72063126 Anatomi Tendon Fleksor

24
1 Sub bagian Hand and Microsurgery Referat : Cedera Tendon Fleksor akut Nama : Widiyatmiko Arifin Putro Pembimbing : dr. H.M. Rizal Chaidir, SpOT(K), Mkes (MMR), FICS. Dr. Nucki Nursjamsi Hidajat, dr, SpOT(K), Mkes, FICS. Dr. Widya Arsa, SpOT, FICS. CEDERA TENDON FLEKSOR AKUT 1. Pendahuluan Pengetahuan yang mendalam mengenai biologi, reparasi dan rehabilitasi tendon fleksor telah ada sejak 1960, ketika laporan mengenai reparasi primer pada laserasi tendon fleksor yang berada dalam jaringan fibrooseus berjalan dengan sukses tanpa harus dilakukan eksisi dan tandur tendon. 1,2 Pada penelitian terakhir lebih difokuskan terhadap pengertian dan meningkatkan kualitas pergerakan permukaan (gliding surface) dan pengaruhnya di bidang biomekanik dan biomolekular. Tujuan penatalaksanaan laserasi tendon fleksor yaitu untuk mendapatkan tensile strength yang baik agar dapat melakukan rehabilitasi post penyambungan tendon berupa pergerakan pasif agar tidak terjadi adesi, menstimulasi permukaan selubung sinovial dan memfasilitasi penyembuhan dari tempat penyambungan. 1,2 2. Anatomi Flexor Digitorum Superficialis (FDS) berasal dari berbagai tempat di bagian volar dari distal humerus, ulna dan radius serta dihubungkan jaringan fibrous aponeurosis yang menyelimuti saraf median dan selubung pembuluh darah ulna pada lengan bawah. Pada bagian tengah lengan bawah, muscle belly superfisial dibagi menjadi empat, bagian superfisial dan profunda. Bagian superfisial menjadi tendon pada jari tengah dan jari manis, bagian profunda menjadi tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking. FDS pada jari kelingking tidak selalu ditemukan pada setiap orang. Flexor Digitorum Profundus (FDP)

Transcript of 72063126 Anatomi Tendon Fleksor

  • 1

    Sub bagian Hand and Microsurgery

    Referat : Cedera Tendon Fleksor akut

    Nama : Widiyatmiko Arifin Putro

    Pembimbing : dr. H.M. Rizal Chaidir, SpOT(K), Mkes (MMR), FICS.

    Dr. Nucki Nursjamsi Hidajat, dr, SpOT(K), Mkes, FICS.

    Dr. Widya Arsa, SpOT, FICS.

    CEDERA TENDON FLEKSOR AKUT

    1. Pendahuluan

    Pengetahuan yang mendalam mengenai biologi, reparasi dan rehabilitasi

    tendon fleksor telah ada sejak 1960, ketika laporan mengenai reparasi primer pada

    laserasi tendon fleksor yang berada dalam jaringan fibrooseus berjalan dengan

    sukses tanpa harus dilakukan eksisi dan tandur tendon.1,2

    Pada penelitian terakhir lebih difokuskan terhadap pengertian dan

    meningkatkan kualitas pergerakan permukaan (gliding surface) dan pengaruhnya

    di bidang biomekanik dan biomolekular. Tujuan penatalaksanaan laserasi tendon

    fleksor yaitu untuk mendapatkan tensile strength yang baik agar dapat melakukan

    rehabilitasi post penyambungan tendon berupa pergerakan pasif agar tidak terjadi

    adesi, menstimulasi permukaan selubung sinovial dan memfasilitasi penyembuhan

    dari tempat penyambungan.1,2

    2. Anatomi

    Flexor Digitorum Superficialis (FDS) berasal dari berbagai tempat di

    bagian volar dari distal humerus, ulna dan radius serta dihubungkan jaringan

    fibrous aponeurosis yang menyelimuti saraf median dan selubung pembuluh darah

    ulna pada lengan bawah. Pada bagian tengah lengan bawah, muscle belly

    superfisial dibagi menjadi empat, bagian superfisial dan profunda. Bagian

    superfisial menjadi tendon pada jari tengah dan jari manis, bagian profunda

    menjadi tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking. FDS pada jari kelingking

    tidak selalu ditemukan pada setiap orang. Flexor Digitorum Profundus (FDP)

  • 2

    berorigin pada anteromedial aspek dari ulna dan jaringan interoseus membran dan

    lebih dorsal dari FDS. FDP dari jari telunjuk, mempunyai muscle belly sendiri.1,2

    Kleinert dan Verdan membagi tendon fleksor menjadi lima zona anatomi.

    Zona V : perbatasan tendon otot sampai dengan pintu masuk canalis

    Carpalia.

    Zona IV : berada pada bagian bawah ligamen transversum carpalia.

    Zona III : bagian ujung transverse karpal ligamen sampai dengan

    fibrooseus palmar crease

    Zona II : origo dari fibrooseus fleksor sheath sampai dengan insersi FDS

    Tendon

    Zona I : bagian distal dari insersi FDS.1,2

    Gambar 1. Zona tendon fleksor. Dikutip dari Netter.3

  • 3

    FDS tendon terletak sebelah depan ( bagian palmar ) dari FDP hingga mereka

    memasuki selubung tendon jari pulley A l . Pada selubung tendon bagian proksimal

    didaerah base phalang proksimal, tendon FDS terbelah jadi dua bagian yang pipih yang

    membelit FDP secara obliq pada sisi lateral dan dorsal, dan bersatu kembali pada bagian

    dorsal oleh jaringan ikat yang disebut sebagai: chiasma camper, dan berakhir sebagai dua

    buah tendon yang berinsersi pada setengah proksimal phalang media. FDP berjalan

    melewati decusatio FDS dan berinsersi pada bagian proksimal phalang distal.1

    Gambar 2. Struktur FDS dan FDP dalam selubung tendon.

    Dikutip dari Netter.3

    FDP berfungsi sebagai fleksor jari utama, sedangkan FDS dan intrinsic muscle

    bergabung untuk memperkuat cengkeraman. Kekuatan tendon FDS dua hingga tujuh kali

    lebih kecil daripada yang dihasilkan FDP saat menggenggam dan mencubit Pada jari,

    tendon fleksor terbungkus oleh selubung tendon yang dilapisi oleh lapisan synovial visceral

    dan parietal yang berisi cairan synovial.1

  • 4

    Selubung tendon fleksor jari merupakan suatu trowongan ligamen yang kuat

    (fibro osseous tunnel) yang terdiri dari bagian yang tebal yaitu 5 buah annular pulleys (Al -

    A5 ) dan bagian yang tipis berupa 3 buah cruciate ligamen / pulleys (C1 - C3 ).

    Pulley A2 dan A4 berasal dari periosteum setengah proksimal phalang proksimal

    dan pertengahan phalang media, sedangkan pulleys A l , A3 dan A5 merupakan pulley

    pada persendian yang berasal dari bagian palmar sendi metacarpophalangeal

    (MP), proksimal interphalangeal (PIP) dan distal interphalangeal (DIP). Pulleys

    palmar apponeurosis terdiri dari fascia palmar serat vertikal dan serat transversal yang

    secara klinis penting apabila komponen selubung tendon bagian proksimal lainnya hilang.

    Cruciate pulleys yang tipis terdiri dari C l yang terletak antara annular pulley A2 dan A3,

    C2 antara A3 dan A4 dan C3 antara A4 dan A5. Cruciate pulley memfasilitasi koiap dan

    ekspansi tendon sheath selama gerakan jari. Selubung tendon jari mencegah tendon

    tertarik keluar dari bagian konkaf aspek anterior jari saaat jari fleksi.1,2

    Gambar 3. Pulley dan cruciate pulley. Dikutip dari Netter.3

    4. STRUKTUR DAN KOMPOSISI TENDON

    Tendon terdiri dari 70% kolagen dengan molekul kolagen panjang yang

    terbuat dari rantai peptida dalam bentuk triple helix ( Tropokolagen ). Fascicle

    tendon terdiri dari bundle berbentuk spiral panjang dan kecil dari fibroblast matur

    (tenocytes ) dan kolagen tipe I.4

    Kolagen yang menyusun tendon (tipe I), terdiri dari dua rantai, yaitu

    polipeptida alfa-1 (I) dan satu rantai polipeptida alfa-2 (I) yang berbentuk triple-

    helix dengan arah putaran ke kanan, yang dipertahankan oleh hidrogen dan ikatan

    kovalen. Pada tingkat mikrofibril susunannya berbentuk quarter stagger yang

  • 5

    memberikan kekuatan yang tinggi dan stabil. Mikrofibril-mikrofibril ini

    membentuk fibril bercampur dengan glikoprotein dan air dengan fibroblas

    diantaranya. Fibroblas yang berbentuk kumparan hanya sedikit sekali. Fibril

    tersusun menjadi suatu gelendong (bundle) yang dibungkus oleh endotenon.

    Lapisan peritendineous-nya disebut epitenon dan lapisan terluar disebut

    paratenon.

    Komposisi tendon ini membuat tendon dapat berfungsi secara ideal untuk

    menahan gaya regang yang tinggi. Dibandingkan dengan ligamentum, tendon

    mengalami deformitas yang sedikit sekali waktu dibebani. Viskoelastisitas tendon

    relatif agak kurang bila dibandingkan dengan jaringan yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan komponen matriks.5

    Fascicle tendon fleksor pada tangan dibungkus oleh lapisan adventitia

    visceral dan parietal yang tipis yang disebut dengan paratenon. Yang termasuk

    fleksor tendon jari adalah : Fleksor digitorum superfisialis ( FDS ), fleksor

    digitorum profundus ( FDP ) dan fleksor policis longus ( FPL ). Tendon FDS

    biasanya berasal dari satu muscle bundle dan bekerja secara independent,

    sedangkan FDP sering mempunyai origo otot communis untuk beberapa tendon

    dan menghasilkan fleksi yang simultan dari beberapa jari.

    Pada pergelangan tangan, fleksor tendon jari bersama dengan n. medianus

    memasuki carpal tunnel disebelah bawah atap pelindung ligamen transversal

    carpal ( flexor retinaculum ) dan berada dalam common synovial sheath ( gambar.

    1 ). Pada canal ini tendon profundus commmunis terpisah menjadi sendiri sendiri

    untuk masing - masing tendon jari tengah, jari manis dan kelingking. Kira - kira

    setinggi palmar crease distal masing - masing tendon tendon untuk ibu jari,

    telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking serta fleksor policis longus dari

    FDP dan FDS masuk ke masing - masing selubung tendon (digital synovial

    sheath). Tendon fleksor policis longus masuk ke tangan dibawah retinaculum

    fleksor dengan selubung tendon tersendiri. Selubung tendon berfungsi sebagai

    pelindung bagi tendon fleksor dan juga untuk memberikan permukaan gliding yang licin

    (smooth) pada permukaan synovialnya sehingga tendon dapat bergerak/sliding secara

    bebas pada persendian tangan dan diantara masing-masing tendon selama pergerakan.

