Lp Pre Eklamsia Berat

17
A. PRE EKLAMSIA 1. Definisi Preeklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda penting preeklamsia, proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urine per jam 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstik) secara menetap pada sampel urine. Preeklamsia secara klinis mulai tampak hanya menjelang hanya menjelang akhir suatu proses patofisiologi yang mungkin sudah dimulai 3-4 bulan sebelum timbulnya hipertensi. Eklamsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria. Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut eklampsia. 2. Kriteria preeklamsia a. Kriteria minimum 1) TD ≥ 140/90 mmHg 2) Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 pada dipstik

description

LP

Transcript of Lp Pre Eklamsia Berat

A. PRE EKLAMSIA1. DefinisiPreeklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda penting preeklamsia, proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urine per jam 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstik) secara menetap pada sampel urine. Preeklamsia secara klinis mulai tampak hanya menjelang hanya menjelang akhir suatu proses patofisiologi yang mungkin sudah dimulai 3-4 bulan sebelum timbulnya hipertensi. Eklamsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria. Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut eklampsia.

2. Kriteria preeklamsiaa. Kriteria minimum1) TD 140/90 mmHg2) Proteinuria 300 mg/24 jam atau +1 pada dipstikb. Kriteria diagnosis PEB1) TD sistolik > 160-180 ; diastolik > 110 mmHg2) Proteinuria > 5 g/ 24 jam3) Oligouria ( dari 3 gr/l.4) Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis. 4. EtiologiSampai sekarang penyebab pasti belum diketahui walaupun diyakini bahwa preeklampsia berhubungan erat dengan plasenta. Hipotesis yang penting pada patogenesis preeklampsia adalah terdapatnya senyawa yang dihasilkan jaringan uteroplasenta yang masuk kedalam sistem sirkulasi ibu dan menyebabkan kerusakan endotel. Perubahan endotel yang terjadi dianngap sebagai penyebab utama timbulnya gejala preeklampsia seperti hipertensi, proteinuria, dan aktivasi sistem hemostasis. Teori yang digunakan oleh ilmuwan belum dapat menjawab beberapa (etiologi dan gejala yang sering dialami oleh ibu hamil dengan eklampsia) sebagai berikut:a. Frekuensi bertambah banyak pada primigravida, kehamilan ganda, hidramion, dan mola hidatidosa.b. Sebab bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilanc. Sebab jarang terjadinya preeklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.d. Sebab timbulnya hipertensi, oedema, dan proteinuri.Dari semua gejala tersebut, gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah yaitu kenaikan tekanan sistole paling tidak naik hingga 30 mmHg atau lebih dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya. Kenaikan diastolik 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Untuk memastikan diagnosa tersebut harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam pada saat istirahat.Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB yang berlebihan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Bila kenaikan BB lebih dari 1 kg setiap minggunya selama beberapa kali ,maka perlu adanya kewaspadaan akan timbulnya preeklampsi.Proteinuri berarti konsentrasi protein dalam urin > 0,3 gr/liter urin 24 jam atau pemeriksaan kuantitatif menunjukkan + 1 atau + 2 atau 1 gr/liter atau lebih dalam urine midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam . Proteinuri timbul lebih lambat dari dua gejala sebelumnya, sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala tersebut.

5. KomplikasiKomplikasi tergantung dari derajat preeklamsia atau eklamsia klien, yaitu meliputi: a. Atonia uterib. Syndrome HELLP (Hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count)c. Abalasia retinad. Trombositopeniae. KIDf. Gagal ginjalg. Perdarahan otakh. Edema parui. Gagal jantungj. Syokk. Kematian

6. Pengelolaan kehamilanPada umumnya PEB pada kehamilan < 28 minggu dan > 35 minggu dilahirkan, sedangkan kehamilan antara 28-35 minggu masih kontroversi antara ekspektatif yaitu menunda persalinan sambil diberikan pematangan paru versus tindakan aktif untuk melahirkan tanpa emmandang usia kehamilan.Indikasi melahirkan janin selama periode ekspektatif pada pasien PEB antara lain:a. Indikasi janin1) Usia kehamilan > 35 minggu2) Usia kehamilan < 35 minggu dengan paru janin yang sudah matang atau selesai pemberian steroid3) TBA < 5 th presentil4) Adanya oligohidramnion berat5) Tes kesejahteraan janin yang abnormal6) Ketuban pecahb. Indikasi ibu1) Persalinan preterm atau perdarahan pervaginam2) Eklamsia atau encepalopati3) Edema paru atau gagal ginjal4) Oliguria menetap setelah diterapi5) Trombositopenia menetap6) Nyeri epigastrium berat atau keluhan serebral7) Keinginan ibu8) Hipertensi berat yang tidak responsif dengan pemberian terapi yang maksimal

7. PatofisiologiPada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan perubahan ke organ ntara lain :a. Otak .Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.b. Ginjal.Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % ari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.c. URIDimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.d. Rahim Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus prematur.

e. ParuDekompensi cordis akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu dan sianosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru atau abses paru yang bisa menyebabkan kematian .f. HeparPenurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus.

8. PrognosisEklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah: a. Koma yang lama b. Nadi diatas 120 per menitc. Suhu diatas 39C.d. Tensi diatas 200 mmHge. Lebih dari sepuluh serangan 9. Pemeriksaan Pritchard (1955) memulai standardisasi rejimen terapi eklampsia di Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan. Pada tahun 1984 Pritchard dkk melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen terapi eklampsia pada 245 kasus eklampsia. Prinsip prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah sebagai berikut :a. Terapi suportif untuk stabilisasi pada penderitab. Selalu diingat mengatasi masalah masalah Airway, Breathing, Circulationc. Kontrol kejang dengan pemberian loading dose MgSO4 intravena, selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4 intramuskuler secara loading dose didikuti MgSO4 intramuskuler secara periodik.d. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda beda, ada yang mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110 mmHg.e. Koreksi hipoksemia dan asidosisf. Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena kecuali pada kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun diare yang berlebihan. Hindari penggunaan cairan hiperosmotik.g. Terminasi kehamilan

B. ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian a. Identitas:Umur : Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan remaja/dewasa muda b. Riwayat MasukKlien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin menyertai klienc. Riwayat Penyakit DahuluPredileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada kliend. Pengkajian Primer1) AirwayKebersihan jalan nafas, evaluasi adanya sputum, oksigen, kemampuan batuk.2) BreathingFrekunsi nafas, pengembangan paru-paru, suara nafas, kedalaman nafas, irama nafas, kembang kempis paru-paru, penggunaan otot-otot bantu pernapasan.3) CirculationRiwayat penyakit jantung, tekanan darah, nadi, irama jantung, bunyi jantung, warna kulit, kapiler refill, sianosis.e. Pengkajian Sekunder1) Sistem IntegumenSubyektif: -Obyektif: kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan2) Sistem PulmonalSubyektif: sesak nafas, dada tertekan, cengengObyektif: Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.3) Sistem CardiovaskulerSubyektif: sakit kepalaObyektif: Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan4) Sistem NeurosensoriSubyektif: gelisah, penurunan kesadaran, kejangObyektif: GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi5) Sistem MusculoskeletalSubyektif: lemah, cepat lelahObyektif: tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan6) Sistem genitourinariaSubyektif: -Obyektif: produksi urine menurun/normal7) Sistem digestifSubyektif: mual, kadang muntahObyektif: konsistensi feses normal/diare

Studi Laboratorik : Hb: menurun/normalAnalisa Gas Darah: acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normalElektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal

Rencana Keperawatan Diagnosa KepTujuan dan criteria HasilIntervensi

1. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi

Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria: Terbebas dari edema, efusi, anaskara Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung Balance cairan 0Fuid/Electrolyte Management (2080) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Kaji lokasi dan luas edema Monitor masukan makanan / cairan Monitor status nutrisi Berikan diuretik sesuai advis Kolaborasi pemberian obat Monitor berat badan Monitor elektrolit Monitor tanda dan gejala dari odema

Risiko infeksi (00004) b.d Pertahanan tubuh primer tidak adekuat: trauma jaringanSetelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil:a. Luka jahitan klien dalam keadaan bersih dan kering.b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien.c. Tidak ada kemerahan pada luka klien dan di sekitar luka klien.d. Tidak ada pus atau cairan yang keluar dari jahitan.e. Tidak ada edema pada luka jahitan.f. Tanda vital dalam rentang normalTD sistolik 60-120 mmHg dan diastolik 60-100 mmHg.Suhu 35,5-37,5 oC.Nadi 60-100 x/menit.RR 18-24 x/menit.g. Klien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.h. Leukosit dalam batas normal (3,6 11,0).

Infection Control (6540) : Jaga kebersihan di sekitar luka jahitan. Motivasi klien untuk menjaga kebersihan luka

Infection Protection (6550) : Monitor adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium darah, pantau adanya peningkatan kadar leukosit. Kolaborasi pemberikan antibiotic.

Nutrition Management (1100) : Motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang menggandung tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKADoenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGCCarpenito L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGCTukur, Jamilu. The use of magnesium sulphate for the treatment of severe pre-eclampsia and eclampsia. Annals of African Medicine. Vol. 8, No. 2, th 2009.

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo