LP RONDE
-
Upload
anitawulan -
Category
Documents
-
view
282 -
download
17
description
Transcript of LP RONDE
LAPORAN PENDAHULUAN
“DEMAM BERDARAH DENGUE“
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ronde Kecil Profesi Departemen Manajemen
Di Ruang Flamboyan RST dr. Soepraoen Malang
Disusun Oleh :
Anita Wulan 130070300011017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2015
A. DEFINISI.
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai
timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45).
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai
timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002)
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk
Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).
DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty.
(DR. Nursalam, 2005)
B. ETIOLOGI.
1. Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavovirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue
yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab
terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di
Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah
kecenderungan dominan DEN-2.
2. Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita;
2000;420).
C. PATOFISIOLOGI.
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam,
nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus
dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi
komplek antigen antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :
1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatoksin
C 3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
(plasma – Leakage), dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu,
renjatan yang tidak diatasi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan berakhir kematian.
2. Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan
mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat
terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka
plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Demam.
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang
dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat
3. Hepatomegali.
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan
lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul
sianosis disekitar mulut.( Nursalam, 2005)
E. KLASIFIKASI.
WHO mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
1. Derajat I.
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif.
2. Derajat II.
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III.
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt), tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80
→ 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).
4. Derajat IV.
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt), anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.
Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.
Nilai normal : - HB = L : 12,0 – 16,8 g/dl.
P : 11,0 – 15,5 g/dl.
- PCV /Hm = L : 35 – 48 %.
P : 34 – 45 %.
2. Trombosit menurun £ 100.000 / mm3.
Nilai normal : L : 150.000 – 400.000/mm3.
P : 150.000 – 430.000/mm3.
3. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.
Nilai normal : L/P : 4.600 – 11.400/mm3.
4. Waktu perdarahan memanjang.
Nilai normal : 1 – 5 menit.
5. Waktu protombin memanjang.
Nilai normal : 10 – 14 detik.
G. PENATALAKSANAAN.
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya
dari golongan asetaminopen.
7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
8. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
9. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
10. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien
dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg BB.Pemberian cairan intravena
baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi.
Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar,
tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg
BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada
perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan
penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak
minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan
melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic
Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik.
Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas
paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata
diatas 38,5°C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko
terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue
Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue
Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan
hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi
penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat
inap.
b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan
berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak
minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila
hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan indikator
adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi
dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan
yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan
pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit
(hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC.
Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik
(ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali)
dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat
gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal
dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan
sebagai satu macam obat hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2
ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka
selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk
jumlah diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum
mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka
pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman
pemberian cairan selanjutnya.
h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur
untuk menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
H. PENCEGAHAN.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
2. Biologis.
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).
3. Kimiawi.
Pengendalian kimiawi antara lain :
a. Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan
sampai
batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong
air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada saat
musim hujan, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
2. Keluhan Utama.
Panas atau demam.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran
kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
c. Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
d. Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang menderita DHF
sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
e. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).
4. Acitvity Daily Life (ADL)
1) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-hari.
3) Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4) Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
5) Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
5. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien.
Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding
abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit
tampak sianosis.
b. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang)
sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.
c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit dapat
menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f. Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
dan kaki.
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
B. DIAGNOSA.
Nursalam dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang dapat
timbul pada klien dengan DHF adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh :
a. Konvulsi.
b. Kulit kemerahan.
c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
d. Kejang.
e. Takikardi.
f. Takipnea.
g. Kulit terasa hangat.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
a. Perubahan status mental.
b. Penurunan tekanan darah.
c. Penurunan tekanan nadi.
d. Penurunan volume nadi.
e. Penurunan turgor kulit.
f. Penurunan turgor lidah.
g. Pengeluaran haluaran urine.
h. Penurunan pengisian vena.
i. Membrane mukosa kering.
j. Kulit kering.
k. Peningkatan hematokrit.
l. Peningkatan suhu tubuh.
m. Peningkatan frekuensi nadi.
n. Peningkatan konsentrasi urine.
o. Penurunan berat badan tiba-tiba.
p. Haus.
q. Kelemahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
a. Kram abdomen.
b. Nyeri abdomen.
c. Menghindari makanan.
d. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.
e. Kerapuhan kapiler.
f. Diare.
g. Kehilangan rambut berlebihan.
h. Bising usus hiperaktif.
i. Kurang makanan.
j. Kurang informasi.
k. Kurang minat pada makanan.
