertama harus
ditentukan apakah luka tersebut akut atau kronik . Penentuan dapat menjadi
sulit bila hanya berpatokan pada kurun waktu. (3) Ada yang mengatakan bila
luka tidak sembuh dalam waktu 3 bulan maka disebut luka kronik. (1) Selain
pertimbangan waktu maka perlu diingat bahwa luka disebut akut bila luka
tersebut baru atau mencapai kemajuan penyembuhan luka sesuai yang
diharapkan. Sementara luka kronik adalah luka yang tidak sembuh dalam
waktu yang diharapkan. Hal yang penting adalah pada luka kronik proses
penyembuhan melambat atau berhenti dan luka tidak bertambah kecil atau
tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka tampak merah, lembab dan
sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka
dikatagorikan sebagai luka kronik. ( 3 )
Menurut Cohen,dkk .(7) luka akut akan mencapai penyembuhan normal
melalui proses penyembuhan yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk
mencapai pemulihan integritas anatomi dan fungsi. Pada luka kronik maka
terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan yang diharapkan dalam
waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan integritas anatomi dan fungsi.(7,8) Penyembuhan luka kronik biasanya berkepanjangan dan tidak lengkap.
Luka akut biasanya terjadi pada individu yang normal, sehat dan dapat
dilakukan penutupan luka secara primer atau dibiarkan menyembuh secara
sekunder. Sebagian besar luka yang terjadi akibat trauma pada organ atau
jaringan dapat dikatagorikan sebagai luka akut. Luka kronik terjadi karena
kegagalan proses penyembuhan luka akibat ada kondisi patologis yang
mendasarinya. Luka kronik tidak akan sembuh bila penyebab yang
mendasarinya tidak dikoreksi. (7) Seringkali luka kronik mengalami rekurensi.( 7,8 ) Diantara kondisi patologis tersebut adalah penyakit vaskuler, oedema,
diabetes melitus, malnutrisi dan tekanan (pressure).(3)
Torre menyebutkanpenyebab luka kronik diantaranya infeksi, hipoksia jaringan, trauma berulang,
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
3/9
adanya jaringan nekrotik/debris dan sebab sistemik seperti diabetes melitus,
malnutrisi, imunodefisiensi dan pemakaian obat-obatan tertentu. (8)
Berdasarkan kedalaman luka maka luka dapat diklasifikasikan menjadi
superficial yakni hanya mengenai epidermis saja, partial thickness yakni
mengenai epidermis dan sebagian dermis, atau full thickness yakni luka
menembus kulit melampaui dermis dapat mencapai lemak subkutan, fascia,
otot bahkan tulang. (3)
Berdasarkan hubungan antara luka dengan beberapa faktor seperti
situasi, mekanisme luka, adanya kontaminasi atau infeksi pada saat operasi
maka luka operasi diklasifikasikan menjadi empat jenis, yakni : (5,6)
a. Tipe I, Luka Bersih, adalah luka operasi yang dibuat diatas kulit yang
utuh tanpa tanda infeksi atau peradangan. Luka jenis ini tidak
membuka traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus
gastrointestinal maupun traktus bilier. Luka dibuat terencana dan
penutupan luka dilakukan secara primer dan tanpa pemakaian drain
tertutup.
b. Tipe II, Luka Bersih Terkontaminasi, adalah luka operasi yang
membuka traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus
gastrointestinal dimana tanpa adanya spillage atau tumpahan
kontaminan. Khusus pada operasi traktus bilier, appendiks, vagina
dan orofaring pada saat dilakukan operasi tidak ditemukan tanda
infeksi.
c. Tipe III, Luka Terkontaminasi, adalah luka operasi yang dilakukan pada
kulit yang mengalami trauma terbuka yang masih baru, operasi dengan
spillage dari traktus gastrointestinal atau incisi pada lapangan operasi
dengan inflamasi akut dan non-purulen.
d. Tipe IV, Luka Terinfeksi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit
yang mengalami trauma melewati waktu golden periode, serta
ditemukan adanya infeksi atau adanya perforasi pada organ viscera.
Disini organisme penyebab infeksi luka post-operatif sudah ada
sebelum operasi.
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
4/9
PENYEMBUHAN LUKA
Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir
pemulihan fungsi dan integritas jaringan. Dengan memahami biologi
penyembuhan luka, kita dapat mengoptimalkan lingkungan jaringan dimana
luka berada.
Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-
proses yang meliputi koagulasi, inflamasi, sintesis matriks dan substansi
dasar, angiogenesis, fibroplasias, epitelisasi, kontraksi dan remodeling.
Tetapi secara garis besar proses kompleks ini dibagi menjadi tiga fase
penyembuhan luka : Fase inflamasi, fase proloferasi dan fase maturasi.
A.
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
5/9
B.