  • 6

    Gliding pada tendon fleksor tangan berhubungan langsung dengan sarung

    tendon (tendon sheath), lapisan sinovium parietal (di dalam sarung) dan viseral

    (epitenon/bagian luar tendon) yang menghasilkan cairan sinovium yang berfungsi

    untuk lubrikasi dan memberikan nutrisi. Sarung ini mengarahkan gerakan tendon

    dan di daerah tendon mengalami lekukan tajam, sarung tendon mengalami

    penebalan seperti struktur pulley. Pada daerah ini, tendon mendapat gaya tekan

    yang besar, mengakibatkan tendon mengalami perubahan menjadi menyerupai

    tulang rawan. Tendon tersebut kadang-kadang disebut tendon yang avaskular,

    yang hanya menerima perdarahan dari vinkula. Tendon ini merupakan jaringan

    ikat yang kecil, longgar dan fleksibel, serta berhubungan dengan mesotenon dan

    paratenon. Tendon ini diduga menerima nutrisi, sebagian melalui difusi cairan

    sinovial.

    Vaskularisasi tendon tidak berhubungan dengan selubung tendon. Tendon

    dikelilingi oleh jaringan ikat paratenon yang longgar yang berhubungan langsung

    dengan epitenon dan memberikan vaskularisasi untuk tendon. Di dalam tendon

    pembuluh pembuluh darah ini beranastomosis dan membentuk sistem kapiler

    longitudinal dan menembus endotenon.

    Menurut Ricci (1999), tendon berfungsi sebagai kabel penyokong tubuh

    pada lingkungan dengan kekuatan regangan tinggi. Tendon menghubungkan otot

    skelet ke tulang.4

    5. NUTRISI TENDON

    Tendon fleksor mulai dari distal lengan bawah sampai pertengahan

    phalank proksimal menerima suplai darah dari pembuluh darah segmental yang

    berasal dari paratenon sekelilingnya. Pembuluh darah ini masuk ke tendon dan

    berjalan secara longitudinal diantara fasikel-fasikel. Menurut Ochiai, dkk. system

    vincula digital sheath terdapat di pertengahan phalank proksimal.

    Difusi cairan synovial merupakan alternatif jalur nutrisi dan lubrikasi yang

    efektif untuk tendon flexor. Penghantaran nutrisi yang cepat dipengaruhi oleh

    mekanisme pompa yang disebut imbibisi dengan cairan didorong masuk kedalam

  • 7

    jaringan interstitial tendon melalui celah sempit pada permukaan tendon saat jari

    melakukan gerakan fleksi dan ekstensi.1

    5.1. Suplai darah sistem vincula

    Vincula adalah lipatan mesotenon yang membawa pembuluh darah untuk

    ke dua tendon. Biasanya terdapat dua buah vincula, yaitu vincula pendek dan

    vincula panjang, yang masing-masing berfungsi untuk tendon superficialis dan

    profundus. Sistem Vincula terdapat pada permukaan dorsal tendon dan disuplai

    oleh tranverse communicating branches dari arteri digitorum communis.

    Kebanyakan pembuluh-pembuluh intratendinous digital sheath berada di bagian

    dorsal tendon, karena hal ini menurut beberapa penulis menganjurkan

    menempatkan jahitan di setengah bagian volar tendon. Sebagian kecil suplai darah

    juga berasal dari musculotendinous junction dan insersi di tulang 5.

    Meskipun keberadaan pembuluh darah sudah pasti, tapi perannya dalam

    nutrisi dan proses penyembuhan tendon fleksor masih diragukan oleh beberapa

    peneliti. Manske, whiteside dan Lesker, menggunakan teknik pencucian hidrogen

    (hydrogen washout), menunjukkan bahwa pada ayam, synovium adalah jalur

    nutrisi yang bermakna untuk tendon fleksor, sedangkan pembuluh darah tidak.

    Lundborg dan Rank menunjukkan bahwa pada kelinci walaupun suplai darahnya

    rusak, tapi dapat sembuh dengan nutrisi yang disuplai melalui difusi cairan

    synovial .5

  • 8

    Gambar 4. Suplai darah sistem vincula.

    VBP : Veniculum Brevis Profundus; VLP : Veniculum Longum Profundus; VBS :

    Veniculum Brevis Superficialis; VLS : Veniculum Longum Superficialis.

    Dikutip dari : Stricland.1

    6. BIOMEKANIK TENDON

    Fungsi tendon merupakan suatu kabel fleksibel sebagai penghubung

    struktur otot yang dinamis dan struktur tulang yang rigid, sehingga jaringan ini

    harus mempunyai kemampuan untuk meredam goncangan (shock absorbing) dan

    kemampuan untuk menahan tarikan (tensile strength).

