Lp Persalinan Patologis

44
PERSALINAN PATOLOGIS 1. Definisi Persalinan Patologis. Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan. Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002). Sementara menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya janin, plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan. Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang,sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan 1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu 2. Perubahan struktur pelvis 3. Sebab-sebab pada janin melalui kelainan presentasi atau kelainan posisi,bayi besar dan jumlah janin

description

LP persalinan patologis

Transcript of Lp Persalinan Patologis

Page 1: Lp Persalinan Patologis

PERSALINAN PATOLOGIS

1. Definisi Persalinan Patologis.

Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa

Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan. Persalinan

patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi ibu dan anak.

(Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal menurut WHO

adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal

persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan

dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu,

setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002). Sementara

menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya janin,

plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang menghasilkan

affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan.

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang,sulit atau abnormal yang

timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat

upaya mengedan ibu

2. Perubahan struktur pelvis

3. Sebab-sebab pada janin melalui kelainan presentasi atau kelainan posisi,bayi

besar dan jumlah janin

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman,persiapan,budaya serta sistem pendukung

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan patologis

a. Power adalah kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim.

Kontraksi rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada kala I. His yang tidak

adekuat dapat mengakibatkan persalinan patologis pada setiap kala persalinan.

Pada awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam 15 menit dan kekuatan 20

detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan 60

detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12 jam pada primi para dan 12 jam

pada multi para. Bila kontraksi rahim tidak adekuat, dapat mengakibatkan serviks

sebagai jalan lahir tidak terbuka. Oleh karena itu untuk merangsang kontraksi rahim

Page 2: Lp Persalinan Patologis

dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan sintosinon drip. Apabila

kemajuan persalinan juga tidak ada maka biasanya dilakukan tindakan bedah yaitu

dengan seksio sesaria (Sarwono, 2005).

Pada kala II, yaitu sejak pembukaan jalur pertama jalan lahir lengkap, bila

kontraksi rahim tidak adekuat maka dilakukan induksi persalinan dengan

menggunakan sintosinon drip. Apabila ibu kelelahan dan tidak mampu untuk

mengedan untuk menyelamatkan ibu dan janin dilakukan tindakan pertolongan

persalinan dengan menggunakan Vakum ekstraksi untuk melahirkan kepala.

(Sarwono, 20005).

Kala III persalinan adalah kala pengeluaran uri, Uri lahir sekitar 10 sampai 15

menit setelah anak lahir. Jika uri belum lahir lebih dari 30 menit, kemungkinan

masalah pada kala III yaitu uri tertahan akibat kontraksi rahim tidak ada, selain itu

uri lengket erat pada dinding rahim, hal ini dapat mengakibatkan pendarahan.

Untuk merangsang rahim dilakukan manajemen aktif kala III yaitu: Pemberian

sintosinon satu ampul, disuntik dengan intra muskuler. Melakukan message pada

rahim, peregangan pusat terkendali. Apabila uri tidak lahir dilakukan Manual

plasenta yaitu memasukkan tangan kedalam rahim untuk melahirkan uri.

(Pusdiknakes, 2003).

Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan. Kala IV

disebut juga dengan kala pengawasan. Kemungkinan terjadi pendarahan masih

ada akibat kontraksi rahim yang tidak ada, robekan jalan lahir, Uri tertinggal

sebagian dan adanya gangguan pembekuan darah. Peredaran selama persalinan

dianggap patologis apabila perdarahan lebih dari 500 CC ( Sarwono 2005)

b. Passage ( jalan lahir)

Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang terdiri dari tulang dan

otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu pintu bawah panggul. Selain itu

otot-otot vagina dan perineum apabila kaku dapat menghalangi lahirnya anak. Bila

salah salah satu ukuran panggul tersebut tidak normal, janin tidak dapat melewati

jalan lahir sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesaria, vakum ekstraksi.

c. Passenger (anak)

Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram. Apabila ukuran

anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir. Untuk mencegah

macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia pada janin

biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

d. Posisi Ibu

Page 3: Lp Persalinan Patologis

Posisi ibu mempengaruhi anatomi dan fisiologi penyesuaian untuk kelahiran.

Posisi yang benar memberi keuntungan . perobahan posisi sering menghilangkan

letih, penambahan kenyamanan dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang benar

termasuk jongkok, berdiri jalan. Dalam posisi yang benar dapat membantu

penurunan janin, kontraksi uterus umumnya lebih kuat dan kuat dan juga efisien

untuk dilatasi servik, menghasilkan persalinan yang lebih pendek, cepat. Dalam

penambahan posisi benar, mengambil posisi yang benar menurunkan timbulnya

tekanan tali umbilicalis.

3. Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis

Umur

Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh

mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin

mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar

sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih

dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga

rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi

penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu Preeklamasi,

Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebih dari 35 tahun

akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibanya ibu hamil

pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih dari 12

jam pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para. Selain itu

dapat mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak berkontraksi (Depkes,

2001).

Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas

tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim

mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan

kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali

seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan

melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus

semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan

mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).

Pendidikan

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di sektor formal

mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih

aktif menentukan sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan.

Rendahnya pendidikan ibu, berdampak terhadap rendahnya pengetahuan ibu.

Page 4: Lp Persalinan Patologis

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu,

makin sedikit keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005).

Perilaku Ibu

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang

yang merupakan hasil bersama baik eksternal maupun internal. Seorang ahli

pedidikan membagi perilaku kedalam 3 domain: pengetahuan, sikap dan tindakan.

