Lp Sepsis Daru

17
LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS NEONATORUM Disusun Oleh: Daru Ardi Utomo 294.042 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

description

lp sepsis daru

Transcript of Lp Sepsis Daru

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS NEONATORUM

Disusun Oleh:

Daru Ardi Utomo 294.042PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

KLATEN20141. PENGERTIAN

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003)

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)

Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran. (Mochtar, 2005)

2. ETIOLOGI

a. Faktor maternal terdiri dari:

a) Ruptur selaput ketuban yang lama Persalinan prematur

b) Amnionitis klinis

c) Demam maternal

d) Manipulasi berlebihan selama proses persalinan

e) Persalinan yang lama

b. Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis, tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu formula.

c. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu. (Wijayarini,2005)

3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :

a. Tanda dan Gejala Umum

Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal, Aktivitas lemah atau tidak ada, Tampak sakit, Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.

b. Sistem Pernafasan

Gangguan pernapasan, Tampak tarikan otot pernafasan, Merintih, Mengorok, Pernapasan cuping hidung, Sianosis

c. Sistem Kardiovaskuler

Hipotensi, Kulit lembab dan dingin, Pucat, Bradikardi. Edema, Henti jantung

d. Sistem Pencernaan

Distensi abdomen, Anorexia, Muntah, Diare, Menyusu buruk, Peningkatan residu lambung setelah menyusu, Darah samar pada feces, Hepatomegali

e. Sistem Saraf Pusat

Refleks moro abnormal, Inhabilitas, Kejang, Hiporefleksi, Fontanel anterior menonjol, Tremor, Koma, Pernafasan tidak teratur, High-pitched cry

f. HematologiIkterus, Petekie, Purpura, Perdarahan, Splenomegali, Pucat, Ekimosis

4. KLASIFIKASI

a. Sepsis dini : terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Di negara maju, kuman tersering yang ditemukan pada kasus SAD adalah Streptokokus Grup B (SGB) [(>40% kasus)], Escherichia coli, Haemophilus influenza, dan Listeria monocytogenes, sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia, mikroorganisme penyebabnya adalah batang Gramnegatif.b. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi postnatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Proses infeksi pasien semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka mortalitas SAL lebih rendah daripada SAD yaitu kira-kira 10-20%. Di negara maju, Coagulase-negative Staphilococci (CoNS) dan Candida albicans merupakan penyebab utama SAL, sedangkan di negara berkembang didominasi oleh mikroorganisme batang Gram negatif (E. coli, Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa).5. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme/ kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu:

a. Pada masa antenatal/ sebelum lahir

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksasi, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.b. Pada masa intera natal/ saat persalinan

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas, infeksi pada jann dapat melalui kulit bayi / port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes ginitalis, candida albican, dan n. gonorrea).

c. Infeksi pasca natal

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkingan di luar rahim (mis. Melalui alat-alat: penghisap lender, selang endotrakea, infuse, selang nasogastrik, botol minuman, atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjabinya infeksi nosokomial. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilicus.

6. PATHWAY

7. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko ibu:

a. Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4 kalinya.b. Infeksi dan demam (>38C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.c. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau.d. Kehamilan multipel.e. Persalinan dan kehamilan kurang bulan

f. Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.

Faktor risiko pada bayi:

a. Prematuritas dan berat lahir rendah.b. Dirawat di Rumah Sakit.c. Resusitasi pada saat kelahiran, misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan.d. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter, infus, pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal.e. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek imun,atau asplenia.f. Asfiksia neonatorum.g. Cacat bawaan.h. Tanpa rawat gabung.i. Tidak diberi ASI.j. Pemberian nutrisi parenteral.k. Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lama.

l. Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded.m. Buruknya kebersihan di NICU.

8. KOMPLIKASI

a. Meningitis

b. Hipoglikemia, asidosis metabolic

c. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial

d. ikterus/kernikterus

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium

Hematologi

Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan hitung jenis, trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN 0,2. Adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan sedang didapatkan pada kondisi infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte colonystimulating factor), sitokin IL-1, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).

Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi, pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang menderita kejang, Kultur Darah Sampai saat ini pemeriksaan biakan darah merupakan baku emas dalam menentukan diagnosis sepsis. Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil biakan baru akan diketahui dalam waktu minimal 3-5 hari.58 Hasil kultur perlu dipertimbangkan secara hati-hati apalagi bila ditemukan kuman yang berlainan dari jenis kuman yang biasa ditemukan di masing-masing klinik. Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum awitan dini maupun lanjut.

b. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan ginjal. Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan atas indikasi.c. Pemeriksaan Penunjang Lain

Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis, yang merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.10. PENATALAKSANAAN MEDISa. Pemberian antibiotik Sepsis merupakan keadaan kedaruratan dan setiap keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan kematian. Pada kasus tersangka sepsis, terapi antibiotik empirik harus segera dimulai tanpa menunggu hasil kultur darah. Setelah diberikan terapi empirik, pilihan antibiotik harus dievaluasi ulang dan disesuaikan dengan hasil kultur dan uji resistensi. Bila hasil kultur tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri dalam 2-3 hari dan bayi secara klinis baik, pemberian antibiotik harus dihentikan.b. Terapi suportif (adjuvant) Pada sepsis neonatorum berat mungkin terlihat disfungsi dua sistem organ atau lebih yang disebut disfungsi multi organ, seperti gangguan fungsi respirasi, gangguan kardiovaskular dengan manifestasi syok septik, gangguan hematologik seperti koagulasi intravaskular diseminata (KID), dan/atau supresi sistem imun. Pada keadaan tersebut dibutuhkan terapi suportif seperti pemberian oksigen, pemberian inotropik, dan pemberian komponen darah. Terapi suportif ini dalam kepustakaan disebut terapi adjuvant dan beberapa terapi yang dilaporkan di kepustakaan antara lain pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG), pemberian transfusi dan komponen darah, granulocyte-macrophage colony stimulating factor (G-CSF dan GM-CSF), inhibitor reseptor IL-1, transfusi tukar (TT) dan lain-lain.c. Intravenous immune globulin (IVIG) Pemberian intravenous immune globulin (IVIG) replacement telah diteliti merupakan terapi yang memungkinkan untuk sepsis neonatorum. Upaya ini dilakukan dengan harapan untuk memberikan antibodi spesifik yang berguna pada proses opsonisasi dan fagositosis organisme bakteri dan juga untuk mengaktivasi komplemen serta proses kemotaksis neutrofil pada neonatus. Manfaat pemberian IVIG sebagai tatalaksana tambahan pada penderita sepsis neonatal masih bersifat kontroversi. Boehme U et al melaporkan bahwa terdapat penurunan mortalitas bayi prematur secara bermakna pada pemberian IVIG, sedangkan peneliti lain tidak memperlihatkan perbedaan. Studi multisenter yang dilakukan oleh Weisman,dkk. melaporkan terdapat penurunan mortalitas pasien pada 7 hari pertama tetapi kelangsungan hidup selanjutnya tidak berbeda bermakna. Dalam upaya menunjang peran IVIG dalam tatalaksana sepsis, telah dilakukan dua studi meta-analisis. Pada meta-analisis pertama (n=7 RCT) didapatkan penurunan angka mortalitas yang signifikan pada neonatus yang diduga terinfeksi. Namun, bila diperhitungkan hanya pada kasus yang terbukti sepsis, angka tersebut menjadi tidak signifikan. Sehingga disimpulkan bahwa bukti yang ada belum cukup kuat untuk menjadikan IVIG sebagai terapi rutin pada semua kasus Sepsis Neonatorum. Meta-analisis kedua (n=23 RCT) menunjukkan penurunan angka mortalitas secara signifikan pada kasus sepsis berat dan syok septik setelah pemberian IVIG poliklonal.

