Lp Ruptur Tendon

12
LAPORAN PENDAHULUAN Pasien Dengan Ruptur Tendon dan Vulnus Laseratum Di Instalasi Gawat Darurat BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya OLEH : NAMA : AGUSTRIATI NIM : 2012.C.04a.0281

description

ok

Transcript of Lp Ruptur Tendon

Page 1: Lp Ruptur Tendon

LAPORAN PENDAHULUAN

Pasien Dengan Ruptur Tendon dan Vulnus Laseratum

Di Instalasi Gawat Darurat

BLUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

OLEH :

NAMA : AGUSTRIATI

NIM : 2012.C.04a.0281

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Lp Ruptur Tendon

A. KONSEP DASAR1. Definisi

Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang.

Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang,

sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak

dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan

menyebabkan terjadinya gerakan.

Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa.3 Ruptur tendon

adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan

yang melebihi kekuatan tendon.

2. Etiologia. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes

b. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat

meningkatkan resiko ruptur

c. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga

badminton, tenis, basket dan sepak bola

d. Trauma benda tajam atau tumpul

3. Tanda dan gejalaa. Seperti merasa atau mendengar bunyi “pop”

b. Nyeri yang hebat

c. Memar

d. Terdapat kelemahan

e. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena

f. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat

g. Ketidakmampuan untuk menanggung beban

h. Terdapat deformitas

4. Patofisiologi

Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak

langsung(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang

salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum

siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot

Page 3: Lp Ruptur Tendon

paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa

menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada

maka dicurigai cedera

b. Pemeriksaan dengan sinar-X

6. Penatalaksanaan medis

Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan

memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum

cedera.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus

disambungkan kembali dengan teknik penjahitan.Tindakan pembedahan

dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus.

Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik.Tindakan

tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau

pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.

B. MANAJEMEN KEPERAWATAN1. Pengkajian

a. Pengkajian focus

Pada fase awal cidera, kaki terlihat bengkak dan timbul memar pada area

belakang bawah kaki. Pada kondisi yang telah lama dan pembengkakan

telah berkurang, kondisi klinik tidak begitu jelas dan hanya menyisakan

suatu bekas trauma walaupun dengan melakukan pemeriksaan dapat

mendeskripsikan kelainan. Fase kedua tinjau adanya keluhan nyeri tekan.

Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan nyeri hebat dalam melakukan

planterfleksi kaki.

2. Diagnosa keperawatan

1.      Nyeri b.d konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal

Page 4: Lp Ruptur Tendon

2.      Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan tungkai bawah

dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.

3.      Resiko tinggi infeksi b.d port de entrée luka pasca-bedah.

4.      Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon.

5.     Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran

keluarga, kondisi status sosioekonomi.

3. Intervensi keperawatan

N

ODIAGNOSA

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN & KRITERIA

HASIL

INTERVENSI

1 Nyeri b.d agen

injury(biologi, kimia,

fisik, psikologis),

kerusakan jaringan d.d

DS:

       mengungkapkan

secara verbal

DO:

       posisi untuk menahan

nyeri,

       tingkah laku berhati-

hati,

       gangguan tidur,

       terfokus pada diri

sendiri.

NOC:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24

jam pasien tidak mengalami

nyeri dengan kriteria hasil:

   Mampu mengontrol nyeri

   Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri

   Mampu mengenali

nyeri(skala, intensitas,

frekuensi, dan tanda nyeri)

NIC:

      Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan factor presipitasi

      Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

      Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan

      Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

      Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan

      Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi:

napas dalam, relaksasi, distraksi,

kompres hangat atau dingin

      Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri

      Tingkatkan istirahat

      Berikan informasi tentang nyeri seperti

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

berkurang dan antisipasi

Page 5: Lp Ruptur Tendon

ketidaknyamanan dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesic pertama kali

2 Resiko trauma

internal:

kelemahan, penglihatan

menurun, penurunan

sensasi taktil,

penurunan koordinasi

otot, tangan-mata,

kurangnya edukasi

keamanan,

keterbelakangan

mental, Eksternal:

lingkungan.