Bila perilaku didasari rendah pengetahuan akan langgeng dari yang tidak didasari

pengetahuan (Rogers, 1974). Ibu hamil harus berperilaku sehat, agar kehamilan

tidak mempunyai masalah yang dapat mengakibatkan komplikasi dalam

persalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil meliputi: kunjungan, asupan gizi,

makan tablet zat besi sejak kehamilan 20 mg, senam hamil, perawatan jalan lahir,

pemanfaatan layanan kesehatan. (Syaiffudin, 2005).

Untuk memantau kondisi kesehatan ibu, pertumbuhan dan

perkembangan janin, serta mendeteksi dini masalah dan komplikasi selama

kehamilan, ibu dianjurkan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali: yaitu 1 kali

pada trimester pertama, satu kali selama trimester, trimester dua dan dua kali pada

trimester ketiga. Selain itu untuk meningkatkan kondisi kesehatan ibu waktu

kunjungan diberi informasi mengenai perawatan kehamilan, bahaya kehamilan.

Asupan gizi selama hamil penting untuk uterus, plasenta dan janin.

Oleh karena itu jika asupan gizi kurang dapat menyebabkan malnutrisi

ultra utrin, yang mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah. sebaliknya bila ibu

hamil makan berlebihan dapat menyebabkan bayi besar, yang dapat

mengakibatkan anak sulit lahir melewati jalan lahir. Adapun asupan gizii selama

hamil meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.

I. Teori yang mempengaruhi proses persalinan

1) Teori Keregangan

(1) Otot rahim mempunyai kamampuan meregang dalam batas tertentu

(2) Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai

2) Teori Penurunan Progesteron

(1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi

penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu

Page 5: Lp Persalinan Patologis

(2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif

terhadap oksitocin

(3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan

progesteron tertentu

3) Teori Oksitocin Internal

(1) Oksitocin dekeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior

(2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas

otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks

(3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitocin

dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai

4) Teori Prostaglandin

(1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang dikeluarkan oleh

decidua

(2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim

sehingga hasil konsepsi dikeluarkan

(3) Prostaglandin dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan

5) Teori hipotalamus – hipofise dan Glandula suprarenalis

(1) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus

(2) Pemberian kortikosteroid yang dapt menyebabkan maturitas janin, induksi

(mulainya) persalinan

(3) Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan

ADAPTASI FISIOLOGIS IBU INTRANATAL DAN POSTNATAL

Perubahan kardiovaskuler

Page 6: Lp Persalinan Patologis

Pada setap kontraksi , 400 mil darah di keluarkan dari uterus dan masuk kedalam sistem

vaskular ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sektiar 10% sampai 15% pada tahap

pertama persalinan dan sekitar 30% samapi 50% pada tahap ke dua persalinan.

Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada beberapa faktor yang

mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada arteri  uterus akibat

kontraksi, di arahkan kembali ke pembuluh darah ferifer. Timbul tekanan ferifer tekanan

darah meningkat, dan frekwensi denyut nadai melambat. Pada tahap pertama persalinan

kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik sampai sekitar 10mmhg. Pada tahap ke dua

kontraksi dapat meningkatkan tekanan sistolik samapai 30mmhg dan tekanan diastolik

sampai 20mmhg.selama wanita melakukan manuver valsalva janin dapat mengalami

hipoksia . proses ini pulih kembali saat wanita menarik nafas.

Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine,  jika pembesaran uterus

berlebihan akibat kehamilan kembar , hidramion, obesitas atau dehidrasidan hipovolemia.

Selain itu rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat

menyebabkan hipotensi.

Sel  darah putih (SDR) meningkat, sering kali sampai  25.000/mm. Terjadi beberapa

perubahan pembuluh darahh perifer, kemungkinan sebagi respon terhadap dolatasi seviks 

atau kkompresi pembuluh darah ibu oleh janin yang melalui jalan lahir.pipi jadi merah kaki

panas atau dingin, yang terjadi prolaps hemoroidsistem pernapasan juga beradaptasi.

Peningkatan aktifitas  fisik dan peningkatan pemakaian oksigen, terlhat dari peningkatan

ferkwensi pernafasan. Hiper ventilasi dapat meneyebabkan alkalosis respiratorik,  ( pH

meningkat), hipoksia dan hipokapnea ( karbon dioksida menurun).

Perubahan pada ginjal

Pada trimester ke dua,kandung kemih menjadi abdomen. Apabila terisi, kandung kemih

dapat teraba di atas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan

untuk berkemih secara spontan  akibat berbagai alasan edema   jarinagn akibat tekanan

bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi , dan rasa malu. Proteinnuria +1 dapat di

katakan normal dan hasil ini merupakan rusak nya jaringan otot akibat keja fisik selama

persalinan.

Perubahan integumen

Adaptasi integumen jelas terlihat khusus nya pada daya intensibilitas daerah intoitus vagina

( muara vagina), meskipun daerah itu deapat merengang , namun dapat terjadi robekan-

robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak di lakukan episiotomi atau

tidak terjadi laserasi.

Perubahan muskuloskletal

Page 7: Lp Persalinan Patologis

Sistem muskuloskletal mengalami stres selam persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria

(+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktifitas otot yang

menyolok.

Nyeri punggung dan nyeri sendi  ( tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat

semakin rengang  nya sendi  pada masa aterm proses persalinan itu sendiri dan pergerakan

meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan keram tungkai.