Pemberian IVIG terbukti memiliki keuntungan untuk mencegah kematian dan kerusakan otak bila diberikan pada sepsis neonatorum awitan dini. Dosis yang dianjurkan adalah 500-750mg/kgBB IVIG dosis tunggal. Pemberian IVIG terbukti aman dan dapat menurunkan angka kematian sampai 45%.

11. PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN

a. Letargi (khususnya pada 24 jam pertama)

b. System pencernaan : tidak mau minum, reflek hisap lemah, regurgitasi, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, dehidrasi, muntah, distensi abdomen, kadang diare.c. System saraf : hipotoni dan hiporefleksi, gerakan putar mata,

d. System pernapasan : mendengkur, bradipnea, apnea

e. System sirkulasi : pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, sianosis,

f. System integument : tampak ikterus, pucat, kulit lembab dan dingin, terdapat ruam, petekie, pustula dengan lesi atau herpesg. System thermoregulasi : hipotermi, hipertermi

12. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman3. Ketidakefektifan pola nafas b.d apneu13. RENCANA KEPERAWATANNo.DiagnosaTujuan dan KHIntervensi

1.Resiko infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran

NOC Immune status

Knowledge : infection control

Risk control

Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (kontrol infeksi)1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Pertahankan teknik isolasi

3. Batasi pengunjung bila perlu

4. Instruksikan kepada pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan

6. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

7. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

8. Berikan antibiotik bila perlu

2.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman

NOC

Nutritional ststus: food and fluid intake

Nutritional status: nutrient intake

Weight control

Criteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Tidak ada tanda2 malnutrisi

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :

Nutrition management

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kaloriNutrition monitoring

BB pasien dalam batas normal

Monitor adanya penurunan berat badan

Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

Monitor kalori dan intake nutrisi

3.Ketidakefektifan pola nafas b.d apneuNOC :

Respiratory status : ventilation Respiratoty status : airway patency Vital sign status

Criteria hasil :

Menunjukkan jalan nafas yang paten (irama, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas tambahan)

Tanda2 vital dalam rentang normalNIC :

Airway management: Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2

Oxygen therapy

Pertahankannjalan napas yang paten

Atur peralatan oksigenasi

Monitor aliran oksigen

Vital sign monitoring

Monitor Nadi, Suhu, Respirasi Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Monitor suara paru

Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

Monitor adanya sianosis perifer

PAFTAR PUSTAKAAplikasi NANDA NIC-NOC. 2013Surasmi, A, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGChttp://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/09/laporan-pendahuluan-sepsis-neonatorum.htmlhttp://www.academia.edu/5191273/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASKEP_SEPSIS_NEONATORUMwww.library.upnvj.ac.id/pdf/.../BAB%20II.pdfwww.artikelkeperawatan.info/.../asuhan-keperawatan-saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-2-5.pdf

Penyakit infeksi yg diderita ibu

Bakteri & virus

Masuk ke neonatus

Masa antenatal

pascanatal

Masa intranatal

Infeksi nosokomial dari luar rahim

Kuman di vagina & serviks

Kuman & virus dari ibu

Melewati plasenta & umbilikus

Melalui alat2 pengisap lender, selang endtrakeal, selang nasogastric, bbotol minuman/ dot, infuse.

Naik mencapai karion & amnion

Masuk kedalam tubuh bayi

Amnionitis & karionitis

Kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh janin

Melalui sirkulasi darah janin

sepsis

System pernapasan, dispneu, takipneu, apneu, tarikan otot pernapasan, sianosis

System pencernaan anoreksia, muntah, diare, menyusui nburuk, hepatomegali, peningkatan residu setelah menyusui

Ante, intra, postnatal, hipertermi, aktivitas lemah, tampak sakit, menyusu buruk, peningkatan leukosit darah

Pola napas terganggu

gg. gastrointestinal

Risiko infeksi

Gg. Pola napas

Nutrisi < kebutuhan