Asuhan Keperawatan Pada Ny Sc Dgn Cpd

46
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN SECTIO CAESAREA EX CHEPALO PELVIK DISPROPORTION DI RUANG IBS RS TUGUREJO SEMARANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN SECTIO CAESAREA EX CHEPALO PELVIK DISPROPORTION DI RUANG IBS RS TUGUREJO SEMARANG Disusun oleh: 1. Asrey Fatmalasari Putri (10.5.006) 2. Evi Armadani (10.5.024) 3. Evi Puji Astuti (10. 5.026) 4. Nizar Arfani (10.5.060) 5. Riski Tri Ardian (10.5.064)

description

GFSDJHTGRUJFGJNFGJ

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Ny Sc Dgn Cpd

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN SECTIO CAESAREA EX CHEPALO PELVIK DISPROPORTION DI RUANG IBS RS TUGUREJO SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A

DENGAN SECTIO CAESAREA EX CHEPALO PELVIK DISPROPORTION

DI RUANG IBS RS TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

1.      Asrey Fatmalasari Putri   (10.5.006)

2.      Evi Armadani                  (10.5.024)

3.      Evi Puji Astuti                 (10. 5.026)

4.      Nizar Arfani                    (10.5.060)

5.      Riski Tri Ardian              (10.5.064)

AKADEMI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA

SEMARANG

2012

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat,

taufiq serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus kelompok

Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Sectio

Caesarea ex Chepalo Pelvik Disproportion Di Ruang IBS RS Tugurejo Semarang”. Laporan

kasus ini dibuat sebagai tugas kelompok dan syarat untuk memenuhi nilai dari praktek

lapangan KMB II yang dilaksanakan sejak tanggal 9 januari 2012 sampai 18 februari 2012,

pada akhir semester III.

            Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu baik secara material maupun moril, selama penulis melaksanakan

praktik Keperawatan Medikal Bedah II sampai selesainya pembuatan laporan ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.      Ns. Rahayu Winarti, S.Kep selaku direktur Akademi Keperawatan STIKES Widya Husada

Semarang

2.      Ns. Dyah Restuning P, S.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik STIKES Widya Husada

Semarang

3.      Ibu Komaryatun selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD Tugurejo Semarang

4.      Bapak Aris selaku Kepala Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang

5.      Ibu Eka selaku pembimbing PKL di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tuggurejo Semarang

6.       Seluruh staf  RSUD Tugurejo Semarang yang telah membantu selama praktik Keperawatan

Medikal Bedah

7.      Co Ass anestesi Unnisulla (Catra O. Chrisandi, Budi Istiawan, Prima Pribadi Agusta dan

Henri Perwira Negara) yang telah membantu dalam menjelaskan tentang obat-obat anestesi.

8.      Kedua orang tua yang telah membantu doa dan materi sehingga laporan kasus ini dapat

selesai dengan baik

9.      Teman-teman seangkatan yang telah ikut membantu selama kegiatan praktik Keperawatan

Medikal Bedah ini sampai selesai

10.  Pasien dan keluarga yang telah membantu memberikan informasi

11.  Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangannya.

Maka dari itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penyusun harapkan demi

kesempurnaan laporan kami selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan kasus praktik Keperawatan Medikal Bedah II ini dapat

memberi pencerahan serta manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, Februari 2012

                                                                                                         Penyusun

         

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                                

KATA PENGANTAR                                                                                                          

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

            I.I. Latar Belakang

            I.2.Tujuan Pembuatan Makalah

BAB II KONSEP DASAR

            2.I. Pengertian Sectio Caesarea

            2.2. Etiologi

            2.3. Patofisiologi

            2.4. Pathway Keperawatan

2.5. Pemeriksaan Penunjang

2.6. Komplikasi

2.7. Pengkajian

2.8. Diagnosa Keperawatan

2.9. Fokus Intervensi, dan Rasional

2.10. Penatalaksanaan

BAB III TINJAUAN KASUS

            3.I. Asuhan Keperawatan Pra Operatif di Kamar Bedah

            3.2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif di Kamar Bedah

3.3. Asuhan Keerawatan Post Operatif di Kamar Bedah

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

4.1. Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

            Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun

terakhir angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu sering

dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek

kebidanan. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama

antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi

Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12

Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul

oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan

Caesar nasional (Rahwan,2004). Di Propinsi Gorontalo, khususnya di RS rujukan angka

kejadian SC pada tahun 2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009.

(Profil Dikes Propinsi, 2009).

Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik

Disproportion  (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang

membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan

lahir secara alami.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun

Laporan Kasus Keperawatan Medikal Bedah II dengan mengambil kasus berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Ny. A dengan Sectio Caesarea ex ChepaloPelvik Disproportion Di Ruang

IBS RSUD Tugurejo Semarang”.

1.2.Tujuan

1.      Tujuan umum

Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sectio

caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif) di kamar bedah.

2.      Tujuan khusus

a)      Memahami definisi Sectio Caesarea.

b)      Mengetahui Etiologi, Patofisiologi Sectio Caesarea.

               c).Mengetahui Manifestasi klinik Sectio Caesarea.

        d).Mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada Klien dengan   Sectio

Caesarea.

 BAB II

KONSEP DASAR

2.1. Pengertian          

                Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin

dari dalam rahim. Dalam operasi caesar ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu

lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim,

dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu-persatu, sehingga

jahitannya berlapis-lapis.

            Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).

            Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi

melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227)

Jenis-jenis operasi sectio caesarea :

1.      Abdomen (Sectio caesar abdominalis)

a.       Sectio caesarea Transperitonealis

         SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) dilakukan dengan

membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

Mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik,

sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan :

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal, karena tidak ada reperitonealis yang baik,

untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

         SC Ismika atau profundal (Low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low

servical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

-          Penjahitan luka lebih mudah

-          Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

-          Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke

rongga peritoneum

-          Pendarahan tidak begitu banyak

-          Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

-          Luka dapat melebar kekiri, kekanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan uteri pecah

dan mengakibatkan banyak pendarahan

-          Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b.      Sectio Ekstra Peritonealis yaitu tanpa membuka peritonium parietalis dengan demikian tidak

membuka cavum abdominal.

2.      Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukam sebagai berikut :

a.       Sayatan memanjang (Longitudinal)

b.      Sayatan Melintang (Transversal)

c.       Sayatan huru T (T insicion)

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :

a.       Sayatan Melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim. Sayatan melintang dimulai dari ujung

atau pinggir selangkangan (shymphisisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar

10-14 cm. Keuntungannya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko

menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karena pada masa nifas,

segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh

lebih sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45)

b.      Sayatan Memanjang (SC klasik)

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang

lebih besar untuk mengeluarkan bayi, namun jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini

labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y. 2007. Hal 4)

2.2. Etiologi

1. Indikasi section caesarea

Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005: 595)

a.       Riwayat sectio caesarea

Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan

karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri meningkat seiring dengan

jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut melintang yang terbatas disegmen

uterus bawah , kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan

berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan , sehingga

tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko

ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin, american collage of obstetrician and

ginecologistc (1999)

b. Distosia persalinan

Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan

persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi

janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :

1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)

Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan

kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.

2) Panggul sempit

3) Kelainan presentasi, posisi janin

4) Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janin

c. Gawat janin

Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan

waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari

dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.

d. Letak sungsang

Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan

terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi

kepala.

2.3. Patofisiologi

            Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari

kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi

pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh

bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada

25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi

ketuban pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini

akan menjadi tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik

pada kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi

gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat

dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah.

2.4. Pathways Keperawatan

2.5. Pemeriksaan Penunjang

            Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya

(Smeltzer 2001 : 339) :

1.      Darah rutin (mis Hb)

2.      Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa

3.      Pelvimetri : menentukan CPD

4.      USG abdomen

5.      Gula darah sewaktu

2.6. Komplikasi

            Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan

komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ;

341)

a. Perdarahan

Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis

ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa

persalinan.

b. Sepsis sesudah pembedahan

Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama

persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam

diberikan untuk mengurangi sepsis.

c. Cedera pada sekeliling stuktur

Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh

didalam ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang

singkat dapat terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding

kandung kemih.

* Komplikasi Pada anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea

banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria.

Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik,

kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).

2.7. Penatalaksanaan Medis

            Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Cuningham,

F Garry, 2005 : 614)

1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat

2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi

dengan kuat

3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik

biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg

4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam

5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama

setelah pembedahan

6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan

bantuan orang lain

7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat

setelah pembedahan

8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk

memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia

9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin

spekrum luas setelahjanin lahir

2.8. Pengkajian Fokus

Pengkajian keperawatan Pra bedah di ruangan :

a.       Data Subyektif

1.  Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.a) Pengertian tentang bedah yang dianjurkan

         Tempat         Bentuk operasi yang harus dilakukan         Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.         Kegiatan rutin sebelum operasi.         Kegiatan rutin sesudah operasi.         Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.

b) Pengalaman Bedah Terdahulu         Bentuk, sifat, rontgen         Jangka waktu

2. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

a. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.

b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.c. Agama dan artinya bagi pasien.d. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.e. Keluarga dan sahabat dekat

-          Dapat dijangkau (jarak)-          Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.3. Status Fisiologis

a. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.

b. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.c. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.d. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.e. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi

yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).f. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.g. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas

dari nyeri setelah operasi.

b. Data Obyektif

1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.

2. Tingkat interaksi dengan orang lain.3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk

(cemas).4. Tinggi dan berat badan.5. Gejala vital.6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas

dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah

vaskuler atau tubuh.11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat

duduk, koordinasi waktu berjalan.

Pengkajian pra bedah di kamar bedah :

a.       Pengkajian Psikososial

-          Perasaan takut/cemas

-          Keadaan emosional pasien

b.      Pengkajian Fisik

-          TTV

-          Sistem integumentum : pucat, sianosis, adakah penyakit kulit di area badan

-          Sistem kardiovaskuler

         Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?         Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?         Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.         Kebiasaan merokok, minum alcohol         Oedema         Irama dan frekuensi jantung.         Pucat-          Sistem pernafasan

         Apakah pasien bernafas teratur ?         Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.-          Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?

-          Sistem reproduksi : Apakah pasien mengalami menstruasi?

-          Sistem saraf : kesadaran

-          Validasi persiapan fisik pasien

         Apakah pasien puasa ?

         Lavement ?

         Kapter ?

         Perhiasan ?

         Make up ?

         Scheren / cukur bulu pubis ?

         Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

         Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

Pengkajian intra bedah di kamar bedah :

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a.       Pengkajian mentalBila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b.   Pengkajian fisik-       Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah). 

-       Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

-       Infus(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

-       Pengeluaran urinNormalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

2.9. Diagnosa Keperawatan

A. Diagnosa Umum (Doengoes, 2000)a.  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.b.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.c.  Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.d.  Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,

analgesik) dan imobil terlalu lama.e. Gangguan pola nafas berhubungan dengan posisi klien (Brunnert dan suddart)

B. Diagnosa Tambahan (Doengoes, 2000)         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.         Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.         Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.         Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah,

nyeri, mual.         Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi

2.10. Fokus Intervensi dan Rasional

a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan posisi klien

Tujuan : pola nafas klien normal

Intervensi :

-          Kaji pola nafas klien (rasionalnya : mengetahui supali oksigen)

-          Monitor TTV (apakah mengalami kenaikan)

-          Beri posisi kepala lebih tinggi dari kaki, semi fowler (posisi nyaman, membantu pola nafas

efektif)

-          Beri tarapi oksigen (membantu dalam suplai oksigen)

b. Kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan (Doenges, 2000)

Tujuan : memenuhi kebutuhan cairan sesuai kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil : intake dan out put seimbang

Intervensi :

1) Observasi perdarahan (mengetahui jumlah darah yang keluar)

2) Monitor intake dan out put cairan

3) Monitor tanda-tanda vital (apakah mengalami kenaikan)

4) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit sesuai program (memenuhi kebutuhan tubuh akan

cairan elektrolit yang seimbang)

c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tak utuh)

(Nanda Nic Noc, 2005)

Tujuan : tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, fungiolesa), jumlah leukosit dalam

batas normal

Intervensi :

-          Kaji lebar luka, kedalaman, panjang, warna, panas/tidak, merah atau hitam

(mengetahui seberapa besar resiko infeksi)

-          Inspeksi lebar luka/insisi bedah

-          Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek anestesi

Tujuan : mengatasi masalah gangguan pertukaran gas

Intervensi :

- Kaji status pernapasan secaraperiodik, catat adanya perubahan pada usaha tingkatan

hipoksia

- Auskultasi bunyi paru secara periodic, catat kualitas bunyi napas, wheezing, ekspirasi

memanjang dan observasi kesimetrisan gerakan dada

- Kaji adanya sianosis

- Auskultasi irama dan bunyi jantung

- Bantu klien untuk beristirahat dengan menjaga ketenangan lingkungan

- Posisikan klien dalam posisi nyaman (fowler atau semi fowler)

- Ajarkan dan motivasi klien untuk melakukan pernapasanmulut/ bibir (pursed lip)

- Monitor keseimbangan intake dan output cairan

- Monitor saturasi oksigen (bila Pulse Oximetri ada)

e. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan

Tujuan : nyeri berkurang, pasien terlihat rileks

Intervensi :

-          Kaji tingkat, skala nyeri

-          Beri posisi nyaman (mengurangi nyeri)

-          Ajarkan teknik relaksasi (mengurangi nyeri)

-          Beri kompres dingin (mengurangi nyeri dan menghentikan pendarahan)

-          Kolaborasi pemberian obat analgetik (mengurangi nyeri)

  

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN SECTIO CAESAREA

EX CPD DI IBS RS TUGUREJO SEMARANG

I.                   Asuhan Keperawatan Pre Operatif di Kamar Bedah

Timbang terima pasien dengan petugas pengantar pasien :

Pada tanggal 31 januari 2012, pukul 9.20 di IBS RS Tugurejo Semarang

1.      Biodata Pasien

a.       Nama                                 : Ny. A

b.      Umur                                 : 32 tahun

c.       No. CM                             : 27. 63. 07

d.      Bangsal                             : Boegenvil

e.       Dx. Medis                         : CPD

f.       Tindakan Operasi              : SC

g.      Jenis Anestesi                    : Spinal Anestesi

h.      Kamar Operasi/Tgl            : OK 1/31 januari 2012

i.        Ceck list Pre Operatif tentang :

         Gelang identitas                      : Ada

         Informent Consent                  : Ada

         Pasien Puasa                            : 6 – 8 jam

         Premedikasi                             : Ondansentron 4mg/2ml (mengurangi mual)

         Mandi keramas, Oral hygiene, kuku bersih

         Acsesoris (gelang, kalung, gigi palsu, soft lens) : Tidak ada

         Make-up (lipstik, kitek kuku, eye shadow)     :Tidak ada

         Penyakit kronis menahun        : Tidak ada

         Catatan Alergi thd : tidak ada

2.      Definisi dan Pathways

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui

abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227).

Pathway    : Lampiran

3.      Pengkajian

a.       Status Fisiologis : Baik                             Tingkat Kesadaran : Composmentis

b.      Status Psikososial :

Subyektif :

         Pasien / keluarga sering bertanya tentang operasi (lamanya operasi, dokternya siapa)

         Pasien mengatakan takut menghadapi operasi

Obyektif :

         Pasien kelihatan tegang

         Kulit teraba dingin

         Tremor atau gemetar

         TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36’ C

Data lain :

         Hasil USG dan pelvimetri  = CPD (pinggul sempit)

         Hb       : 15.5 g/dl

         Gol darah : O

         Gula darah sewaktu : 92

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama               : Ny. A

No CM            : 27.63.07

Usia                 :32 thn

NoDx.

