Referat Judi Patologis

29
BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) menjelaskan Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlo mbaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya”.¹ Secara detail diketahui bahwa di dalam penjelasan pelaksanaan UU nomor 7 tahun 1974 mengenai penertiban judi, yaitu : poker, sabung ayam, pacuan kuda, dll.² Judi Patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap dan menimbulkan masalah ekonomi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi pribadi, sosial dan pekerjaan. Aspek perilaku maladaptif mencakup (1) preokupasi terhadap judi; (2) kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin bertambah untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan; (3) upaya berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi atau menghentikan judi; (4) berjudi sebagai cara untuk melarikan diri 1

description

medical

Transcript of Referat Judi Patologis

Page 1: Referat Judi Patologis

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Undang-undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) menjelaskan “Yang disebut

permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat

untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih

terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan 

atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau

bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya”.¹

 Secara detail diketahui bahwa di dalam penjelasan pelaksanaan UU nomor 7 tahun 1974

mengenai penertiban judi, yaitu : poker, sabung ayam, pacuan kuda, dll.²

 Judi Patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap dan menimbulkan

masalah ekonomi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi pribadi, sosial dan pekerjaan.

Aspek perilaku maladaptif mencakup (1) preokupasi terhadap judi; (2) kebutuhan untuk berjudi

dengan jumlah uang yang semakin bertambah untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan;

(3) upaya berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi atau menghentikan

judi; (4) berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah; (5) berjudi untuk membalas

kekalahan; (6) berbohong untuk menutupi tingkat keterlibatan dengan perjudian; (7) melakukan

tindakan ilegal untuk membiayai judi; (8) membahayakan atau kehilangan hubungan baik pribadi

maupun pekerjaan karena judi; dan (9) mengandalkan orang lain untuk membayar hutang.³

1

Page 2: Referat Judi Patologis

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Gangguan terdiri dari episode berjudi yang berulang dan sering, yang mendominasi

kehidupan individu yang merusak nilai dan ikatan sosial, perkerjaan, material dan keluarga.

Penderita gangguan ini mungkin mempertaruhkan pekerjaannya, mempunyai banyak hutang,

berbohong dan melakukan pelanggaran hukum untuk memperoleh uang dan menghindari

pelunasan hutang. Gangguan ini disebut juga “judi kompulsif”, tetapi istilah ini kurang tepat,

karena perilakunya bukan kompulsif dalam arti teknis, maupun tidak berhubungan dengan

neurosis obsesif-kompulsif.4

B. EPIDEMIOLOGI

Hingga 3 % populasi umum dapat digolongkan sebagai penjudi patologis. Di samping itu,

menurut DSM-IV-TR, prevalensi penjudi patologis dilaporkan sebanyak 2,8 - 8,0 % remaja

dan mahasiswa. Gangguan ini lebih lazim pada laki-laki daripada perempuan dan angkanya

sangat tinggi di lokasi-lokasi yang melegalkan perjudian. Kira-kira seperempat penjudi

patologis memiliki orangtua dengan masalah perjudian; baik ayah dari seorang laki-laki

penjudi maupun ibu dari seorang perempuan penjudi lebih cenderung memiliki gangguan

tersebut dibandingkan populasi luas. Ketergantungan alkohol juga lazim ditemukan di antara

orangtua dari penjudi patologis dibandingkan keseluruhan populasi. Perempuan dengan

gangguan ini lebih cenderung menikah dengan laki-laki alkoholik yang jarang di rumah

dibandingkan dengan perempuan yang tidak terlalu terganggu dengan gangguan ini.3

 

2

Page 3: Referat Judi Patologis

C. KOMORBIDITAS

Angka gangguan pengendalian impuls lainnya, gangguan penggunaan zat, gangguan mood,

gangguan defisit atensi/hiperaktivitas, serta gangguan kepribadian antisosial, ambang, dan

narsistik meningkat pada orang dengan judi patologis. Gangguan terkait lainnya mencakup

gangguan panik, agorafobia, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan Tourette.3

D. ETIOLOGI

1. Faktor Psikososial

Beberapa faktor dapat menjadi predisposisi seseorang dapat mengalami gangguan ini :

kehilangan orang tua karena meninggal, perpisahan, perceraian, atau ditinggalkan

sebelum anak berusia 15 tahun; disiplin orangtua yang tidak tepat (tidak ada, tidak

konsisten, atau kasar); pajanan terhadap, dan ketersediaan,

aktivitas perjudian untuk remaja; tekanan keluarga terhadap materi dan simbol keuangan;

serta tidak adanya dorongan keluarga untuk menabung, merencanakan dan

manganggarkan. Teori psikoanalitik berfokus pada sejumlah kesulitan karakter inti.