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
m. Kesalahan konsepsi.
n. Kesalahan informasi.
4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
a. kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
a. Perilaku hiperbola.
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah.
c. Ketidakakuratan melakukan tes.
d. Perilaku tidak tepat.
e. Pengungkapan masalah.
C. INTERVENSI.
Nanda (2009) dan Doenges, menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan
yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
DS : pasien mengeluh badan terasa panas
DO : suhu tubuh 380 C, muka pasien tampak merah, berkeringat banyak, pasien tampak
menggigil
Tujuan Rencana Rasional
Ø Mempertahankan suhu
tubuh normal.
Ø KH :
Suhu tubuh antara 36 –
370C.
Membrane mukosa
basah.
Nyeri otot hilang.
a. Ukur tanda-tanda vital
(suhu).
b.
Berikan kompres hangat.
c.
Tingkatkan intake cairan.
a. Suhu 38,90C-41,10C
menunjukkan proses
penyakit infeksi akut.
b. Kompres hangat akan
terjadi perpindahan panas
konduksi.
c. Untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
DS: pasien mengeluh haus
DO: tekanan darah menurun, nadi meningkat, Trombositopenia, hematokrit meningkat
20%, jumlah urin menurun, turgor kulit lambat >3 detik
Tujuan Rencana Rasional
Ø Kebutuhan cairan
terpenuhi.
Ø KH :
Mata tidak cekung.
Membrane mukosa
tetap lembab.
Turgor kulit baik.
a. Observasi tanda-tanda
vital paling sedikit setiap
tiga jam.
b.
Observasi dan cata intake
dan output.
c.
Timbang berat badan.
d.
Monitor pemberian
a. Penurunan sirkulasi
darah dapat terjadi dari
peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan
hipotensi dan takikardia.
b. Menunjukkan status
volume sirkulasi,
terjadinya / perbaikan
perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi.
c. Mengukur keadekuatan
penggantian cairan sesuai
fungsi ginjal.
d. Mempertahankan
cairan melalui intravena
setiap jam.
keseimbangan
cairan/elektrolit.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
DS: pasien mengeluh mual dan tidak nafsu makan
DO: porsi makan tidak habis, bibir pecah-pecah dan kering
Tujuan Rencana Rasional
Ø Kebutuhan nutrisi
adekuat.
Ø KH :
Berat badan stabil atau
meningkat.
a. Berikan makanan yang
disertai dengan suplemen
nutrisi untuk
meningkatkan kualitas
intake nutrisi.
Anjurkan kepada orang
tua untuk memberikan
makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
secara bertahap.
c. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan
skala yang sama.
d. Pertahankan kebersihan
mulut klien.
e.
Jelaskan pentingnya
intake nutrisi yang
adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
a. Mengganti kehilangan
vitamin karena
malnutrisi/anemia.
b.
Porsi lebih kecil dapat
meningkatkan masukan.
c.
Mengawasi penurunan
berat badan.
d.
Mulut yang bersih
meningkatkan selera
makan dan pemasukan
oral.
e. Jelaskan pentingnya
intake nutrisi yang
adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
4. Nyeri pada ulu hati berhubungan dengan peningkatan asam lambung
DS: pasien mengeluh nyeri pada ulu hati, mual, dan tidak nafsu makan
DO: nyeri tekan daerah epigastrium, ekspresi wajah meringis
Tujuan Rencana Rasional
rasa nyaman terpenuhi
Kh KH :
nyeri ulu hati hilang,
pasien tidak meringis
kesakitan, tidak ada nyeri
tekan daerah epigastrium,
ekspresi wajah rileks
Kaji intensitas nyeri
berdasarkan skala nyeri
Ajarkan pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi
Berikan kompres hangat
menggunakan buli-buli
pada daerah ulu hati
Berikan makanan sedikit-
sedikit tapi sering, dan
selagi hangat
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat
nyeri ulu hati
a.
5. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan Rencana Rasional
Ø Perfusi jaringan perifer
adekuat.
Ø KH :
TTV stabil.
a. Kaji dan catat tanda-
tanda vital.
b.
Nilai kemungkinan
terjadinya kematian
jaringan pada ekstremitas
seperti dingin, nyeri,
pembengkakan kaki.
a. Penurunan sirkulasi
darah dapat terjadi dari
peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan
hipotensi.
b. Kondisi kulit
dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi, dan
immobilisasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan Rencana Rasional
Ø Klien mengerti dan
memahami proses
penyakit dan pengobatan.
a. Tentukan kemampuan
dan kemauan untuk
belajar.
b.