    Tendon merupakan penghubung antara otot dan tulang. seperti halnya

    tulang rawan, tendon, di sini matriksnya sebagian besar terdiri dari kolagen tipe 1

    dan sedikit proteoglikan. Serat kolagen tersusun longitudinal dengan pembuluh

    darah dan saraf yang berada di sekeliling jaringan ikat longgar. Susunan geometris

    pembuluh darah dan saraf ini berhubungan dengan fungsi tendon untuk menahan

    gaya regangan yang dihasilkan otot untuk diteruskan ke tulang.1,4

    Menurut fungsinya tendon dibagi menjadi tendon yang diselubungi oleh

    selubung tendon (tendon sheath) dan tendon yang diselubungi jaringan ikat

    longgar paratenon. Selubung tendon memungkinkan tendon untuk melekuk dan

  • 9

    terutama pada tendon fleksor. Pada tendon yang tidak melekuk dikelilingi

    paratenon. Sekeliling tendon yang berupa jaringan ikat yang longgar.1,2,4

    Jaringan ini mempunyai struktur kolagen tipe 1 yang tersusun longitudinal

    sehingga mempunyai kemampuan untuk menahan tarikan yang besar (tensile

    strength). Kurva stress/strain berbentuk khas yang mempunyai 3 daerah yang

    berbeda. Daerah yang pertama ditandai dengan strain yang tinggi pada stress yang

    rendah disebut toe region. Pada tendon daerah ini relatif sempit dan daerah ini

    memberikan kemampuan tendon untuk meredam goncangan (shock-absorbing).

    Daerah yang kedua disebut linear (straight region), yaitu daerah yang kemiringan

    kurvanya lebih besar dan menunjukkan modulus elastik tendon tersebut. Daerah

    yang ketiga disebut yield and failure region dengan kurva yang mencapai puncak

    dan kemudian turun menunjukkan regangan yang permanen dan kemudian

    kegagalan untuk menahan tarikan. Paramater utama kurva ini adalah modulus

    elastis (pada linier region), puncak kekuatan tarikan (tensile strength) yang

    disebut maximum load atau maximum stress, puncak strain (tergantung dari

    kegagalan deformitas) dan energi regangan (strain energy) yaitu area dibawah

    kurva. Kembalinya regangan elastik (elastic strain recovery) tendon mencapai 90-

    96% setelah pembebanan.

    Diperlukan sampai sekitar 9 cm ekskursi untuk mendapatkan gerakan

    fleksi gabungan pada pergelangan tangan dan jari. Sedangkan pada gerakan

    fleksi penuh dengan posisi pergelangan netral hanya sekitar 2,5 cm. Tekanan

    antara pulley dengan tendon normal dapat mencapai 77 mmHg saat fleksi aktif.

    Walaupun terdapat berbagai variasi dan metodologi untuk menentukan

    berapa besar gaya yang dihasilkan pada berbagai aktivitas aktif dan pasif tangan,

    data tersebut sangat penting untuk memperkirakan berapa besar gaya yang

    diterima pada tendon pasca penyambungan selama proses penyembuhan. Contoh

    besarnya gaya tersebut seperti pada tabel 1.

    Tabel 1. Gaya Tensil pada Tendon Fleksor Normal

    Gerakan Pasif 500 gr

    Genggaman ringan 1500 gr

  • 10

    Genggaman keras 5000 gr

    Tekukan ujung jari ( FDP telunjuk ) 9000 gr

    _____________________________________________________________

    Dikutip dari : Stricland 1

    Pada tendon fleksor yang mengalami penyambungan , terdapat perbedaan

    beban gaya tarik tensile force yang lebih berat seperti ditunjukkan pada tabel

    2.

    Tabel 2. Gaya Tensil pada Tendon Fleksor Pasca Penyambungan

    Gerakan Pasif 750 gr

    Genggaman ringan 2250 gr

    Genggaman keras 7500 gr

    Tekukan ujung jari ( FDP telunjuk ) 13500 gr

    _____________________________________________________________

    Dikutip dari: Stricland.1

    7. Prinsip Operasi

    Eksplorasi pada pembedahan dilakukan dikamar operasi dengan

    menggunakan loop untuk pembesaran. Anestesi yang digunakan dapat umum atau

    dengan blok aksila. Penggunaan torniket sangat perlu untuk hemostasis.

    Penanganan terhadap jaringan lunak pada tangan harus halus (meticulous). Musuh

    nomor satu pada reparasi tendon adalah jaringan fibrosis yang menjerat. Oleh

    karena itu penanganan jaringan harus minimum. Insisi yang digunakan adalah

    midlateral atau insisi Bruner. Berusaha untuk ekstensi dari laserasi luka bila

    memungkinkan. Neurovaskular diidentifikasi dan dipreservasi.1,2,8

    Ujung-ujung tendon yang terputus ditarik ke tempat laserasi melalui

    jendela yang dibuat dari selubung tendon fleksor. Perdarahan pada selubung

    kadang dapat dijadikan panduan lokasi dari tendon yang retraksi. Dapat dilakukan

    milking dari ujung tendon dengan pergelangan tangan dan jari-jari pada posisi

    fleksi. Atau dengan forcep bergigi yang kecil dan halus. Penarikan dengan

  • 11

    instrumen secara membuta harus dihindari. Apabila tendon tertarik terlalu jauh

    maka dapat digunakan kateter pediatrik dengan melakukan insisi pada telapak

    tangan secara oblik.1,2

    8. Reparasi ruptur tendon pada zona I

    Laserasi dari tendon FDP distal dari insersi FDS atau avulsi dari tempat

    insersi pada base phalanx distal didefinisikan dengan cedera pada zona I dari

    tendon fleksor. Bila terjadi ruptur dan bagian distal tendon kurang dari 1 cm

    jaraknya dari tempat insersi maka tendon advancement dan reparasi primer ke

    tulang diindikasikan. Bila lebih dari 1 cm panjang tendon yang tersisa pada bagian

    distal maka dapat dilakukan tenorrhaphy primer diindikasikan karena apabila

    terjadi pemendekan lebih dari 1 cm maka akan terjadi efek quadrigia. Pada

    situasi klinis seperti ini laserasi dapat terjadi diantara pulley A4, sehingga

    membuat reparasi teknik menjadi sulit.