Freud memperkirakan bahwa penjudi impulsif memiliki keinginan yang tidak disadari

untuk kalah, dan mereka berjudi untuk meredakan rasa bersalah yang tidak disadari.

Perkiraan lainnya adalah bahwa penjudi merupakan orang dengan narsisme yang

memiliki khayalan kebesaran serta kekuasaan yang dapat membuat mereka

yakin bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa dan bahkan meramalkan hasilnya.8

Ahli teori pembelajaran memandang judi yang tidak terkendali terjadi akibat persepsi

yang keliru mengenai pengendalian impuls.3

 

3

Page 4: Referat Judi Patologis

2. Faktor Biologis

Beberapa studi mengesankan bahwa perilaku mengambil risiko pada para penjudi

mungkin memiliki penyebab neurobiologis yang mendasari. Teori ini berpusat pada

sistem reseptor serotonergik dan adrenergik. Penjudi patologis laki-laki dapat memiliki

kadar MPHG subnormal dalam plasma, meningkatnya kadar MPHG didalam cairan

serebrospinal, dan meningkatnya keluaran norepinefrin di dalam urin. Bukti juga

mengaitkan disfungsi pengaturan serotonergik pada penjudi patologis. Penjudi kronis

memiliki aktivitas monoamin oksidase (MAO) trombosit yang rendah, suatu penanda

aktivitas serotonin, juga terkait dengan kesulitan inhibisi. Studi lebih lanjut dibutuhkan

untuk meyakinkan temuan ini.3

Faktor-faktor Lain Pendorong Perilaku Judi :

Dari berbagai hasil penelitian lintas budaya dari para ahli sosial diperoleh lima faktor

yang amat berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi. Kelima

faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Sosial dan Ekonomi

Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah, perjudian seringkali

dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

2. Faktor Situasional

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, di antaranya adalah

tekanan dari teman-teman kelompok lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian

serta metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian.

4

Page 5: Referat Judi Patologis

3. Faktor Belajar

Faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi, terutama

menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Apa yang pernah dipelajari menghasilkan

sesuatu yang menyenangkan maka hal tersebut akan terus tersimpan dalam pikiran

seseorang dan sewaktu-waktu ingin diulangi lagi.

4. Faktor Persepsi tentang Kemungkinan Kemenangan

Persepsi yang dimaksud di sini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi

terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian.

5. Faktor Persepsi terhadap Keterampilan

Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa

jenis permainan judi akan cenderung menganggap bahwa keberhasilan/kemenangan

dalam permainan judi karena keterampilan yang dimilikinya.

E. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Disamping gambaran yang telah dijelaskan, penjudi patologis sering tampak

terlalu percaya diri, terkadang kasar, energik, dan boros. Mereka sering menunjukkan tanda-

tanda stres diri yang jelas, cemas, dan depresi. Mereka lazim memiliki sikap bahwa uang

merupakan penyebab dari, dan solusi bagi, semua masalah mereka. Mereka tidak melakukan

upaya yang serius untuk menganggarkan atau menghemat uang. Jika sumber peminjaman

mereka tertahan, mereka cenderung terlibat di dalam perilaku antisosial guna mendapatkan uang

untuk berjudi.10 Perilaku kriminalnya secara khas tidak mengandung kekerasan, seperti

pemalsuan, penggelapan, serta penipuan dan mereka secara sadar berniat untuk mengembalikan

atau membayar kembali uang itu. Komplikasinya mencakup diasingkan oleh anggota keluarga

dan teman, hilangnya pencapaian kehidupan, upaya bunuh diri, dan hubungan dengan kelompok 

5

Page 6: Referat Judi Patologis

pinggir dan ilegal. Penahanan terhadap kriminalitas yang tidak mengandung unsur kekerasan

dapat menyebabkan orang tersebut di penjara.3

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR judi Patologis :

A. Perilaku judi yang berulang dan menetap seperti yang ditunjukkan oleh hal berikut :

1) Preokupasi terhadap perjudian (contoh. Preokupasi terhadap menghidupkan kembali

pengalaman berjudi sebelumnya, kegagalan atau merencanakan spekulasi berikutnya,

atau memikirkan cara untuk mendapatkan uang, yaitu dengan berjudi).

2) Kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin meningkat memperoleh

kegairahan yang diinginkan.

3) Memiliki upaya berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi, atau

menghentikan judi.

4) Gelisah atau mudah marah ketika mencoba mengurangi atau menghentikan judi.

5) Berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah atau untuk melegakan mood 

disforik (contoh: rasa tidak berdaya, bersalah, ansietas, depresi).

6) Setelah kehilangan uang berjudi, sering kembali esok harinya untuk membalas

(“mengejar”) kekalahan dirinya.

7) Berbohong terhadap anggota keluarganya, terapis, atau yang lainnya untukmenutupi

sejauh mana keterlibatannya dengan perjudian.

8) Melakukan tindakan ilegal, seperti pemalsuan, penipuan, pencurian, atau penggelapan

untuk membiayai judi.

9) Merusak atau kehilangan hubungan, pekerjaan, pendidikan, atau kesempatan karir yang

bermakna karena judi.

6

Page 7: Referat Judi Patologis

10) Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang guna memulihkan situasi keuangan

yang disebabkan oleh judi

B. Perilaku berjudi ini sebaiknya tidak disebabkan oleh episode manik

Untuk memahami apakah perilaku berjudi termasuk perilaku yang patologis, diperlukan

suatu pemahaman tentang kadar atau tingkatan penjudi tersebut. Hal ini penting mengingat

bahwa perilaku berjudi termasuk dalam kategori perilaku yang memiliki kesamaan dengan

pola perilaku adiksi. Menurut Papu (2002), pada dasarnya ada tiga tingkatan atau tipe

penjudi, yaitu:

1 ) Soc i a l  Gamble r

Penjudi tingkat pertama adalah para penjudi yang masuk dalam kategori "normal" atau

seringkali disebut social gambler, yaitu penjudi yang sekali-sekali pernah ikut membeli

lottery (kupon undian), bertaruh dalam pacuan kuda, bertaruh dalam pertandingan bola,

permainan kartu atau yang lainnya.

Penjudi tipe ini pada umumnya tidak memiliki efek yang negatif terhadap diri maupun

komunitasnya, karena mereka pada umumnya masih dapat mengontrol dorongan-

dorongan yang ada dalam dirinya. Perjudian bagi mereka dianggap

sebagai pengisi waktu atau hiburan semata dan tidak mempertaruhkan sebagian besar  

pendapatan mereka ke dalam perjudian. Keterlibatan mereka dalam perjudian pun

seringkali karena ingin bersosialisasi dengan teman atau keluarga.

2) P rob l em Gamble r

Penjudi tingkat kedua disebut penjudi "bermasalah" atau problem gambler,

yaitu perilaku berjudi yang dapat menyebabkan terganggunya kehidupan pribadi,

keluarga maupun karir, meskipun belum ada indikasi bahwa mereka mengalami suatu

7

Page 8: Referat Judi Patologis

gangguan kejiwaan (National Council on Problem Gambling USA, 1997). Penjudi jenis

ini seringkali melakukan perjudian sebagai cara untuk melarikan diri dari berbagai

masalah kehidupan.

Penjudi ini sebenarnya sangat berpotensi untuk masuk ke dalam tingkatan penjudi

yang paling tinggi yang disebut penjudi patologis jika tidak segera disadari dan diambil

tindakan terhadap masalah-masalah yang sebenarnya sedang dihadapi.

Menurut penelitian Shaffer, Hall, dan Vanderbilt (1999) yang dimuat dalam website 

Harvard Medical School ada 3,9% orang dewasa di Amerika Bagian Utara yang

termasuk dalam kategori penjudi tingkat kedua ini dan 5% dari jumlah tersebut

akhirnya menjadi penjudi patologis.