Perubahan neurologi

Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul sres dan rasa tidak nyaman selama

persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama persalinan dan

saat masuk kesetiap tahap berikut nya.  Mula-mula ia mungkin merasa euforia,  euforia

membuat wanita  menjadi srius dean kemudian mengalami  amnesia di antara traksi di

tahap ke dua. Akhir nya wanita merasa sanagt senang  atau merasa letih setelah

melahirkan,. Endofrin endogen ( senyawa mirip morfin yang di produksi tubuh secara alami)

meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selainn itu anestesia fisiologis

jaringan perineum, yang di timbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan persepsi

nyeri.

Perubahan pencernaan

Persalinan mempengaruhi sistem pencernaan wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering

akibat  wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap

persalinan.  Motilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan waktu pengososangan

lambung menjadi lambat. Wannita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan

yang belum di cerna setelah bersalin,. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks

terhadap dilatasi sefiks lengakap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Petrwat

dapat meraba tinja yang keras dan tertahan pada rektum.

Perubahan endokrin

Sistim endeokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat di akibatkan oleh

penurunan kadar progesteron dan peningkatan  kadar estrogen, prostagladin dan ositosin.

Metabolisme meningkat dan kadar glukos a darah dapat menurun akibat proses persalinan.

 

Sistem Reproduksi dan struktur Terkait

UTERUS

Proses Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah

umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar

uterus kira-kira sama dengan besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia

Page 8: Lp Persalinan Patologis

kehamilan 16 minggu ( kira-kira sebesar grapefruit (jeruk masam) dan beratnya kira-kira

1000 g.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai lebih 1 cm di atas umbilikus . Dalam beberapa

hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1

sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada haari pascapartum keenam fundus normal akan berada di

pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen

pada hari ke-9 pascaprtum.

Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi

menjadi kira0kira 500 gr (1 lb) 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2

minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati

lagi. Pada minggu ke enam, beratnya menjadi  50 sampai 60 kg.

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif

uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia,

peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada

masa pascapartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis,

perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yan

gterbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar

setelah hamil

Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, di duga

terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.

Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah

intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembekuan bekuan. Hormon oksigen

yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi  uterus,

mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam

pertama pascapartum intensitas kontraksi  bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena

penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan

oksitosin (pitosin) secara intavena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta

lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di

payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsnag pelepasan

oksitosin.

After pains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.

Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri

yang bertahan sepajang awal puer[erium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata

setelah ibu melahirkan, di tempat uterus teralu teregang (misalnya, pada bayi besar,

Page 9: Lp Persalinan Patologis

kembar). Menyusui dan oksitosin tembahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena

keduanya merangsnag kontraksi uterus.

Tempat Plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis

menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur.

Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan rekrotik dan

mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuh luka. Proses

penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti

biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang akan

datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum,

kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai

sampai enam mingggu setelah melahirkan.

Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna

merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat

mengandung vekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang

keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang kelua selama menstruasi.

Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang.

Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik. Aliran

menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia

serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan devris jaringan. Sekitar 10

hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba

mengandung leukosit , desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa

bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayil ahir.

Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi perineum sulit dilakukan. Cara

mengukur lokia yang objektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menimbang tampon

perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar satu gram

setara denagn sekitar satu mililiter darah. Seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila

faktor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum

dalam waktu satu jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang

mengganti tampon setelah 8 jam.

Lokia rubra yang menetap pad aawal periode pascapartum menunjukkan perdarahan

berlanjut sebagai akibat periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai

akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang

setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat

plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin

Page 10: Lp Persalinan Patologis

disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlanjut bisa

menandakan endometritis.

Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum adalah lokia.

Sumber umum ialah laserasi atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.

Serviks

Serviks menjadi lunak

Serviks menjadi lunk segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas (18) jam pascapartum,

serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

Srviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa

hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat

memar dan ada sedikit laserisasi kecil-kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi.

Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup sacara bertahap. Dua

jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai hari

ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dpat dimasukkan pada akhir

minggu kedua.

Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan

hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke

ukuran sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali

terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

Pada umunya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita

yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan

mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen

menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan

lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)menetap samapi fungsi ovarium

kembali normal da n menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan

pelumas larut air saat melakukan hubunagn seksual untuk mengurangi nyeri.

Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah

episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini

hematoma dan higienea yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan

biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itoitus pada wanita nulipara.

Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan

bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik diperlukan

supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses enyembuhan luka episotomi sama dengan

luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau

tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua

sampai tig aminggu.

Page 11: Lp Persalinan Patologis

Hemoroid (varises anus) umunya terlihat. Wanita sering menagalami gejala terkait, seperti

rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekator.

Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa mingggu setelah lahir.

Topangan Otot Panggul

Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan

memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali sampai ke tonus semula. Istilah relaksasi

panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur

panggul.

SISTEM ENDOKRIN

Hormon Plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi

oleh organ tersebut. Penurunan hormone human plasental lactogen (hPL), estrogen, dan

kortisol serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga

kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan

progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai

kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan

pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi

selama masa hamil.

Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium

Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam

menekan ovulasi. Karena kadar FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak

menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar

prolaktin meningkat. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu

keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui,

lama sekali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Setelah melahirkan,

wanita tidak menyusui mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum

hamil dalam 2 minggu.

ABDOMEN

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan

membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk

dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada keadaan tertentu, dengan atau

tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding

abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominis. Apabila

menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita tetapi seiring perjalanan waktu,

defek tersebut menjadi kurang terlihat.

Sistem Urinarius

Page 12: Lp Persalinan Patologis

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan

kira-kira 2 – 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal

kembali ke keadaan sebelum hamil.