    Gambar 5. Salah satu cara melekatkan tendon ke tulang.

    Dikutip dari : Campbell.8

    8.1. Reparasi tendon ke tulang

    Berbagai teknik untuk melakukan penjahitan inti telah direkomendasikan

    untuk menjahit dari ujung tendon ke tulang. Secara teoritis tekniknya hampir sama

    dengan penyambungan tendon ke tendon. Penggunaan material jahit yang sangat

    kuat yang diabsorbsi setelah beberapa bulan semakin meningkatkan teknik

    penjahitan inti. Penggunaan jangkar pada reparasi fleksor tendon sudah sangat

    meluas.1,2

  • 12

    Teknik klasik untuk reparasi FDP tendon ke tulang meliputi penarikan

    ujung stump yang telah dijahit masuk menembus phalang distal dengan

    menggunakan jarum lurus dan mengikatkannya pada ujung kancing diatas kuku

    bagian distal dari lunula. Penelitian in vivo menunjukkan bahwa penggunaan

    teknik Becker sangat baik. Apapun teknik yang digunakan aposisi dari FDP ke

    tulang harus dikonfirmasi secara visual. Sebelum mengencangkan dan mengikat

    simpul.

    Gambar 6. Teknik penjahitan Becker. Dikutip dari Green.1

    8.2. Avulsi FDP

    Leddy dan Packer menggolongkan avulsi FDP ke dalam tiga jenis. Pada

    tipe I tendon FDP menarik kembali ke dalam telapak tangan. Sesuai dengan

    definisinya terjadi gangguan vincula sehingga aliran darah terganggu. Selubung

    tendon setelah beberapa hari menjadi terganggu sehingga gliding FDP

    terganggu. Pada avlusi tipe II ujung tendon retraksi ke PIP. kontraktur pada

    tendon tidak terjadi. Usaha yang dilakukan adalah memasukan kembali ujung

    tendon ke dalam selubung terutama pada pulley A4. Usaha perbaikan ini

    sebaiknya dilakukan pada minggu ke 6 atau lebih. Pada tipe III bagian besar dari

    tulang di attach ke ujung tendon untuk mencegah penarikan dari ujung tendon

    lebih jauh dari pulley A4. Reparasi dari fraktur dapat dilakukan dengan

    menggunakan K wire atau Screw.1,2,8

  • 13

    Gambar 7. Avulsi FDP kalsifikasi Leddy dan Pecker. Dikutip dari Green.1

    9. Reparasi Tendon pada Zona II

    Usaha untuk meningkatkan kekuatan hasil reparasi secara dini dengan

    menguji berbagai macam teknik dan material yang digunakan pada penjahitan

    inti.

    9.1. SUTURE MATERIAL

    Berbagai macam suture material dapat digunakan, idealnya suture

    material bersifat non-reaktif, non-rigid, ukurannya kecil, kuat, mudah dipegang,

    dan mempunyai kemampuan menahan simpul yang baik. beberapa jenis yang

    sering digunakan adalah monofilament stainless steel wire, Prolene, Ethilon,

    Supramid, Mersilene, Tevdek dan Silk. Monofilament stainless steel wire adalah

    yang paling kuat dan paling non-reaktif, serta sangat baik menahan simpulnya.

    Sayangnya bahan ini kurang elastis dan mudah patah, sehingga tidak

    menguntungkan terutama di zona II, di terowongan fibroosseous yang sempit.

    Akan tetapi, bahan ini merupakan bahan yang sangat baik untuk reinsersi tendon

    profundus ke phalank distal dengan teknik pull-out wire and button dari Bunnel.

    Di lain pihak, Silk, merupakan bahan yang sangat mudah dipegang, tapi terlalu

    reaktif. Green lebih menyukai menggunakan Mersilene atau Prolene untuk

    perbaikan tendon fleksor, Keduanya cukup kuat, menimbulkan reaksi jaringan

    yang minimal, dan mudah untuk dipegang. Prolene mempunyai kecenderungan

    untuk merosot dan lepas simpulnya, sehingga harus sangat hati-hati saat

    melakukan simpul. Kekurangan relatif dari prolene adalah simpulnya agak tebal,

  • 14

    sehingga kadang-kadang tersangkut pulley. Ukuran yang biasa digunakan adalah

    4-0, tapi pada zona II atau pada tendon anak-anak digunakan 5-0.1

    9.2. TEKNIK JAHITAN TENDON

    Terdapat bermacam-macam jenis penjahitan tendon fleksor yang telah

    diteliti. Urbaniak membaginya menjadi 3 kelompok.

    1. Kelompok pertama (interrupted suture) adalah jahitan yang

    sederhana, yang gaya tariknya paralel terhadap gelendong kolagen

    (collagen bundles), tegangan jahitan ditransmisikan langsung ke

    ujung tendon yang berseberangan.

