Lp n Askep Metrohargia

20
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Metrorrhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode  perdarahan (terutama bercak namun dapat menyebabkan pendarahan parah) di luar fase menstruasi. Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase menstruasi yang \ (umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4 hari dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah, metrorrhagia adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan, ancaman kesehatan dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini harus mendorong kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi yang mendasarinya mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut. Tetapi perhatikan, orang tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan oleh penyakit yang ditakuti. B. TUJUAN 1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan tentang kesehatan reproduksi wanita dan mentoragia pada dirinya sendiri dan nantinya pada waktu kerja. 2. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sub pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa dapat : a. mengetahui definisi dari metrorrhagia  b. mengetahui penyebab dari metrorrhagia

Transcript of Lp n Askep Metrohargia

Page 1: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 1/20

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Metrorrhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah

masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah

keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas

metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase

menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode

 perdarahan (terutama bercak namun dapat menyebabkan pendarahan parah)

di luar fase menstruasi.

Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur

dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase

menstruasi yang \ (umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4

hari dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah,

metrorrhagia adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan,

ancaman kesehatan dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini

harus mendorong kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi

yang mendasarinya mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut.

Tetapi perhatikan, orang tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan

oleh penyakit yang ditakuti.

B.  TUJUAN

1.  Tujuan pembelajaran umum

Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa

mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan tentang kesehatanreproduksi wanita dan mentoragia pada dirinya sendiri dan nantinya pada

waktu kerja.

2.  Tujuan pembelajaran khusus

Setelah mengikuti sub pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa dapat :

a.  mengetahui definisi dari metrorrhagia

 b.  mengetahui penyebab dari metrorrhagia

Page 2: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 2/20

c.  mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa

metrorrhagia

C.  MANFAAT

Untuk membantu mahasiswa supaya dapat mengetahui dan melaksanakan

asuhan keperawatan tentang kesehatan reproduksi wanita dan mentroragia

 pada dirinya sendiri dan nantinya pada waktu kerja. Selain itu juga dapat

mengetaui tentang definisi,penyebab,penatalaksanaan sehingga mahasiswa

mampu melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita

metroragia.

Page 3: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 3/20

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi

Metrorrhagia pendarahan yang terjadi di antara siklus mentruasi, atau

dengan kata lain timbul lebih sering dari biasa (yatim faisal,2001)

Metroragia adalah pendarahan uterus biasanya tidak banyak timbul pada

interfan partun mestruasi yang tidak biasanya (chandranita, 2004)

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan

siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu

spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.

Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma

endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan

estrogen eksogen.

B.  Etiologi

Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :

1.  Metrorargia di luar kehamilan:

a.  Sebab –  sebab organik

 b.  Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan

 pada:

1)  Serviks uteri; seperti

a)   polip servisis uteri

Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari

 permukaan mukosa (Denise tiran : 2005 ).

 b) 

Erosio porsionis uteri.Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau

suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut

rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-

kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat

tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.

c)  ulkus pada portio uteri, Ulkus portio.

Page 4: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 4/20

Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio

 berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri

eksternum.

2.  metrorarrgia oleh karena adanya kehamilan : abortus, kehamilan

ektopik.

C.  Patofisiologi

Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi

(pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun

keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel

 persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim)

terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

1.  Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi

maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi

karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon

 progesteron tetap terbentuk.

2.  Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation).

Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan

masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar

hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah.

Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan

 berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah

dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya

 perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak,

 perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.

Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan.

Page 5: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 5/20

D.  WOC

Perdarahan dari uterus

Siklus ovulasi tanpa ovulasi

Rendahnya hormon esterogen tidak terjadi

ovulasi

Perdarahan rahim esterogen berlebihan dan progesteron

menurun

Endometrium mengalami

 penebalan

Kontrak si uterus Dinding

rahim rapuh

MK : NYERI Perdarahan

rahim

HB menurun MK : DEFISIT VOLUME

CAIRAN

Anemia

MK : INTOLERANSI AKTIFITAS

Page 6: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 6/20

 

E.  Tanda dan Gejala

Perdarah anovulatori Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari

 perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang

(oligomenore).

Untuk menegakan diagnosis perdarah anovulatori perlu dilakukan kerokan

 pada masa mendekati haid.

1.  Siklus menstruasi tak teratur.

2.  Selain itu, akan sering mengalami f lek

3.  Nyeri

4.  Tegang pada payudara

5.  Cepat emosi

F.  Pemerikaan penunjang

1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG,

FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining

gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.

2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)

histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda

dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang

gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah

 pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin

terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan

kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus

 perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang

memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan

dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.

Page 7: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 7/20

3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil

dalam uji coba terapeutik.

4. Uji kehamilan: untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan

5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah

G.  Penatalaksanaan Therapy

Bila perdarahan sangat banyak, Istirahat baring dan transfusi darah, bila

 pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan

tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat

dipengaruhi dengan hormon steroid.