Komponen Urin

Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu

menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama

masa pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan

kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama

1-2 hari setelah wanita melahirkan. Asetonuria bias terjadi pada wanita yang tidak

mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai

dehidrasi.

Dieresis Pascapartum

Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di

jaringan selama ia hamil. Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar

estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya

peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk

mengatasi kelebihan cairan.

Uretra dan Kandung Kemih

Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai

daerah-daerah kecil hemoragi akibat proses melahirkan. Kombinasi trauma akibat kelahiran,

peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi

menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang

timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan atau

mengubah reflex berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa

menyebabkan distensi kandung kemih.

SISTEM CERNA

Nafsu Makan

Segera setelah melahirkan atau setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia,

dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.

Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang

singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Defekasi

BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa

Page 13: Lp Persalinan Patologis

pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau

dehidrasi.

Payudara

Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil

(estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah

bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum

hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.

SISTEM KARDIOVASKULER

Volume Darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya kehilangan darah

selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan

darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada

minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai

mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan

kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Pasca melahirkan,

shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini

akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi

dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume

darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai

kelima post patum.

Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita :

1. hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal

10%-15%.

2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi

3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil.

Curah Jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa hamil.

Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama

30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke

sirkulasi umum.

v Pascapartum

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:

1. Nyeri punggung bawah.

2. Sakit kepala dan nyeri leher.

3. Nyeri pelvis posterior.

4. Disfungsi simpisis pubis.

Page 14: Lp Persalinan Patologis

5. Diastasis rekti.

6. Osteoporosis akibat kehamilan.

7. Disfungsi rongga panggul.

Nyeri punggung bawah.

Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini

disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat

persalinan.

Sakit kepala dan nyeri leher.

Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa

terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum.

Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian

anestasi umum.

Nyeri pelvis posterior.

Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka.

Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai

nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat

membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.

Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk

mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta

mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.

Disfungsi simfisis pubis.

Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri

yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan

cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini

tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal,

diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan

suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai

rasa nyeri yang hebat.

Diastasis rekti.

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi

umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat

perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi

besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga

disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak

mengalami diastasis.

Osteoporosis akibat kehamilan.

Page 15: Lp Persalinan Patologis

Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri,

fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),

ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan,

postur tubuh yang buruk. .

Disfungsi dasar panggul.

Disfungsi dasar panggul, meliputi :

1. Inkontinensia urin.

2. Inkontinensia alvi.

3. Prolaps.

SISTEM HEMATOLOGI

Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak

15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama

masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga

30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal

ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-

ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika

hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi

daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah

yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml

darah. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu

pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

SISTEM REPRODUKSI

Terjadi perubahan-perubahan seperti:

1. Involusi uterus.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi

Uteri Tinggi Fundus Uteri

Berat

Uterus

Diameter

Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari

(minggu 1)

Pertengahan pusat dan

simpisis 500 gram 7,5 cm

14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm

Page 16: Lp Persalinan Patologis

(minggu 2)

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

1. Involusi tempat plasenta.

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam

kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu

ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta

khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah

besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini

disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.

Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.

Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis.

1. Perubahan ligamen.

Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan

dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi

pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan

letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi

agak kendor.

1. Perubahan serviks.

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti

corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah

kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang

dapat masuk.

1. Lochia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara

darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila

wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat

pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan

kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar

240 hingga 270 ml

1. Perubahan vulva, vagina dan perineum.

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan,

setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae

Page 17: Lp Persalinan Patologis

timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses

pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan

pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami

robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi

dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan

tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.

TANDA-TANDA VITAL

Suhu badan.

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu

tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu

badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.

Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada

pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi

pada endometrium,mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di

atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.

Nadi.

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi

dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,

harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

Tekanan darah.

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah

dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia

adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada

kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi

lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan

darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum.

Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

Pernafasan.

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu

post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam

keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan

pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

Tanda-tanda vital

Page 18: Lp Persalinan Patologis

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bias terlihat jika wanita dalam keadaan normal.

Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun distol dapat

timbul dan dapat berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.

(bowes,1991). Fungsi pernapasan kembali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan ke

enam setelah wanita melahirkan. Setelah rahim kosong, diagfragma menurun, aksis jantung

kembali normal, dan impuls titik maksimum dan EKG kembali normal.

Tanda vital setelah melahirkan

Temuan normal

Deviasi dari nilai normal dan penyebab

yang mungkin

Temperature

Selama 24 jam pertama dapat

meningkat sampai 38 derajat celcius

sebagai akibat efek dehidrasi

persalinan. Setelah 24jam wanita harus

tidak demam

Diagnosis sepsis puerperal baru dipikirkan,

jika suhu tubuh ibu meningkat sampai 380C

(100,40 F) setelah 24jam pertama setelah

bayi lahir dan terjadi lagi atau menetap

selama 2 hari. Kemungkinan lain ialah

mastitis, endometritis, infeksi saluran

kemih, dan infeksi sistemik

Denyut nadi

Denyut nadi dan volume sekuncup

serta curah jantung tetap tinggi selama

jam pertama setelah bayi lahir.

Kemudian mulai menurun dengan

frekuensi yang tidak diketahui. Pada

minggu ke-8 sampai ke-10 setelah

melahirkan, denyut nadi kembali ke

frekuensi sebelum hamil.