    2. Kelompok kedua adalah penjahitan yang tegangannya

    ditransmisikan langsung menyebrangi pertemuan kedua tendon

    melalui benang jahit, kekuatan regangannya (tensile strength)

    bergantung pada kekuatan penjahitan itu sendiri, sebagai contoh

    adalah teknik Bunnel.

    3. Pada kelompok ketiga, penjahitan ditempatkan perpendicular

    terhadap gelendong kolagen (collagen bundles), dan kemudian

    dikencangkan, contohnya dalah jahitan Puuvertaft (fish-mouth

    weave). Urbaniak menyatakan bahwa teknik jahitan kelompok

    pertama, menghasilkan kekuatan regang yang paling lemah,

    sehingga tidak dianjurkan untuk perbaikan tendon. Teknik jahitan

    kelompok ketiga, menghasilkan kekuatan regang yang paling kuat,

    tapi mempunyai kekuranga yaitu jahitannya menumbung (bulky).

    sedangkan kelompok kedua berada diantara keduanya.

    Beberapa peneliti menyatakan bahwa teknik jahitan intratendinous

    crisscross (Bunnel; Kleinert modification of Bunnel) cenderung untuk merusak

    sirkulasi intratendinous. Wray dan Weeks menggunakan fleksor ayam. Keduanya

    membandingkan rupture rate dan tensile strength dari tendon jahitan Bunnel,

    Kessler, dan Tsuge. Mereka menyimpulkan bahwa keseluruhan teknik tersebut

    menunjukkan hasil yang kurang lebih sama. Sehingga kebanyakan ahli bedah

    menganjurkan suatu core suture seperti pada teknik Kessler atau modifikasinya.

  • 15

    Teknik ini memberikan tensile strength yang memuaskan yang dapat

    dipertahankan selama fase awal penyembuhan. Teknik ini juga menghindarkan

    jahitan memotong dan keluar dari tendon dan sangat berguna pada daerah jari-jari.

    Harus diingat bahwa tidak satupun suture material maupun teknik yang dapat

    memelihara perbaikan tendon terhadap gerakan aktif tidak terbatas pada periode

    awal pasca operasi. Kebanyakan peneliti mengemukakan bahwa kekuatan

    perbaikan tendon sangat berkurang pada 10 hari pertama. Setelah itu kekuatan

    perbaikan meningkat secara bertahap sampai pada akhir minggu ke 10 12 dapat

    diaplikasikan daya yang cukup kuat selama program rehabilitasi.1,2

    9.3. END TO END SUTURE

    9.3.1. GRASPING SUTURE

    Bunnells criss-cross adalah contoh klasik dari jenis jahitan ini. Teknik ini

    jarang dipakai lagi, karena dianggap jahitan criss-crossnya akan mengganggu

    sirkulasi intratendinous.

    Teknik Kleinert yang merupakan modifikasi dari Bunnell, dianggap lebih

    aman terhadap sirkulasi karena jahitan ini hanya satu kali menyilang, dan secara

    teknis lebih mudah melakukannya.

    Teknik Kessler merupakan modifikasi dari teknik Mason Allen. Teknik ini

    efektif untuk perbaikan tendon di jari dan tangan. Kekurangannya adalah

    simpulnya berada di permukaan luar tendon sehingga menghalangi gliding

    tendon.

    Modifikasi Kessler merupakan jahitan dengan dua buah core suture yang

    ditambah dengan continous epitendinous suture pada tempat ruptur. Teknik ini

    digunakan hanya mengunakan satu buah benang jahit dan simpulnya diletakan di

    permukaan dalam tendon yang terpotong. Kekurangannya adalah benang jahitan

    sulit untuk menggelincir melalui tendon untuk mendekatkan kedua ujung tendon

    yang terpotong. Jarum melalui permukaan yang terpotong, keluar dari permukaan

    tendon, kemudian jahitan masuk tendon kembali secara tranversal, keluar di sisi

    sebelahnya. selanjutnya, jarum melalui permukaan tendon yang terpotong

    menyeberang ke potongan tendon lawannya, keluar tendon, masuk ke tendon

  • 16

    kembali secara tranversal, masuk kembali ke tendon yang terpotong, tendon

    diaproksimasi dan disimpulkan.

    Teknik Tajima menggunakan dua benang jahit yang double arm (dua

    jarum). dengan demikian benangnya dapat dipakai dengan tarikan tendon melalui

    selubung tendon dan di bawah pulley di lokasi-lokasi sulit. Keuntungan lainnya

    adalah simpulnya terletak di dalam permukaan tendon yang terpotong.

    Teknik Strickland merupakan modifikasi gabungan dari teknik Kessler dan

    Tajima. Pada teknik ini selain terdapat dua buah simpul di permukaan dalam

    tendon yang terpotong juga terdapat empat simpul yang diketatkan di dalam

    tendon, pada empat tempat saat jahitan akan melintang/tranversal.