3) Pa tho log i ca l Gamble r

Penjudi tingkat ketiga disebut sebagai penjudi "patologi" atau pathological gambler

atau compulsive gambler. Ciri-ciri penjudi tipe ini adalah ketidakmampuannya

melepaskan diri dari dorongan-dorongan untuk berjudi. Mereka sangat terobsesi

untuk berjudi dan secara terusmenerus terjadi peningkatan frekuensi berjudi dan jumlah

taruhan, tanpa dapat mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan

oleh perilaku tersebut, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, karir, hubungan sosial

atau lingkungan disekitarnya. Meskipun pola perilaku berjudi ini tidak melibatkan

ketergantungan terhadap suatu zat kimia tertentu, namun perilaku berjudi yang sudah

masuk dalam tingkatan ketiga dapat digolongkan sebagai suatu perilaku yang bersifat

adiksi (addictive disorder). DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders-fourth edition) yang dikeluarkan oleh APA menggolongkan pathological

gambling ke dalam gangguan mental yang disebut Impulse Control Disorder.

8

Page 9: Referat Judi Patologis

Individu yang didiagnosa mengalami gangguan perilaku jenis ini seringkali

diidentifikasi sebagai orang yang sangat kompetitif, sangat memerlukan persetujuan

atau pendapat orang lain dan rentan terhadap bentuk perilaku adiksi yang lain.

Individu yang sudah masuk dalam kategori penjudi patologis seringkali diiringi

dengan masalah-masalah kesehatan dan emosional. Masalah-masalah tersebut

misalnya kecanduan obat (Napza), alkoholik, penyakit saluran pencernaan dan

pernafasan, depresi, atau masalah yang berhubungan dengan fungsi seksual.

UJI PSIKOLOGIS DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pasien dengan judi patologis sering menunjukkan tingkat impulsivitas yang tinggi pada uji

neuropsikologis. Studi di Jerman menunjukkan meningkatnya kadar kortisol di dalam

ludah penjudi saat mereka berjudi, yang disebabkan oleh euforia yang terjadi saat pengalam

an tersebut serta potensi kecanduannya.3

F. DIAGNOSIS BANDING

Judi sosial dibedakan dengan judi patologis dalam hal bahwa judi sosial dilakukan dengan

teman-teman, pada waktu khusus, dan dengan kehilangan yang dapat diterima serta

ditoleransi yang telah ditentukan sebelumnya. Judi yang simptomatik pada episode manik

biasanya dapat dibedakan dengan judi patologis melalui riwayat adanya perubahan mood

yang nyata dan hilangnya penilaian sebelum berjudi.

Perubahan mood mirip-manik lazim ditemukan pada judi patologis, tetapi selalu menyertai

kemenangan dan biasanya digantikan dengan episode depresif karena kekalahan selanjutnya.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial dapat memiliki masalah dengan judi. Jika

kedua gangguan ada, keduanya harus didiagnosis.3

G. PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS

9

Page 10: Referat Judi Patologis

Judi patologis biasanya dimulai saat remaja untuk laki-laki dan usia lanjut untuk perempuan.

Gangguan ini hilang timbul serta cenderung kronis. 4 fase ditemukan pada judi petologis:

1. Fase kemenangan, berakhir dengan kemenangan besar, sama dengan kira-kira gaji satu

tahun, yang memancing pasien. Perempuan biasanya tidak menang dalam jumlah besar

tetapi menggunakan judi sebagai pelarian dari masalah mereka.

2. Fase kehilangan progresif, yaitu pasien menata kehidupan mereka di seputar judi dan

kemudian berganti dari penjudi hebat menjadi penjudi bodoh yang mengambil risiko

besar, uang cadangan, meminjam uang, bolos kerja, dan kehilangan pekerjaan.

3. Fase nekat, yaitu pasien berjudi besar-besaran dengan jumlah besar uang, tidak

membayar hutang, terlibat dengan lintah darat, menulis cek yang buruk, dan mungkin

menggelapkan.

4. Fase putus asa, yaitu menerima bahwa kekalahan tidak akan pernah terbalaskan, tetapi

judi terus berlanjut karena kegairahan dan rangsangan yang terkait. Gangguan ini dapat

menghabiskan waktu 15 tahun untuk mencapai fase akhir, tetapi dalam 1 atau 2 tahun,

pasien telah secara total mengalami perburukan.