Keperawatan

INTERVENSI KEPERAWATANTT

Tujuan dan KH Intervensi Rasional

1. Takut, Cemas b/d

kurangnya

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1. Kaji tingkat

kecemasan Ps. (berat,

- Untuk mengetahui

tingkat kecemasan dan

pengetahuan,

ancaman kegagalan

operasi

DS :

- Ps. Mengatakan

takut menghadapi

operasi

- Ps/keluarga sering

bertanya tentang

operasi

DO :

- Ps. Kelihatan

tegang

- Kulit teraba

dingin

- Tremor atau

gemetar

- TD : 123/89

mmHg

- N : 92 x/mnt

- RR : 22 x/mnt

- S : 36’ C

selama 1 x 10 menit

diharapkan takut,cemas

ps. Berkurang atau hilang

dengan KH :

- Ps. Terlihat rileks

- Ps. Mengungkapkan

cemas berkurang/hilang

- TTV dalam batas

normal

TD : < 140/90 mmHg

N : 60-90 x/mnt

S : 36’-37’ C

RR : 16-24 x/mnt

sedang, ringan)

2. Kaji TTV

3. Beri dukungan

emosional

4. Ajarkan teknik

relaksasi (tarik nafas

dalam, imajinasi dll)

5. Beri pengetahuan

tentang jalannya

operasi sectio

tepat cara memberikan

asuhan keperawatan

- Untuk mengetahui

seberapa tingkat

kecemasan ps.

- membantu

mengurangi

kecemasan

- Membantu

mengurangi

kecemasan

- Agar ps. Mengetahui

tentang jalannya

operasi dan kecemasan

pasien berkurang

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama               : Ny. A

No CM            : 27.63.07

Usia                 : 32 thn

No

DxTanggal/ jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT

1 31 jan 2012

09.20

- Mengkaji tingkat kecemasan

ps., Memberi ps. Dukungan

emosional, Mengajarkan ps.

Teknik relaksasi (tarik nafas

dalam), Memberi pengetahuan

ke ps. Tentang jalannya operasi

S : - ps. Mengatakan cemas

menghadapi operasi berkurang

- Ps. Kooperatif

- Ps. Bertanya tentang lama nya

operasi, dokternya siapa

O : - Ps. Terlihat aktif bertanya

sectio - Ps. Terlihat melakukan teknik

relaksasi nfas dalam

- Ps. Tidak terlihat tremor

- Kulit masih teraba dingin

- TD : 123/89 mmHg

- N : 92 x/mnt

- S : 36’ C

- RR : 22 x/mnt

EVALUASI

Nama               : Ny. A

No CM            : 27.63.07

Usia                 : 32 thn

No Tanggal/jam Evaluasi (SOAP) TT

1 31 jan 2012

09.30

S : - ps. Mengatakan cemas menghadapi operasi berkurang

- Ps. Kooperatif

- Ps. Bertanya tentang lama nya operasi, dokternya siapa

O : - Ps. Terlihat aktif bertanya

- Ps. Terlihat melakukan teknik relaksasi nfas dalam

- Ps. Tidak terlihat tremor

- Kulit masih teraba dingin

- TD : 123/89 mmHg

- N : 92 x/mnt

- S : 36’ C

- RR : 22 x/mnt

 A :Masalah cemas, takut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi Beri dukungan emosional, kaji TTV

II.                Asuhan Keperawatan Intra Operatif di Kamar Bedah

A.    Pengkajian

1.      Subyektif : -

2.      Obyektif

Pasien sadar dengan spinal anestesi :

         Tidak ada batuk

         Posisi pasien    : supinasi, kaki lebih rendah dari kepala

         TD       : 115/57 mmHg

         RR       : 24 x/menit

         Nadi    : 81 x/menit,                S: 36’ C

         Lebar luka                   : 15 cm, Horizontal

         Lama Pembedahan      : 15 menit

         Jumlah pendarahan     : 500 cc

Data lain : pasien terlihat menangis, gemetar, menggigit bibir.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama               : Ny. A

No CM            : 27.63.07

Usia                 : 32 thn

No

Dx.

Keperawata

n

INTERVENSI KEPERAWATAN

TTTujuan dan KH Intervensi Rasional

1. Resiko gangguan

pola nafas b/d 

posisi klien

DS :-

DO :

- Tidak ada

batuk

- posisi ps.

Supinasi, kaki

lebih rendah dari

kepala

- TD :115/57

mmHg

- N : 81 x/mnt

- S : 36’ C

- RR : 24 x/mnt

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 15 menit

diharapkan resiko

gangguan pola nafas

dapat dihindari dengan

KH :

- Pola nafas pasien

normal (16-24 x/mnt)

- TTV dalam batas

normal

TD : < 140/90 mmHg

S : 36’ – 37,5’ C

N : 60-90 x/mnt

RR : 16-24 x/mnt

- Kaji pola nafas ps.