    Teknik Kubota menggunakan four strand core suture, dikombinasikan

    dengan cross stitch circumferential suture. Pada dasarnya core suture-nya adalah

    core suture Kessler yang diulang satu kali. Mula-mula jarum masuk secara

    tranversal ke tendon membuat locking, kemudian ke luar dari permukaan tendon

    yang terpotong, menyebrang, membuat locking, masuk tranversal, membuat

    locking, ke luar permukaan tendon yang terpotong, menyebrang, dan selanjutnya

    prosesnya diulang, pada daerah lebih luar dari core suture yang pertama,

    kemudian dibuat simpul. Setelah core suturenya terbentuk, dilanjutkan dengan

    cross stitch pada ujung-ujung tendon yang terpotong. Jahitan dimulai dari tepi

    tendon, arah miring, kedalaman sekitar 1 mm, kemudian jahitan tranversal ke arah

    tepi tendon, menyeberang ke ujung tendon lawannya dengan arah miring,

    tranversal ke arah tepi tendon, menyeberang. Hal ini dilakukan berulang-ulang

    sampai seluruh lingkar tendon terjahit. Silfverskiold meneliti jahitan cross stitch

    ini dibandingkan dengan modifikasi Kessler dengan circumferential suture dia

    mendapatkan jahitan cross stitch lebih kuat 117% dibandingkan dengan

    modifikasi Kessler. Dasar ini dipakai oleh Kubota dalam pemilihan jahitan

    epitendinous-nya.

    9.3.2. DOUBLED RIGHT-ANGLED SUTURE

    Untuk menjahit ujung tendon yang compang-camping tanpa menyebabkan

    pemendekan, digunakan teknik doubled right-angled suture. Teknik ini berguna

  • 17

    pada daerah proksimal dari telapak tangan. Meskipun aposisi dari kedua ujung

    tendon tidak sebaik teknik end to end yang sudah dijelaskan, tapi teknik ini lebih

    mudah untuk dilakukan, terutama pada kasus ruptur tendon multipel.1,2,7,8

    Gambar 8. Beberapa teknik penjahitan tendon

    Dikutip dari: Strickland.1

    10. Reparasi ruptur Tendon Zona III, IV dan V.

    Eksplorasi dan reparasi dari tendon fleksor proksimal dari pulley A1

    dilakukan dengan cara yang sama dengan cedera pada bagian distal. Perbedaan

    yang penting adalah restriksi akibat adesi lebih jarang terjadi pada bagian

    proksimal setelah dilakukan reparasi dari laserasi ataupun tendon ruptur. Sebagai

    tambahan laserasi yang kecil dapat menyebabkan ruptur pada beberapa tendon

    dan cedera pada struktur neurovaskular. Persiapan preoperasi untuk reparasi

    tendon pada segmen ini harus memikirkan mengenai intrumentasi mikro

  • 18

    contohnya mikroskop. Teknik penyambungan dan rehabilitasi pos operasi sama

    dengan ruptur zona II.1,2

    11. PENYEMBUHAN TENDON

    Saat ini hampir semua peneliti percaya bahwa tendon mempunyai

    kemampuan penyembuhan melalui intrinsik maupun ekstrinsik, walaupun secara

    klinis tidak mungkin membedakan kedua tipe penyembuhan tersebut. Tehnik

    operasi penyambungan , protokol rehabilitasi pasca operasi dapat mempengaruhi

    kecepatan penyembuhan, kekuatan penyambungan dan gliding dari tendon

    tersebut.7

    Proses tendon healing melibatkan 3 fase yang saling bertumpuk satu sama

    lain; fase inflamasi pada 3 sampai 5 hari pertama pasca operasi, fase fibroblastik

    atau produksi kolagen yang dimulai sekitar hari ke 5 sampai 3 6 minggu,

    dilanjutkan dengan fase pematangan yang berlanjut selama 6 9 bulan. Selama

    fase inflamasi , kekuatan penyambungan sepenuhnya bergantung pada kekuatan

    sambungan, dengan sedikit sekali perananan fibrin dan bekuan yang terbentuk

    pada kedua ujung tendon. Kekuatan meningkat dengan cepat pada fase

    fibroblastik dan pembentukan kolagen. Pada fase remodeling pematangan,

    sintesa kolagen terus terjadi . Serat serat yang tersusun dari fibroblas dan

    kolagen menjadi longitudinal serta semakin bertambah kuat. Bila penyembuhan

    didominasi oleh proses ekstrinsik, maka adesi antara tendon dengan jaringan

    sekitarnya sulit dihindari. Adesi lebih minimal dengan penyembuhan yang

    didominasi aktivitas intrinsik.

    Saat ini secara umum sudah diterima bahwa dengan memberikan latihan

    gerakan pasif dini ( LGPD ) pada tendon pasca penyambungan akan

    mempercepat penguatan tensile strength , adesi lebih minimal, perbaikan

    ekskursi, nutrisi yang lebih baik dan perubahan pada lokasi penyambungan yang

    lebih minimal dibandingkan dengan tendon yang diimobilisasi. Latihan gerak

    berdampak positif pada penyembuhan tendon dengan meningkatkan difusi

    nutrien dari cairan sinovial, meningkatkan produksi kolagen. Untuk itu

  • 19

    diperlukan suatu tehnik penyambungan yang kuat ( gap resistant suture technique

    ) diikuti dengan latihan yang terkontrol.

    Faktor faktor yang berperan dalam terbentuknya adesi yang menghambat

    ekskursi pada penyambungan tendon diantaranya kerusakan jaringan saat trauma

    awal dan saat pembedahan, iskemia tendon, imobilisasi jari, adanya jarak pada

    lokasi yang disambung serta eksisi selubung tendon.