H. TERAPI

Penjudi jarang datang langsung secara sukarela untuk diterapi. Masalah hukum, tekanan

keluarga, atau keluhan psikiatrik lainnya membawa penjudi pada terapi. Gamblers

Anonymous (GA) didirikan di Los Angeles pada tahun 1957 dan meniru alcoholics

Anonymous (AA); GA merupakan terapi yang efektif, terjangkau, setidaknya di kota besar,

untuk jadi pada sejumlah pasien. GA adalah suatu metode terapi kelompok inspirasional

yang meliputi pengakuan di hadapan publik, tekanan kelompok sependeritaan, dan adanya

penjudi yang telah pulih (seperti pada AA) yang siap membantu anggota untuk menolak

10

Page 11: Referat Judi Patologis

impuls berjudi. Meskipun demikian, angka drop-out dari GA tinggi. Pada beberapa kasus,

perawatan di rumah sakit dapat membantu dengan memindahkan pasien dari lingkungannya.

Tilikan sebaiknya tidak dicari sampai pasien benar-benar jauh dari perjudian selama 3 bulan.

Pada saat ini , pasien  yang  merupakan  penjudi  patologis  dapat  menjadi  kandidat  yang

sangat baik untuk psikoterapi berorientasi tilikan. Terapi kognitif perilaku (contoh teknik

relaksasi digabungkan dengan visualisasi penghindaran judi) memiliki beberapa

keberhasilan.

Pengendalian Sosial Upaya Mencegah dan Merehabilitasi Patologi Sosial

Ada empat cara untuk pengendalian sosial, yaitu persuasif, koersif, penciptaan situasi yang

dapat mengubah sikap dan perilaku, dan penyampaian nilai norma dan aturan secara

berulang-ulang:

a. Persuasif

Cara ini dilakukan dengan penekanan pada usaha membimbing atau

mengajak berupa anjuran. Contoh penertiban PKL  (Pedagang Kaki Lima)  dengan 

memindahkan ke lokasi-lokasi tertentu yang sudah disiapkan.

b. Koersif

Mestinya langkah ini ditempuh setelah langkah persuasif telah dilakukan. Apabila dengan

anjuran, bujukan tidak berhasil, tindakan dengan kekerasan bisa dilakukan. Contoh polisi

pamong praja, membongkar paksa lapak (termpat berjualan) PKL yang menurut

informasi masyarakat sering dilakukan tempat perjudian.

Aparat kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diduga

melakukan praktek-praktek perjudian, menangkap bandar judi togel dan sabung ayam

untuk kemudian diproses ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tindakan seperti

11

Page 12: Referat Judi Patologis

itu, bertujuan untuk menerapi pelaku agar merasakan sanksi ketika berperilaku

menyimpang sehingga ada efek jera yang dirasakan, diharapkan dengan efek

tersebut pelaku akan sadar.

c. Penciptaan Situasi yang dapat mengubah sikap dan perilaku (kompulsif)

Pengendalian sosial sangat tepat bila dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi

yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. Misalnya, ketika

para penjudi melakukan perjudian sabung ayam tanpa mau mengindahkan ketentuan pem

erintah, pemerintah, penegak hukum (kepolisian), dan para tokoh agama memberikan

sosialisasi berupa himbauan-himbauan secara intensif berupa implikasi negatif terhadap

kehidupa individu dan keluarga, melalui media-media efektif seperti radio atau tempat

yang efektif (misalnya; balai desa, tempat ibadah, atau datangi rumah warga).

d. Penyampaian nilai, norma dan aturan secara berfulang-ulang (vervasi)

Pengendalian sosial juga dapat dilakukan dengan cara penyampaian nilai, norma, aturan

secara berulang-ulang. Penyampaian ini bisa dengan cara ceramah maupun dengan

dibuatkannya papan informasi mengenai aturan, nilai dan norma yang berlaku. Dengan

cara demikian diharapkan nilai, norma dan aturan dipahami dan melekat pada diri

individu anggota masyarakat.

Metode lain yang dapat dilakukan, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit atau

penyimpangan sosial, maka bentuk-bentuk pengendalian sosial dapat dilakukan melalui

cara-cara; menolak perilaku tersebut, teguran, pendidikan, agama, pengucilan, dan

meminta pihak lain menanganinya.

12

Page 13: Referat Judi Patologis

Menolak : seseorang yang melanggar nilai, norma dan aturan mendapat cemohan atau

ejekan dari masyarakatnya, sehingga ia malu, sungkan, dan akhirnya

meninggalkan perilakunya.