Frekuensi denyut nadi yang cepat atau

semakin meningkat dapat menunjukkan

hipovolemia akibat perdarahan

Tekanan darah

Tekanan darah sedikit berubah atau

menetap. Hipotensi ortistatik yang

diindikasikan oleh rasa pusing dan

seakan ingin pingsan segera setelah

berdiri, dapat timbul dalam 48 jam

pertama. Hal ini merupakan alkibat

pembengkakan limpa yang terjadi

setelah wanita melahirkan

Tekanan darah yang rendah atau menurun

bias menunjukkan hipovolemia akibat

perdarahan. Akan tetapi ini merupakan

tanda yang lambat munculnya. Gejala lain

perdarahan biasanya membuat staf

waspada. Tekanan darah yang semakin

meningkat bias disebabkan pemakaian

vasopresor atau obat oksitoksik secara

berlebihan.

Page 19: Lp Persalinan Patologis

Pernafasan

Pernapasan harus berada

dalamrentang normal sebelum

melahirkan

Hipoventilasi bias terjadi setelah blok

subarachnoid tinggi yang tidak lazim

Komponen darah

Hematokrit dan hemoglobin

Selam 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada

sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sela darah merah

dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapartum.

Tidak ada sel darah merah yang rusak selama masa pasca partum, tetapi semua kelebihan

sel darah merah akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia sel darah merah

tersebut. Waktu yang pastikapan volume sel darah merah kembali ke nilai sebelum hamil

tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah

melahirkan.

Hitung sel darah putih

Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari

pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20000 dan 25000/mm3 merupakan hal yang

umum. Netrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis

disertai peningkatan normal laju endap darah merah dapat membingungkan dalam

menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu ini.

Factor koagulasi.

Factor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selam masa hamil dan tetap

meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi yang bias diiringi keerusakan

pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan risiko tromboembolisme,

terutama setelah wanita melahirkan secara sesaria. Aktivitas fibrinolitik juga meningkat

selam beberapa hari setelah bayi baru lahir.

Varises

Varises di tungkai dan disekitar anus (hemoroid) sesring dijumpai pada wanita hamil.

Varises bahkan varises vulva yang jarang dijumpai akan mengecil dengan cepat setelah

bayi lahir. Opersi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau

mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan.

Sistem neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang

terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan

melahirkan.

Page 20: Lp Persalinan Patologis

Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita

melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir menghilangkan

sindrom carpal tunnel dengan mengurangi kompresi saraf median. Rasa baal dan

kesemutan (tingling) periodic pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya menghilang

setelah anak lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan.

Nyeri kepala memerlukan pemeriksaan yang cermat. Nyeri kepala pasca partum bias

disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat kehamilan, sters, dan kebocoran

cairan serebrospinalis ke dalam ruang ekstradural selam jarum epidural diletakkan di tulang

punggung untuk anestesia.

System musculoskeletal

Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara

terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi

dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.

Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.

Akan tetapi walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebelum hamil, kaki

wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan. Wanita yang baru menjadi ibu akan

memerlukan sepatu yang ukurannya lebih besar.

System integument

Kloasama yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.

Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.

Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang

meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak

hilang seluruhnya.,

Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis, 

biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan

berakhir. Pada beberapa wanita sidernevi menetap.

Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan menghilang

setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu hamil biasanya akan

menetap.

 

KELAINAN PARTUS

1. Konsep Dasar Kelainan Presentasi dan Posisi

a.      Presentasi Puncak Kepala

Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir berada dalam

keadaan fleksi. Dalam keadaan tertentu fleksi kepala tersebut tidak terjadi, sehingga kepala

dalam keadaan defleksi. Bergantung pada derajat defleksinya maka dapat terjadi presentasi

puncak kepala, presentasi dahi a tau presentasi muka. Presentasi puncak kepala atau

Page 21: Lp Persalinan Patologis

disebut juga presentasi sinsiput, terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-

ubun besar merupakan bagian terendah. Presentasi dahi, bila derajat defleksinya lebih berat

sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Presentasi muka bila derajat

defleksinya maksimal, sehingga muka janin merupakan bagian yang terendah.

Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara, yang

kemudian akan berubah menjadi presentasi belakang kepala. Mekanisme persalinanya

hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior persisten, sehingga keduanya seringkali

dikacaukan satu dengan yang lainnya. Perbedaanya adalah: pada presentasi puncak kepala

tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sehingga lingkaran kepala yang melalui jalan lahir

adalah sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada di bawah

simpisis adalahglabela.

b.      Presentasi Dahi

Presentasi dahi jarang terjadi dari pada presentasi muka, terjadi hanya 1 dari 2000

persalinan. Kepala pada pertengahan antara versi dan ekstensi, dengan diameter mento

vertikal 13 cm.

Diagnosis

      Pemeriksaan abdomen kepala sangat tinggi dan diameter sangat besar, teraba lekukan

antara oksiput dengan bagian belakang. Pada pemeriksaan vagina, presentasi tinggi dan

tidak bisa diraba. Jika dahi dapat teraba, orbital berada pada satu sisi dan fontanel anterior

berada pada sisi yang lain. Diagnosis dapat ditegakkan dengan radiografik atau dengan

USG.

Manajemen

      Bidan harus dengan cepat menghubungi dokter jika ada suspek atau diagnosa

presentasi dahi dalam persalinan, dan seharusnya ibu dirujuk ke RS. Pada semua

malpresentasi seringnya terjadi KPD dan resiko prolapsus tali pusat lebuh besar. Oleh

karena itu pemeriksaan pervaginam dilakukan sesegera mungkin untuk mendeteksi

prolapsus tali pusat. Jika presentasi dahi didiagnosis segera dalam persalinan dapat

mengubah presentasi muka menjadi ekstensi penuh atau fleksi pada presentasi verteks.