1.  Dapat diberikan :Estrogen dalam dosis tinggi

Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat

diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5

mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan

 perdarahan dapat terjadi lagi.

2.  Progesteron

Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap

endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg,

secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau

asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi

 berguna dalam masa pubertas.

Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi perbaikan keadaan umum,

transfusi darah sampai dengan Hb ≥ 10 gr/dL, terapi medikamentosa

dengan pemberian Kalnex Tablet 3 x 500 mg, Asam Mefenamat Tablet 3 x

500 mg, Viliron Tablet 1 x 1, dan Kuretase Dx/Tx.

3. 

Terapi Hormonal:Setelah perdarahan teratasi berikan :

Conjugated oestrogen 2.5 mg per oral setiap hari selama 25 hari

Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetate untuk 10 hari terakhir

Tunggu perdarahan lucut 5 –  7 hari pasca penghentian terapi

H.  Sistem Rujukan

Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam

Permenkes No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan

Page 8: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 8/20

merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan

tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal

 balik baik vertikal maupun horiontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur

darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu

memeriksakan keadaan sakitnya.

Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk

 bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua

dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun

 berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan

 primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia

menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya,

demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah,

teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik

dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat.

Rujukan dibagi dlm rujukan medik/perorangan yg berkaitan dgn

 pengobatan & pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, &

 pengetahuan tentang penyakit; serta rujukan kesehatan dikaitkan dgn upaya

 pencegahan & peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan

operasional.

I.  Penatalaksanaan Rujukan

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap

kondisi klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau

 pengetahuan, obat, dan peralatannya).

1.  Jenis-Jenis Rujukan

a. 

Rujukan medikYaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus

yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih

 berwenang dan mampu menangani secara rasional.

Jenis rujukan medic antara lain:

1)  Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan

diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain –  lain.

Page 9: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 9/20

2)  Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk

 pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

3)  Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih

kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

 b.  Rujukan kesehatan

Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen

ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang

menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit

(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini

mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

c.  Persiapan Rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan,

disingkat “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut : 

1)  B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga

kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk

melaksanakan kegawatdaruratan.

2)  A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan  –  bahan yang diperlukan,

seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop.

3)  K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu

(klien) dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga

yang lain diusahakan untuk dapat menyetujui Ibu (klien) ke

tempat rujukan.

4)  S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu

(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat  –  

obat yang telah diterima ibu (klien).5)  O (obat): bawa obat –  obat esensial diperlukan selama perjalanan

merujuk.

6)  K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk

memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat

mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

Page 10: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 10/20

7)  U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah

yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di

 perlukan di temapat rujukan.

2.  Mekanisme Rujukan

a.  Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa,

 pustu dan puskesmas.

1)  Pada tingkat Kader

Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri

maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan

terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat

kegawatdaruratan.

2)  Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan

 puskesmas

Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat

kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus

menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan

kasus mana yang harus dirujuk

 b.  Menentukan tempat tujuan rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas

 pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk

fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan

dan kemampuan penderita.

c.  Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.

Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan

 pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih

mampu.

d.  Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan

yang lebih mampu.

Page 11: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 11/20

 

e.  Persiapan penderita

Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki

terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini

 perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan

harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang

 bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke

tempat rujukan.

f.  Pengiriman penderita

Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan

kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut

 penderita.

g.  Tindak lanjut penderita

1)  Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memerlukan

tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang

diberikan.

2)  Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak

melapor, maka perlu dilakukan kunjungan rumah.

Page 12: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 12/20

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian

1.  Identitas klien

Umur : biasanya terjadi pada usia tua (30 tahun ke atas)

2.  Riwayat kesehatan

a.  Keluhan utama : Nyeri

 b.  Riwayat penyakit sekarang

1)  Nyeri disertai keluarnya darah darah dari rahim yang tidak

teratur.

2) Aktifitas istirahat Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi

meningkat (> 100 kali per menit).

3) Eliminasi Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan

frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.

c.  Riwayat penyakit dahulu

Pasien-pasien dengan metrphargiea mungkin menceritakan riwayat

nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid serta punya

riwayat abortus,

3.  Pemeriksaan fisik

Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6

a.  B1 (Breathing)

1)  Pernapasan tidak teratur

2)  Frekuensi mengalami peningkatan

 b. 

B2 (Blood)1)  Denyut jantung mengalami peningkatan.

2)  Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)

c.  B3 (Brain)

1)  Penurunan Konsentrasi

2)  Pusing

3)  Konjungtiva Anemia

d.  B4 (Bladder)

Page 13: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 13/20

Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari

e.  B4 (Bowel)

 Nyeri pada adomen

 Nafsu makan Menurun

f.  B6 (Bone)

Badan mudah capek

 Nyeri pada punggung

4.  Analisis Data

 No. Data Etiologi Masalah

keperawata

n

1 DS:

1.  Penyebab

timbulnya nyeri:

haid tidak teratur.