Teguran : orang yang melanggar nilai, norma dan aturan diberikan teguran, nasehat

agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar nilai, norma dan aturan.

Pendidikan : melalui pendidikan seorang individu akan belajar nilai, norma dan

aturan yang berlaku. Dengan demikian ia dituntun dan dibimbing untuk berperilaku

sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku. Pendidikan ini bisa dilakukan

dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.

Agama : memiliki peran yang sangat besar dalam pengendalian sosial. Orang yang

memiliki agama akan memahami bahwa melanggar nilai, norma dan aturan di

samping ada hukuman di dunia juga ada hukuman di akherat. Dengan pemahaman ini

maka, individu akan terkendali untuk tidak melanggar nilai, norma dan aturan yang

berlaku.

Menurut Papu menyikapi perilaku berjudi dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa

hal yang krusial untuk diperhatikan :

1. Perjudian amat sulit untuk diberantas, maka hal pertama yg perlu diperhatikan

untuk melindungi anggota keluarga agar tidak terlibat dalam perjudian adalah

melalui penanaman nilai-nilai  luhur  di  mulai  dari  keluarga,  selaku  komunitas

terkecil dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai bukan hanya sekedar dilakukan

dengan kata-kata tetapi juga lebih penting lagi melalui keteladanan dari orangtua.

2. Perilaku berjudi sangat erat kaitannya dengan pola pikir seseorang dalam memilih

suatu alternatif, maka sangatlah perlu bagi orangtua, pendidik dan para alim ulama

13

Page 14: Referat Judi Patologis

untuk mengajarkan pola pikir rasional. Pola pikir rasional mengajarkan seseorang

untuk melihat segala sesuatu dari berbagai segi, sebelum memutuskan untuk

menerima atau menolak alternatif yang ditawarkan. Dengan memiliki kemampuan

berpikir rasional seseorang tidak akan dengan mudah untuk mengambil jalan

pintas.

3. Meminta bantuan orang-orang professional seperti psikiater, psikolog, konselor

atau terapist. Bekerja samalah dengan mereka untuk melepaskan diri dari masalah

perjudian.

4. Jika tidak memiliki pengendalian diri yang tinggi maka jangan sekali-kali anda

mencoba untuk berjudi, sekalipun itu hanya perilaku berjudi tingkat pertama.

Jangan pula menjadikan judi sebagai pelarian dari berbagai masalah kehidupan

anda sehari-hari. Jika memang memiliki masalah mintalah bantuan pada orang-

orang professional, bukan pergi ke tempat-tempat perjudian.

5. Perkuat iman kepada Tuhan dan perbanyak kegiatan-kegiatan yang bersifat

religius. Dengan meningkatkan iman dan selalu mengingat ajaran agama, sesuai

dengan keyakinan masing-masing maka kemungkinan untuk terlibat perjudian

secara kompulsifakan semakin kecil.

Hanya sedikit yang diketahui mengenai efektivitas farmakoterapi untuk

menerapi pasien dengan judi patologis. Satu studi melaporkan bahwa 7 dari 10

pasien tetapi tidak  berjudi  selama  8  minggu  setelah  mengonsumsi

fluvoxamine. Juga terdapat laporan kasus mengenai keberhasilan terapi dengan

lithium dan clomipramine (anafranil). Jika judi  disertai  gangguan  depresif,

14

Page 15: Referat Judi Patologis

mania, ansietas, atau gangguan jiwa lain, farmakoterapi dengan antidepresan,

lithium, atau agen antiansietas dapat berguna.

Fluvoxamine maleat5

Indikasi : mengatasi segala depresi. Diindikasikan untuk terapi jangka pendek maupun

rumatan. Dosis : 50-100 mg/hari. Maksimal 300 mg/hari. Dosis awal minimal 50mg/hari,

dosis tunggal.

Perhatian : insufisiensi hati atau ginjal, diabetes, epilepsi dan kelainan kejang lainnya,

diatese perdarahan, penggunaan bersama obat-obat yang mempengaruhi fungsi trombosit,

lansia, anak-anak, kehamilan, laktasi. Hindari alkohol, mengganggu kemampuan

mengemudi dan menjalankan mesin.

Efek samping : mual, muntah, astenia, sakit kepala, malaise, palpitasi, takikardia, peningg

ian enzim hati, mulut kering, gangguan gastrointestinal dan saraf,  pusing, berkeringat,

hiponatremia.