Jika presentasi dahi menetap dan fetus dalam ukuran normal tidak mungkin terjadi kelahiran

pervaginam dan SC harus segera dilakukan. Manuver jarang dilakukan pada presentasi

muka, tindakan yang paling aman untuk ibu dan bayi adalah dengan menggunakan SC.

c.       Presentasi Muka

Page 22: Lp Persalinan Patologis

Presentasi Muka jarang terjadi kira-kira 1 dalam 500 kelahiran. Kepala dan tulang

belakang ekstensi tetapi lutut fleksi sehingga letak fetus dalam uterus dalam bentuk huruf S.

Oksiput berlawanan dari bahu dan muka secara langsung yang berada dibagian os.

Internum.

Penyebab

      Pada presentasi muka primer sebelum persalinan berlangsung fetus seringnya

abnormal. Pada anensephalus yang biasa terjadi, vertek tidak ada. Fetus goitre, kepala tidak

dapat versi biasanya tonus otot ekstensor tonus berlebuhan dan bertahan dalam sikap

ekstensi pada beberapa setelah lahir.

      Presentasi muka sekunder yang berkembang dalam persalinan sering tidak diketahui

sebabnya. Pada posisi oksipito pesterior defleksi diameter biparietal mungkin mempunyai

kesulitan dalam menjauhi diameter sacro cotyloid dari pelvis maternal. Diameter bitemporal

lebih cepat turun, kepala ekstensi dan muka terlihat. Uterus yang berada disisi samping

(uterus obliq). Kekuatan kontraksi uterus berjalan kearah kepala bagian frontal supaya

kepala ekstensi dan masuk kerongga pelvis. Presentasi muka juga lebih sering terjadi pada

flat pelvis, dalam rongga pelvis dan pada prematuritas dan dimana terjadi polihidramnion

atau kehamilan ganda.

Diagnosis

      Presentasi muka tidak mudah didiagnosis dalam kehamilan. Hal ini seharusnya

diperhatikan jika ada lekukan yang dalam antara kepala dengan bagian belakang. Bunyi

jantung terdengar melalui dinding dada anterior pada sisi dimana lutut teraba. Suaranya

terdengar jelas pada posisi mento anterior. Pada posisi mento posterior bunyi jantung janin

lebih sulit terdengar karena dada pada posterior. Ultrasound dalam kehamilan dapat

digunakan untuk memastikan diagnosis presentasi muka.

      Diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan vagina, dengan palpasi yang lembut

akan teraba orbital dan mulut dengan gusi. Adanya gusi dan mulut dalam presentasi muka

harus dibedakan dari anus pada presentasi bokong. Biasanya fetus akan membantu

diagnosis dengan menghisap jari tangan pemeriksa saat dilakukan pemeriksaan. Presentasi

muka didiagnosa dengan menentukan posisi dagu apakah anterior atau posterior.

Presentasi muka posterior, yang tidak bisa berputar ke posisi anterior, akan menyebabkan

obstruksi persalinan. Kemajuan persalinan menjadi  sangat sulit pada pemeriksaan

pervaginam untuk membedakan muka karena muka menjadi oedemmeriks. Pemeriksaan

harus hati-hatiuntuk menghindari trauma pada mata.

Manajemen

Page 23: Lp Persalinan Patologis

      Pada posisi mento anteerior seringnya proses persalinan berjalan normal. Pada kala II

kelahiran normal diantisipasi dengan menggunakan episiotomi meskipun diameter sub

mento bregmatika 9,5 cm. Sub mento vertikal 11,5 cm yang dapat merobek perineum saat

kelahiran. Jika kelahiran normal terjadi ekstensi dipertahankan dengan menekan sinsiput

hingga dagu berada di bawah simpisis pubis, kepala difleksikan sehingga memungkinkan

verteks dan oksiput melewati perineum. Posisi mento lateral dan mento posterior lebih

berbahaya. Kelahiran spontan tidak akan terjadi, kemungkinan persalinan obstruksi dan

dibutuhkan penatalaksanaan dengan segera.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi;

1. Prolapsus tali pusat.

2. Obstruksi persalinan, karena;

· Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat ditangani.

· Presentasi muka posterior presisten mengakibatkan obstruksi persalinan

3. Kelahiran operasi  mungkin dibutuhkan.

4. Trauma perineum berat dapat terjadi karena, meskipun diameter sub mento

bregmatik hanya 9,5 cm, sub mento vertikal 11,5 cm akan memperlebar vagina dan

perineum. Bentuk tengkorak fetus abnormal disebabkan perdarahan intrakranial.

5. Muka memar dan oedem.

d.      Posisi Oksipitalis Posterior Persisten

Keadaan dimana ubun-ubun kecil tidak berputar ke depan, sehingga tetap dibelakang.

Keadaan ini dinamakan posisi oksiput posterior persisten.

Etiologi

      Salah satu sebab terjadinya posisi oksipitalis oksiput posterior persisten ialah usaha

penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Misalnya: apabila diameter

anterior posterior lebih panjang dai diameter transfersa seperti pada panggul antropoid atau

segmen depan menyempit seperti pada panggul android, maka ubun-ubun kecil akan

mengalami kesulitan memutar ke depan. Sebab-sebab lain adalah otot-otot dasar panggul

yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak

ada paksaan pada belakang kepala janin, untuk memutar ke depan.

Mekanisme Persalinan

      Bila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar persalianan pada

posisi oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung secara spontan tetapi pada

Page 24: Lp Persalinan Patologis

umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka di bawah simpisis

dengan mekanisme sebagai berikut.

      Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun besar berada di bawah

shimpisis dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion, oksiput akan lahir melalui

perineum diikuti bagian kepala yang lain. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di

belakang menyebabkan regangan yang besar pada vagina dan perineum, hal ini

disebabkan karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat

menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga

kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih

besar dibandingkan dengan sirkumferensia sub oksipitooksipitalis, kedua keadaan tersebut

dapat menimbulkan kerusakan pada vagina dan erineum yang luas.

Prognosis

      Jalannya pada proses persalinan posisi oksiput posterior sulit diramalkan hal ini

disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada. Persalinan pada pada

umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar.

Sedangkan kematian peeinatal perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan

dimana ubun-ubun kecil berada di depan.

Penanganan

      Menghadapi persalinan dengan UUK di belakang sebaiknya dilakuka pengawasan

persalinan yang seksama dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk

mempercepat jalanya  persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama atau ada tanda-tanda

bahaya terhadap janin.

      Pada presentasi belakang kepala kadang-kadang kala II mengalami kemacetan dengan

kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi UUK melintang. Keadaan ini

dinamakan posisi lintang tetap rendah (deep tranverse arrest).

2. Konsep Dasar Distosia Kelainan Tenaga Atau His

 Etiologi

Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu :

1. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.

2. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.

3. Faktor herediter

4. Faktor emosi dan ketakutan

5. Salah pimpinan persalinan

6. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus,

seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik

Page 25: Lp Persalinan Patologis

7. Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis

8. Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang

9. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion

10. Kehamilan postmatur

a.      His Hipotonik

Kelainan dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang daripada

biasa, keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau

timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama hal ini dinamakan dengan

inersia uteri sekunder.

Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten. Kontraksi uterus yang disertai rasa

nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah dimulai. Untuk sampai

pada kesimpulan ini diperluakan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi terjadi

perubahan pada servik yaitu pendataran atau pembukaan servik

Penanganan

      Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus diperiksa keadaan servik, presentasi

serta posisii janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan panggul. Apabila ada

disproporsi chepalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk melakukan SC.

KU pasien sementara diperbaiki, dan kandung kencing serta rectum dikosongkan, apabila

kepala atau bokong janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita di sarankan untuk

berjalan-jalan terlebih dahulu. Untuk merangsang his selain dengan pemecahan ketuban

bisa diberikan oksitosin, 5 satuan oksitosin dimasukan ke dalam larutan glukosa 5% dan

diberikan secara infus IV (dengan kecepatan kira-kira 12 tetes permenit yang perlahan dapat

dinaikan sampai kira-kira 50 tetes. Kalau 50 tetes tidak dapat berhasil bisa dengan

memeberikan dosis lebih tinggi dengan cara pasien harus di awasi dengan ketat dan tidak

boleh ditinggalkan. Oksitosin yang diberikan dengan suntikan IM akan dapat menimbulkan

incoordinate uterin action.

b.      His Hipertonik (his terlampau kuat)

      Walaupun pada golongan koordinate hipertonik uterin contraction bukan merupakan

penyebab distosia namun bisa juga merupakan kelaianan his. His ng terlalu kuat atau terlalu

efisien menyebabkan persalinan selessai dalam waktu yang sangat singkat (partus

presipitatus): sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada

kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan

lahir, khususnya servik uteri, vagina dan perineum. Sedangkan pada bayi dapat mengalami

Page 26: Lp Persalinan Patologis

perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu

sangat singkat.

      Batas antara bagian atas dan segmen bagian bawah atau lingkaran retraksi menjadi

sangat jelas dan meninggi. Lingkaran tersebut dinamakan dengan lingkaran retraksi

patologis (lingkaran bandl).

Penanganan

      Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat diilakukan karena biasanya bayi sudah

lahir tanpa ada seseorang yang menolong. Kalau seorang wanita pernah mengalami partus

presipitatus kemungkinan besar kejadian ini akan berulang pada persalian selanjutnya. Oleh

karena itu sebaiknya wanita di rawat sebelum persalinan, sehingga pengawasan dapat

dilakukan dengan baik, danepisiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari

ruptur perineum tingkat III.

c.       His yang tidak terkoordinasi

      His disini sifatnya berubah-ubah tonus otot uterus meningkat juga di luar his, dan

kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi

bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah

menyebabkan his tidak efisien dan mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot

uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat

pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini disebut sebagai incoordinate hipertonik uterin

contraction. 

Penanganan

      Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat

memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Usaha yang dapat

dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat

dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti morphin, pethidin. Akan tetapi persalinan

tidak boleh berlangsung berlarut-larut apalagi kalau ketuban sudah pecah. Dan kalau

pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan SC.

Etiologi dari kelainan tenaga atau His

      Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua. Pada

multipara lebih banyak ditemukan yang bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin

memegang peranan yang sangat penting dalam kelainan his. Satu sebab yang penting

dalam kelalinan his, khususnya inersia uteri adalah bagian bawah janin tidak berhubungan

rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada

Page 27: Lp Persalinan Patologis

kelainan CPD. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion

juga dapat merupakan penyebab inersia uteri. Gangguan dalam pembentukan uterus pada

masa embrional misalnya; uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan his.

Tetapi pada sebagian kasus penyebab kelainan inersia uterus tidak diketahui.

Penanganan Partus patologis

Menurut Prf. Dr. Sarwono Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan adalah :

1. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah

janin dan keadaan janin.

2. Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.

3. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya

pada letak kepala :

Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai dengan

12 tetes permenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Tujuan

pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.

Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his

setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu

untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10

mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.

Bila inersia uteri diserati disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan

seksio sesaria.

Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah,

dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada

multi tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus segera

diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya

(Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Anamnesis

(1) Identitas klien

(2) HPHT dan perkiraan persalinan

(3) Sejak kapan mulai sakit perut

Page 28: Lp Persalinan Patologis

(4) Jarak setiap rasa sakit

(5) Lamanya rasa sakit

(6) Apakah sudah mengeluarkan: lendir campur darah, darah, cairan

(7) Bagaimana rasa / kesan perut bagian bawah

(8) Bagaimana gerak janin dalam perut

2) Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan umum Ibu, Tanda tanda vital, pemeriksaan Leopold, DJJ, his.

Pemeriksaan dalam (vagina toucher) meliputi portio, efficement, dilatasi serviks,

ketuban apakan sudah pecah atau belum, letak kepala, keadaan panggul apakah ada

kelainan atau tidak, dataran, keadaan rektum apakah berisi feses atau tidak.

3) Riwayat sakit dan kesehatan

Meliputi penyakit yang pernah diderita, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi

makanan dan obat-obatan.

4) Psikososial spiritual

Pengkajian mekanisme koping digunakan untuk menilai respon klien terhadap kondisi

saat ini dan pengaruhnya terhadap keluarga.

B. Diagnosa

II. Ansietas

(1) Orientasikan klien pada ruangan staff dan rposedur

R : Pendidikan kepada klien dapat menurunkan stress dan ansietas dan meningkatkan

kemajuan persalinan

(2) Kaji tingkat ansietas dan penyebab ansietas, kesiapan melahirkan anak, latar belakang

budaya

R : Ansietas memperberat persepsi nyeri, mempengaruhi teknik koping

(3) Observasi tekanan darah, nadi sesuai dengan indikasi

R : Stress memacu sistem adrenokortikal yang pada akhirnya dapat meningkatakan kerja

jantung

(4) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut

R : Stress, rasa takut, ansietas mempunyai efek pada persalinan sering memperlama fase

pertama. Ungkapan perasaan dan rasa takut dapat menurunkan tingakat ansietas yang

dirasakan

1) Resiko tinggi infeksi terhadap maternal

Page 29: Lp Persalinan Patologis

(1) Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi pada kontraksi yang menunjukkan

kemajuan

R : pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asenden

(2) Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat sebalum melakukan

tindakan

R : Menurunkan resiko yang memerlukan atau menyebarkan infeksi kuman penyakit

(3) Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina

R : Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminan dari pencapaian

ke vagina

(4) Observasi temperatur dan nadi klien

R : Dalam 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat secara

progesif sesuai waktu ditunjukkan dengan peningkatan tanda – tanda vital

(5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik jika diperlukan

R : Antibiotik melindungi perkembangan korioamninitis pada klien yang beresiko

1) Nyeri

(1) Bantu dalam penggunaan teknik pernafasan/ relaksasi yang tepat dan pada massase

abdomen.

R: Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral melalui respons kondisi dan

stimulasi kutan. Memudahkan kemajuan persalinan normal.

(2) Bantu tindakan kenyamanan misalnya mengubah posisi.

R: Meningkkatkan relaksasi dan perasaan sejahtera, selain itu posisi miring kiri

menurunkan tekanan uterus pada vena kava, tetapi perubahan posisi secara periodik

mencegah iskemia jaringan dan/ atau kekakuan otot sehingga meningkatkan

kenyamanan.

(3) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam.

R: Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat meningkatkan

ketidaknyamanan, mengurangi kemungkinan terjadi trauma, mempengaruhi

penurunan janin dan memperlambat proses persalinan.

(4) Berikan informasi tentang ketersediaan analgesic, respons/ efek samping pada klien

dan janin dan durasi efek analgesic.

R: Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang cara pengontrolan

nyeri. Hal ini dilakukan bila tindakan konservatif tidak efektif dan meningkatkan

ketegangan otot, menghalangi kemajuan persalinan. Penggunaan medikasi yang

Page 30: Lp Persalinan Patologis

minimal dapat meningkatkan relaksasi, memperpendek persalinan, membatasi

keletihan dan mencegah komplikasi.

(5) Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan durasi pola kontraksi uterus setiap

30 menit.

R: Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk klien.

(6) Berikan tindakan pengamanan (pertahankan penghalang tempat tidur).

R: Analgesik yang diberikan dapat dapat mengubah persepsi dan klien dapat jatuh

karena mencoba turun tempat tidur.

(7) Ajarkan cara mengedan yang benar jika pembukaan sudah lengkap

R : Mengurangi kelelahan dan mempercepat proses persalinan.

(8) Anjurkan klien untuk istirahat miring kiri jika tidak sedang kontraksi

R : Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.

(9) Berikan analgesik bila diperlukan

R: Memberikan kelegaan bila persalinan aktif dilakukan.

(10) Kaji derajat kenyamanan dan pola pernafasan serta nadi.

R: Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa

lalu, pemahaman perubahan fisologis dan latar belakang budaya. Gangguan fungsi

pernafasan terjadi bila analgesic terlalu tinggi sehingga menimbulkan paralisis

diafragma.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak,lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGCCarpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.Doenges, Marilyn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.Departemen Kesehatan RI. (2002). Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:

EGC Mansjoer, dkk. (2005). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:

Media AesculapiusSaifuddin, Abdul Bari. (2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4.

Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Sastrawinata, Sulaiman, dkk. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan

Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: EGC.Weller, Barbara F. (2005). Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta:

EGC.