Jelaskan rasional
pengobatan, dosis, efek
samping dan pentingnya
minum obat sesuai resep.
c. Beri pendidikan
kesehatan mengenai
penyakit DHF.
a. Adanya keinginan
untuk belajar
memudahkan penerimaan
informasi.
b. Dapat meningkatkan
kerjasama dengan terapi
obat dan mencegah
penghentian pada obat
dan atau interkasi obat
yang merugikan.
c. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan.
D. IMPLEMENTASI.
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
(Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri
dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres
hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien.
E. EVALUASI.
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi
kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi
pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut
:
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan
tanda vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika.
Jakarta.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.
C. Intervensi keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x
Fever Treatment :
Observasi tanda-tanda Tanda-tanda vital
24 jam, pasien akan :
Menunjukkan suhu tubuh
dalam rentang normal.
TTV normal.
vital tiap 3 jam.
Beri kompres hangat
pada bagian lipatan tubuh (
Paha dan aksila ).
Monitor intake dan
output
Berikan obat anti piretik.
Temperature
Regulation
Beri banyak minum ( ±
1-1,5 liter/hari) sedikit tapi
sering
Ganti pakaian klien
dengan bahan tipis
menyerap keringat.
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.
Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu
normal memperlancar
sirkulasi.
Untuk mengetahui adanya
ketidakseimbangan cairan
tubuh.
Dapat menurunkan
demam
Peningkatan suhu tubuh
akan menyebabkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak.
Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat
dari peningkatan suhu dan
dapat terjadi konduksi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x
Fluid Managemen
Kaji keadaan umum klien Mengetahui dengan cepat
24 jam, pasien akan :
Menunjukkan
keseimbangan elektrolit
dan asam basa
Menunjukkan
keseimbangan cairan
Turgor kulit baik
Tanda-tanda vital dalam
batas normal
dan tanda-tanda vital.
Kaji input dan output
cairan.
Observasi adanya tanda-
tanda syok
Anjurkan klien untuk
banyak minum.
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian cairan
I.V.
penyimpangan dari
keadaan normalnya.
Mengetahui balance
cairan dan elektrolit dalam
tubuh/homeostatis.
Agar dapat segera
dilakukan tindakan jika
terjadi syok.
Asupan cairan sangat
diperlukan untuk
menambah volume cairan
tubuh
Pemberian cairan I.V
sangat penting bagi klien
yang mengalami deficit
volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x
24 jam, pasien akan :
Dapat mengontrol nyeri
Mengetahui tingkat nyeri
Ekspresi wajah rileks.
Pain management
Lakukan pengkajian
nyeri secara kompherensif.
Kaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi
pasien terhadap nyeri.
Mengetahui nyeri yang
dialami pasien sehingga
perawat dapat menentukan
cara mengatasinya.
Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut maka
perawat dapat melakukan
intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
Berikan posisi yang
nyaman dan ciptakan
suasana ruangan yang
tenang.
Berikan suasana gembira
bagi pasien
Analgetic administration
Berikan analgesik sesuai
tipe dan beratnya nyeri .
Posisi yang nyaman dan
situasi yang tenang dapat
membuat perasaan yang
nyaman pada pasien.
Dengan suasana
gembira pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri.
Obat analgesik dapat
menekankan rasa nyeri.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ,
mual dan muntah.
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24
jam, pasien akan :
Menunjukkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Memperlihatkan adanya
selera makan
Nutrition managemen
Kaji keadaan umum klien
Beri makanan sesuai
kebutuhan tubuh klien.
Anjurkan orang tua klien
untuk memberi makanan
sedikit tapi sering.
Anjurkan orang tua klien
memberi makanan TKTP
dalam bentuk lunak
Memudahkan untuk
intervensi selanjutnya
Merangsang nafsu makan
klien sehingga klien mau
makan.
Makanan dalam porsi
kecil tapi sering
memudahkan organ
pencernaan dalam
metabolisme.
Makanan dengan
komposisi TKTP berfungsi
membantu mempercepat
proses penyembuhan.
Nutrition Monitoring
Timbang berat badan
klien tiap hari.
Monitor mual dan muntah
pasien
Berat badan merupakan
salah satu indicator
pemenuhan nutrisi
berhasil.