Interaksi obat : penghambat MAO, terfenadin, astemizol, cisaprid, antidepresan trisiklik,

neuroleptika, metadon, mexiletin, warfarin dan obat-obat antikoagulan lain, phenytoin,

teofilin, propanolol, lithium, benzodiazepin, alkohol.

Kemasan : tablet 50 mg (20 tablet)

tablet 100 mg (20 tablet)

Clomipramine5

Indikasi : depresi akibat berbagai sebab, sindroma obsesif-kompulsif, phobia ; serangan

panik.

Dosis : depresi, sindroma obsesif-kompulsif, phobia ; Dosis awal 10 mg, dinaikkan

bertahap sampai 30-50 mg/hari. Pada kasus parah, sampai maksimal 250 mg/hari.

15

Page 16: Referat Judi Patologis

Serangan panik: Dosis awal 10 mg, bila perlu dinaikkan sampai 150mg. Jangan

menghentikan pengobatan untuk sekurang-kurangnya 6 bulan, dan kurangi dosis

perlahan-lahan.

Kontra indikasi : infark miokard baru, pengobatanbersama penghambatMAO,

payah jantung, aritmia jantung atau blokade jantung, kerusakan hati parah,glaukoma

sudut sempit, mania.

Perhatian : ambang kejang rendah, gangguan berkemih, tumor medula adrenalis, pengoba

tan elektrokonvulsif, hipertiroidisme, atau pengobatan dengan obat-obat tiroid, konstipasi

kronik, monitoring hematologi dan fungsi hati, kehamilan, laktasi, mengganggu

kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.

Efek samping : mengantuk, lelah, tremor, nafsu makan bertambah, myoclonus, mulut

kering, gangguan berkemih, gangguan penglihatan, berat badan naik, kadang-kadang

halusinasi, agitasi, gangguan kardiovaskular, peninggian transaminase, gangguan

gastrointestinal. Jarang; reaksi anafilaktik, hiperpireksia, kejang, ataksia, aritmia.

Interaksi Obat : mengurangi efek antihipertensi penghambat adrenergic; meningkatkan

efek noradrenalin dan adrenalin, aktivitas depresan SSP, alkohol dan antikolinergik

Kemasan : tablet 25 mg (50 tablet)

16

Page 17: Referat Judi Patologis

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Judi patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap yang mencakup

preokupasi, kebutuhan untuk berjudi; upaya berulang yang tidak berhasil untuk

mengendalikan, mengurangi atau menghentikan judi; berjudi sebagai cara untuk melarikan

diri dari masalah; berjudi untuk membalas kekalahan; berbohong; melakukan tindakan ilegal;

membahayakan atau kehilangan hubungan baik pribadi maupun pekerjaan; dan

mengandalkan orang lain untuk membayar hutang.

Pada dasarnya judi patologis dapat diterapi dengan psikofarmaka dan non psikofarmaka

seperti terapi kelompok

17

Page 18: Referat Judi Patologis

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang KUHP pasal 303 ayat 3.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan UU

nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian.

3. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock’s synopsis of

psychiatry : behavioral sciences / clinical psychiatry. 10th Edition. Lippincott Williams &

Wilkins. 2007. p. 779.

4.  Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ- III),

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayan Medik, 1993. Cetakan Pertama

5. Papu, 2002, perilaku Berjudi, online. Diakses dari

http://www.e-psikologi.com/artikel/sosial/perilaku-berjudi  

6. Maramis WF, Maramis AA. (2009). Catatan Buku Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:

Airlangga University Press.

7. Reilly. C, and Nathan Smith, The Evolving Definition of Pathological Gambling in

the DSM-5, http://www.ncrg.org/sites/default/files/uploads/docs/white_papers/

ncrg_wpdsm5_may2 013.pdf  

8. Hardjosaputra, Purwanto. Purwanto, Listyawati. dkk. Data obat di indonesia. Edisi 11.

Jakarta: PT Muliapurna Jaya terbit. 2008. p. 683.

9. First, Michael B. . Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment

of Mental Disorders. John Wiley & Sons, Inc.

10. Davison, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M. Psikologi Abnormal. Edisi ke-9. Jakarta:

PT.RajaGrafindo Persada; 2006. p611-641.

18