(dalam, dangkal)

- Monitor TTV

- Beri ps. Posisi kaki

lebih rendah dari kepala

- Beri terapi O2

- Untuk mengetahui

suplai oksigen sesuai

kebutuhan

- Untuk mengetahui

adanya tanda-tanda

kegawatan

- Agar obat anestesi

tidak mengalir ke otak,

jantung, paru-paru

- Memenuhi kebutuhan

ps. akan O2

2. Resiko defisit

volume cairan

tubuh b/d

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 15 menit

diharapkan intake dan

- Observasi pendarahan - Untuk mengetahui

banyak cairan yang

keluar dan memberi

cairan masuk

Pendarahan

DS :-

DO :

- Lebar luka 15

cm, horizontal

- Jumlah darah :

500 cc

output cairan seimbang

dengan KH :

- Output (500cc) =

Intake > 500cc

- TTV dalam batas

normal TD : 90-140

mmHg, S : 36-37’ C

N : 60-90 x/mnt

RR : 16-24 x/mnt

- Monitor intake dan

Output

- Monitor TTV

- Kolaborasi pemberian

cairan elektrolit (RL,

NaCl)

sesuai/seimbang

dengan cairan yang

keluar

- Agar tidak terjadi

defisit volume cairan

- Untuk mengetahui

tanda kegawatan

- Menyeimbangkan

cairan/darah yang

keluar dengan cairan

infuse RL dan NaCl

3 Resiko infeksi

b/d pertahanan

primer tidak

adekuat (kulit

tak utuh, trauma

jaringan, insisi

bedah)

DS : -

DO : terdapat

luka bedah lebar

15 cm,

horizontal

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 15 menit

diharapkan resiko

infeksi dapat dicegah

dengan KH :

- Tidak ada tanda-tanda

infeksi (rubor, dolor,

colour, kalor,

fungiolesa)

- Kaji lebar luka, letak

luka

- Lakukan tindakan steril

(desinfektan, memakai

alat, baju steril)

- Mengetahui

besar/kecilnya resiko

infeksi

- Mencegah infeksi di

daerah sekitar sayatan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama               : Ny. A

No CM            : 27.63.07

Usia                 : 32 thn

No

DxTanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT

1, 2,

3

31 jan 2012

09.30

09.32

- Mengkaji Pola nafas klien

- Memberi posisi supinasi (kaki

lebih rendah dari kepala)

- Memberi obat anestesi (antara

lumbal 3 dan 4)

- Memasang manset tensimeter

S : -

O : - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt,

S : 36’ C, N ; 81 x/mnt

- ps. terlihat terbaring dengan posisi

supinasi, kaki lebih rendah dari kepala

- terpasang O2 dengan nassal kanul 3

lt/mnt

09.34

09.36

09.40

09.47

di ekstremitas atas (sinistra)

- Memasang alat pemantau HR

dan saturasi O2 di ekstremitas

atas (dekstra)

- Memasang nassal kanul O2

3lt/mnt

- Dokter, perawat mencuci

tangan

- Dokter, perawat mengenakan

pakaian operasi steril

-  Melakukan desinfektan di

daerah abdomen (yang akan

dioperasi dengan iodyne)

- Menyiram daerah desinfektan

(yang telah diberi iodyne )

dengan NaCl

- Memasang duk streril

(mengelilingi) abdomen yang

akan di sayat

- Menyayat abdomen sampai 7

lapisan (lebar luka 15 cm,

horizontal)

- Mengeluarkan bayi

- Mensuction darah yang

sebelumnya diguyur NaCl 500

cc

- Memberi cairan elektrolit

NaCl (guyur)

- Mengobservasi pendarahan

- Memantau TTV

- jumlah pendarahan ; 500cc

- terpasang infus NaCl 500cc

- terpasang inf. RL (guyur 200cc)

- Oxytocin 1 A (drip)

- Bledstop 1 A (Bolus)

- Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4

cc (IV)

- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)

- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)

- Lebar luka 15 cm,horizontal (dijahit)

09.52

- Memberi cairan elektrolit RL

(guyur 200cc) dan obat sesuai

kolaborasi :

*Oxytocin 1 A (drip)

*Bledstop 1 A(bolus)

*Efedrin 1 A (10 mg) +

Aquabides 4 cc (IV)

*Ketorolac 3 x 30 mg (IV)

*Tramadol 3 x 100 mg (IV)

- penutupan luka dengan dijahit

- Menutup jahitan luka dengan

kassa steril sebelumnya diberi

iodyne

EVALUASI

Nama               : Ny. A                                                            Usia     : 32 thn

No CM            : 67.23.07

No Dx Tanggal/jam EVALUASI (SOAP) TT

1. 31 jan 2012

09.55

S : -

O :- - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt, S : 36’ C, N ; 81 x/mnt

- ps. terlihat terbaring dengan posisi supinasi, kaki lebih rendah

dari kepala

- terpasang O2 dengan nassal kanul 2 lt/mnt

A : Masalah resiko gangguan pola nafas teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi Beri terapi O2, Monitor TTV, dan posisi

supinasi kaki lebih rendah dari kepala

2. 09.55 S : -

O : - jumlah pendarahan ; 500cc

- terpasang infus NaCl 500cc

- terpasang inf. RL (guyur 200cc)

- Oxytocin 1 A (drip)

- Bledstop 1 A (Bolus)

- Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4 cc (IV)

- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)

- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)

A : Masalah resiko defisit volume cairan teratasi

P : Lanjutkan intervensi Monitor intake dan output, dan

kolaborasi pemberian cairan elektrolit

3. 09.55 S : -

O : - Lebar luka 15 cm, horizontal (dijahit)