NOC:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam klien tidak mengalami

trauma dengan kriteria

hasil:

       Pasien bebas dari trauma

fisik

NIC:

Sediakan lingkungan yang aman untuk

pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien

sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi

kognitif pasien dan riwayat penyakit

teradahulu pasien

Menghindarkan lingkungan yang

berbahaya

Memasang side rail tempat tidur

Menyediakan tempat tidur yang nyaman

dan bersih

Menempatkan saklar lampu yang mudah

dijangkau pasien

Membatasi pengunjung

Kontrol lingkungan dari kebisingan

Berikan penjelasan kepada pasien dan

keluarga tahu pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan penyebab

penyakit

3 Resiko infeksi

Factor-faktor resiko:

   prosedur invasif,

   kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan

lingkungan,

   malnutrisi,

   peningkatan

   paparan lingkungan

NOC:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pasien tidak mengalami

infeksi dengan kriteria hasil:

   Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

   Menunjukkan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

NIC:

   Pertahankan teknik aseptik

   Batasi pengunjung bila perlu

   Cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan

   Gunakan baju, sarung tangan sebagai

alat pelindung

   Ganti letak IV perifer dan dressing

sesuai dengan petunjuk umum

Page 6: Lp Ruptur Tendon

pathogen,

   imunosupresi

   tidak adekuat

pertahanan sekunder

(penurunan Hb,

leucopenia, penekanan

respon inflamasi)

   penyakit kronik

   malnutrisi

perubahan primer tidak

adekuat (kerusakan

kulit, trauma jaringan,

gangguan peristaltik)

infeksi

   Jumlah leukosit dalam batas

normal

   Menunjukkan perilaku

hidup sehat

Status imun,

gastrointestinal,

Genitourinaria dalam batas

normal

   Gunakan kateter intermitten untuk

menurunkan infeksi kandung kemih

   Tingkatkan intake nutrisi

   Berikan terapi antibiotik

   Monitor tanda gejala infeksi sistemik

dan local

   Pertahankan teknik isolasi

   Inspeksi kulit dan membrane mukosa

terhadap kemerahan, panas, drainase.

   Monitoring adanya luka

   Dorong masukan cairan

   Dorong istirahat

   Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan

gejala infeksi

   Kaji suhu badan pada pasien neutropenia

setiap 4 jam

4 Gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan:

      gangguan metabolisme

sel,

      keterlambatan

perkembangan

      pengobatan

      kurang support

lingkungan

      keterbatasan ketahanan

kardiovaskuler

      kehilangan integritas

struktur tulang

NOC:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 7x24

jam gangguan mobilitas

fisik teratasi dengan kriteria

hasil:

   Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

   Mengerti tujuan dan

peningkatan mobilitas

   Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

Memperagakan penggunaan

alat bantu untuk mobilisasi

NIC:

Monitoring vital sign sebelum atau

sesudah latihan dan lihat respon pasien

saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang

rencana ambulasi sesuai dengan

kebutuhan

Bantu klien untuk menggunakan tongkat

dan cegah terhadap cedera

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan

tentang teknik ambulasi

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

Latih pasien dalam pememnuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai

kemampuan

Dampingi dan bantu pasien saat

Page 7: Lp Ruptur Tendon

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan

ADLs ps.

Berikan alat bantu jika klien memerlukan

Ajarkan pasien bagaimana merubah

posisi dan berikan bantuan jika

diperlukan

5 Ansietas b.d factor

keturunan, situasional,

stress, perubahan status

kesehatan, ancaman

kematian, perubahan

konsep diri,

hospitalisasi d.d

insomnia, kontak mata

kurang, kurang

istirahat, iritabilitas,

takut, nyeri perut,

penurunan tekanan

darah, denyut nadi,

gangguan tidur,

peningkatan tekanan

darah, nadi, RR.

NOC:

Setelah dilakukan asuhan

selama 1x24 jam kecemasan

klien teratasi dengan criteria

hasil:

      Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala

cemas

      Vital sign dalam batas

normal

Postur tubuh, ekspresi

wajah, bahasa tubuh, dan

tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya

kecemasan

NIC:

      Gunakan pendekatan yang menenangkan

      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap

perilaku pasien

      Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

      Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut

      Berikan informasi factual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis

      Libatkan keluarga untuk mendampingi

klien

      Instruksikan pada pasien untuk

menggunakan teknik relaksasi

      Dengarkan dengan penuh perhatian

      Identifikasi tingkat kecemasan

      Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

      Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi.

Kelola pemberian obat anti cemas

4. Implementasi KeperawatanImplementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012: 53). Dalam melaksanakan tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara mandiri, harus adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai data yang baru. Implementasi tindakan

Page 8: Lp Ruptur Tendon

dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent (mandiri), interdependent (bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent (bekerja sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga harus selalu mengingat prinsip 6S setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam, sapa, sopan santun, sabar dan syukur. Selain itu, dalam memberikan pelayanan, perawat harus melaksankannnya dengan displin, inovatif (perawat harus berwawasan luas dan harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi), rasional, integrated (perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan), mandiri, perawat harus yakin dan percaya akan kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil (Zaidin, 2003: 84).

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, 2003: 50).

5. Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan denagn kriteria hasil pada tahap perencanaan.