Untuk mengetahui status
nutrisi pasien.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24
jam, pasien akan :
Dapat berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
Dapat melakukan
aktivitas sehari-hari
TTV normal
Activity Therapy
Kaji hal-hal yang mampu
dilakukan klien.
Bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitasnya
sesuai dengan tingkat
keterbatasan klien
Beri penjelasan tentang
hal-hal yang dapat
membantu dan
meningkatkan kekuatan
fisik klien.
Mengetahui tingkat
ketergantungan klien
dalam memenuhi
kebutuhannya.
Bantuan sangat diperlukan
klien pada saat kondisinya
lemah dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
tanpa mengalami
ketergantungan pada orang
lain.
Dengan penjelasan, pasien
termotivasi untuk
kooperatif selama
perawatan terutama
terhadap tindakan yang
dapat meningkatkan
kekuatan fisiknya.
Libatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL klien
Jelaskan pada keluarga
dan klien tentang
pentingnya bedrest
ditempat tidur.
Keluarga merupakan
orang terdekat dengan
klien
Untuk mencegah
terjadinya keadaan yang
lebih parah
f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24
jam, pasien akan :
TTV dalam batas normal
Natrium serum, kalium
serum, kalsium serum,
magnesium serum dalam
batas normal.
Hematokrit dalam batas
normal
Syok prevention
Monitor keadaan umum
klien.
Observasi tanda-tanda
vital
Monitor input dan output
pasien
Anjurkan pada pasien/
keluarga untuk segera
melapor jika ada tanda-
tanda perdarahan.
Syok managemen
Cek hemoglobin,
Memantau kondisi klien
selama masa perawatan
terutama saat terjadi
perdarahan sehingga tanda
pra syok, syok dapat
ditangani.
Tanda vital dalam batas
normal menandakan
keadaan umum klien baik
Mengetahui balance
cairan dan elektrolit dalam
Keterlibatan keluarga
untuk segera melaporkan
jika terjadi perdarahan
terhadap pasien sangat
membantu tim perawatan
untuk segera melakukan
tindakan yang tepat
untuk acuan melakukan
hematokrit, trombosit
Monitor gas darah dan
oksigenasi
tindak lanjut terhadap
perdarahan.
Untuk mengetahui adanya
asodosis metabolik.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24
jam, pasien akan :
Mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
TTV normal
Menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
Anxiety Reduction
Kaji tingkat kecemasan
Jelaskan prosedur
pengobatan perawatan.
Beri kesempatan pada
orang tua untuk bertanya
tentang kondisi pasien.
Beri penjelasan tiap
prosedur/ tindakan yang
akan dilakukan terhadap
pasien dan manfaatnya
bagi pasien
Mengetahui kecemasan
orang tua klien dan
memudahkan menentukan
intervensi selanjutnya.
Untuk menambah
pengetahuan dan informasi
kepada klien yang dapat
mengurangi kecemasan
orang tua.
Untuk memperoleh
informasi yang lebih
banyak dan meningkatkan
pengetahuan dan
mengurangi stress.
Memberikan penjelasan
tentang proses penyakit,
menjelaskan tentang
kemungkinan pemberian
perawatan intensif jika
memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan
perawatan yang lebih
optimal
Beri dorongan spiritual. Memberi ketenangan
kepada klien dengan
berserah diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.
Tujuan & Kriteria Hasil
{ NOC }
Intervensi
{ NIC }
Rasional
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x
24 jam, pasien akan :
Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit , kondisi ,
prognosisdan program
pengobatan
Mampu melaksanakan
yang dijelaskan secara
benar
Teaching: Disease
Proses
Kaji tingkat pengetahuan
klien/keluarga tentang
penyakit DHF
Kaji latar belakang
pendidikan klien/ keluarga.
Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan
dan obat-obatan pada klien
dengan bahasa dan kata-
kata yang mudah
dimengerti.
Jelaskan semua prosedur
yang akan dilakukan dan
manfaatnya pada klien.
Sebagai data fdasar
pemberian informasi
selanjutnya.
Untuk memberikan
penjelasan sesuai dengan
tingkat pendidikan klien/
keluarga sehingga dapat
dipahami.
agar informasi dapat
diterima dengan mudah
dan tepat sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman.
Dengan mengetahui
prosedur/tindakan yang
akan dilakukan dan
manfaatnya, klien akan
kooperatif dan
kecemasannya menurun.
Berikan kesempatan pada
klien/ keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang
ingin diketahui
sehubungan dengan
penyakit yang diderita
klien.
Mengurangi kecemasan
dan memotivasi klien
untuk kooperatif.