lp sc keperawatan

download lp sc keperawatan

of 15

description

laporan pendahuluan SC

Transcript of lp sc keperawatan

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Sectio Caesarea

    1. Pengertian

    Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain :

    a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan

    insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227).

    b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

    melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan

    rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005,

    hal. 133).

    c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak

    dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen

    seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu

    bayi atau lebih (Dewi Y, 2007, hal. 1-2). Sehingga penulis dapat

    menyimpulkan bahwa sectio caesarea adalah suatu tindakan operasi yang

    bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan pembukaan dinding perut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea

    Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :

    a. Sayatan melintang

    Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan

    melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas

    batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah

    parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri

    (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen

    bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat

    sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45).

    b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

    Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan

    suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini

    jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y,

    2007, hal .4).

    3. Indikasi Sectio Caesarea

    Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan

    sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada

    ibu dan janin. Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Indikasi Medis

    Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :

    a) Power

    Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan

    lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang

    mempengaruhi tenaga.

    b) Passanger

    Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan letak

    lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak

    tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal

    distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).

    c) Passage

    Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada

    jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa

    menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis),

    condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma

    acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol

    di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.

    (Dewi Y, 2007, hal. 11-12)

    2. Indikasi Ibu

    a) Usia

    Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki

    resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun

    ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

    Universitas Sumatera Utara

  • misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan

    preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu

    kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.

    b) Tulang Panggul

    Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

    sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak

    melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya

    proses persalinan.

    c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

    Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan

    selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang

    ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti

    bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau

    membuka, operasi bisa saja dilakukan.

    d) Faktor Hambatan Jalan Lahir

    Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga

    tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan

    pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

    e) Kelainan Kontraksi Rahim

    Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine

    action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada

    proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat

    melewati jalan lahir dengan lancar.

    Universitas Sumatera Utara

  • f) Ketuban Pecah Dini

    Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi

    harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar

    sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

    mengelilingi janin dalam rahim.

    g) Rasa Takut Kesakitan

    Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami

    proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan

    pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut karena

    keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan

    cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan

    melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat

    proses persalinan alami yang berlangsung.

    (Kasdu, 2003, hal. 21-26)

    3. Indikasi Janin

    a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

    Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar

    120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin

    melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.

    b) Bayi Besar (makrosemia)

    (Cendika, dkk. 2007, hal. 126).

    Universitas Sumatera Utara

  • c) Letak Sungsang

    Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan

    arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan

    bokong pada posisi yang lain.

    d) Faktor Plasenta

    i. Plasenta previa

    Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh

    jalan lahir.

    ii. Plasenta lepas (Solution placenta)

    Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari

    dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan

    untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan

    oksigen atau keracunan air ketuban.

    iii. Plasenta accreta

    Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya

    dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia

    rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi

    (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya

    plasenta.

    e) Kelainan Tali Pusat

    i prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

    keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,

    tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di

    jalan lahir sebelum bayi.

    Universitas Sumatera Utara

  • ii Terlilit tali pusat

    Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat

    tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta

    ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003, hal. 13-18).

    4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

    a. Izin Keluarga

    Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh

    keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.

    b. Pembiusan

    Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara ini ibu

    akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena

    terhalang tirai.

    c. Disterilkan

    Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak ada

    bakteri yang masuk selama operasi.

    d. Pemasangan Alat

    Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam peralatan

    yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.

    e. Pembedahan

    Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan sampai

    mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya

    dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya.

    Universitas Sumatera Utara

  • f. Mengambil Plasenta

    Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.

    g. Menjahit

    Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga

    tetutup semua.

    (Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91)

    5. Fase Pembedahan

    Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a) Fase praoperatif dimulai

    ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke

    meja operasi. b) Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah

    kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang

    pemulihan. c) Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang

    pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah

    (Bare,et all, 2002, hal. 426).

    B. Konsep Kecemasan

    1. Defenisi

    Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak

    menyenangkan ditandai oleh perasaan-perasaan subjekif seperti ketegangan, ketakutan,

    kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat.

    Menurut Videbeck (2008, hal. 12) kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang

    tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • nyaman atau takut atau memiliki firasat akan ditimpa malapetaka menyenangkan

    padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.

    Menurut Suliswati (2005, hal. 108-109) kecemasan merupakan pengalaman subyektif

    dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu

    keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan adalah kebingungan,

    kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan

    dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan tidak dapat

    dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman

    cemas seseorang tidak sama dalam beberapa situasi dan hubungan intepersonal.

    2. Etiologi Cemas

    Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri

    terhadap diri semdiri didalam lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena

    manifestasi perpaduan bermacam-macam proses emosi (Sundari, 2005). Penyebab

    timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari dua faktor yaitu : a) Faktor Internal seperti

    tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri. b) Faktor Eksternal adalah dari

    lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, threat (ancaman), conflik

    (pertentangan), fear (ketakutan), unfuled need (kebutuhan yang tidak terpenuhi).