A : Masalah resiko infeksi teratasi

P : Lanjutkan intervensi lakukan tindakan steril (desinfektan

dalam mengganti balut)

III.             Asuhan Keperawatan Post Operatif di Kamar Bedah

A.    Pengkajian

1.      Subyektif             : Ny. A mengatakan lega operasi sectio telah selesai

2.      Obyektif

         TD       : 121/68 mmHg

         RR       : 22 x/menit,                N : 76 x/menit, S : 36’ C

         Lebar luka                   : 15 cm, horizontal

         Lama operasi               : 15 menit

         Jumlah pendarahan     : 500 cc

         Posisi ps.                     : supinasi, kaki lebih rendah dari kepala

3.      Standar score

BROMAGE SCORE

No KRITERIA Score Score

1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0

2 Tidak dapat menekukan lutut tetapi dapat 1

mengangkat kaki

3Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi

masih dapat menekuk lutut2

4 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3

Keterangan      : Jika score <2 maka ps. dapat dipindahkan ke ruangan

Kesimpulan     : Ny. A tidak dapat menekkukan kedua lututnya, tetapi mampu mengangkat

kaki keduanya jadi score nya 1 dan bisa di bawa ke ruangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama               : Ny. A                                                            Usia     : 32 thn

No CM            : 27.63.07

No

Dx.

Keperawata

n

INTERVENSI KEPERAWATAN

TTTujuan dan KH Intervensi Rasional

1. Resiko injury

b/d efek anestesi,

immobilisasi,

Kelemahan fisik

DS : -

DO :- ps. dengan

posisi supinasi,

kaki lebih

rendah dari

kepala

- ps. terlihat

terbaring dengan

spinal anestesi

(ps. sadar,

ekstremitas

bawah tidak bisa

bergerak)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 10 menit

diharapkan resiko injury

dapat dihindari dengan

KH :

- Fisik kembali normal

- Ekstremitas bawah

dapat mobilisasi

kembali ( dengan score

< 2)

- Anjurkan ps. untuk

menggerak-gerakkan

ekstremitas bawah

- memasang

penghalang samping

bed

- Memperlancar

peredaran darah,

mempercepat

mobilisasi

- mencegah resiko

cidera (jatuh dari

bed)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama               : Ny. A                                                            Usia     : 32 thnNo CM            : 27.63.07

No

DxTanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT

1, 2 31 jan 2012

10.00

Di Recovery Room dilakukan

tindakan sebagai berikut :

- Memonitoring TTV

- Memasang nassal kanul O2 2

lt/mnt

- Memberi ps. posisi kaki lebih

rendah dari kepala (supinasi)

- Memasang pengaman samping

bed

- Menganjurkan ps. untuk

mengangkat kaki/menekkukan

lutut

- Mengkaji gerakan ekstremitas

dengan Bromage Score

S :

O : -- TD :121/68 mmHg, RR :22

x/mnt, S : 36’ C, N ; 76 x/mnt

- ps. terlihat terbaring dengan

posisi supinasi, kaki lebih rendah

dari kepala

- terpasang O2 dengan nassal

kanul 2 lt/mnt

 - terlihat ps. terbaring di bed

dengan penghalang di samping

kanan kiri

- ps. terlihat mencoba mengangkat

kaki, dan bisa mengangkat kaki

setelah ± 3 menit menggerak-

gerakan ekstremitas bawah,

namun belum dapat menekkukan

lutut (score 1)

EVALUASI

Nama               : Ny. A                                                Usia     : 32 thn

No CM            : 27.63.07

No Dx Tanggal/jam EVALUASI (SOAP) TT

3. 10.10 S : Ps. kooperatif

O : ps. terlihat mencoba mengangkat kaki, dan bisa mengangkat

kaki setelah ± 3 menit menggerak-gerakan ekstremitas bawah,

namun belum dapat menekkukan lutut (score 1)

A : Masalah resiko injury teratasi (ps. dipindahkan ke ruangan)

P : Lanjutkan intervensi (operkan kepada perawat ruangan) :

untuk menggerak-gerakkan kaki, memasang penghalang bed

BAB IVPEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan

Keperawatan  pada ny. A dengan sectio caesarea (pre,intra,post) ex CPD (Chepalo Pelvik

Disproportion/panggul sempit) di IBS RSUD Tugurejo Semarang.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan

pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis

akan membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak muncul, serta dukungan dan

hambatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada ny. A selama 35 menit.

a.       Diagnosa yang muncul

1.      Cemas b/d situasi, ancaman pada konsep diri, kurangnya pengetahuan

Kecemasan penulis ambil sebagai diagnosa pertama kali sebelum menjalani operasi

karena tindakan operasi dapat menaikkan tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan

hormon pemicu stress (Ibrahim, 2006). Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi

resiko post operasi, salah satu prioritasnya adalah mengurangi kecemasan pasien. Cemas

merupakan reaksi normal pasien terhadap ancaman pembedahan. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara

lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tipe

kepribadian sedangkan faktor eksternalnya antara lain ancaman terhadap integritas biologis

dan ancaman terhadap konsep diri (Stuart and Sundeen, 1998).

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pre operasi didapatkan data subyektif yaitu

pasien sering bertanya tentang jalannnya operasi, dokter yang mengoperasi dan lamanya

operasi. Dan data obyektif yaitu pasien terlihat tremor atau bergetar, kulit teraba dingin,

pasien terlihat tegang, TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36’ C.

Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan pasien maka dilakukan intervensi

dan implementasi yang tepat dan sesuai. Implementasi yang kami lakukan adalah mengkaji

tingkat kecemasan pasien, apakah sedang, berat, ringan, lalu kami memberi pasien dukungan

emosional, mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam dan memberi pengetahuan

tentang jalannya operasi.

Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi keadaan pasien dan didapat hasil

masalah cemas teratasi sebagian ditandai dengan pasien tidak lagi terlihat tremor, pasien

melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam, pasien juga mengungkapkan cemas

berkurang. Tetapi kami tetap melanjutkan intervensi untuk tetap memberi dukungan

emosional serta mengkaji tanda tanda vital pasien.

2.      Resiko gangguan pola nafas b/d posisi klien.

Kami mengambil dan menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa pertama pada intra

operatif di kamar bedah karena, menurut abraham maslow, kebutuhan dasar utama yang

harus di penuhi adalah pola pernafasan. Gangguan pola nafas adalah keadaan vital yang bila

tidak segera di tangani akan sangat beresiko besar bagi pasien.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pasien di dapatkan data obyektif sebagai

berikut yaitu diketahui bahwa dilakukan spinal anestesi pada pasien, dimana yang teranestesi

adalah daerah sekitar abdomen ke ekstremitas bawah. Posisi pasien disini sangat diperlukan

sebab, bila posisi pasien tidak dipertahankan yang terjadi adalah obat anestesi bisa naik ke

atas daerah sekitar jantung, paru-paru dan otak yang akan mengganggu pola nafas pasien.

Bila pola nafas pasien terganggu maka pasien tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup

sesuai kebutuhan, dan saraf-saraf juga tidak mendapat oksigen, keadaan seperti ini bisa

menyebabkan kelumpuhan sistem saraf atau stroke.

Untuk menangani resiko gangguan pola nafas maka implementasi yang kami lakukan

adalah mengkaji pola napas klien, memberi klien posisi yang lebih tinggi dari kaki,

memonitor TTV, dan memberi terapi oksigen.

Dengan implementasi tersebut, hasilnya dapat diketahui masalah berhubungan dengan

resiko gangguan pola nafas pasien teratasi namun tetap melanjutkan intervensi untuk beri

terapi oksigen, jaga posisi pasien (kaki lebih rendah dari kepala), monitor TTV.

3.      Resiko defisit volume cairan b/d pendarahan

Resiko defisit volume cairan penulis angkat sebagai diagnosa prioritas kedua karena

selama proses pembedahan pasien banyak mengeluarkan darah, keadaan itu akan

mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh (stewart). Cairan elektrolit di dalam

tubuh berfungsi sebagai proses metabolik dan mempercepat proses penyembuhan.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan selama intra operasi yaitu pendarahan pasien

sebanyak 500 cc, maka perlu dikolaborasikan untuk pemberian cairan elektrolit tambahan

melalui IV (intra vena) seperti cairan NaCl 0,9%, dan Ringer Laktat (RL).

Untuk mengurangi resiko defisit volume cairan intervensi dan implementasi yang kami

lakukan antara lain memonitor jumlah pendarahan, memonitor TTV,  mengkolaborasi cairan

elektrolit seperti infuse NaCl 0,9 % (500cc), infuse ringer laktat (guyur 200cc), oxytocin 1 A

(drip), Bledstop 1 A (Bolus) untuk mengatasi pendarahan selama kelahiran, Efedrin 1 A (10

mg) + aquabides 4 cc (IV) sebagai bronkodilator, Ketorolac 3 x 30 mg (IV) sebagai anti

inflamasi.

Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko defisit

volume cairan dapat teratasi, dan perlu adanya intervensi lanjut yaitu monitor jumlah

pendarahan, monitor TTV.

4.       Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah, kulit tak

utuh, trauma jaringan)

Dalam melakukan operasi, teknik steril sangat diperlukan untuk menghindari

kemungkinan infeksi pada pasien karena terdapat jaringan terbuka akibat insisi bedah.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka 15 cm,

horizontal. Untuk mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami melakukan

implementasi antara lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda infeksi, menggunakan

larutan desinfektan sebelum melakukan insisi, menutup luka dengan jahitan agar kuman

patogen dan non patogen tidak masuk selama jaringan kulit terbuka, dan menutup jahitan

dengan balut (kassa steril) yang sebelumnya di beri larutan desinfektan (iodyne)

Dengan implementasi yang kami lakukan dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko

infeksi teratasi, tetap lanjutkan intervensi melakukan teknik steril (memberi desinfektan saat

ganti balut).

5.      Resiko cidera b/d efek anestesi, immobilisasi, dan kelemahan fisik

Sikap perawat dalam mendukung safety patient sangat diperlukan untuk menjamin

keselamatan pasien yang dirawat. Asuhan keperawatan ini bertujuan mencegah terjadinya

kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain posisi pasien supinasi

(kaki lebih rendah dari kepala), pasien terlihat terbaring dengan spinal anestesi (pasien sadar,

ekstremitas bawah tidak bisa bergerak).

Untuk mengurangi resiko cidera pada pasien maka kami melakukan intervensi dan

implementasi antara lain memberi penghalang samping bed (kanan, kiri) pasien,

menganjurkan pasien untuk menggerak-gerakkan ekstremitas bawah.

Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko cidera

teratasi pasien dapat dipindah ke ruangan ditandai dengan pasien dapat mengangkat kaki

tetapi belum dapat menekkukan lutut dan dikaji dengan bromage score yaitu scorenya 1.

Delegasikan keperawat ruangan untuk tetap melanjutkan intervensi memberi penghalang bed

samping.

b.      Dx yang tidak muncul

1.      Nyeri akut

2.      Gangguan eliminasi BAB

3.      Resiko kurang perawatan diri

4.      Gangguan pola tidur

5.      Resiko retensi urine

6.      Nausea

7.      Ketidakseimbangan nutri kurang dari kebutuhan

8.      Kerusakan mobilitas

9.      Bersihan jalan nafas tidak efektif

Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam pengkajian data

yang kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang memperkuat diagnosa

tersebut. Diagnosa tambahan tersebut akan muncul saat pasien berada di ruangan atau pasien

dengan general anestesi. Dan pasien yang kami kelola menggunakan spinal anestesi, jadi

diagnosa yang kami prioritaskan adalah cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan,

resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan posisi klien, resiko defisit volume cairan

berhubungan dengan pendarahan, resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak

adekuat (insisi bedah, kulit tak utuh, trauma jaringan) dan resiko cidera berhubungan dengan

immobilisasi, efek anestesi.

c.       Dukungan dan hambatan

Keberhasilan penulis dalam mencapai tujuan kepeperawatan tidak lepas dari faktor

pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam waktu 35 menit,

diantaranya adalah :

1.      Kepercayaan yang diberikan oleh perawat klinik kepada penyusun untuk  melakukan

perawatan pada pasien selama 35 menit.

2.      Kepercayaan pasien terhadap kemampuan perawat dan sikap kooperatif dari pasien selama

tindakan keperawatan.

3.      Bimbingan oleh perawat dan penguji yang sangat membantu dalam keefektifan prosedur

pelaksanaan tindakan keperawatan.

Sedangkan faktor penghambat keberhasilan tindakan keperawatan yang dihadapi

penyusun adalah :

1.      Terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penyusun tentang penatalaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien

2.      Kurang teliti dalam melakukan pegkajian dan menganalisa data untuk memastikan intervensi

yang sesuai dengan kebutuhan pasien

3.      Kurang mendalami dalam melakukan pengkjian terhadap pasien mengenai psikologis dan

tingkat pengetahuan pasien tentang operasi

4.      Keterbatasan pengtahuan tentang cara pendokumentasian tindakan keperawatan yang benar

dan tepat

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.

A dengan Sectio Caesarea ex Chepalo Pelvik Disproportion di Ruang IBS RSUD Tugurejo

Semarang” dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah cemas berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan, situasi dan kegagalan operasi, resiko gangguan pola nafas

berhubungan dengan posisi pasien, resiko defisit cairan berhubungan dengan perdarahan,

resiko infeksi berhubungan dengan lebar luka pembedahan, resiko cidera berhubungan

dengan tempat (bed), dan resiko injury berhubungan dengan efek anestesi dan immobilisasi.

Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan :

         Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post

operasi yaitu :

-          Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif awal,

rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa

mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan

pemeriksaan pre operatif dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai. Sebelum

operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami kecemasan untuk itu sebagai

perawat harus bisa memberi dukungan emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan

status emosional pasien kepada tim-tim bedah.

-          Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status emosional pasien dan

memenuhi kebutuhan pasien akan suplai oksigen, volume cairan tubuh, dan kemungkinan

infeksi. Perawat harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

-          Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan sistem

motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus diperlukan guna mengurangi

resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena efek anestesi.

B.     Saran

Saran yang dapat penulis berikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre,

intra dan post sectio caesarea di kamar bedah adalah :

1.      Bagi Perawat

Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan prosedure asuhan

keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai

dengan yang dibutuhkan klien maka dari itu perawat klinik di IBS perlu mengikuti sejumlah

pelatihan-pelatihan IBS.

2.      Bagi Akademik

Pengetahuan dalam tindakan asuhan keperawatan di ruang bedah sangat diperlukan maka

untuk akademik bisa menambah jam-jam kuliah sperti kunjungan IBS sesering mungkin, agar

mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Jadi sewaktu mahasiswa terjun

ke lapangan mahasiswa sudah memiliki bekal dan siap mengaplikasikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia

Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC. Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

http//:www.SC/sectio-caesarea.html

http// : www.SC/LP-Sectio-Caesarea.htm

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-umilatifah-5199-3-babiip-f.pdf

http://kti-kebidanan.goodluckwith.us/tag/latar-belakang-operasi-sesar

http://aif27.blogdetik.com/2011/07/11/asuhan-kebidanan-pada-ny-%E2%80%98t

%E2%80%99-g2p10001-uk-39-minggu-janin-tunggal-hidup-intra-uteri-letak-kepala-dengan-

riwayat-sectio-caesaria-atas-indikasi-cpd-di-ruang-bersalin-rsia-muslimat-jomba/

http://bankjudul.wordpress.com/2011/03/22/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-

kecemasan-pada-pasien-pre-operasi-apendiktomi-di-bangsal-bedah-brsd-raa-soewondo-pati/

http://eprints.undip.ac.id/18349/1/M_Mukhlis_Rudi_P.pdf