LP LBP
-
Upload
rahajeng-intan-handayani -
Category
Documents
-
view
299 -
download
37
description
Transcript of LP LBP
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Pengertian
Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal atau area
sacral pada tulang belakang ataui sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987 ).
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah
kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low Back Pain terjadi dilumbal bagian bawah,lumbal sacral atau daerah
sacroiliaca,biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan musulo
(Prisilia Lemone,1996).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter
vertebra dan kaki yang tidak sama panjang (Lucman and Sorensen’s 1993).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri
kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot
para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan
otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
2. Epidemiologi/insiden kasus
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan
keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbo-sacral, otot gluteal, paha
dan sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul
maka diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat.
Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan LBP
merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul setelah keluhan pada gangguan system
pernafasan ( Borenstein, 1997)
Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP tidak
diketemukan penyebabnya yang jelas (Croft, 1999). Croft juga menyebutkan bahwa 90 %
klien dengan LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun
nyerinya masih terasa.
Low back pain dikatagorikan sebagai akut (kurang dari 12 minggu), sub akut (6-12 minggu)
dan kronik (lebih dari 12 minggu). Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan
ligament dan otot yang diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat
sesuatu. Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur
dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk.
3. Penyebab/faktor predisposisi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral
dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas,
gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah
psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan
diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh
aktifitas
Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
- Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
- Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis
spinal, spondilitis,osteoartritis.
Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
Kegemukan.
Mengangkat beban dengan cara yang salah.
Keseleo.
Terlalu lama pada getaran.
Gaya berjalan.
Merokok.
Duduk terlalu lama.
Kurang latihan (oleh raga).
Depresi /stress.
Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
4. Patofisiologi terjadinya penyakit
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh
sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain(1,3).Reseptor nyeri (nosiseptor)
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang
secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal.
Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah
local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus
terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai
simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah
substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh
yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin
yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ
internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi
nyeri(1,3).
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae
dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat
beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus.
Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan
L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus
atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari
kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
5. Faktor resiko
Faktor Umur
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori,
nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur
berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10
tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih
sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada
mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade
kelima.1 Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga
umur sekitar 55 tahun.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses
menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Faktor Indeks Massa Tubuh
- Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
- Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,
sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta
penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang
biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari
25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.3
Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk
dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang
salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah
seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas
lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi
mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban
merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok
terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1
jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri
pinggang.
6. Gejala Klinis
Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang
serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks,
panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat
ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang
mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan
tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik
lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa
dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan
oleh spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan
stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan
anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan
kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu
meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja
a. Perubahan dalam gaya berjalan.
Berjalan terasa kaku.
Tidak bias memutar punggung.
Pincang.
b. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat
pada daerah yang tidak dirangsang.
Tidak terkontrol Bab dan Bak.
c. Nyeri.
Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
Nyeri otot dalam.
Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
Nyeri pada pertengahan bokong.
Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
7. Pemeriksaan Fisik
8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya
fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang.
Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi
atau protrusi diskus.
Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati ).
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung
bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit
yang mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa
penyempitan kanalis spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi
tulang belakang
10. Theraphy/tindakan penanganan
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu
dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur
dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat
sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada
serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit
menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan
sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan
memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif
aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa
meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab
dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma
merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi
pasien dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi
perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat
meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik
digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk
membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri.
Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna
untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi
dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia
11. Komplikasi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (data Subjektif dan Objektif)
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
3. Rencana Asuhan Keperawatan (dilengkapi dengan rasional tindakan)
4. Evaluasi