    3. Tanda-Tanda Umum Kecemasan

    Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh yang mengalami gangguan

    kecemasan antara lain adalah penyataan cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan

    pikiranya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah

    terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur,

    Universitas Sumatera Utara

  • mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan-

    keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging,

    berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala

    dan lain sebagainya (Hawari, 2001, hal. 66-67).

    4. Tingkat Kecemasan

    Menurut Dalami (2009) ansietas atau kecemasan terdapat dalam 4 tingkatan,

    setiap tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung

    kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya,

    tingkat kecemasan atau ansietas yaitu :

    a. Kecemasan Ringan

    Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu

    masih waspada dan berhati-hati, serta lapang persepsinya melebar. Individu terdorong

    untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon fisiologi

    kecemasan ringan adalah : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala

    ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, sedang respon perilaku dan

    emosinya adalah : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-

    kadang meninggi.

    b. Kecemasan Sedang

    Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal

    lain, lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Respon fisiologi pada kecemasan

    sedang adalah : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,

    anorexia, konstipasi atau diare, gelisah., sedang respon perilaku dan emosinya adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • gerakan tersentak-sentak (mremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur,

    perasaan tidak aman.

    c. Kecemasan Berat

    Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatianya pada detil yang

    kecil (spesifik) dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis

    dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

    Respon fisiologi pada kecemasan berat adalah : nafas pendek, nadi dan tekanan darah

    naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang respon

    perilaku dan emosinya adalah : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

    d. Kecemasan Panik

    Pada tingkatan ini lapangan persepsi Individu sudah sangat menyempit dan

    sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat

    melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologi pada tingkat

    kecemasan ini adalah : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi,

    koordinasi motorik rendah, sedang respon perilaku dan emosi nya adalah : mengamuk

    dan marah, ketakutan, berteriak, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau.

    5. Respon Psikologi Suami

    a. Merasa Tersingkir

    Beberapa pria mungkin menunjukan kepedulian akan istrinya, sedangkan pria

    lain justru merasa kesepian dan terasing karena istrinya secara fisik dan emosional

    terikat dengan calon anak mereka. Pria yang demikian memiliki kemungkinan mencari

    kenikmatan dan dukungan atas sikap mereka di luar rumah atau melibatkan diri dalam

    suatu hobi baru atau membenamkan diri dalam pekerjaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Respon Emosi

    Pria menunjukan berbagai respon emosi dalam menghadapi persalinan istrinya,

    diantaranya adalah, 1). Gaya pengamat didefenisikan sebagai sifat yang menjauhi

    kehamilan istrinya, 2). Gaya ekspresif dikenal sebagai respon emosi yang kuat terhadap

    kehamilan dengan keinginan untuk menjadi pasangan secara penuh, 3). Gaya

    instrumental diperlihatkan oleh pria yang menekankan bahwa tugasnya harus

    diselesaikan dan memandang dirinya sebagai pengurus atau manager kehamilan.

    c. Mimpi Kehamilan

    Bagi para calon ibu dan ayah , kehamilan adalah masa intensnya perasaan,

    perasaan bisa naik turun dari perasaan antisipasi yang gembira sampai ke kecemasan

    yang menimbulkan kepanikan, kemudian kembali lagi. Tidak mengherankan bila

    perasaan ini mencari jalan keluar dalam mimpi, di mana bawah sadar suami bisa

    menindak lanjuti dan menyelesaikanya dengan aman. Mimpi tentang seks (terutama jika

    dengan pasangan lain) adalah alam bawah sadar yang mengatakan apa yang mungkin

    sudah diketahui bahwa ia khawatir bahwa kehamilan dan mempunyai anak akan

    mempengaruhi hubungan seksualnya. Seorang suami bisa bermimpi menjadi anak-anak

    lagi, yang bisa mengungkapkan ketakutan yang wajar akan tanggung jawab yang

    mendatang dan keriduan akan tahun-tahun kebebasan yang sudah berlalu. Ia bisa

    bermimpi bahwa ia sendirilah yang hamil, ini mengungkapkan simpati akan beban yang

    ditanggung oleh istrinya, atau karena dilubuk hatinya khawatir bahwa pengasuhan akan

    membuat kejantanannya berkurang.

    d. Melamunkan Calon Bayi

    Dalam banyak hal pria mempersiapkan diri untuk menjadi ayah dengan cara

    sama yang dilakukan wanita dalam mempersiapkan diri untuk menjadi ibu, misalnya

    Universitas Sumatera Utara

  • menbaca, membayangkan, dan melamunkan bayinya. Pria menyesuaikan segala kegiatan

    yang dahulu biasa dilakukan dengan tanggung jawabnya yang baru sehingga

    memungkinkan menyediakan waktu untuk keluarga barunya.

    Melamun merupakan bentuk bermain peran atau persiapan psikologis

    menyambut bayi, yang sering dilakukan selama beberapa minggu terakhir sebelum bayi

    lahir. Pria jarang sekali menceritakan lamunannya kecuali jika mereka diyakinkan

    behwa melamun merupakan hal yang normal dan sering ditemui.