    Penyembuhan tendon setelah trauma akut sama seperti jaringan lunak

    yang lain melalui proses inflamasi, proliferasi dan remodeling. Respon inflamasi

    timbul akibat invasi sel dari luar yang meningkatkan terbentuknya jaringan

    granulasi dan vaskularisasi pada beberapa hari setelah trauma. Akhir minggu ke-1

    terjadi migrasi fibroblas dari paratenon, terjadi proses reparasi dan sintesis

    kolagen. Orientasi sel dan komponen kolagen masih bersifat random dan tegak

    lurus axis longitudinal, setelah terjadinya fase remodeling komponen ini menjadi

    lebih teratur dan tersusun paralel sesuai aksis tendon. Fase ini berakhir sampai

    dengan 6-12 bulan yang ditandai dengan maturasi kolagen yang terbentuk. Jika

    tendon tidak mengalami stres, proses remodeling ini tidak terjadi. Stres terarah ini

    akan meningkatkan sekresi kolagen dan ikatan antar serat kolagen sehingga

    meningkatkan kekuatannya.

    Pada tendon yang mempunyai selubung tendon (tendon sheath), sel-sel

    untuk proses penyembuhan diduga berasal dari ujung tendon yang terpotong atau

    dari selubung tendon dan akan membentuk parut 10

    .

    Penyembuhan tendon eksogen dan endogen serta pengembalian fungsi

    tendon yang baik memerlukan kemampuan teknik operasi yang baik sehingga

    ujung tendon yang putus dapat tersambung rapat. Hal ini bergantung jenis benang

    yang digunakan (suture material), kekuatan yang dihasilkan dengan teknik

    penjahitan yang tepat dan teknik pengikatannya (knotting). Teknik operasi harus

    dapat menjaga kemungkinan rusaknya vaskularisasi tendon.

    Pasca operatif diperhatikan program mobilisasi aktif tendon untuk

    mengurangi terbentuknya adesi dan meningkatkan kekuatan tendon.

  • 20

    12. Rehabilitasi

    Berdasarkan laporan penelitian dari Gelberman dkk., mengkonfirmasikan

    bahwa hasil yang memuaskan akan dapat dicapai dengan menggunakan dua buah

    cara teknik mobilisasi. Pertama, metode Kleinert, aktif ekstensi dari jari dapat

    dicapai dengan teknik pasif fleksi menggunakan karet yang dilekatkan pada kuku

    jari dan pergelangan tangan. Teknik kedua metode Harmer, Young dan Harmon

    serta Duran dan Houser. Mengontrol gerakan pasif dengan memblok bagian

    belakang dari jari. Rentang keamanan lebih meningkat apabila teknik penjahitan

    dengan teknik. Multistrand.8

    Gambar 9. Teknik rehabilitasi menurut Kleinert.

    Dikutip dari Campbell.8

    Setelah dilakukan reparasi tendon fleksor, pergelangan tangan dan tangan

    dilakukan pemasangan bidai posterior. Sebagai tambahan, jari yang tendonnya

    putus diposisikan fleksi dengan menggunakan karet yang berjangkar di

    pergelangan tangan. Pada posisi ini jari dapat aktif ekstensi dan pasif fleksi. Pada

    jangka waktu 3 minggu dilakukan aktif fleksi dan ekstensi terbatas pada posisi

    fleksi 40-60 derajat. Pada 3-8 minggu, karet elastik dilekatkan pada perban elastis

    di pergelangan tangan. Setelah traksi karet dihilangkan dipasang bidai pada

    malam hari selama 6-8 minggu.

  • 21

    Gambar 10. Teknik rehabilitasi menurut Duran dan Houser.

    Dikutip dari : Campbell.8

    13. Kesimpulan

    Kemampuan untuk mengembalikan fungsi pada jari setelah terjadi cedera

    semakin meningkat dengan semakin banyaknya penelitian. Walaupun hasil

    penyambungan tendon dengan berbagai teknik serta rehabilitasi semakin baik

    tetapi kita masih mengharapkan pemulihan yang lebih sempurna. Akan lebih

    banyak lagi modifikasi di masa depan dan penangan yang lebih baik pada kasus-

    kasus sulit.

  • 22

    Daftar Pustaka

    1. Strickland JW. Flexor tendon acute injuries. In: Green DID, Hotchkiss RN, Pederson WC, editor. Greens operative orthopedic hand surgery. 4th ed. Philadelpia: Churchill Livingstone; 1999 : 1851 83. 2. Boyer MI, Strickland JW. Et al. Flexor Tendon Repair and Rehabilitation :

    State of The Art in 2002. JBJS. 2002.

    3. Thompson JC. Hand section. In: Netters Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. 1st ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2002 : 121 45 4. Ricci JL. Tissue anatomy. In: Orthopaedics a study guide. New York: Mc

    Graw Hill; 1999: 13 14. 5. Thurman RT. Two, four, and six strand zone II flexor tendon repairs: an in

    situ biomechanical comparison using a cadaver model. J Hand Surg 1998; 23A:

    262 - 5

    6. Leddy JP. Flexor tendons acute injuries. In: Operative hand surgery. New York: Churchill Livingstone; 1993: 1823 45. 7. Harrison R. Hand surgery tendon healing project. J hand surg. 2003:

    105 14. 8. Wright PE. Flexor and extensor tendon injuries. In: Campbells operative orthopaedics. St. Louis: Mosby; 1992 : 3003 57. 9. Amadio PC. Tendon injuries in the upper extremity. In: Principles of

    orthopaedic practice. New York: Mc. Graw-Hill Co; 1998: 699 715.

  • 23

  • 24