Gambar A, B. Fase-fase Penyembuhan Luka (Torre JDL, Sholar A. Wound
Healing, Chronic Wounds. e-Medicine from WebMD (serial online) 2006
(cited 2006 May 26) ;1(477) Available from
URL:HYPERLINK /http://www.emedicine.com/plastic/topic477.htm )
Fase inflamasi
Fase inflamasi secara klinis ditandai dengan cardinal sign: Rubor,
calor, tumor, dolor serta function laesa. Proses ini terjadi segera setelah
trauma. Secara simultan cascade pembekuan, arachidonic pathways dan
pembentukan growth factors serta sitokin bekerjasama memulai dan
mempertahankan fase ini. (8)
Setelah cedera jaringan pembuluh darah segera mengalami
vasikonstriksi, produk tromboplastik jaringan menjadi terpapar dan dimulailahcascade komplemen dan koagulasi. Pletelet yang terpeangkap dalam luka
mengalami degranulasi, melepaskan substansi biologis yang penting untuk
penyembuhan luka. Setidaknya ada tiga jenis substansi yang dilepaskan : a)
Alpha granules yang mengandung growth factors seperi TGFbeta, PDGF, dan
Insuline Like Growth Factors-1 ( IGF-1), b) Dense bodies yang mengandung
amine vasoaktif seperti serotonin yang berfungsi meningkatkan permeabilitas
mikrovaskuler dan c) Lisosom yang mengandung hidrolase dan protease.(10)
http://www.emedicine.com/plastic/topic477.htmhttp://www.emedicine.com/plastic/topic477.htm -
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
6/9
Fase Proliferasi
Fase proliferasi penyembuhan luka dimulai kira-kira 2-3 hari setelah
terjadinya luka, ditandai dengan munculnya fibroblast. Fibroblast bermigrasi
dari tepi luka menggunakan matrix fibrin-based provisional yang dibentuk
selama fase inflamasi. Dalam minggu pertama luka fibroblast dikendalikan
oleh makrfag: b-FGF, TGF-beta dan PDGF yang berperan dalam proliferasi
dan sintesis glycosaminoglycans dan proteoglycans, serta kollagen.
Pada fase ini fibroblast merupakan tipe sel dominan, dan mencapai
puncaknya pada hari ke 7-14. Setelah sekresi kolgen fibroblast kemudian
bergabung membentuk fibro-kolagen. Peningkatan jumlah jaringan kolagen
pada luka berbanding lurus dengan kekuatan regangan luka.
Pada fase ini juga terjadi stimulasi jumlah keratinosit dan populasi sel
endotel. Secara simultan dengan proliferasi seluler terjadi perkembangan
angiogenesis yang diawali dari pembuluh darah dari tepi luka, selanjutnya
disebut neovaskularisasi.
Fase Maturasi
Produksi kolagen baru masih merupakan proses dominan
penyembuhan luka dari minggu pertama sampai keenam. Kolagen
ditempatkan secara random pada jaringan granulasi luka akut. Remodeling
kolagen menjadi struktur yang lebih terorganisasi terjadi selam proses
maturasi, meningkatkan kekuatan regangan luka. Selama pembentukan
parut, kolagen tipe III jaringan granulasi digantikan oleh kolagen tipe I sampai
perbandingannya 4:1.
Luka akhirnya ditutup oleh migrasi sel-sel epitel yang berasal dari tepi
luka, mengisi defek sampai terjadi kontak dengan epitel dari sisi berlawanan
dan menghentikan proses migrasi ketika kontak terjadi. Proses epitelisasi ini
tidak memberikan kontribusi pada kekuatan penyembuhan luka,karena
proses remodeling terjadi dibawahnya.
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
7/9
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown DL. Wound. In: In: Brown DL, Borschel GH, editors. MichiganManual of Plastic Surgery. 1 st ed. Philadelphia, USA: Lippincott
Williams & Wilkins;2004.p.1-9
2. Enoch S, Price P. Cellular, molecular, and biochemical differences in
the pathophysiology of healing between acute wounds, chronic wounds
and wounds in the aged. World Web Wound (serial online) 2007 (cited
April 8, 2007). Available from URL: HYPERLINK
http//www.worldwebwound.com
3. Judd H. Wound Care made Incredibly Easy.1 sted.Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2003.p.30-34
4. David V Feliciano. Trauma. 1 st ed. London, UK: Appleton & Lange;
1996. p.917-22
5. Skinner I. The Principles of Wound Management. In: Basic Surgical
Skills Manual. 7 th ed. Australia: Mc-Graw Hill; 2000.p.1-3
6. Fischer EJ. Surgical Complications. In: Schwartz SI, Shires GT,
Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC, editors. Principles of
Surgery. 7 th ed. NewYork: Mc-Graw Hill; 1999.p449
7. Cohen IK, Diegelmann RF, Yager DR, Wornum IL, Graham MF,
Crossland MC. Wound Care and Wound Healing. In : Schwartz SI,
Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC, editors.
Principles of Surgery. 7 th ed. NewYork: Mc-Graw Hill; 1999.p263-294
8. Torre JDL, Sholar A. Wound Healing, Chronic Wounds. e-Medicine
from WebMD (serial online) 2006 (cited 2006 May 26);1(477) Available
from URL: HYPERLINK
http://www.emedicine.com/plastic/topic477.htm
http://www.emedicine.com/plastic/topic477.htmhttp://www.emedicine.com/plastic/topic477.htm -
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
8/9
9. Pusponegoro AD, Bisono. Luka, trauma, syok dan bencana alam. In:
Sjamsuhidajat R, De Jong W, editor. Buku ajar Ilmu bedah. edisi revisi.
Jakarta: EGC:Penerbit buku kedokteran; 1997.p.72-155
10. Adzick NS. Wound healing: Biological and Clinical features. In:
Sabiston DC, Lyerly HK, editors. Textbook of Surgery: The biological
basis of modern surgical practice. 15 th edition. Philadelphia:W.B
Saunders Company, 1997.p. 207-15
-
8/2/2019 LUKA AKUT & KRONIK
9/9
LUKAPAPER
Oleh
Lintong Nainggolan