    Sebagian calon ayah terlibat dengan memilih nama dan menduga jenis kelamin

    calon bayinya. Saat persalinan berlangsung kebanyakan otangtua dapat menerima jenis

    kelamin bayinya., tetapi kadang-kadang kekecewaan muncul dan diungkapkan degan

    jelas. Orangtua mungkin merasa sedih melepaskan anak yang dibayangkan dan mulai

    menerima anaknya yang nyata (Bobak, 2005).

    6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Pada Suami

    a. Kecemasan karena Indikasi Persalinan

    Suami yang menunggu persalinan istrinya dihadapkan pada situasi yang tidak

    menentu, artinya suami tidak tahu secara pasti kondisi saat-saat menjelang persalinan.

    Kondisi inilah yang memunculkan kecemasan pada suami. Beberapa hal yang

    dicemaskan dan ketidaksiapan suami dalam menunggu proses persalinan sang istri

    karena adanya ketakutan seperti apakah akan memperoleh pertolongan dan perawatan

    semestinya, apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal. Selain suami

    mencemaskan kondisi istrinya, masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami

    diantaranya masalah rumah tangga, keadaan sosial ekonomi.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Kecemasan Akan Tanggung Jawab Finansial

    May (1982) menemukan bahwa kesiapan calon ayah menyambut persalinan

    dicerminkan dalam tiga aspek : 1). Keuangan yang relatif cukup, 2). Hubungan yang

    stabil dengan pasangan, 3). Kepuasan dalam hubungan tanpa anak. Banyak pria

    menyatakan kekhawatirannya akan ekonomi keluarga yang tidak aman. Para calon ayah

    merasa khawatir akan perannya sebagai orang tua dan efeknya pada kehidupanya.

    Kekhawatiran yang paling umum adalah, apakah ia akan menjadi ayah yang baik?

    apakah hubungannya dengan istri akan berubah? Bagaimana ia dan istri akan membagi

    pekerjaan pengasuhan anak? bagaimana ia bisa melanjutkan jadwal kerja sekaligus

    menjadi ayah yang baik? serta mampukah ia membiayai keluarga yang lebih besar?

    Terutama di masa sekarang, ketika biaya perawatan anak semakin meninggi, banyak

    calon ayah yang susah tidur memikirkan pertanyaan ini. Penyesuaian dalam keuangan

    harus dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan

    peningkatan pengeluaran karena kehadiran seorang anggota keluarga baru.

    c. Ketakutan Menjadi Calon Ayah Pada Anak Pertama

    Setiap calon ayah mempunyai sikap yang mempengaruhi perilakunya terhadap

    suatu kehamilan. Dengan sikap tersebut, ia menyesuaikan diri terhadap kehamilan dan

    peran sebagai orang tua. Ingatan calon ayah bagaimana ia dulu dirawat ayahnya,

    pengalamannya merawat anak, dan persepsinya terhadap peran pria dan ayah dalam

    kelompok budaya dan sosialnya akan mengarahkan pilihanya dalam menetapkan tugas

    dan tanggung jawab yang akan ia pikul.

    Sebagian pria akan sangat termotivasi untuk mengasuh dan mengasihi seorang

    anak. Mereka mungkin bersemangat dan senang menyongsong peran ayah. Pria yang

    mempunyai rasaa percaya diri, pengaturan keuangan, dan kondisi kerja yang baik

    Universitas Sumatera Utara

  • tampaknya lebih mudah terlibat dalam peran sebagai seorang ayah dalam rencana

    hidupnya.

    Pria dalam penelitian dinyatakan bahwa pria dikenal sebagai penolong atau

    pencari nafkah keluarga, tetapi mereka merasa asing akan pengalaman kehamilan.

    Mereka merasa, tidak memiliki contoh untuk berperan sebagai ayah baru.

    Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menjadi ayah :

    a). Dukungan emosi. Sumber utama dukungan pria adalah pasanganya. Dukungan ini

    harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memberi asuhan

    tambahan terhadap kebutuhanya istrinya. Oleh karena itu, para ayah perlu mencari

    dukungan dari keeluarga dan teman-teman. b). Dukungan instrumental. Ayah perlu

    mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga atau teman, jika memerlukan

    bantuan. c). Dukungan informasi. Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberi

    nasehat tentang cara menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul. d). Dukungan

    penilaian. Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria yang dapat ia

    gunakan untuk mengukur keterampilanya

    d. Pengalaman Persalinan Istri Sebelumnya

    Pengalaman suami menunggu persalinan istri sebelumnya dapat mengurangi kecemasan

    karena memiliki pengalaman untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan.

    Pengalaman yang buruk atau traumatik pada persalinan pertama atau sebelumnya akan

    meningkatkan kecemasan suami dengan mengingat kembali proses yang dialaminya

    karena mengingat keadaan yang sama sebagai ancaman bagi kehidupanya (Murkoff,

    2006).

    Universitas Sumatera Utara