2.   Nyeri dirasakan

meningkat saat

aktivitas

3.  klien mengeluh

nyeri pada daerah

simpisis,

 punggung dan

 payudara.kala

nyeri 4-6

4.   Nyeri sering dan

terus –  menerus

DO:

1.  Wajah tampak

menahan nyeri

Kontraksi&disritmia

uterus↑ 

↓ 

 peningkatan kontraksi

uterus

↓ 

Aliran darah ke uterus↓ 

↓ 

Iskemia

↓ 

 Nyeri

 Nyeri akut

Page 14: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 14/20

2 DS:

1.  Pasien

menyatakanmudah lelah

DO:

1.   Nadi lemah (TD

90/60 mmHg)

2.  Px. terlihat pucat

Sclera/

konjungtiva

anemi

3.  Px Lemas

Pendarahan

↓ 

Anemia

↓ 

Kelemahan

↓ 

Intoleran aktivitas

Intoleran

aktivitas

3 DS:

1.  Px. menyatakan

merasa gelisah

DO:

1.  Pucat

2.  Memperlihatkan

kurang inisiatif

Gangguan Haid

↓ 

Kurang pengetahuan

↓ 

Ansietas

Ansietas

5.  Diagnosa keperawatan

a.  Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

 b.   Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.

c.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

6.  Intervensi keperawatan

Page 15: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 15/20

a.  Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan :

1)  Memiliki Hb dalam batas normal.

Kriteria hasil :

1)  Memiliki asupan cairan yang adekuat.

INTERVENSI RASIONAL

1.  Manajemen elektrolit dengan

meningkatkan keseimbangan

elektrolit dan mencegah

komplikasi.

2.  Pemantauan cairan dengan

mengumpulkan dan

menganalisis data px untuk

mengatur keseimbangan

elektrolit.

3.  Manajemen nutrisi dengan

membantu dan menyediakan

asupan makanan dan cairan

dalam diet seimbang.

1.  Mencegah terjadinya syock.

2.  Agar terjadi keseimbangan

cairan dan elektrolit.

3.  Agar input dan output seimbang.

 b.   Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus.

Tujuan:

1)   Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

Kriteria hasil:2)  Skala nyeri 0-1 dan Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL

Page 16: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 16/20

1.  Beri lingkungan tenang

dan kurangi rangsangan

 penuh stress

2.  Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian

analgesic

3.  Ajarkan strategi relaksasi

(misalnya nafas berirama

lambat, nafas dalam,

 bimbingan imajinasi

4.  Evaluasi dan dukung

mekanisme koping px

5.  Kompres hangat

1.  Meningkatkan istirahat dan

meningkatkan kemampuan

koping

2.  Analgesik dapat menurunkan

nyeri.

3.  Memudahkan relaksasi,

terapi non farmakologi

tambahan

4. 

Penggunaan persepsi sendiriatau prilaku untuk

menghilangkan nyeri dapat

membantu mengatasinya

lebih efektif

5.  Mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar aliran darah

c.  Intoleran aktifitas berhubungan dengan anemia.

Tujuan:

1)  Pasien dapat beraktivitas seperti semula.

Kriteria hasil:

2)  Pasien dapat mengidentifikasi faktor  –   faktor yang memperberat

dan memperingan intoleran aktivitas dan Pasien mampu beraktivitas.

Page 17: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 17/20

INTERVENSI RASIONAL

1.  Beri lingkungan tenang dan

 perode istirahat tanpagangguan, dorong istirahat

sebelum makan

2.  Tingkatkan aktivitas secara

 bertahap

3.  Berikan bantuan sesuai

kebutuhan

1.  Menghemat energi untuk

aktivitas dan regenerasiseluler/ penyembuhan jaringan

2.  Tirah baring lama dapat

menurunkan kemampuan

3.  Menurunkan penggunaan

energi dan membantu

keseimbangan supply dan

kebutuhan oksigen

7.  Implementasi keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat

 bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu

diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

8.  Evaluasi keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan

tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan

kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan.

Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana

dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah

teratasi sebagian.

Page 18: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 18/20

 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Page 19: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 19/20

Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan

dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus

sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu

 basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium,

karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan

 penggunaan estrogen eksogen.

B.  Saran

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang dijadikan role model harusnya

kita menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dan jika dilapangan

menemukan kasus pasien dengan metrohargia haruslah dirawat dengan baik

sesuai prosedur.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan demi

kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Lp n Askep Metrohargia

7/22/2019 Lp n Askep Metrohargia

http://slidepdf.com/reader/full/lp-n-askep-metrohargia 20/20

Baradero,mary,SPC,MM.dkk. 2005.  Klien gangguan sistem reproduksi dan

 seksualitas. Jakarta: EGC.

Manuaba,chandradinata.dkk. 2004. Gawat-darurat Obstetri-ginekologi &

Obstetri-ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Raybun F,william.dan J.christoper Carey. 1995. Obstetri dan ginekologi. Jakarta:

widya medika.

Yatim DTH&M,Faisal.2001. haid tidak wajar dan menopause. Jakarta: pustaka

 populer obor.